Kel 4 - Aspirin Acc
Kel 4 - Aspirin Acc
ASPIRIN
A. Tujuan Praktikum
1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhidrida.
2. Menjelaskan prinsip asetilasi.
3. Menghitung rendemen aspirin yang dihasilkan dari praktikum yang dilakukan.
B. Dasar Teori
Reaksi antara asam salisilat dan asam asetat anhidrida digunakan untuk
mensintesis aspirin. Di mana pada reaksi ini gugus hidroksil fenolik diasetilasi.
Asetilasi adalah penggantian atom H dari asam salisilat dengan gugus dari
anhidrida asetat (Fessenden,1987).
(Fessenden,1987).
a b c
d e f
g h i
j k l
m n
2.) Bahan:
a. Asam salisilat
b. Asam asetat anhidrida
c. Asam sulfat pekat
d. Aquades
e. Alkohol 96%
D. Skema Kerja
Asam salisilat Asam asetat anhidrida Asam sulfat pekat
Pemanasan
tambahkan
Aquades
Pendinginan
Penyaringan
Pemurnian
tambahkan
Pemanasan
Pendinginan
Penyaringan .
Pengeringan
Aspirin
2g
n = 138 g / mol
n = 0,0145 mol
Asam asetat anhidrida
V = 5 mL
BM = 102,08 g / mol
ρ = 1,089 g / cm3
m =𝜌xv
m = 1,089 g / cm3 x 5 ml
m = 5,445 g
m
n = BM
5,445 g
n = 102,08 g /mol
n = 0,0533 mol
= 0,94 x 100%
2,61
= 36 %
Tabel II. 2 Tabel Data Pengamatan Massa Aspirin
No. Waktu ( menit ) Massa aspirin ( g )
1. 5 1,99
2. 10 1,74
3. 15 1,50
4. 20 1,26
5. 25 1,09
6. 30 0,99
7. 35 0,97
8. 40 0,94
9. 45 0,94
10. 50 0,94
F. Simpulan dan Saran
1.) Kesimpulan:
a. Aspirin dapat dibuat dengan mereksikan asam salisilat dengan asam asetat
anhidrat, dan H2SO4 sebagai katalisatornya.
b. Prinsip asetilasi merupakan penggantian atom H dari asam salisilat dengan
gugus asetil anhidrida asetat.
c. Rendepen aspirin yang dihasilkan dari praktikum ini sebesar 36%.
2.) Saran
a. Teliti dalam menimbang aspirin, karena hasil penimbangan akan
mempengaruhi perhitungan rendemen aspirin.
b. Berhati-hati dalam melakukan penyaringan menggunakan corong Buchner,
agar tidak ada endapan atau kristal yang tertinggal.
Nama : Moh. Arik Ardianta
NIM : 5213416021
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan sintesis asam aspirin dari asam
salisilat. Asam asetilasi mempunyai nama lain asetol, sedangan reaksi asetilasi adalah
reaksi memasukkan gugus asetil (CH3CO-) kedalam molekul organic (-OH dan NH2).
Reagen yang digunakan adalah anhidrida asetat (CH3COCl). Asam asetilasi stabil
dalam udara kering tapi berdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi asam
asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur asam salisilat adalah 135 oC (Lenggana,
2010).
Praktikum kali ini dilakukan untuk mensintesis aspirin dari asam salisilat
dan asam asetat anhidrida. Aspirin merupakan obat antipiretik dan analgesik yang
digolongkan dalam obat bebas, karena digunakan secara luas oleh masyarakat
(Wijnaputri, 2012). Reaksi pembentukan aspirin disebut dengan asetilasi. Asetilasi
merupakan proses substitusi atom hidrogen dari asam salisilat dan gugus anhidrida
asetat (Saputra, 2015).
Reaksi pembentukan aspirin:
(Saputra, 2015).
Bahan yang digunakan yaitu : asam salisilat, asam asetat anhidrida, asam
sulfat pekat, aquades, dan alkohol 96%.
Pada percobaan ini, tambahkan asam salisilat kering dan asam asetat
anhidrida ke dalam beaker glass. Alasan menggunakan asam asetat anhidrida, karena
asam asetat anhidrida dapat menyerap air dan tidak mengandung air, sehingga akan
menghindari terurainya kristal aspirin menjadi asam salisilat kembali (Widjaja, 2014).
Lalu tambahkan asam sulfat pekat, kemudian diaduk. Alasan menggunakan asam
sulfat pekat karena H2SO4 berperan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Tanpa
adanya katalis, produk dapat dihasilkan tetapi reaksinya akan berjalan lambat.
Digunakan yang pekat karena energi aktivasinya lebih besar dari yang encer (Muh,
2015). Tujuan pengadukan untuk menghindari terakumulasinya logam aktif pada
permukaan katalis, sehingga diperoleh keadaan yang homogen (Retnoningrum,
2014). Campuran tersebut dipanaskan di water bath pada suhu 50-600C sambil
diaduk selama 15 menit. Tujuan dipanaskan pada suhu 50-600C, karena jika suhu
yang digunakan kurang dari 500C, maka reaksi berjalan lambat dan jika lebih dari 60
C maka aspirin akan terurai. Hal tersebut terjadi karena titik leleh aspirin lebih dari
100 C (Rahayu, 2006). Setalah itu, campuran didinginkan pada suhu ruang sambil
diaduk. Setelah campuran didinginkan, tambahkan aquades dan diaduk, kemudian
dilakukan pendinginan perlahan-lahan akan terbentuk kristal. Tujuan dilakukan
pendingan agar terbentuk kristal, karena pada suhu dingin molekul-molekul aspirin
akan mengendapan (mengkristal). Kristal yang dihasilkan disaring menggunakan
corong Buchner dan kertas saring. Tujuan disaring untuk memisahkan larutan dan
endapan ( Hadi, 2015).
Aspirin yang telah disaring kemudian dimurnikan dengan alkohol 96% dan
aquades. Tujuan menggunakan alkohol 96% karena etanol bersifat miscible terhadap
air dan dapat digunakan sebagai solvent untuk melarutkan larutan non polar. Tujuan
menggunakan aquades karena aquades berperan sebagai pelarut (Aziz, 2009). Lalu
dipanaskan hingga kristal larut sempurna. Setelah larut, dinginkan dan perlahan-lahan
terbentuk kristal jarum. Namun pada percobaan ini tidak terbentuk kristal jarum, hal
tersebut disebabkan karena kurang lamanya pemanasan.
Setelah terbentuk kristal aspirin murni, saring aspirin dengan corong
Buchner. Dan oven kristal aspirin sampai didapat berat konstan dengan suhu 1000C,
karena jika lebih dari 1000C maka aspirin akan meleleh (Rahayu, 2006).
Berat aspirin murni yang sudah kering digunakan untuk menghitung
persentase rendemen yang dihasilkan. Di mana berat aspirin yang dihasilkan
sebanyak 0,94 gram. Sedangkan berat aspirin teoritis sebesar 2,61 gram. Rendemen
yang didapat yaitu sebesar 36%. Rendemen yang dihasilkan kecil, hal tersebut
disebabkan karena ketidaksempurnaan pada penyaringan sehingga kristal aspirin
masih tertinggal pada kertas saring dan menyebabkan berkurangnya jumlah aspirin
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Annuryanti, F. 2013. Kandungan Salisilat Bebas dalam Tablet Asetosal yang Beredar
di Surabaya. Universitas Airlangga.
Aziz, T. 2009. Pengaruh Pelarut Heksana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu
Ekstraksi terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Kopi. Universitas Sriwijaya.
Eikelboom, J. 2012. Aspirin. American Heart Association, Inc.
Fessenden. 1987. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.