Anda di halaman 1dari 29

6.

Laporan kemajuan tambang BGI baik KP atau pun UIP harus dilaporkan

secara berkala harus berapa kali? Dan kewajiban apa yang harus dibayarkan

dan dilakukan oleh pemegang KP dan atau UIP?

Penyelesaian:

Untuk pelaporan KP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN

1969

Pasal 32

(1) Penyelidikan Umum diwajibkan pula menyampaikan laporan mengenai hasil

penyelidikannya kepada(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum

diwajibkan menyampaikan laporan mengenai hasil penyelidikannya kepada Menteri,

Gubernur, Bupati/ Walikota sesuai kewenangannya secara berkala setiap 3 (tiga) bulan

sekali.

(2) Disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemegang Kuasa

Pertambangan Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya paling

lambat 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya jangka waktu Kuasa Pertambangan

Penyelidikan Umumnya.

Pasal 33

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi diwajibkan menyampaikan laporan

triwulan dan tahunan mengenai hasil penyelidikannya kepada Menteri, Gubernur,

Bupati/ Walikota sesuai kewenangannya.

(2) Disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemegang Kuasa

Pertambangan Eksplorasi diwajibkan pula menyampaikan laporan seluruh hasil

eksplorasinya kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya


paling lambat 6 (enam) bulan sesudah berakhirnya jangka waktu Kuasa Pertambangan

Eksplorasinya.

Pasal 35

Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi diwajibkan menyampaikan laporan

triwulan dan tahunan mengenai perkembangan kegiatan yang telah dilakukannya

kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

Pasal 36

Para pemegang Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian, Kuasa Pertambangan

Pengangkutan, dan Penjualan, diwajibkan menyampaikan laporan triwulan dan tahunan

mengenai perkembangan kegiatan yang telah dilakukannya kepada Menteri, Gubernur,

Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

Untuk pelaporan Izin Usaha Penambangan:

Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomo 34

Tahun 2017.

Pasal 26 b,d,dan k

b. menyusun dan menyampaikan rencana kerja dan anggaran biaya kepada Menteri atau

gubernur sesuai dengan kewenangannya untuk mendapatkan persetujuan;

d. menyampaikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan anggaran biaya

serta pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan;

k. menyusun, melaksanakan, dan menyampaikan laporan pelaksanaan program

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;
Kewajiban dari kuasa pertambangan:

Pasal 32

(1)Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum diwajibkan menyampaikan

laporan mengenai hasil penyelidikannya kepada Menteri secara berkala setiap 3 (tiga)

bulan sekali.

(2) Di samping kewajiban termaksud pada ayat (1) pasal ini, pemegang Kuasa

Pertambangan Penyelidikan Umum diwajibkan pula menyampaikan laporan mengenai

hasil seluruh penyelidikannya kepada Menteri selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan

sesudah berakhirnya jangka waktu Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umumnya.

Pasal 33

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi diwajibkan menyampaikan laporan

mengenai hasil penyelidikannya kepada Menteri secara berkala setiap 3 (tiga) bulan

sekali.

(2) Di samping kewajiban termaksud pada ayat (1) pasal ini, pemegang Kuasa

Pertambangan Eksplorasi diwajibkan pula menyampaikan laporan mengenai hasil

seluruh eksplorasinya kepada Menteri selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah

berakhirnya jangka waktu Kuasa Pertambangan Eksplorasinya.

Pasal 34

(1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sesudah diperolehnya Kuasa Pertambangan

Eksploitasi, pemegang Kuasa Pertambangan yang bersangkutan diwajibkan

memberikan batas pada wilayah termaksud dalam Kuasa Pertambangannya dengan

membuat tanda-tanda batas yang jelas.

(2) Pembuatan tanda batas termaksud pada ayat (1) pasal ini harus sudah selesai

sebelum dimulai usaha pertambangan eksploitasi tersebut.


Pasal 35

(1)Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi diwajibkan menyampaikan laporan

mengenai perkembangan kegiatan yang telah dilakukannya kepada Menteri secara

berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali.

(2) Di samping kewajiban termaksud pada ayat (1) pasal ini pemegang Kuasa

Pertambangan Eksploitasi setiap tahun sekali diwajibkan pula menyampaikan laporan

tahunan kepada Menteri mengenai perkembangan pekerjaan yang telah dilakukannya.

Pasal 36

(1) Para pemegang Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian, Kuasa

Pertambangan Pengangkutan dan Kuasa Pertambangan Penjualan, diwajibkan

menyampaikan laporan mengenai perkembangan kegiatan yang telah dilakukannya

kepada Menteri secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali.

(2) Di samping kewajiban termaksud pada ayat (1) pasal ini para pemegang Kuasa

Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian, Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan

Kuasa Pertambangan Penjualan, diwajibkan pula menyampaikan laporan tahunan

kepada Menteri mengenai perkembangan pekerjaan yang telah dilakukannya.

Pasal 37

(1) Kepada pemegang Kuasa Pertambangan diberikan prioritas untuk melakukan

pembangunan prasarana yang diperlukan bagi pelaksanaan usaha pertambangannya.

(2) Pembangunan prasarana termaksud pada ayat (1) pasal ini harus memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan oleh Instansi Pemerintah yang bersangkutan.

(3) a. Dalam hal berbagai macam pemegang Kuasa Pertambangan mempunyai

kepentingan yang bersamaan atas pembangunan prasarana termaksud pada ayat-ayat (1)

dan (2) pasal ini, maka pelaksanaannya dilakukan atas dasar musyawarah. b. Bilamana

tidak dicapai kata sepakat mengenai hal termaksud pada huruf a di atas, maka keputusan

terakhir ditetapkan oleh Menteri.


(4) Setiap pemegang Kuasa Pertambangan diwajibkan untuk memberikan kesempatan

kepada pemegang Kuasa Pertambangan lain di dalam wilayah Kuasa Pertambangannya

guna mendirikan/ membangun saluran-saluran air dan penjernihan udara dan hal-hal

lain yang bersangkutan, yang diperlukan dalam pelaksanaan usaha pertambangannya,

tanpa merugikan satu sama lain.

Kewajiban Izin Usaha Pertambangan:

Pasal 26

(1) Pemegang IUP atau IUPK wajib:

a. melakukan seluruh kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan:

b. menyusun dan menyampaikan rencana kerja dan anggaran biaya kepada Menteri atau

gubernur sesuai dengan kewenangannya untuk mendapatkan persetujuan;

c. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik;

d. menyampaikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan anggaran biaya

serta pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan;

e. mengutamakan pemenuhan kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri serta

mematuhi pengendalian produksi dan penjualan;

f. menyusun rencana dan melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan

rencana reklamasi dan rencana pascatambang yang telah disetujui serta menempatkan

jaminan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

g. menyampaikan laporan akhir kegiatan esplorasi, laporan estimasi sumber-daya, dan

estimasi cadangan mineral atau batubara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;
h. melaporkan mineral atau batubara tergali pada kegiatan eksplorasi atau studi

kelayakan kepada Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya;

i. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia; - 29 –

j. melakukan peningkatan nilai tambah mineral atau batubara hasil penambangan di

dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

k. menyusun, melaksanakan, dan menyampaikan laporan pelaksanaan program

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

l. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan;

m. menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik

suatu daerah;

n. menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

o. menciutkan WIUP Eksplorasi atau WIUPK Eksplorasi yang luas WIUP atau

WIUPK-nya melebihi batas maksimal luas WIUP Operasi Produksi atau WIUPK

Operasi Produksi;

p. memasang tanda batas pada WIUP Operasi Produksi atau WIUPK Operasi Produksi;

q. mematuhi ketentuan teknis operasional pertambangan;

r. menerapkan standar kompetensi tenaga kerja pertambangan;

s. menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil kegiatan tahap eksplorasi dan

operasi produksi kepada Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya;

t. mengadministrasikan setiap pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan;

u. mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


v. melakukan divestasi saham kepada Peserta Indonesia bagi Badan Usaha swasta

dalam rangka PMA pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi; - 30

w. mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di sekitar WIUP atau WIUPK dalam

melakukan kegiatan operasi produksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

x. membayar kewajiban keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

y. menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan.

(2) Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:

a. pengelolaan teknis pertambangan;

b. pengelolaan keselamatan pertambangan;

c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi

dan pascatambang;

d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;

e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk

padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas

ke media lingkungan; dan

f. penerapan teknologi yang efektif dan efisien.

(3) Dalam melaksanakan penerapan kaidah teknik Pertambangan yang baik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang IUP dan IUPK wajib:

a. mengangkat kepala teknik tambang sebagai pemimpin tertinggi di lapangan yang

disahkan oleh kepala inspektur tambang;


b. memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

c. memiliki pengawas operasional yang memiliki kartu pengawas operasional yang

disahkan oleh kepala inspektur tambang. - 31 –

(4) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi melakukan

penambangan dengan metode penambangan bawah tanah, pemegang IUP Operasi

Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menunjuk kepala tambang bawah tanah

yang disahkan oleh Kepala inspektur tambang.

(5) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi

menggunakan bahan peledak dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangannya

wajib memiliki kartu izin meledakkan dari kepala inspektur tambang.

(6) Untuk mendukung penerapan standar kompetensi tenaga kerja pertambangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf r, pemegang IUP dan IUPK wajib

mendukung pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang pengusahaan mineral dan

batubara.

(7) Menteri menugaskan kepala dinas provinsi yang membidangi energi dan sumber

daya mineral untuk melaksanakan sebagian wewenang dan tugas kepala inspektur

tambang dalam mengesahkan kepala teknik tambang, menerbitkan kartu pengawas

operasional, mengesahan kepala tambang bawah tanah, menerbitkan kartu izin

meledakkan, menyetujui pembangunan fasilitas penyimpanan/ penimbunan bahan

peledak dan bahan bakar cair, memberikan rekomendasi pembelian dan penggunaaan

bahan peledak, menyetujui pelaksanaan peledakan tidur, pengujian kelayakan

penggunaan peralatan dan/atau pengujian kelayakan penggunaan instalasi,

pengoperasioan kapal keruk/isap sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.
Pasal 27

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi sebelum

melaksanakan kegiatan operasi produksi dan/atau penerapan teknologi baru wajib

menyampaikan permohonan uji kesiapan (commissioning) kepada Menteri atau

gubernur sesuai dengan kewenangannya.

(2) Dalam hal pemegang IUP dan IUPK akan melakukan perubahan saham serta direksi

dan/atau komisaris wajib terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi Direktur Jenderal

atas nama Menteri atau gubernur sebelum didaftarkan pada Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia.

(3) Permohonan, evaluasi, dan penerbitan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diproses sesuai dengan tata cara tercantum dalam Lampiran VIA yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 28

Dalam hal terjadi kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan usaha Pertambangan yang

menimbulkan dampak negatif langsung kepada masyarakat, pemegang IUP atau IUPK

wajib membayar ganti rugi yang layak kepada masyarakat yang terkena dampak negatif

langsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian

wajib:

a. menyusun dan menyampaikan rencana kerja dan anggaran biaya kepada Menteri atau

gubernur sesuai dengan kewenangannya untuk mendapatkan persetujuan;

b. menyampaikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan anggaran biaya

serta pelaksanaan kegiatan usaha Pertambangan yang dilakukan;

c. menggunakan tenaga kerja asing sesuai dengan persetujuan rencana kerja dan

anggaran biaya serta persetujuan dari instansi yang menyelenggaraan urusan di bidang
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. melakukan

perubahan investasi dan sumber pembiayaan termasuk di dalamnya perubahan modal

disetor dan ditempatkan sesuai dengan persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya;

e. memenuhi batasan pengolahan dan/atau pemurnian untuk melakukan penjualan ke

luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. mematuhi harga patokan penjualan mineral atau batubara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

g. mengutamakan pemenuhan kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri;

h. mengangkat kepala teknik tambang sebagai pemimpin tertinggi di lapangan

yang disahkan oleh kepala inspektur tambang;

i. memiliki tenaga teknis Pertambangan yang berkompeten sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

j. melaksanakan pengelolaan keselamatan Pertambangan;

k. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;

l. menyusun, melaksanakan, dan menyampaikan laporan pelaksanaan program

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

m. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan;

n. menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan

karakteristik suatu daerah;

o. menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang

bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

p. mematuhi ketentuan teknis operasional pertambangan;

q. menerapkan standar kompetensi tenaga kerja pertambangan;

r. mengadministrasikan setiap pelaksanaan kegiatan usaha;


s. mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam

negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

(1) Mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di sekitar fasilitas pengolahan dan/atau

pemurnian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(2) Persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, huruf c, dan huruf d diberikan berdasarkan evaluasi hasil pengawasan kegiatan

usaha pertambangan dari periode tahun sebelumnya.

(3) Persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pengurusan perizinan di instansi lainnya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian

sebelum melaksanakan kegiatan operasi produksi dan/atau penerapan teknologi baru

wajib menyampaikan permohonan uji kesiapan (commissioning) kepada Menteri atau

gubernur sesuai dengan kewenangannya.

(2) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau

pemurnian akan melakukan perubahan saham serta direksi dan/atau komisaris wajib

terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi Direktur Jenderal atas nama Menteri atau

gubernur sebelum didaftarkan pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

(3) Permohonan, evaluasi, dan penerbitan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diproses sesuai dengan tata cara tercantum dalam Lampiran VIB yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.


7. Izin Usaha Pertambangan pada usaha penambangan BGI berlaku sampai

berapa tahun? Apa syarat yang dipenuhi untuk memperpanjang UIP?

Penyelesaian:

Berikut adalah jangka waktu IUP Eksplorasi berdasarkan jenis bahan tambang:

1. IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam jangka

waktu paling lama 8 (delapan) tahun.

2. IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan paling

lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan mineral bukan logam jenis tertentu dapat

diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.

3. IUP Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka waktu

paling lama 3 (tiga) tahun.

4. IUP Eksplorasi untuk pertambangan batubara dapat diberikan dalam jangka waktu

paling lama 7 (tujuh) tahun.

Paling lama artinya jangka waktu keberlakuan maksimal yang dapat diberikan oleh

pemberi IUP Eksplorasi. Apabila pemberi IUP Eksplorasi menetapkan jangka waktu

kurang dari jangka waktu keberlakuan maksimal maka diperbolehkan.

Selanjutnya dalam penjelasan diperinci:

Untuk IUP Eksplorasi mineral logam jangka waktu 8 (delapan) tahun meliputi:

- penyelidikan umum 1 (satu) tahun;

- eksplorasi 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu)

tahun;

- studi kelayakan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.

Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam Jangka waktu 3 (tiga) tahun meliputi :

- penyelidikan umum 1 (satu) tahun,

- eksplorasi 1 (satu) tahun, dan


- studi kelayakan 1 (satu) tahun.

IUP Eksplorasi mineral bukan logam jenis tertentu Jangka waktu 7 (tujuh) tahun

meliputi :

- penyelidikan umum 1 (satu) tahun;

- eksplorasi 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun; serta

- studi kelayakan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.

IUP Eksplorasi batuan jangka waktu 3 (tiga) tahun meliputi :

- penyelidikan umum 1 (satu) tahun,

- eksplorasi 1 (satu) tahun, dan

- studi kelayakan 1 (satu) tahun.

IUP Eksplorasi batubara jangka waktu 7 (tujuh) tahun meliputi:

- penyelidikan umum 1 (satu) tahun;

- eksplorasi 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu)

tahun; serta

- studi kelayakan 2 (dua) tahun.

IUP Operasi Produksi sebagaimana juga IUP Eksplorasi juga dibedakan jangka waktu

berlakunya berdasarkan jenis bahan tambang yang akan dilakukan tahapan operasi

produksinya.

1. IUP Operasi Produksi mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing- masing 10

(sepuluh) tahun [20+10+10=40th].

2. IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dapat diberikan dalam jangka waktu

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5

(lima) tahun [10+5+5=20th].


3. IUP Operasi Produksi mineral bukan logam jenis tertentu dapat diberikan dalam

jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali

masing-masing 10 (sepuluh) tahun [20+10+10=40th].

4. IUP Operasi Produksi batuan dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 5

(lima) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun

[5+5+5=15th].

5. IUP Operasi Produksi batubara dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20

(dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing- masing 10 (sepuluh)

tahun [20+10+10=40th].

Syarat-Syarat memperpanjang iup

Latar Belakang

IUP eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan penyelidikan umum,

eksplorasi, dan studi kelayakan dalam rangka pertambangan. Menurut Pasal 29

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”), IUP eksplorasi diberikan

berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah

mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Dalam hal kegiatan

eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP eksplorasi yang mendapatkan

mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi IUP.
Persyaratan Untuk Memperoleh IUP Eksplorasi

Pasal 23 PP 23/2010 mengatur bahwa persyaratan IUP Eksplorasi meliputi persyaratan:

1. Administratif;

2. Teknis;

3. Lingkungan; dan

4. Finansial

A.Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk badan usaha

meliputi:

a.Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1.Surat permohonan;

2.Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan

3. Surat keterangan domisili.

b.Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:

1.Surat permohonan;

2.Profil badan usaha;

3.Akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah

disahkan oleh pejabat yang berwenang;

4.Nomor pokok wajib pajak;


5.Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan

6. Surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk koperasi

meliputi:

a.Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1.Surat permohonan;

2.Susunan pengurus; dan

3.Surat keterangan domisili.

b.Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:

1.Surat permohonan;

2.Profil koperasi;

3.Akta pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah

disahkan oleh pejabat yang berwenang;

4.Nomor pokok wajib pajak;

5.Susunan pengurus; dan

6.Surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk orang

perseorangan, meliputi:
a.Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1.Surat permohonan; dan

2.Surat keterangan domisili.

b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:

1.Surat permohonan;

2.Kartu tanda penduduk;

3.Nomor pokok wajib pajak; dan

4.Surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk perusahaan

firma dan perusahaan komanditer meliputi:

A. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1.Surat permohonan;

2.Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

3.Surat keterangan

b.Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:

1.Surat permohonan;

2.Profil perusahaan;
3.Akta pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan;

4.Nomor pokok wajib pajak;

5.Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

6.Surat keterangan domisili.

B.Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk IUP Eksplorasi,

meliputi:

1.Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga pertambangan dan/atau geologi

yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;

2.Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai

dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional,

C.Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk IUP Eksplorasi

meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

D.Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam huruf d untuk IUP Eksplorasi,

meliputi:

1.Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan

2.Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral

logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya

pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam

atau batuan atas permohonan wilayah.


8. Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) pada usaha pertambangan BGI

berlaku berapa tahun? Apa syarat yang harus dipenuhi untuk memperpanjang

UIP?

Penyelesaian:

SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH ( SIPD )

1. Perda No. 4 Tahun 2003 tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan

Bahan Galian Golongan C.

1. Surat Izin Pertambangan Daerah ( SIPD ) adalah Kuasa Pertambangan

yang berisikan hak dan kewajiban untuk melakukan kegiatan semua atau tahap

usaha pertambangan bahan galian Golongan C.

2. Eksploitasi Bahan Galian Golongan C adalah Pengambilan bahan galian

golongan C sumber daya alam didalam dan / atau permukaan bumi untuk

dimanfaatkan.

3. Pengolahan / Pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan

galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur–unsur yang terdapat

dalam bahan galian itu.

4. Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan memperbaiki daya guna

lahan yang diakibatkan oleh usaha pertambangan umum.

5. Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian Golongan C sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Perundang – undangan yang berlaku :


Jenis Bahan Galian Golongan C
1. Nitrat. 1. Tawas 1. Bentonit. 1. Batu
2. Phospat. (alum). 2. Batu kapur.
3. Garam 2. Oker apung. 2. Dolomit
batu 3. Batu 3. Tras. 3. Kalsit.
4. Asbes permata 4. Opsidian. 4. Granit.
5. Talk. 4. Batu 5. Perlit. 5. Tanah
6. Mika. setengah 6. Tanah liat.
7. Grafit. permata. diatome 6. Pasir
8. Magnesit. 5. Pasir 7. Tanah dan
9. Yarosit. kuarsa. serap krikil.
10. Leusit. 6. Kaolin. 8. Marmer. 7. Zeolit.
7. Feldspar. 9. Batu 8. Trakkit,
8. Gips. tulis. dan
9. Mineral
bukan
logam
lainnya.

Jenis bahan galian golongan C yang terdapat di Kab.Jembrana antara lain :

1. Pasir, kerikil dan batu.

2. Tanah liat / tanah urug

3. Batu padas / paras.

4. Batu kapur.

Persyaratan :

Mengajukan permohonan dengan mengisi formulir ;

1. Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)

1. Surat pernyataan tidak berkeberatan dari penyanding.

Melampirkan :
1. Copy Persetujuan Prinsip.

2. Peta Rencana Tambang Skala 1 : 10.000.

3. Copy Akta Pendirian Usaha bila berbadan hukum.

4. Dokumen UKL-UPL bagi yang tidak menimbulkan dampak penting.

5. Dokumen AMDAL bagi yang menimbulkan dampak penting.

6. Copy KTP pemohon.

7. Copy sertifikat tanah bila di tegalan.

Persyaratan lain :

1. Izin penggunaan jalan negara / kabupaten.

2. Izin penggunaan alat berat di lokasi penambangan.

3. Uang jaminan reklamasi yang disimpan pada Bank yang ditunjuk atas nama

Pemerintah Daerah.

Obyek Pajak :

1. Obyek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah kegiatan pengambilan

mineral bukan logam dan batuan.

2. Dikecualikan dari obyek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah :

o Yang nyata-nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti

kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga,

pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepone,

penanaman pipa air/gas.

o Pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan

dari kegiatan pertambangan lainnya yang tidak dimanfaatkan secara

komersial.

o Pengambilan mineral yang ditetapkan dengan peraturan daerah.


Masa berlaku SIPD :

SIPD berlaku maksimal 3 tahun dan dapat di perpanjang bila di kehendaki atau bila

lokasinya masih layak untuk di tambang / diperpanjang.

Kewajiban pemegang SIPD :

 Membayar iuran tetap eksplorasi sebesar Rp 5.000,- dan iuran tetap

eksploitasi sebesar Rp 15.000,- per tahun.

 Menyimpan biaya jaminan reklamasi pada Bank yang ditunjuk atas nama

Pemerintah Kab. Jembrana.

 Membayar pajak sesuai peraturan yang berlaku.

 Menyampaikan laporan berkala setiap triwulan tentang pelaksanaan produksi

kepada Bupati Jembrana.

 Melaksanakan pematokan batas-batas wilayah izin pertambangan.

 Memasang papan usaha / perusahaan

 Menjaga dan melestarikan lingkungan sekitarnya.

 Melaksanakan penambangan sesuai dengan peta tambang yang ditetapkan dan

ketentuan yang berlaku.

9. Teknik Pertambangan BGI berdasarkan atas cara kerjanya dibagi menjadi 3

Teknik Pertambangan, Sebutkan dan jelaskan?

Penyelesaian:

 Pembagian Teknik Pertambangan atas cara kerjanya:

1. Digali (tambang bt. Gamping)


2. semprot dg pompa tekanan tinggi (pasir)

Metode penambangan hidraulicking atau semprot

Metode tambang semprot pada penambangan endapan timah sekunder merupakan

serangkaian kegiatan yang meliputi :

1. Pengupasan lapisan penutup atau Over Burden.

2. Pembongkaran endapan bijih tersebut.

3. Pemisahan dan pemurnian antara Konsentrat ( mineral yang dikehendaki ) dan

Tailing ( kotoran yang menyertai )

Metode ini dapat diterapkan dengan syarat-syarat tertentu yaitu:

 Tebal overburden kurang dari 10 meter - Apabila ketebalan lapisan penutup atau

Over burden lebih dari 10 meter metode ini sulit diterapkan mengingat media

yang digunakan adalah media air dan tentunya lumpur pengotornya semakin

banyak sehingga bila ketebalan lebih dari 20 meter lebih baik dengan tambang

dalam bila setelah dihitung BESR ( bench striping ratio ) nya menguntungkan.
 Persediaan air cukup - Karena apabila persediaan air tidak cukup akan

menggangu waktu proses penyemprotan dan alangkah baiknya lokasi

penampungan air di usahakan sedekat mungkin dengan lokasi penambangan.

 Kemiringan bed rock yang baik antara 1º - 3º - Dengan kemiringan bed rock

antara 1º - 3º diharapkan Lumpur hasil penyemprotan langsung menuju ke

kolam penampung sementara dan waktu membongkar bagian bawah tidak

kesulitan.

Adapun alat – alat yang digunakan yaitu :

 Monitor / Giant - Bentuknya menyerupai meriam atau canon, monitor ini

dihubungkan dengan pipa tekanan tinggi dengan penjepit, letak badan dari

monitor disangga oleh kayu atau penghalang agar kedudukan monitor tidak

goyah oleh getarannya air yang bertekanan tinggi. Tekanan air dapat diatur

kecepatannya dengan melonggarkan kran penutup dan dibantu pula oleh

pengaturan besar kecilnya mulut pipa atau Nozle. Air yang menyemprot dari

mulut pipa atau Nozle dapat ditujukan pada arah tertentu dengan menggunakan

kemudi yang diberi pemberat pada arah kasar, dan apabila lebih mau teliti dapat

dibantu dengan penyipat arah yang namanya Diflector. Monitor dapat

melakukan gerakan mendatar karena adanya sendi putar dan gerakan tegak lurus

karena adanya sendi peluru.

 Pompa - Disini pompa adalah alat untuk memindahkan air dari tempat yang

rendah ketempat yang lebih tinggi. Menurut prinsipnya pompa digolongkan :

1. Pompa Tekan - Ialah pompa yang kerjanya memindahkan air dengan jalan

ditekan.
2. Pompa Isap - Ialah pompa yang kerjanya memindahkan air dengan menghisap

air.

3. Pipa atau Selang - Untuk menghubungkan air dari bak penampung ke pompa

isap, pompa tekan, monitor atau giant. Selain juga digunakan untuk

menhubungkan lumpur endapan dari bak penampung ke pompa isap, sluice box,

washing plan,yang selanjutnya ke bak tailing dan bak Konsentrat atau bijih yang

dikehendaki.

4. Sluice Box - Yaitu alat mirip seperti talang yang di buat miring dan pada

dasarnya terdapat Riffle yang digunakan untuk menghanyutkan lumpur endapan

placer. Prinsip kerja sluice box yaitu dengan prinsip berat jenis, sehingga apabila

mineral – mineral yang terdapat dalam lumpur yang masuk ke sluice box berat

jenisnya lebih besar dari berat jenis air maka akan tertahan pada riffle tersebut

sedangkan yang lebih ringan atau sama dengan air akan terbawa aliran air yang

selanjutnya dibuang sebagai tailing.

5. Washing Plant ( Mud box ) - Yaitu alat yang digunakan untuk mencuci atau

menghilangkan material – material pengotor yang masih menempel pada

mineral yang dikehendaki.

Cara kerja penambangan dengan metode hydraulicking atau semprot dan

petunjuk pelaksanaannya

Awalnya air yang berada pada bak penampung air disedot dengan pompa isap yang

ditempatkan pada rumah jig yang kemudian ditekan dengan pompa tekan ke monitor

atau giant yang selanjutnya diarahkan kelapangan tempat endapan placer atau alluvial

berada. Tahap pertama yaitu pengupasan over burden atau lapisan tanah penutup, yang

paling penting letak mulut pipa isap lumpur harus pada tempat paling terendah pada
kolam penampung lumpur sehingga lumpur tersebut secara alamiah akan mengalir dari

tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sebaiknya penyemprotan dimulai dari hilir

ke arah hulu dari bekas – bekas lembah dimana placer terdapat hal ini dimaksudkan

agar posisi lumpur hasil semprotan lebih tinggi dari posisi bak penampung lumpur.

Penyemprotan dimulai dari atas atau bagian permukaan dahulu hingga membentang

mendatar kemudian berangsur – angsur monitor agak ditundukkan ke bawah sedikit

demi sedikit lalu disemprotkan mendatar lagi, begitu seterusnya sampai mencapai

bedrock. Setelah endapan placer yang telah dibersihkan habis, monitor kembali

diarahkan ke atas guna membongkar lagi lapisan penutup begitu seterusnya. Hendaknya

penambangan dilakukan kearah depan terus sehingga tidak usah memindah – mindah

posisi monitor kesamping.

Lumpur dapat terkumpul di kolam penampung lumpur lewat parit – parit yang telah

dibuat yang kemudian diisap oleh pipa isap dengan bantuan pompa isap, kemudian

lumpur endapan placer tadi masuk ke bagian sluice box untuk dipisahkan antara

pengotor dengan mineral konsentrat yang dikehendaki, selanjutnya mineral tadi masuk

ke bagian washing plan untuk dicuci dan di murnikan dari mineral – mineral pengotor

yang masih menempel pada mineral yang di kehendaki. Sisa – sisa dari lumpur pengotor

yang tidak tertampung oleh riffle pada sluice box kemudian dikeluarkan melalui pipa

ke bak penampung tailing dan pengotor hasil pencucian dari washingplan juga demikian

sedangkan mineral yang dikehendaki disalurkan melalui pipa ke bak penampung

konsentrat demikian berulang – ulang.

Keuntungan sistem tambang semprot :

1. Tidak memerlukan alat bonkar mekanis

2. Biaya operasional lebih sedikit dibanding system yang menggunakan alat- alat

mekanis.
3. Tidak menyebabkan banyak polusi udara.

4. Tidak perlu membuat jenjang – jenjang, Dll.

Kekurangan sistem tambang semprot :

1. Memerlukan banyak air

2. Harus ada pekerja di jalur parit, sehingga apabila ada boulder tidak menggangu

aliran lumpur.

3. Kerjanya tidak bisa cepat karena mengandalkan aliran lumpur secara alamiah.

4. Apabila ada salah satu pipa yang tersumbat semua proses penambangan harus

berhenti, Dll

3. DIsedot dengan pompa hisap (pasir)

Umumnya bahan galian industri terdapat didekat permukaan, tetapi juga ada yang

terdapat dan terkumpul dibawah permukaan tanah yang relative agak dalam. Selain itu

bahan galian tersebut ada yang keras. Ada yang lunak bahkan setengah kompak. Karena

terdesak keperluan bahkan ada galian yang berada dibawah air. Atas dasar cara kerjanya

bahan galian industry biasanya ditambang dengan cara: digali, disemprot dengan pompa

bertekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.Pompa hisap merupakan suatu alat

yang digunakan untuk menarik mineral-mineral yang berada dibawah permukaan tanah,

mineral-mineral tersebut biasanya berbentuk butiran-butiran halus atau pasir.

Penambangan yang menggunakan pompa hisap ini misalnya penambangan pasir di laut.

Selain itu, bisa juga digunakan untuk menghisap mineral seperti zircon yang kemudian

akan dipisah antara mineral kotornya, menggunakan cara tradisional seperti diayak atau

dengan alat, yaitu spiral.


Biasanya dalam pertambangan mineral zircon, pompa hisap ini akan langsung

disambungkan dengan spiral melalui sebuah pipa yang langsung terhubung diatas spiral,

sehingga dalam proses penghisapannya, mineral yang dihisap menggunakan pompa

hisap yang ditambah mesin penggerak ini, setelah berhasil menghisap zircon dari bawah

permukaan tanah, dan didorong oleh kerja mesin penggerak yang kuat, mineral tersebut

akan langsung mengalir kebagian atas spiral dan langsung dalam proses pemisahan

antara zircon dan juga pasir-pasir yang tercampur dengan zircon, sehingga hasilnya

akan langsung diperoleh. Untuk kombinasi antara pompa dan spiral ini, biasanya alat

pompa ini disebut dengan pompa hisap-buang. Karena setelah menghisap mineral

zircon dari bawah permukaan tanah akan langsung dibuang dalam spiral.Spiral

merupakan alat penetrasi pemisahan mineral berat dan mineral ringan yang berbentuk

spiral yang menggunakan gaya sentrifugal dan air sebagai media konsentrasi. Metode

pemisahan ini teramasuk kedalam “gravity consenteration”. Spiral merupakan suatu alat

yang penting dalam pertambangan mineral-mineral halus seperti zircon. Melalui alat ini

mineral zircon yang didapatkan dari pertambangan menggunakan pompa hisap yang

bercampur dengan mineral yang lainnya akan dipisahkan.

10. Berdasarkan atas tempat kegiatan penambangan, sebutkan dan jelaskan?

Penyelesaian:

1.Tambang terbuka (semua kegiatan metode penambangan dilakukan

dipermukaan bumi disebut Quarry.)

Kuari dibagi 2 berdasarkan produk dihasilkan, letak dan bentuk :

1. Kuari tipe sisi bukit (lereng berjenjang)

2. Kuari tipe lubang galian (kuari yg letak endapannya dibawah permukaan

tanah dan topografinya mendatar.


Tahapan Tambang Terbuka :

a. Land Clearing (pengupasan tanah penutup)

b. Pemindahan tanah Topsoil

c. Pemberaian (bongkar-muat, angkut dan timbun)

d. Transportasi ke tempat pengolahan.

2. Tambang Bawah Tanah (Lubang Tikus/Ghopering)

Dilakukan pada endapan BGI atau urat bijih dg ukuran tidak teratur, tersebar tidak

merata (tambang Phospat di Jabar dan tambang gypsum di Jatim.

Anda mungkin juga menyukai