Anda di halaman 1dari 5

STROKE PATHWAY

Alamanda Puspita-260110150027 (Kelas A 2015)


Secara umum, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan perdarahan, dengan
stroke iskemik hampir 85% dari keseluruhan. Stroke iskemik dapat disebabkan karena
trombosis intrakranial maupun emboli ekstrakranial. Trombosis intrakranial disebabkan
adanya atherosklerosis, sedangkan emboli ekstrakranial pada umumnya berasal dari arteri
ekstrakranial atau dari jantung sebagai akibat dari infark miokard, mitral stenosis,
endokarditis, atrial fibrilasi, kardiomiopati atau gagal jantung kongestif. Stroke perdarahan
dibedakan menjadi stroke perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan subarachnoid (PSA),
dengan penyebab paling sering adalah hipertensi, trauma, obat-obatan atau malformasi
vaskuler (Saenger dan Christenson, 2010).
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Embolus akan
menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia (kekurangan suplai oksigen) jaringan otak di
bagian distal sumbatan. Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
darah, lemak, dan udara. Emboli berasal dari thrombus dijantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau
embolus, maka area sistem saraf pusat (SSP) akan mengalami infark. Karena jaringan
serebral mengalami infark maka terjadi penurunan sirkulasi jaringan otak atau perubahan
perfusi jaringan karena menurunnya suplai oksigen ke otak.
Akibat dari perubahan perfusi jaringan maka akan mempengaruhi hemisfer pada otak.
Hemisfer merupakan dua sisi simetris yang membagi otak besar. Otak memiliki dua hemisfer
yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian sisi kiri
tubuh sementara hemisfer serebri kiri mengatur bagian sisi kanan tubuh. Hemisfer kanan
memiliki fungsi dalam perkembangan emosional seperti sosialisasi, komunikasi,
pengendalian emosi, serta perseptual atau penilaian diri terhadap lingkungan, pada bagian
hemisfer kanan terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, dan ekspresi tubuh.
Sedangkan hemisfer kiri memiliki fungsi yang berhubungan dengan logika, rasio, bahasa,
kemampuan menulis dan membaca, serta pusat matematika. Selain mempengaruhi fungsi
hemisfer otak, perubahan perfusi jaringan dapat menyebabkan infark batang otak yang akan
mengakibatkan terganggunya fungsi sistem saraf sehingga dapat mempengaruhi fungsi
sensorik dan motorik.
Gangguan pada hemisfer kanan otak dapat menyebabkan disfagia (kesulitan untuk
menelan) sehingga menyebabkan asupan nutrisi untuk kebutuhan tubuh menjadi berkurang,
afasia (kerusakan komunikasi verbal), kelainan visual kanan, gangguan konsep diri dan harga
diri rendah sehingga menyebabkan mudah frustasi, dan mengalami hemiplagi kanan
(gangguan sisi tubuh yang berlawanan). Gangguan pada hemisfer kiri otak dapat
menyebabkan hemiplagi kiri atau gangguan pada sisi tubuh bagian kiri, kelainan visual kiri,
dan defisit perseptual atau berkurangnya penilaian diri dan lingkungan. Pada pasien penderita
stroke akibat mengalami hemiplagi baik kanan maupun kiri akan mengakibatkan kelemahan
fisik sehingga beresiko tinggi mengalami kerusakan integritas kulit.
Sementara apabila terjadi infark pada batang otak akan menyebabkan gangguan pada
sistem saraf, dimana pada batang otak terdapat 12 sistem saraf kranial yang mengatur fungsi
dari berbagai organ tubuh. Berikut fungsi dari 12 saraf kranial pada batang otak :

Gambar 1. 12 Saraf Kranial (Campbell et al., 2008)

Apabila terjadi infark pada batang otak maka, kerusakan pada saraf no. I (olfaktori)
akan menyebabkan penurunan daya penciuman, kerusakan pada saraf no. II (optik) akan
menyebabkan penurunan daya penglihatan sehingga dapat mengakibatkan resiko tinggi
terjadinya cedera. Kerusakan pada saraf no (III/okulomotorik, IV/troklear, VI/abdusen) akan
menyebabkan penurunan lapang pandang, penurunan refleks cahaya, dan perubahan ukuran
pupil sehingga bola mata tidak akan mengikuti perintah. Kerusakan pada saraf no. VII (fasial)
akan menyebabkan penutupan kelopak mata serta terjadi penurunan pengecapan rasa oleh
lidah. Kerusakan pada saraf no. VIII (auditori) dapat mengakibatkan penurunan pendengaran
sehingga keseimbangan tubuh pun akan menurun. Kemudian, kerusakan saraf no.
(V/trigeminal, IX/glossofaringeal, X/vagus, XI/spinal) dapat mengakibatkan disfagia atau
menurunnya kemampuan menelan, dan kerusakan pada saraf no. XII (hipoglosal) dapat
mengakibatkan penurunan refleks mengunyah sehingga dapat menyebabkan tersedak ketika
makanan masuk, akibat tersedak maka akan terjadi obstruksi jalan nafas sehingga jalan nafas
akan tersumbat. Terjadinya kerusakan saraf pada jenis saraf sensori seperti olfaktori, optik,
dan auditori akan menyebabkan gangguan persepsi sensori pada pasien penderita stroke.
Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada 12 saraf kranial akibat infark batang otak
dapat menyebabkan gangguan motorik dan sensorik pada fungsi organ tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A., Jane B. Reece., Lawrence G. Mitchell. 2008. Biology 8th Edition Jilid 3.
Jakarta : Erlangga.
Saenger AK, Christenson RH, 2010. Stroke biomarkers: Progress and challenges for
diagnosis, prognosis, differentiation, and treatment. Clinical Chemistry 56(1): 21-33.

Anda mungkin juga menyukai