Apabila terjadi infark pada batang otak maka, kerusakan pada saraf no. I (olfaktori)
akan menyebabkan penurunan daya penciuman, kerusakan pada saraf no. II (optik) akan
menyebabkan penurunan daya penglihatan sehingga dapat mengakibatkan resiko tinggi
terjadinya cedera. Kerusakan pada saraf no (III/okulomotorik, IV/troklear, VI/abdusen) akan
menyebabkan penurunan lapang pandang, penurunan refleks cahaya, dan perubahan ukuran
pupil sehingga bola mata tidak akan mengikuti perintah. Kerusakan pada saraf no. VII (fasial)
akan menyebabkan penutupan kelopak mata serta terjadi penurunan pengecapan rasa oleh
lidah. Kerusakan pada saraf no. VIII (auditori) dapat mengakibatkan penurunan pendengaran
sehingga keseimbangan tubuh pun akan menurun. Kemudian, kerusakan saraf no.
(V/trigeminal, IX/glossofaringeal, X/vagus, XI/spinal) dapat mengakibatkan disfagia atau
menurunnya kemampuan menelan, dan kerusakan pada saraf no. XII (hipoglosal) dapat
mengakibatkan penurunan refleks mengunyah sehingga dapat menyebabkan tersedak ketika
makanan masuk, akibat tersedak maka akan terjadi obstruksi jalan nafas sehingga jalan nafas
akan tersumbat. Terjadinya kerusakan saraf pada jenis saraf sensori seperti olfaktori, optik,
dan auditori akan menyebabkan gangguan persepsi sensori pada pasien penderita stroke.
Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada 12 saraf kranial akibat infark batang otak
dapat menyebabkan gangguan motorik dan sensorik pada fungsi organ tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A., Jane B. Reece., Lawrence G. Mitchell. 2008. Biology 8th Edition Jilid 3.
Jakarta : Erlangga.
Saenger AK, Christenson RH, 2010. Stroke biomarkers: Progress and challenges for
diagnosis, prognosis, differentiation, and treatment. Clinical Chemistry 56(1): 21-33.