BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah mengenai Teknologi dan Komunikasi
A. Sejarah komunikasi
Dewasa ini, kehidupan manusia di dunia menjadi sangat berkembang. Seiring dengan
perkembangan zaman pula, manusia dihadapkan dengan situasi dan kondisi dimana
mereka harus saling berinteraksi dengan manusia lainnya, karena pada hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial. Proses interaksi antar manusia ini disebut dengan
komunikasi. Secara umum, istilah komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak yang lainnya agar terjadi
saling mempengaruhi diantara keduanya (feedback). Komunikasi dibedakan menjadi
2 yakni, komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal
merupakan interaksi antar dua orang atau lebih, dimana dalam pemyampaian
informasi disampaikan secara lisan dan langsung pada pihak yang dituju untuk
disampaikan informasi tersebut. Sedangkan komunikasi non verbal merupakan proses
interaksi antar dua orang atau lebih, dimana dalam penyampaian pesan, caranya
adalah dengan berupa tulisan (seperti surat, telegram, sms, email, dll) dan bersifat
tidak lansung. Komponen komunikasi terdiri dari pengirim pesan (sender), pesan
(informasi), penerima pesan (receiver), dan juga timbal balik (feedback). Adapun
sejarah mengeani komunikasi yakni sebagai berikut.
Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan
kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk
reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif
yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang
terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Pada binatang, komunikasi juga dilakukan untuk menunjukkan keunggulan, biasanya
dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu
munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi
fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada
manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak manusia, dan
hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi". Manusia berkomunikasi untuk membagi
pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa
sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif,
transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan
seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi,
komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan
sama oleh penerima pesan tersebut. Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak
lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20
karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang
revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat
seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan
industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi
dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana
komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara,
humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi
mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.
B. Sejarah Teknologi informasi
Teknologi Informasi dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi.
Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses
penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman
informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama
penyimpanannya.
Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah
teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan
oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan
sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan informasi melalui
ucapannya itu saja. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan
si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain itu jangkauan
suara juga terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar, informasi yang
disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali. Setelah
itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar
jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan
kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih lama. Beberapa
gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia
sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.
Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi
yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu
peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti
MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam
penulisan informasi itu. Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman
informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer
mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan
lebih lama tersimpan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia
Bagaimana sejarah singkat perkembangan teknologi komunikasi di
Indonesia?Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan
untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat
komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer
dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi
telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan
informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi,
dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita
bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu
dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu,
negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat
bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru
dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti
ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai
kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf
yang dimulai dengan awalan e- seperti e-commerce, e-government, e-education, e-
library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi
yang berbasis elektronika.
Sejarah singkat perkembangan teknologi di Indonesia:
1. televisi
2. radio
Di tahun 1986-1987-an awal perkembangan jaringan paket radio di Indonesia
3. telepon
4. pager
5. handphone
6. Bluetooth
7. Wi-fi
8. GPS
9. internet :
Ledakan Internet di Indonesia sendiri terjadi sekitar tahun 1994. Sebelumnya Internet
sudah masuk ke Indonesia melalui jaringan akademis dan pusat riset, sehingga hanya
golongan akademis dan peneliti yang dapat memanfaatkannya. Itupun masih terbatas
pada fasilitas e-mail saja. Nicholas Negroponte sendiri mengakui, “…bahwa
pertumbuhan host Internet tercepat pada kwartal ketiga 1994 terjadi di Argentina,
Iran, Peru, Mesir, Filipina, Federasi Rusia, Slovenia dan Indonesia.” (Being Digital,
Mizan, 1998, hal. 184). Di Indonesia, jumlah pengguna Internet menurut perkiraan
sebesar 1 juta orang dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia. Angka tersebut
sangatlah kecil dibandingkan dengan rasio pengguna di Amerika Serikat.
Berdasarkan data yang didapat dari APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia)
dari 11.000 Sekolah Menengah Umum (SMU) di Indonesia, kurang dari 2% yang
mempunyai sambungan ke Internet. Itu pun terkonsentrasi di wilayah Jabotabek dan
kota-kota besar di Pulau Jawa. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menjadikan
Indonesia tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya yang telah terbiasa
memanfaatkan Internet untuk pendidikan di sekolah-sekolah. Di sisi lain, memasuki
abad ke-21 ini, diperkirakan kebutuhan tenaga ahli di bidang teknologi informasi
akan meledak dan berbagai urusan diperkirakan hampir semuanya akan berbasiskan
Internet.
Tekonologi Sekarang:
Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan
telekomunikasi merupakan sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai
teknologi ini, maka dia akan menjadi pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi
banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain : Bidang pendidikan(e-
education).Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia
pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang
lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai contoh kita melihat di Perancis
proyek “Flexible Learning?. Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal
tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy)” yang secara
ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa
pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses
oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun
pengalaman pendidikan sebelumnya.
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan,
seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan
menghubungkan keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan
suatu proses transaksi bisnis antara publik dengan pemerintah melalui sistem otomasi
dan jaringan internet, lebih umum lagi dikenal sebagai world wide web. Pada intinya
e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan
hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. penggunaan teknologi informasi
ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Governmet to
Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government to Government).
B. Perkembangan Media menurut para ahli
1. Robert L. mathis dan Jhon H. Jackson
Menurut Robert l. Mathis dan Jhon H. Jackson (2004) kontributor utama globalisasi
adalah perkembangan dan evolusi telekomunikasi dan teknologi yang membantu
pengiriman informasi yang cepat. Teknologi komunikasi seperti satelit telah
menghadirkan televisi dan layanan telepon nirkabel ke desa-desa terpencil di Afrika,
India, China, dan Amerika Latin. Pertumbuhan pengunaan internet di seluruh dunia
telah menjadikan orang-orang dan perusahaan-perusahan dapat dengan mudah
berkomunikasi dan memiliki akses data dalam jumlah yang sangat besar.
2. Daniel Lerner, Daniel Bell, dan Collin Cherry
a. Daniel Lerner dengan “Revolusi Komunikasi”
Ada saling keterkaitan antara Era Ideologi – berkembangnya ideologi di abad ke 18
dan 19 – serta revolusi komunikasi yang didasarkan pada pengembangan teknologi
cetak dan produksi barang-barang cetak. Morse Peckham menyatakan:
Di tahun 1830, bidang penerbitan mengalami revolusi, barang-barang cetak menjadi
murah – untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia tingkat melek huruf bisa
meluas ke seluruh tingkatan populasi. Di Inggris populasinya berkembang dengan
rasio satu banding empat; sementara tingkat golongan yang melek huruf berkembang
dengan rasio 1 : 32. Hal ini tidak hany memepengaruhi produksi buku, tapi semua
jenis komunikasi dan pendokumentasian yang melibatkan kertas – majalah, surat
kabar, surat-surat; bisnis, pemerintahan dan korespondensi militer. … abad ke 19
mengalami revolusi komunikasi yang merupakan bagian dan hasil terpenting dari
revolusi industri.
Karenanya, terjadi perkembangan besar-besaran dalam informasi dikarenakan
akeselerasi kesediaan materi cetak, surat kabar atau dokumen resmi. Halini
meningkatkan permasalahan pemrosesan informasi, dan menjelaskan arti dari
informasi. Mencapai artian, bukan mencapai informasi – menjadi hal yang semakin
problematik. Makna tidak berasal dari informasi itu sendiri. Makna tidak menyertai
jumlah dokumen, fakta atau kepingan informasi tapi bergantung (minimal sebagian)
pada komitmen awal skema konseptual, teori dan perspektif. Perkembangan ideologi,
Era Ideologi merupakan respon dasar terhadap revolusi komunikasi; ia merupakan
usaha untuk memberikanmakna.
Era Ideologi bisa dilihat sebagai perkembangan produksi sistem simbol yang
merespon meningkatnya pasar kebutuhan makna; khsususnya, makna sekuler,
dikarenakan menurunnya sistem nilai lama dan agama yang sebelumnya terkait
dengan rezim lama; sebagian dikarenakan struktur sosial baru dan kejadian-kejadian
revolusioner yang harus disintesakan; dan sebagian besar disebabkan oleh meluasnya
informasi ke segala arah karena revolusi komunikasi Era Ideologi tidak hanya dilihat
sebagai respons terhadap fragmentasi berita, tapi juga berkaitan dengan
pengembangan sejarah modern – perkembangan sejarah modern menghubungkat
kejadian masa lalu dan sekarang dan mendorong saling keterkaitan antar subsistem
tersendiri dalam masyarakat. Contohnya, saling keterkaitan antara ekonomi dan
politik dan sejarah tidak lagi merupakan kepingan kisah mengenai kekuasaan
kerajaan. Sejarah baru mengalami perluasan konteks sebagaimana ideologi. Dengan
meningkat dan meluasnya tingkat baca, teknologi cetak dan perkembangan surat
kabar modern berkembangklah gagasan modern tentang berita. Di tahun 1780 dan
1830, perkembangan jurnal, newsletter dan surat kabar menjadi sangat besar di Eropa
sehingga muncul fenomena baru – khalayak pembaca berita.
Munculnya media masssa dan media publik merupakan perkembangan konstruktif.
Publik muncul ketika terjadi penurunan pola dan interaksi sosial antar
budaya.kelompok tradisional memiliki karakteristik pola interaksi sosial antar
anggotanya yang mendorong pemahaman dan minat bersama dan memungkinkan
interaksi sosial. Publik, adalah sejumlah orang yang terekspose kepada rangsangan
yang sama dan memiliki kesamaan bahkan tanpa berinteraksi satu sama lainnya.
Dalam masyarakat tradisional pasar dan hari libur menjadi dasar struktur periodik
penyebaran informasi ke komunitas yang lebih luas, antar pihak yang tidak saling
mengenal atau antar anggota dari keluarga yang berbeda; penyebaran informasi
dilakukan dari mulut ke mulut dalam dialog tatap muka yang memungkinkan
jawaban atas feedback dan pertanyaa. Dengan perkembangan media massa yang
pertama kali ditunjukkan melalui barang cetakan, sejumlah orang terkena ekspose
pada aliran informasi berkelanjutan pada saat yang hampir bersamaan. Informasi
harus dapat dimengerti, menarik dan meyakinkan bagi orang-orang dengan latar
belakang dan kepentingan yang berbeda, orang-orang yang tidak saling kenal tidak
bertemu dan berinteraksi.
Media massa memudahkan interaksi sosial untuk kesamaan budaya. Informasi dan
orientasi, fakta dan nilai-nilai bisa diketahui tanpa interaksi antar manusia. Keyakinan
sebagian orang lyang dinilai sebagai hal yang nyata dan bernilai sekarang bisa
dikontrol dari kejauhan, terpisah dan diluar dari mereka yang meyakininya.
Secara historis, publik terdiri dari orang-orang yang terbiasa mendapatkan berita dan
orientasi dari media massa umum yang mengandung informasi dan orientasi beragam
yang disebarkan oleh para pengusaha dan perusahaan. Surat kabar misalnya,
memperkuat rasionalitas publik dalam cara-cara yang khusus. Pertama, mereka
menyediakan informasi dalam ukuran luas yang melampaui kondisi lokal untuk
memberikan informasi mengenai kejadian-kejadian di tempat yang jauh.
Berita memungkinkan seseorang membandingkan kondisinya dengan orang lain.
Berita memungkinkan alternatif ditentukan sebagai realistis dengan menunjukkan
kondisi berbeda yang sudah ada. Berita memungkinkan seseorang untuk meramalkan
kondisi di masa datang, contohnya pada laporan ramalan cuaca.
Analisis awal terhadap publik dan berita adalah bahwa berita menafsirkan sebuah
publik dengan mendorong dialog tatap muka. Percakapan diperkuat untuk
memecahkan ketidak-pastian tentang makna berita. Percakapan berdasar berita,
sebagai sarana rasionalitas publik bergantung pada tidak adanya mata-mata
pemerintahan, informan, sensor dan agen rahasia yang ditugaskan oleh pemerintah.
Sistem kelas dan negara harus dikeluarkan dari percakapan agar publik bisa
mengaktualisasikan potensinya untuk mengajukan kritik rasional. Transformasi sosial
sendiri tidak akan bisa meningkatkan rasionalitas publik jika ia tidak mencegah
negara agar tidak membebankan hukuman atau penyelidikan atas percakapan kritis.
Ideologi berfungsi memobilisasi pergerakan sosial dalam publik melalui perantara
surat kabar dan media lainnya. Pergerakan merupakan sektor publik yang bertujuan
untuk proyek publik dan identitas sosial umum. Pergerakan sosial merupakan sektor
pulik yang responsif terhadap ideologi; mereka memiliki ideologi yang pada satu sisi
menterjemahkan berita dan di sisi lain, menyediakan kesadaran atas identitas
sosialnya dari laporan-laporan dalam media berita.
Gagasan “publik” berkembang dengan munculnya gagasan “pribadi”. Hubungan
antara keduanya tidak selalu sama di semua negara. Publik dan pribadi berkembang
bersama. Untuk membuat suatu permasalahan menjadi masalah publik berarti
membukanya terhadap orang-orang asing, mereka yang umumnya tidak telrihat dan
terdengar. Pada tingkatan paradigmatik publik adalah di laur keluarga. Pertumbuhan
publik dan pribadi yang bersamaan berarti perkembangan batasan kekuatan publik,
pembentukan batasan bagi sebuah lembaga dimana publik tidak bisa ikut campur di
dalamnya.
b. Daniel Bell dengan “masyarakat pasca industri”
Daniel Bell menyediakan enam perubahan struktur sosial yang berkaitan dengan
transisi ke masyarakat pasca-industri:
1. Dalam ekonomi, ada transisi dari produksi barang dengan penyediaan layanan.
Produksi barang seperti pakaian dan penurunan baja dan layanan seperti menjual
hamburger dan saran menawarkan investasi meningkat. Meskipun layanan
mendominasi dalam berbagai sektor, kesehatan, pendidikan, penelitian, dan jasa
pemerintah yang paling menentukan bagi suatu masyarakat pasca-industri.
2. Pentingnya kerah biru , (misalnya pekerjaan manual, pekerja perakitan line) dan
penurunan (misalnya pengacara profesional, dokter, dan insinyur) dan pekerjaan
teknis (misalnya pemrogram komputer) datang untuk mendominasi. Yang paling
penting khusus adalah munculnya ilmuwan (misalnya, insinyur khusus, seperti
genetik atau listrik). Banyak kota-kota pertambangan dan permukiman serupa wajah
skala besar pengangguran sebagai akibat dari pentingnya peningkatan baik
pengetahuan teoritis dengan penurunan simultan di bidang manufaktur dan
meningkatkan pentingnya lingkungan hidup . Banyak penduduk kota-kota industri
manfaat, seperti yang sedekah .
3. Alih-alih pengetahuan praktis, teoritis pengetahuan semakin penting dalam
masyarakat pasca-industri. pengetahuan tersebut dilihat sebagai sumber dasar inovasi
(misalnya, pengetahuan yang diciptakan oleh orang-orang ilmuwan yang terlibat
dalam Proyek Genom Manusia mengarah kepada cara-cara baru untuk mengobati
banyak penyakit). Uang Muka dalam pengetahuan juga menyebabkan kebutuhan
untuk inovasi lain seperti cara untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan etis yang
diajukan oleh kemajuan Teknologi kloning. Semua ini melibatkan penekanan pada
teori daripada pengetahuan empiris dan di kodifikasi pengetahuan. Pertumbuhan
eksponensial pengetahuan teoretis dan dikodifikasi, dalam semua varietas, adalah
penting bagi munculnya masyarakat pasca-industri.
4. masyarakat pasca-industri berusaha untuk menilai dampak teknologi baru dan, jika
diperlukan, untuk melakukan kontrol atas mereka Harapannya, misalnya, untuk lebih
baik memantau hal-hal seperti pembangkit listrik tenaga nuklir dan untuk
meningkatkan mereka sehingga kecelakaan seperti itu di Three-Mile Island atau
Chernobyl dapat dicegah di masa depan. Tujuannya adalah dunia teknologi lebih
pasti dan lebih aman. Doktrin prinsip pencegahan ini kadang-kadang digunakan
dalam mencegah aspek terburuk dari teknologi baru, seperti kloning dan rekayasa
genetik , bila tidak ada bukti dampak negatif mereka.
5. Untuk menangani penilaian tersebut dan kontrol, dan lebih umum kompleksitas
murni masyarakat pasca-industri, teknologi intelektual baru yang dikembangkan dan
diimplementasikan. Mereka termasuk cybernetics , teori permainan dan teori
Informasi .
6. Hubungan baru ditempa dalam masyarakat pasca-industri antara ilmuwan dan
teknologi baru yang mereka ciptakan, serta perkembangan teknologi sistematis,
terletak di dasar masyarakat pasca-industri. Ini mengarah pada kebutuhan universitas
lebih dan mahasiswa yang berbasis. Bahkan, universitas ini sangat penting
masyarakat pasca-industri. universitas ini menghasilkan para ahli yang dapat
membuat, panduan, dan kontrol dan secara dramatis mengubah Teknologi baru.
Kata Pengantar
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur atas kehadirat dan berkat dari ALLAH
SWT yang telah meridhoi saya dalam pengerjaan makalah ini. Saya juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya karena
mereka telah dengan tulus mendukung apapun yang saya lakukan dalam hal yang
positif, termasuk di dalamnya adalah setiap pengerjaan tugas-tugas kuliah saya.
Tanpa dukungan mereka mungkin saya tidak bias menyelesaikan makalah mengenai
“Berbagai hal mengenai Perkembangan Teknologi Komunikasi saat ini.” Ucapan
terima kasih juga saya haturkan kepada dosen mata kuliah Perkembangan Teknologi
Komunikasi Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan tugas ini, sehingga
saya bisa menambah pengetahuan saya mengenai mata kuliah ini. Dan juga atas
kepercayaan ibu dosen kepada kami, mahasiswa Universitas Bina Nusantara, untuk
dapat mengerjakan tugas ini.
Makalah ini saya buat dengan ketulusan hati saya dan sesuai dengan kemampuan
saya pribadi. Saya mengakui adanya banyak kekurangan dalam makalah saya ini.
Tapi saya mengharapkan bahwa makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi orang
banyak mengenai perkembangan teknologi komunikasi. Untuk itu saya mengucapkan
maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Dan
kepada pihak-pihak yang mungkin tidak bisa saya sebutkan semuanya saya ucapkan
terima kasih banyak atas dukungannya.
Daftar pustaka
www.slideshare.net/.../perkembangan-tik-di-indonesia
inherent.brawijaya.ac.id/vlm/mod/resource/view.php?id...
www.answers.com/topic/post-industrial-society
Nurudin.2007.Pengantar komunikasi massa.Jakarta:Rajagrafindo Persada
Diposkan oleh Tulisan mengenai Mc Luhan dan Karl Marx di 08.54 1 komentar:
Pada jaman dahulu kala, teknik pendokumentasian informasi pun masih sangat
sederhana, tetapi akhirnya terus berkembang dengan sangat pesat hingga saat ini.
Beberapa alat yang digunakan pada zaman dahulu antara lain adalah, tulang, batu,
kulit kayu, tanah liat, dan kulit binatang. Adapun karakteristik dari cara penyampaian
informasi pada zaman dahulu adalah informasi menyebar dengan lambat dan kurang
efektif.
Setelah masa revolusi industri, alat-alat mekanik bahkan elektronik mulai ditemukan,
termasuk didalamnya alat-alat yang mampu membuat penyebaran informasi menjadi
lebih mudah dan efektif. Jika pada awalnya orang yang berjarak jauh hanya mampu
berkomunikasi lewat surat atau melalui kurir, maka pada abad pertengahan ini sudah
mulai digunakan telegraf. Beberapa tahun kemudian, Alexander Graham Bel
menemukan telepon yang mampu dipakai untuk berkomunikasi oleh orang walaupun
berjarak jauh.
TIK berkembang dengan sangat pesat hingga saat ini. Saat ini, jarak dan waktu
seakan tidak lagi menjadi halangan dalam berkomunikasi. Orang yang berada di
pulau yang berbeda bahkan negara yang berbeda kini sudah mampu melakukkan
komunikasi bahkan mampu ditampilkan secara visual. Salah satu hal yang sedang
menjadi trend sat ini adalah kegiatan yang berbasis internet dan elektronik. Beberapa
contoh diantaranya adalah e-learnig, e-banking, e-library, e-labolatory, e-mail dan
sebagainya. Aktivitas-aktivitas berbasis elektronik ini sudah pasti sangat membantu
kegiatan manusia. Dengan hal tersebut di atas, dimensi ruang dan waktu tidak lagi
menjadi hambatan.
Selain itu,proses pengolahan data pun semakin cepat dan efisien. Berbagai barang
elektonik mulai dari televisi, handphone, pager, PDA, laptop hingga plamptop sudah
menjadi barang-barang yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Perkembangan TIK
pun semakin pesat seiring dengan ditemukannya alat-alat yang lebih canggih. Melihat
apa yang terjadi saat ini, dapat dibayangkan apa yang mungkin dapat terjadi di masa
nanti. Jauhnya jarak tidak lagi akan terasa. Kelak komunikasi jarak jauh akan
dilakukan dengan hologram tiga dimensi yang begitu nyata. Pekerjaan-pekerjaan
manusia akan mulai dikerjakan oleh robot yang bekerja secara otomatis dan mampu
belajar dari pengalamannya sehingga mampu mengkoreksi kesalahan yang ia lakukan
dengan sendirinya.
Teknologi kompuuter pun akan berkembang dengan pesat. Komputer masa depan
akan mampu merespon tindakan-tindakan manusia dan memahami bahasa manusia.
Lebih canggihnya lagi, komputer generasi yang akan datang diramalkan, akan
memiliki perasaan layaknya manusia. Melihat fakta dan gambaran masa depan seperti
diuraikan di atas, muncul satu kekhawatiran, “Akankan eksistensi manusia digantikan
oleh komputer?” dan “Akankah manusia mampu bertahan dari kepunahan?”. Satu hal
yang patut kita sadari dan tekadkan, “Teknologi dibuat untuk membantu manusia,
bukan untuk memperbudak manusia”.
The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku zaman dahulu,
manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Misalnya,
komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan,
dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing is believing”, dan
kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam komunikasi. Era primitif
ini kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.
Selanjutnya adalah The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf,
maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian
menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Misalnya Manusia
berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan. Seperti
menulis surat kepada kerabat yang berada jauh dari kita.
Lain halnya dengan The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan
alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin
cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media
cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi. Misalnya, Koran.
Koran menampilkan berbagai informasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
mengetahui berbagai keadaan yang terjadi di sekitar. Dan Koran juga memberikan
tampilan lain selain memberi informasi, seperti menghibur, edukasi, dll. Koran juga
adalah sumber informasi yang sangat terjangkau oleh masyarakat karena harganya
yang relative murah.
Lalu ada pula The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai
macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telepon, radio, film, televisi, VCR,
fax, komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang
disebut sebagai “global village”. Maksudnya global village adalah manusia
dimanapun mereka berada, mereka bisa saling berhubungan, memberi informasi,
dalam waktu yang bersamaan dan tanpa ada batasan. Misalnya, si A berada jauh di
amerika, sementara si B ada di Jakarta. Si A tetap bisa bertukar informasi dengan Si
B dengan menggunakan media (dalam hal ini misalnya internet) dalam waktu yang
bersamaan. Mereka merasa ada dalam ruangan yang sama, meskipun sebenarnya
mereka berada di dua tempat yang berbeda jarak dan waktu. Dan mereka seperti tidak
ada batas dalam bertukar informasi tersebut. Hal ini menandakan bahwa Media massa
pada era ini mampu membawa manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia
yang lainnya, kapan saja, di mana saja, seketika itu juga, dan tanpa batas.
Inti dari teori McLuhan adalah determinisme teknologi. Maksudnya adalah penemuan
atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang mengubah
kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan oleh
kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh
perubahan mode komunikasi. Kalau mau kita lihat saat ini tidak ada satu segi
kehidupan manusia pun yang tidak bersinggungan dengan apa yang namanya media
massa. Mulai dari ruang keluarga, dapur, sekolah, kantor, pertemanan, bahkan agama,
semuanya berkaitan dengan media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa
membebaskan diri dari media massa dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam bahasa
Em Griffin (2003: 344) disebutkan, “Nothing remains untouched by communication
technology.
McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan
dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang
jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan
hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan
tentang kehidupan kita. Medium is the message. Dalam perspektif McLuhan, media
itu sendiri lebih penting daripada isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut.
Misalkan saja, mungkin isi tayangan di televisi memang penting atau menarik, akan
tetapi sebenarnya kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih
penting lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi
tentang isi pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah
kehidupan manusia, lebih dari apa isi pesan yang mereka sampaikan. Dilema yang
kemudian muncul seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi adalah bahwa manusia semakin didominasi oleh teknologi komunikasi
yang diciptakannya sendiri. Teknologi komunikasi bukannya dikontrol oleh manusia
namun justru kebalikannya, kita yang dikontrol oleh mereka. Sebagai contoh, betapa
gelisahnya kita kalau sampai terlewat satu episode sinetron kesayangan yang
biasanya kita tonton tiap hari. Atau mungkin kalau kita sudah lebih dari seminggu
tidak membuka halaman Facebook di internet. Satu hari saja tidak menonton televisi
mungkin kita akan merasa betapa kita telah ketinggalan berapa banyak informasi hari
itu. Kehadiran media massa, dan segala kemajuan teknologi komunikasi yang
lainnya, seharusnya menjadikan kehidupan manusia lebih baik. Namun ketika yang
terjadi justru sebaliknya, kita menjadi didominasi oleh media massa dan teknologi
komunikasi yang semakin pesat tersebut, maka ini menjadi sebuah ironi.
Pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh Karl Marx dan juga Mcluhan, menurut
saya adalah kajian yang khas mengenai perkembangan teknologi komunikasi. Tapi
seperti yang tertuang dalam tulisan ini adalah bahwa Mcluhan lebih menekankan
pada perkembangan media ditentukan oleh eksistensi manusia dalam menerima mode
komunikasi itu sendiri sesuai dengan zamannya. Sedangkan Karl Marx lebih
menekankan pada kekuatan produksi yang mana hal itu bisa melangsungkan
berkembangnya kajian teknologi komunikasi. Menurut saya pribadi, pemikiran yang
mereka ciptakan tidak bisa seenaknya saja kita bandingkan. Karena dari pemikiran
masing-masing pasti punya kelebihan dan kekurangannya. Menurut saya, pemikiran
yang dituangkan oleh Mcluhan mengenai eksistensi manusia .ditentukan oleh mode
komunikasi adalah benar adanya. Yang saya ketahui dan saya alami sendiri mengenai
perkembangan media adalah hal tersebut telah merubah gaya hidup manusia secara
garis besar. Misalnya, internet. Dewasa ini, masyarakat bisa bertukar informasi
dengan bebas dengan siapaun, kapanpun, dan dimanapun. Tidak hanya secara local
saja mereka bisa saling berinteraksi, tapi bisa sampai ke seluruh penjuru dunia. Inilah
yang disebut global village. Dan pada pemikiran ini, Mcluhan benar-benar
menjelaskan secara detail sejarah berkembangnya media. Mulai dari zaman primitif
hingga ke zaman modern seperti sekarang ini. Dimana dulu manusia hanya
menggunakan indera pendengaran saja dalam berkomunkasi, hingga sekarang yang
sudah menggunakan media dalam berkomunikasi. Semua itu merupakan tahapan
yang pasti dari berkembangnya media dalam memfasilitasi komunikasi antar
manusia.
Lain halnya dengan pemikiran yang dituangkan oleh Karl marx. Ia mengatakan
bahwa sejarah perkembangan media ditentukan oleh kekuatan produksi. Menurut
saya, hal ini ada benarnya juga. Mengapa? Komunikasi memilki komponen-
komponen komunikasi yang khas, yakni pengirim pesan (sender), pesan (message),
channel (media), penerima pesan (receiver), dan feedback (respon). Masing-masing
komponen komunikasi tersebut melakukan aksi sesuai perannya. Dan itu memerlukan
daya kreativitas yang tinggi sehingga bisa menciptakan proses interaksi yang bisa
saling dimengerti oleh satu sama lain (sender dan receiver). Kreativitas dalam proses
interaksi tersebutlah yang bisa disebut dengan kekuatan produksi. Yakni dimana
masing-masing orang (baik sender maupun receiver) bisa melakukan komunikasi dan
menyampaikan suatu pesan dalam komunikasi tersebut. Tidaklah mudah untuk
menciptakan komunikasi yang efektif, tapi memungkinkan untuk terjadi komunikasi
yang baik, yakni yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak dalam komponen
komunikasi.
Jadi, kedua pemikiran tersebut adalah baik adanya jika disesuaikan dengan keadaan
yang tepat dalam penggunaannya. Dan kedua pemikiran tersebut sedianya adalah
pengetahuan baru bagi kita semua untuk dipelajari. Kita sebagai manusia sudah
sepatutnya belajar terus menerus selama hidup di dunia. Hal ini bukan dalam artian
haruis belajar di sekolah, tapi kita selalu mencari informasi, ilmu, untuk menambah
wawasan kita mengenai berbagai bidang di dunia. Dan saya mengharapkan dari
tulisan ini, kita bisa menambah pengetahuan kita mengenai perkembangan media.
http://perkembanganmedia.blogspot.co.id/
Tinggalkan komentar
Rate This
Hai sobat katahindu, kali kita share sejarah perkembangan media,,, ya ga banyak sih
tapi mudah-mudahan bisa membantu… :) Selamat membaca…
Ts’ai Lun pegawai istana Kaisar Ho Ti membuat kertas pertama dari kulit murbei,
sebelum itu orang menulis diatas papyrus dan kulit kambing atau lembu. Teknik
pembuatan kertas baru dikenal orang Eropa sekitar abad ke-12 dan sejak itu kertas
mulai digunakan secara luas.
Surat kabar tertulis pertama di Venesia dan Roma sekitar abad pertengahan yang
mereka sebut dengan Gazetta yang berisi seputar pengumuman pemerintah Venesia
dan berita – berita lain. Johan Gutenberg (1450) menemukan mesin cetak pertama di
Jerman dan mulai dikenallah istilah press (pers).Meskipun mesin cetak sudah
ditemukan abad 14 namun surat kabar tercetak pertama baru abad 17 dengan nama
Relation yang diterbitkan oleh Johan Carolus. Kemudian menyusul di Belanda
(1618) dengan nama Courante van Uyt Italien Duytshlandt ec yang diterbitkan oleh
Casper Van Hilten, Tydinghen Uytverscheyde Quartihen oleh Broer Jauszoon. Di
Inggris (1622) terbit Currant of General Newes oleh Nicholas Bourne dan Thomas
Acher. Prancis (1631) terbit Gazette de France oleh Theopraste Renaudof dan milik
pemerintah ( Raja Louis XIII dan Kardinal Richeliu). Theopraste juga dikenal dengan
gagasanya, yaitu mendirikan biro iklan yang disebut Bereau d’addresses. Pada
umumnya surat kabar tersebut terbit mingguan.
Surat kabar harian pertama terbit di Leipzig (1660) dengan nama Leipziger Zeitung.
Lalu menyusul Daily Courant di Inggris tahun 1720, Journal de Paris di Prancis
tahun 1777, Daily Advertaiser di AS (Philadelpia) tahun 1784, Algemeen
Handelsblad di Belanda tahun 1830, Sourabaya Courant di Hindia Belanda tahun
1837 yang merupakan surat kabar pertama di Indonesia. Media cetak (surat kabar)
merupakan media massa yang muncul pertama dank arena proses cetak yang
dilakukan dengan cara menekan kertas diatas susunan huruf (image) dengan
menggunakan silinder atau penekan dater lainnya, sehingga disebut pers (press).
RADIO
Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1874 menemukan radio. Dia berhasil
membuat peralatan yang diperlukan untuk mengirim tanda-tanda tanpa kabel . Tahun
1899 ia sanggup mengirim berita melalui gelombang elektromagnetic menyeberangi
selat Inggris. Dan tahun 1901 Marconi berhasil mengirim berita radio dari Inggris ke
Newfoundland melintasi Atlantik. Dia juga memicu berkembangnya penyiaran radio
tahun 1920-an. Radio digunakan untuk keperluan hiburan, promosi dan juga sebagai
media penyampaian berita. Peristiwa myang terjadi pada hari ini langsung dapat
diketahui hari itu juga. Lalu muncul istilah jurnalisme radio (radio journalism atau
broadcasting journalism).
FILM
Film ditemukan sejalan dengan ditemukanya pita seluloid. Berita film popular pada
tahun 1930-1960 yang dikenal dengan nama movie news atau newsreel. Seiring
perkembanganya film justru mengarah ke seni pertunjukan. Film tumbuh mengikuti
para pembuatnya, sejak awal ditemukanya gambar bergerak oleh Thomas Alva
Edison (1847-1931). Joseph M.Boggs dalam bukunya The Art of Watching Film
mencoba menjelaskan bahwa latar belakang film condong berkembang sebagai media
pertunjukan adalah semata-mata untuk membuat orang merasa terhibur.
TELEVISI
John L.Baird menemukan televise tahun 1926 dan didemonstrasikan lewat radio BBC
(British Broadcasting Corporation) London Inggris. Upaya John L.Braid ini tentunya
didahului dengan penemuan-penemuan selenium – sel sensitive (1893), nipkow
scaning disc (1884), sinar katode (1909), dan iconoscope (1923). November 1936 ,
melalui stasiun BBC Television di Alexandria Palace dilakukan penyiaran high-
definition pertama dengan 240 saluran dengan menggunakan Baird System dan 405
saluran dengan Marconi-EMI System. Tahun 1949 di AS sudah bisa mengadakan
jaringan siaran dengan jangkauan 2000 mil dan meliputi 14 kota yang diantaranya
New York, Washington, Boston, Chicago, dan St. Louis. Media televisi dan radio
disebut sebagai jurnalisme elektronik (electronics journalism) ,termasuk didalamnya
media internet.
PERKEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH :
KIKI PRATIWI 13187203017
EKONOMI 1/A
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Saat ini perkembangan teknologi dan dunia hiburan semakin canggih sehingga
anak-anak lebih suka bermain game ,internet,melihat tv film ,dll .Sehingga anak-anak
menjadi malas untuk mendengarkan pelajaran dari guru mereka ,jika hal ini
dibiarkan saja bisa jadi anak akan mendapatkan dampak negative dari kemajuan
teknologi itu sendiri .oleh karena itu guru di zaman sekarang dituntut untuk
menciptakan pembelajaran yang menarik sekaligus menghibur agar tidak kalah
dengan teknologi informasi dan dunia hiburan yang semakin canggih.
Sesuai dengan kemajuan Teknologi Pendidikan (Educational Technology),
maupun Teknologi Pembelajaran (Instructional Technology) menuntut digunakannya
berbagai media pembelajaran (instructional media) serta peralatan-peralatan yang
semakin canggih (sophisticated).
Dunia pendidikan dewasa memasuki era dunia media, di mana kegiatan
pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah dan diganti dengan pemakaian
banyak media. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran saat ini yang menekankan
pada keterampilan proses dan active learning, maka kiranya peranan media
pembelajaran, menjadi semakin penting.
1. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui tentang media pembelajaran
2. Ruang lingkup materi :
BAB 2
PEMBAHASAN
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
media adalah bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
BAB3
KESIMPULAN
14,262
Google+ Followers
Pengikut
by BelajarKreatif · 0 comments
in Artikel
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa
latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’
(Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa
sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach &
Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian
ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang
siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan
oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication
Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini
terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu
mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar -siswa
dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian
bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang
paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan
istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi
digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan
(pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan
penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat
berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini
juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988),
yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini,
buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film,
slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut
National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta
peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut
software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari
sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses
belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Posisi Media Pembelajaran
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti:
enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan
symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta
perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman
baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar.
Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok.
Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar
secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua,
iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau
rekaman video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya
lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat
orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya
diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar.
Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi
(isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti
dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang
disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik),
maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan
berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara”
yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar)
agar terjadi komunikasi yang efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada
pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai
alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru
(teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman
kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah alat bantu visual,
seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual lainnya. Oleh karena
dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang
memperhatikan aspek disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan evaluasinya.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi
komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral
dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran
memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi
lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran
dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak
mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan
kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya
sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini
memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di
sekitar pebelajar.
Edukasi
Ketut Juliantara
Berdasarkan deskripsi di atas, maka media adalah bagian yang sangat penting dan
tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan
pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, lebih jauh perlu dibahas tentang arti, posisi,
fungsi, klasifikasi, dan karakteristik beberapa jenis media, untuk mendapatkan
gambaran dan pemahaman sebelum menggunakan atau mungkin memproduksi media
pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T & Ely, D.P (Eds): International
Encyclopedia of Educational Technology, 2nd ed. UK: Cambridge University Press.
pp. 182 - 185.
Gagne, R. M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction, 4th ed. New
York: CBS College Publishing.
Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W. 1988. Principles of Instruction Design, 3rd
ed. New York: Saunders College Publishing.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti.
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New
Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing Company.
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan:
pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV.
Rajawali.
Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru
Badung.
Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan tentang apa itu pengertian media
pendidikan, jenis-jenis, fungsi, manfaat dan lain sebagainya, ada baiknya kita
mengetahui sejarah perkembangan media pendidikan itu sendiri di dunia.
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching
aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan
alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta
mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Namun karena terlalu memusatkan
perhatian pada alat bantu visual kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan
pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi, dengan masuknya
pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkan
ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal dengan audio visual atau
audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan
ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari
verbalisme yang masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual
semata. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman
belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian
dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau
mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui
media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa
mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka
semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa
memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka
semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa .
Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran diklasifikasikan
berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu mempunyai dua belas
(12) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah pengalaman yang paling konkret.
Sedangkan yang paling rendah adalah yang paling abstrak, diantaranya :
1. Direct Purposeful Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak langsung
dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya, dengan cara
perbuatan langsung.
2. Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui model,
benda tiruan, atau simulasi.
3. Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui prmainan, sandiwara
boneka, permainan peran, drama soial.
4. Demonstration : Pengalaman yang idperoleh dari pertunjukan.
5. Study Trips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata.
6. Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran.
7. Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi pendidikan.
8. Motion Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup, bioskop.
9. Still Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide, fotografi.
10. Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman
suara.
11. Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti
grafik, bagan, diagram.
12. Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai memengaruhi penggunaan alat
bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah-
laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai memengaruhi penggunaan media
dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa.
Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah
tingkah-laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran.
Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam
proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara
sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada dua ciri pendekatan sistem
pengajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses belajar-
mengajar adalah suatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa berinteraksi
satu sama lain.
2. Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri atas
prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan
proses belajar-mengajar.
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik perubahan ini.
Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai
format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa
itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media visual,
sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah lahir konsep
media pembelajaran.
Berdasarkan perkembangan media di atas sudah selayaknya media tidak lagi
dipandang sebagai alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai
penyalur pesan dari pemberi pesan. Sebagai pembawa pesan media tidak hanya
digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting semestinya dapat digunakan oleh
siswa secara mandiri. Sebagai pembawa dan penyaji pesan, maka media dalam hal
tertentu dapat menggantikan peran guru untuk menyampaikan informasi secara teliti
dan menarik. Fungsi tersebut dapat diterapkan tanpa kehadiran guru secara fisik,
dengan demikian pandangan tentang guru satu-satunya sumber informasi tidak
berlaku.
Source : https://assabbab.wordpress.com/2011/04/10/7/