Anda di halaman 1dari 12

BAB 1.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dewasa ini permasalahan kulit menjadi problem semua kalangan yang
disebabkan bergantinya flora mikroba kulit faktor-faktor lain termasuk usia, jenis
kulit, jenis kelamin, genetika, keringat, sabun, dan kosmetik. Akan tetapi problem
ini lebih sering dialami oleh remaja akibat penggunaan kosmetik yang berlebihan
dan berganti-ganti tanpa memperhatikan efek samping yang ditimbulkan. Tidak
semua kosmetik bisa digunakan untuk setiap orang, termasuk salah penggunaan
kosmetik yang tidak cocok akan menyebabkan kerusakan pada kulit. Beberapa
dampak yang terjadi karena kesalahan kosmetik diantaranya adalah jerawat
sebagai bentuk respon terhadap alergi atau iritasi (Qidwai et al. 2017).
Jerawat adalah salah satu masalah kulit yang paling umum dan kronis di
sebagian besar remaja dan dewasa muda (Sinha P, et al. 2014). Kulit yang
berminyak menyebabkan pori-pori tersumbat, sehingga bakteri anaerobic seperti
Staphyloccocus aureus akan berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan
timbulnya jerawat (Mumpuni dan Wulandari, 2010). Prevalensi jerawat
menunjukkan bahwa tingkat keparahan jerawat semakin menurun seiring
bertambahnya usia (Collier et al., 2008).
Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang
dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri. Namun, obat anti-jerawat
sedang terutama digunakan dalam pengobatan selama lebih dari 40 tahun.
Berbagai obat topikal dan oral yang tersedia di pasar seperti Clindamycin, asam
salisilat, Isotretinoin, Eritromisin, Triclosan, Tetracycline, min ocycline, dan
Metronidazole untuk pengobatan jerawat. Namun, penggunaan berlebihan obat ini
selama waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi meningkat dari bakteri
(Vora J, et al. 2017).
Penggunaan bahan tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih
kecil dibandingkan dengan yang berasal dari bahan kimia dan harganya lebih
terjangkau. Keuntungan lainnya penggunaan bahan tradisional yaitu bahan
bakunya yang mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah (Putry ZF, 2010).
Telah dilakukan penelitian efek antibakteri ekstrak etanol daun prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.) dengan menggunakan penyari etanol 95%
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Metode
ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan
menggunakan pelarut 95% dan dilakukan pengujian antibakteri dengan metode
difusi agar dengan perbedaan konsentrasi 50, 75 dan 100%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa daun prasman memiliki aktifitas antibakteri (Wangkanusa,
Dewi., et al. 2016).
Prasman merupakan tanaman liar dengan kandungan kimia diantaranya
fenolik, flavonoid, alkaloid dan tanin. Ekstrak dari daun Prasman berpotensi
sebagai antibakteri. Di daerah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, masyarakat juga

1
sering memanfaatkan tanaman ini sebagai obat tradisional, salah satunya sebagai
obat anti jerawat.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengujian penelitian
tentang potensi daun Prasman terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebagai
anti jerawat. Penelitian ini dapat menjadi upaya mengatasi masalah resistensi
terhadap penggunaan obat-obat antibiotik dan memperkecil efek samping yang
ditimbulkan akibat penggunaan obat kimia.
I.2 Perumusan Masalah
Ditinjau dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah, yaitu :
1. Apakah krim ekstrak daun prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus penyebab jerawat?
2. Bagaimana kemampuan ekstrak daun prasman (Eupatorium triplinerve
Vahl.) untuk menghambat aktivitas pertumbuhan antibakteri Staphylococcus
aureus?
3. Apa sajakah golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.)?
I.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan PKM ini, adalah:
1. Untuk mengetahui apakah krim ekstrak daun prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.) memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus
penyebab jerawat.
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan ekstrak daun prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.) untuk menghambat aktivitas pertumbuhan
antibakteri Staphylococcus aureus.
3. Untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun
prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) yang mampu menjadi krim
antijerawat.
I.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan hasil yang membuktikan
keefektifan suatau ekstrak daun Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) sebagai
antiacne dalam sediaan krim dan menjadi penemuan krim herbal yang ampuh
mengatasi Acne (jerawat).

I.5 Hipotesis
Ekstrak daun prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) dapat dibuat sebagai
krim antijerawat yang memiliki stabilitas fisik yang baik dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dengan menggunakan metode difusi agar. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak, semakin baik daya hambat terhadap bakteri.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Tanaman Prasman


II.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Orde : Asteroles
Famili : Asteraceae
Genus : Eupotorium
Species : Eupotorium triplinerue (Dalimartha, 1999)
II.1.2 Morfologi tanaman
Berasal dan Amerika tropis. Tumbuhan ini banyak membentuk anakan dan
dapat ditemukan mulai dataran rendah sampai ketinggian 1.600 m dpl. Banyak
ditanam di daerah perbukitan dan pegunungan rendah dekat perumahan. Semak,
tinggi 50 - 100 cm. Batang berkayu, beruas-ruas, bercabang, berambut tebal,
merah muda. Daun tunggal, letak berhadapan, bentuknya lanset, ujung runcing,
pangkal meruncing, tepi rata, permukaan licin, dengan 3 tulang daun yang
melengkung, panjang 5 - 8 cm, lebar 1 - 2 cm, hijau. Bunga majemuk, keluar dan
ujung batang, panjang tangkai bunga ± 4 mm, kelopak lepas, terdiri dan 5 daun
kelopak, hijau keunguan, mahkota bentuk bintang, kecil, berambut putih, ungu
kemerahan. Buah berupa buah kendaga. Perbanyakan dengan biji atau setek akar
(Dalimartha, 1999).
II.1.3 Khasiat dan Kandungan
Kajian literatur menunjukkan daun prasman berkhasiat sebagai anti
bakteri. Daun memiliki efek penghambat terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Kandungan senyawa dalam daun prasman antara lain
fenolik, flavonoid, alkaloid dan tanin (Munte, L. 2015).

II.2 Deskripsi Staphylococcus aureus


II.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus sebagai berikut:
Domain : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Familia : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus (Garrity et al, 2004).

3
Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif. Sel-sel berbentuk
bola, berdiameter 0,5-1,5 μm, terdapat dalam tunggal dan berpasangan dan
secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk
gerombolan yang tak teratur. Non motil, Tidak diketahui adanya stadium
istirahat. Dinding sel mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan
dan asam teikoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme
dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan
lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35-40 0C. Terutama
berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Kisaran
inangnya luas, dan banyak galur merupakan patogen potensial (Pelczar et al,
2008).
II.3 Uraian tentang Ekstraksi
Ekstraksi yaitu penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan akan
larut. Sedangkan ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan yang
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan menstruum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya
(Doughari, 2012).
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan
ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang diguiiakan
sederhana. Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dan
tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk
periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sarnpai zat tertentu dapat
tenlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil
(Tiwari, et al., 2011).
II.4 Formulasi Sediaan Krim
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan topikal umumnya digunakan
untuk terapi yang bersifat lokal (Nugroho, 2013). Keunggulan kim tipe M/A yaitu
memberikan efek yang optimum karena mampu menaikkan gradien konsentrasi
zat aktif yang menembus kulit sehingga absorbsi perkutan menjadi meningkat
(Engelin, 2013). Bahan-bahan penyusun dalam krim terdiri dari zat berkhasiat,
fase minyak, fase air, dan bahan pengemulsi. Dalam cold cream dan vanishing
cream, bahan-bahan seperti trietanolamin dan gliserin masuk dalam fase air,
sedangkan asam stearat, setil alkohol, dan cera alba masuk dalam fase minyak
(Rahmawati et al., 2010).
II.5 Uji Stabilitas Fisika Sediaan Krim
Uji sifat fisik krim meliputi pengujian secara organoleptis (bentuk, bau,
dan warna); pH; homogenitas; viskositas; daya sebar; dan daya lekat.
a. Uji Organoleptis

4
Uji Organoleptis diamati warna, bau (tengik atau tidak), kelembutan
dan homogenitas (krim diletakkan diantara 2 kaca objek lalu diperhatikan
adanya partikel kasar atau ketidak homogenan di bawah cahaya) (Rosmala, et
al. 2014).
b. Uji pH
Uji pengukuran pH menggunakan pH meter yang dikalibrasi terlebih
dahulu menggunakan larutan dasar pH 4 dan pH 7 sebelum mengukur pH krim
(Rosmala, et al. 2014).
c. Uji Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan gelas objek
caranya sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok menghasilkan sediaan yang homogen dan tidak
terlihat butiran - butiran kasar (Lubis, 2012 ).Uji ini dilakukan selama 2 bulan.
Pengujian ini dilakukan replikasi sebanyak tiga kali pada masing – masing
formula.
d. Uji Viskositas
Sebanyak 100 ml sediaan dimasukkan dalam wadah, lalu dimasukkan
spindle sampai batas pencelupan dan dijalankan rotor. Viskositas diukur
menggunakan Viskometer Brookfield model DV-E seri LV dengan spindle dan
kecepatan yang disesuaikan. Pengukuran ini dilakukan pada temperatur 25oC,
maka akan diperoleh viskositas absolute dari sediaan (Sundari, 2012). Uji ini
dilakukan pada tiap formulasi dan dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Uji
dilakukan tiap satu minggu sekali selama 2 bulan.
e. Uji Daya Serap
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air.
Krim menyerap air dengan maksimum jika krim sudah tidak menyerap air lagi,
sehingga terjadi pemisahan antara krim dan air. Syarat uji daya serap pada kulit
harus mempunyai kelarutan yang sesuai dalam mineral dan air dengan kadar
lebih dari 1 mg krim dapat larut dalam 1 mg air. Pengujian daya serap krim
memenuhi syarat uji daya serap karena > 1mg /1ml air (Anisa et al, 2013).
f. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat
dioleskan kekulit. Sediaan krim yang sesuai adalah sediaan krim yang jika
dioleskan akan menyebar, berati krim tipe A/M mudah dioleskan (Anisa et al,
2013).
II.6 Metode Difusi Agar
Metode difusi agar digunakan untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar
yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar
tersebut. Area jernih pada permukaan media agar mengindikasikan adanya
hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba (Pratiwi, 2008).
Zona hambat didefinisikan sebagai zona bening yang terbentuk disekitar kertas

5
cakram (papr disk) pada tiap perlakuan. Pengukuran zona dilakukan pada zona
iradikal yakni daerah disekitar disk berupa zona yang keruh tetapi masih lebih
jernih dibandingkan pertumbuhan disekitarnya. Pengukuran zona hambat
dilakukan dengan mengukur diameter X dan Y dalam satuan milimeter, kemudian
masing-masing dikurangkan dengan diameter paper disk. Hasilnya kemudian

dijumlahkan dan dibagi dua. Jadi diameter zona hambat = (Sendy et

al, 2014).

6
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat maserasi, batang
pengaduk, rotavapor, hairdrayer, timbangan digital, mangkuk, botolvial.

3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini tanaman prasman,
etanol, pengemulsi, dll.

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Penyiapan Sampel
3.2.1.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun prasman diperoleh dari Kecamatan Unaaha, Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara.

3.2.1.2 Determinasi Sampel


Determinasi sampel dilakukan di Fakultas Biologi, Universitas Haluoleo.

3.2.1.3 Pengolahan Sampel


Daun prasman dicuci bersih dan dikeringkan. Setelah kering, daun
kemudian diserbukkan.

3.2.2 Ekstraksi
Serbuk daun prasman diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan
etanol 96% dengan perbandingan selama 5 hari dan dilakukan pengadukan tiap
satu kali sehari.. Ampasnya kemudian diremaserasi kembali dengan cairan penyari
yang sebelumnya sampai diperoleh pelarut yang bening. Masing-masing ekstrak
cair yang diperoleh kemudian disatukan, lalu dipekatkan dengan rotary
evaporator.

3.2.2 Pembuatan Sediaan Krim

3.2.3 Kontrol Kualitas Fisika Ekstrak

3.2.4 Pengujian Antijerawat


3.2.4.1 Sterilisasi Alat

7
Alat-alat gelas disterilkan dalam oven bersuhu 180°C selama 3 jam. Untuk alat-
alat yang tidak tahan terhadap pemanasan, disterilkan dengan autoklaf pada suhu
121°C selama 15 menit.
3.2.4.2 Pembuatan Medium
Medium yang digunakan untuk pengujian ini adalah Sabouroud’s Dextrose Agar
(SDA). SDAditimbang sebanyak 39 g dan dicampur dengan 1000 ml akuades,
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan aluminium foil.
Medium lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
Setelah tidak terlalu panas, ditambahkan kloramfenikol untuk mencegah adanya
kontaminan (Masloman dkk., 2016 ; Muthoharoh dan Zainab, 2015).

3.2.4.3 Pembuatan InokulumStaphylococcusaureus

3.2.4.4 Penyiapan Sampel Uji

3.2.4.5 Pengujian Terhadap Staphylococcusaureus

3.3 Analisis Data


Signifikansi data dianalisis dengan metose statistik menggunakan One-way
Analysis ofVariance (ANOVA) (program SPSS 16.0) dengan post hoc LSD's test.
Data dianggap signifikan jika nilai p<0,05.

8
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
IV.1 Anggaran Penelitian
Anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebesar
Rp............... Secara ringkas jenis pengeluaran kegiatan disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Anggaran Biaya
NO Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan
(Rp)
1 Peralatan
2 Bahan Habis Pakai
3 Perjalanan dan akomodasi
4 Lain
Jumlah

IV.2 Jadwal Kegiatan


Jadwal pelaksanaan kegiatan ini direncanakan berlangsung selama 5
(bulan) bulan. Secara rinci jadwal pelaksanaan kegiatan disajikan sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
Bulan
No Kegiatan
I II III IV V
1 Persiapan Penelitian
2 Pengambilan Sampel
3. Ekstraksi Sampel
4. Pengujian …..........

5. Identifikasi senyawa Kimia


Ekstrak daun prasman
6. Penyusunan Laporan

9
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, et al. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Lamun (Syringodium
isoetifolium). Jurnal Ilmiah Farmasi FMIPA UNSRAT : Manado

Collier, C.N., Harper, J.C., Cantrell, W.C., Wang, W., Foster, W., and Elewski,
B.E. (2008). Prevalence of Acne in Adults 20 years and older. Journal Of
The American Academy of Dermatology, Vol. 58, No. 1.

Dalimartha, setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 1. Jakarta: Trubus


Agriwidya.

Djajadisastra, J. dan Dessy, N. 2009, Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii
Folium dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia, 4: 210–
216.

Doughari, J. H. 2012. Phytochemicals: Extraction methods, basic structures and


mode of action as potential chemotherapeutic agents. INTECH Open
Access Publisher.

Engelin., 2013. Optimasi Krim Sarang Burung Walet Putih Tipe M/A Dengan
Variasi Emulgator Sebagai Pencerah Kulit Menggunakan Simplex Lattice
Design, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak.

Garrity. G. M., Bell. J. A and Lilburn. T. G. 2004. Taxonomic Outline Of The


Prokaryotes Bergey’s Manual Of Systematic Bacteriology, 2th Edition,
United States Of Amerika : Spinger New York Berlin Henderberg.

Lubis, E.S& Reveny, J., 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali
[ Citrus maxima (Burm.) Osbeck ] Natural Skin Moisturizer From Pomelo
Juice [Citrus maxima (Burm.) Osbeck ]. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology, 1(2), pp.104–111.

Mumpuni, Y. dan Wulandari, A. (2010). Cara Jitu Mengatasi Jerawat. Andi.


Yogyakarta.

Munte, L. 2015. Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Daun Prasman (Eupatorium


triplinerve Vahl.). [Skripsi]. Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi,
Manado.

Nugroho & Akhmad K., Sediaan Transdermal: Solusi Masalah Terapi Obat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Pelczar. Michael J and Chan. E. C. S. 2008. Dasar- Dasar Microbiologi,


Terjemahan Oleh Hadioetomo, Ratna Sari. Jakarta: Universitas Indonesia.

10
Pratiwi, Silvia.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

Putri ZF. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.)
terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus
multiresisten (skripsi). Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah.

Qidwai, A., Manisha, P., Sarvesh, P., Rajesh, K., & Anupam, D. The emerging
principles for acne biogenesis: A dermatological problem of puberty.
Human Microbiome Journal 4 (2017) 7–13.

Rahmawati, D., Sukmawati, A., Indrayudha, P, 2010, Formulasi Krim Minyak


Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp): Uji Sifat
Fisik dan Daya Antijamur Terhadap Candida albicans Secara in vitro,
Majalah Obat Tradisional, 15 (2),

Rosmala, et al. 2014. Uji Stabilitas Fisik Formula Krim yang Mengandung
Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max) (Original Article). Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia : Depok

Sendy, V.A.A., Pujiastuti, P., dan Ernawati, T., 2014, Daya Antibakteri Ekstrak
Daun Sirih Merah terhadap Porphyromonas gingivalis, Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa, Universitas Jember, 1-5.

Sinha P, Srivastava S, Mishra N, Yadav NP. Perspektif baru pada tanaman anti
jerawat: obat-obatan kontribusi terhadap terapi modern. Biomed Res Int
2014; 2014: 301-4.

Sundari, H., 2012, Formulasi Sediaan Krim Cair Tangan dan Badan Menggunakan
Sari Kacang Kedelai (Soya max L) Sebagai Bahan Pelembab, Skripsi,
Universitas Sumatera Utara.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur, H. 2011. Phytochemical
screening and extraction: a review. Internationale pharmaceutica sciencia,
1(1).

Vora J, et al. Antibakteri dan strategi antioksidan untuk pengobatan jerawat


melalui ekstrak tanaman, Informatika Kedokteran unlocked (2017).

11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Fiqri Algafiq Abdillah
2. Jenis Kelamin L
3. Program Studi S1 Farmasi
4. NIM/NIDN F201501045
5. Tempat dan Tanggal Lahir Kendari, 21 Januari 1996
6. E-mail fiqri.algafiq.faa@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 085391106296

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SMK Tunas
SDN 10 Mandonga SMPN 9 Kendari
Husada Kendari
Jurusan - - Farmasi
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

C. Pemakaian Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No. Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1.
2.
3.

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi)


No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1.
2.
3.

12

Anda mungkin juga menyukai