Anda di halaman 1dari 10

Kerusakan Otak sebelah Kiri serta Dampak yang Ditimbulkan

Aaron Angga Kusuma Putra 102013385

Kelompok D2

Tutor: dr. Susanti

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univertas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: aaronangga@yahoo.co.id

Abstrak
Sesuai dengan namanya, otak besar merupakan bagian yang terbesar pada otak. Otak besar
merupakan bagian yang membedakan antara otak manusia dengan otak binatang. Dengan
otak besar, manusia dapat berpikir, mengendalikan pikiran, berbicara, mengingat, dan bahkan
berbicara. Kecerdasan seseorang juga turut diukur berdasarkan kemampuan otak
besar..Terdapat juga arteri carotis interna yang merupakan vaskularisasi serebri pada otak.
Terdapat Otak bagian kiri atau left cerebral hemisphere, merupakan bagian otak yang
bertugas berpikir secara kognitif dan rasional dan fungsi-fungsi otak lainnya.
Kata Kunci: serebri, arteri carotis interna, vaskularisasi otak, hemisfer kiri

Abstract
As the name implies, the big brain is the biggest part of the brain. The big brain is the part
that distinguishes between the human brain and the animal brain. With a big brain, people
can think, control thoughts, speak, remember, and even talk. One's intelligence is also
measured based on the ability of the big brain .. There is have arteri carotis interna that do a
cerebri vascularitation in the brain. Have left brain or cerebri hemisphere, part of barin for cognitive
and rational thingking and other brain function.
Keywords: cerebri, arteri carotis intern, brain vascularitation , left cerebral hemisphere

1
Otak Besar (Cerebrum)

Sesuai dengan namanya, otak besar merupakan bagian yang terbesar pada otak. Otak

besar merupakan bagian yang membedakan antara otak manusia dengan otak binatang.

Dengan otak besar, manusia dapat berpikir, mengendalikan pikiran, berbicara, mengingat, dan

bahkan berbicara. Kecerdasan seseorang juga turut diukur berdasarkan kemampuan otak

besar.

Otak besar dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang menyusunnya, yaitu

Gambar 1 (sumber : http://4.bp.blogspot.com/-z1yope1gnO0/Vl1H4S-


VN3I/AAAAAAAAE5U/YYggoQ_Sy9U/s1600/OTak.jpg)

Lobus Frontalis (motorik)


Lobus ini terletak di fosa anterior. Lobus ini terlihat dalam dua fungsi serebral utama
yaitu untuk control motorik gerakan volunteer termasuk fungsi bicara dan control berbagai
ekspresi emosi, moral, dan tingkah laku etika. Fungsi aktivitas motoric diekspresikan melalui
korteks somato motoric primer ( area broadmann 4), korteks premotor dan suplemen ( area
broadmann 6), Frontal Eye Field ( area broadmann 8), dan pusat bicara broca (area
Broadmann 44). Kontrol ekspresif dari emosi dan moral dilaksanakan oleh korteks
prefrontal.2

Lobus Parietal
Lobus parietal dikaitkan untuk evaluasi sensorik umum dan rasa kecap, dimana
selanjutnya akan diintegrasi dan diproses untuk menimbulkan kesiagaan tubuh terhadap
lingkungan eksternal. Lobus parietal mempunyai dua sulkus utama yaitu sulkus pascasentral
dan sulkus intraparietal. Sulkus tersebut membagi lobus ini menjadi girus pascasentral (area
broadmann 3,1,2) yang merupakan pusat integrasi seluruh sensasi, lobus parietalis superior

2
dan inferior ( area broadmann 5, 7) dan girus supramarginalis (area broadmann 40). Area
pusat rasa kecap ( area gustatorius atau area 43) terletak di bagian dalam basis girus
pascasentralis.2

Lobus Temporalis
Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat dengan telinga dan
mempunyai peran fungsional yang berkaitan dengan pendengaran, keseimbangan, dan juga
sebagian dari emosi-memori. Lobus temporalis mempunyai dua sulkus yaitu sulkus
temporalis superior dan inferior yang membaginya atas tiga girus, yaitu girus temporalis
superior, medius dan inferior. Di permukaan atas lobus ini ada satu girus lainnya yaitu girus
transversus lobus temporalis ( Heschl/ area Broadmann 41,42) yang merupakan loaksi
radiasio akustika ( korteks auditorius primer atau pusat pendengaran). Pengertian kata-kata
suatu pembicaraan melibatkan peranan girus angularis ( area broadmann 39).2

Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berperan sangat penting sehubungan dengan fungsinya sebagai
korteks visual. Lobus ini terdiri dari beberapa area yang mengatur penglihatan dan juga
sebagai pusat asosiasinya. Korteks visual primer adalah pada area striata (area Broadmann
17) yang terletak di sekitar sulkus kalkarinus. Pusat asosiasi penglihatan terletak di daerah
sekitar sulkus kalkarina yaitu area 18 dan 19.2

Vaskularisasi pada Serebri


- Arteria Carotis Interna
Pada tempatnya berawal dari a. karotis komunis terjadi pembesaran a. karotis interna
membentuk sinus karotis, suatu bagian yang sedikit melebar yang mengandung baroreseptor
yang dipersarafi oleh n. glosofaringeus pada dindingnya. Sehubungan dengan ini terdapat
korpus karotis, suatu kemoreseptor yang juga dipersarafi oleh saraf yang sama. A. karotis
interna tidak memiliki cabang di leher. Arteri ini memasuki rongga tengkorak melalui kanalis
karotis os temporal petrosa, disertai pleksus simpatis. Dalam tengkorak arteri ini berjalan ke
depan dalam sinus kavernosus kemudia berbalik ke belakang di belakang prosesus klinoideus
anterior untuk membagi menjadi tiga cabang terminal.4
- A. oftalmika
Memasuki orbita melalui fisura orbitalis superior dan mengikuti n. nasosiliaris,
memiliki cabang a. sentralis retina yang penting yang masuk ke n.optikus dan memasok
darag ke retina. Ini adalah arteri ujung sehingga bisla tersumbat langsung terjadi kebutaan.4
- A. serebri anterior

3
Melengkung mengelilingi genu korpus kalosum dan memasok darah ke permukaan
depan dan medial hemisfer serebri. Beranastomis dengan rekannya dari sisi yang
berlawanan.4
- A. serebri media
Melintasi sulkus lateralis di permukaan lateral hemisfer dan memasok darah ke
hemisfer serebri (termasuk area motoris dan sensoris utama) selain memberikan can=bang
arteri striata yang memasok darah ke struktur dalam termasuk kapsula interna.4
- A. komunikans posterior
Arteri kecil yang berjalan ke belakang dan menyatu dengan a. serebri posterior, suatu
cabang terminal a. vertebra.4

Arteri-arteri serta hubungan di antaranya membentuk sirkulus Willisi karena


(biasanya) terdapat hubungan bebas antara cabang-cabang dari kedua a. karotis interna
sepanjang garis tengah. Namun terdapat banyak sekali ragam susunan sirkulasi ini.4

Hemisfer Kiri
Otak bagian kiri atau left cerebral hemisphere, merupakan bagian otak yang berrtugas
berpikir secara kognitif dan rasional. Bagian ini memiliki karakterisitik khas yang bersifat
logis, matematis, analistis, realistis, vertical, kuantitatiff, intelektual, obyektif, dan
mengontrol sistem motoric bagian tubuh kanan.4
Otak kiri mengontrol bahasa, logika, mengelola angka, dan semua yang
membutuhkan keteraturan urutan.6
Hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa di samping, tentu saja, proses kognitif
yang lain, meskipun demikian tidak berarti bahwa hemisfer kanan tidak berperan dalam
pemprosesan bahasa. Intonasi kalimat, misalnya dikendalikan hemisfer kanan. Jadi, proses
berbahasa melibatkan kedua belahan otak. Koordinasi di antara keduanya dimungkinkan
karena adanya struktur yang menyatukan kedua belahan hemisfer itu, yakni korpus kalosum.
Struktur yang berbentuk miriptulang rawan ini berperan dalam menyampaikan informasi di
antara kedua hemisfer.7
Pada hemisfer kiri, terdapat bagian penting yang disebut area Broca dan area
Wernicke. Nama broca dan Wernicke ini berasal dari nama penemu kedua area tersebut. Paul
Pierre Broca, seoang ahli beda otak Prancis, pada tahun 1863 menemukan kerusakan otak di
hemisfer atau belahan otak kiri, yang letaknya di sekitar pelipis sebelah kiri. Kerusakan
tersebut menyebabkan gangguan dalam mengungkapkan sesuatu dalam bentuk ujaran.

4
Sementara itu, Carl Wernicke, seorang dokter Jerman, pada tahun 1874 menemukan
kerusakan otak di bagian lain, yaitu di belakang bagian otak yang mengelola fungsi
pendengaran. Kerusakan pada bagian itu menimbulkan gangguan dalam memahami ujaran
yang disampaikan orang lain.7

Hemisfer Serebri
Luasnya disfungsi neurologis dipengaruhi oleh variasi individual, dan waktu serta
sifat proses patologis dan plastisitas korteks. Lesi pada hemisfer menyebabkan disfungsi
motoric dan sensoris yang lebih sedikit daripada lesi dengan volume ekuivalen pada struktur
yang letaknya lebih rendah. Lesi pada hemisfer menunjukkan hubungan yang tidak terlalu
erat antara disfungsi serta letak lesi dibandingkan dengan lesi di batang otak, medulla
spinalis, atau SST:8
 Hemianestesia kontralateral timbul akibat kerusakan area sensori korteks.
 Hemiplegia bias disebabkan oleh lesi pada korteks motoric primer (biasanya disertai
pula oleh penurunan kesadaran), traktus motoric desendens pada korona radiate atau
lengan posterior dari kapsula interna, yang biasanya tidak disertai penurunan
kesadaran, batang otak (jarang), yang biasanya disertai oleh tanda kelainan saraf
kranial.
 Kelemahan bilateral jarang disebabkan oleh lesi tunggal pada korteks serebri, kecuali
pada keadaan koma, karena jaras motoric untuk tiap sisi tubuh berada pada hemisfer
serebri yang berbeda. Pengecualian yang sangat jarang terjadi berupa lesi kortikal
tunggal yang menyebabkan kelemahan bilateral, yaitu meningioma midline
parasagittal.
 Dominasi bahasa di hemisfer kiri terdapat 98% orang (termasuk 60% orang kidal).
Hal ini penting untuk menentukan apakah lesi berada pada hemisfer kiri.
 Gangguan kewaspadaan spasial, termasuk pengabaian, lebih sering terjadi bila
kelainan terletak di hemisfer posterior kanan (parietalis).
 Memori jangka pendek tergantung pada integritas fungsional dari kedua hipokampus,
yang terletak di sebelah lobus temporalis. Struktur ini terganggu pada ensefalitas
herpes.
 Memori jangka pendek tergantung pada integritas fungsional dari kedua hipokampus,
yang terletak di sebelah lobus temporalis. Struktur ini tergantung pada ensefalitas
herpes.

5
 Fungsi eksekutif (perencanaan, control impuls, dan lain-lain) bias jadi merupakan
fungsi otak yang difus, namun bila lesi terletak di lobus frontalis lebih cenderung
terjadi gangguan control eksekutif selektif.

Afasia
afasia (aphasia) adalah sebuah sindrom pada sistem saraf (neurologis) yang merusak
kemampuan bahasa. Memori otak mereka mengalami kecacatan. Orang yang menderita
penyakit ini akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan sulit memahami
serta menemukan kata-kata saat berkomunikasi. Tentunya, hal ini akan menimbulkan masalah
pada hidup penderitanya. Sebab, komunikasi adalah salah satu hal penting dalam kehidupan.
Biasanya penyakit ini akan terjadi secara tiba-tiba setelah Anda mengalami stroke atau cedera
pada kepala.
Penyakit ini juga akan berkembang secara bertahap dan memungkinkan pengidapnya menjadi
bisu. Selain itu, pengidapnya juga mungkin dapat mengidap penyakit demensia. Para
pengidap afasia juga akan mengembangkan masalah pada perilaku. Mereka akan berubah
menjadi pribadi yang cemas dan sering marah.9

Afasia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Nonfluent aphasia
Jenis afsia ini akan terjadi bila ada kerusakan pada jaringan bahasa yang letaknya di
dekat daerah frontal otak bagian kiri. Ketika berkomunikasi, orang yang yang
mengalami penyakit ini akan menggunakan kalimat yang tidak lengkap. Namun,
biasanya, pendengar masih bisa memahami maksud dari pesan yang disampaikan
olehnya. Pengidap jenis aphasia ini juga mampu memahami apa yang orang lain
katakan, namun tidak sesempurna seperti orang pada umumnya. Selain itu,
pengidapnya juga mungkin akan mengalami kelumpuhan pada tubuh mereka,
khususnya tubuh sisi kanan.
2. Fluent aphasia
Jenis penyakit ini disebut juga dengan istilah wernicke aphasia. Hal ini dapat terjadi
akibat jaringan bahasa yang terletak di sisi kiri tengah otak mengalami kerusakan.
Namun, orang yang mengalami jenis aphasia ini dapat berbicara dengan lancar.
Umumnya, penderita akan menggunakan kalimat yang panjang, kompleks, dan
seringkali tidak masuk akal. Sebab, kata-kata yang digunakan kurang dapat dipahami

6
oleh orang lain. Pengidapnya biasanya juga tidak dapat memahami bahasa lisan
dengan baik.
3. Global aphasia
Jenis aphasia ini akan terjadi bila jaringan bahasa pada otak sudah mengalami
kerusakan yang parah dan meluas. Para penderitanya akan mengalami kecacatan yang
tergolong berat dalam hal memahami dan berekspresi.

Gangguan Peredaran Darah


Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan
hemihipestesi kontralateral yang terutama melibatkan tungkai. Gangguan peredaran darah
arteri serebri media menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral yang terutama
mengenai lengan disertai gangguan fungsi luhur berupa afasia (bila mengenai area otak
dominan) atau hemispatial neglect ( bila mengenai area otak nondominan). Gangguan
peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan hemianopsi homonym atau
kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motoric maupun sensorik. Gangguan
daya ingat terjadi bila terjadi infark pada lobus temporalis medial. Aleksia tanpa agrafia
timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan dan splenium korpus kalosum.9

Susunan Saraf Pusat


Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Masing-masing dilindungi oleh tulang tengkorak dan kolumna vertebralis. Susunan saraf
pusat merupakan sistem sentral pengontrol tubuh yang menerima, menginterpretasi, dan
mengintegrasi semua stimulus, menyampaikan impuls saraf ke otot dan kelenjar, serta
mencipktakan aksi selanjutnya.2
Susunan ini terdiri atas otak, semsum tulang belakang, dan urat-urat saraf atau saraf
cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang, yang disebut urat saraf periferi
(urat saraf tepi). Jaringan saraf membentuk salah satu dari empat kelompok jaringan utama
pada tubuh. Sel-sel saraf berpadu dan membentuk substansi kelabu dalam sistem ini, seperti
yang dijumpai dalam korteks otak dan pada bagian dalam sumsum tulang belakang. Serabut
saraf atau akson membentuk substansi putih. Perbedaan warna ini terjadi karena akson atau
serabut penghantar diselimuti sejenis sarung yang terbentuk dari bahan seperti lemak, yang
mempunyai fungsi melindungi, memberi makan dan memisahkan serabut-serabut saraf yang
satu dari yang lainnya.3

7
Sebuah sel saraf berikut aksonnya dan prosesus lainnya membentuk sebuah neuron.
Pada saat pembentukan batang saraf, serabut-serabut saraf disusun menjadi berkas-berkas
yang disebut fasikuli. Sebuah serabut saraf mempunyai kemampuan konduktivitas
(penghantar) dan eksitabilitas (dapat dirangsang). Serabut saraf berkemampuan memberikan
reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti rangsangan mekanik, elektrik, kimiawi, atau
fisik yang menimbulkan impuls yang dihantarkan melalui serabut saraf. Sebuah impuls saraf
selalu dihantarkan melalui dendrit ke sel, lantas dari sel akson. Proses sedemikian disebut
dalil penghantaran maju. Dengan cara yang sama, sebuah impuls dapat juga melintasi
sejumlah neuron.3

Impuls Motorik
Impuls motoric yang dibangkitkan dalam salah sebuah sel pyramidal pada daerah
motoric dalam korteks melintasi akson serabut saraf, yang sewaktu menyusi, sumsum tulang
belakang berada di dalam substansi putih. Akson itu mengait dendrit sel saraf mototrik pada
kornu anterior sumsum tulang belakang. Kemudian impuls merambat pada akson sel-sel
tersebut, yang membentuk serabut-serabut motoric akar anterior saraf sumsum tulang
belakang, dan dihantar pada tujuan akhirnya dalam otot.3

Impuls Sensorik
Impuls sensorik diterima ujung-ujung saraf dalam kulit, melintasi serabut saraf
(dendron), menuju sel sensorik dalam ganglion akar posterior, dan kemudian melalui akson
sel-sel ini masuk ke dalam sumsum tulang belakang, lantas naik menuju sebuah nukelus
dalam medulla oblongata, dan akhirnya dikirimkan ke otak. Serabut saraf yang bergerak ked
an dari berbagai bagian otak dikelompokkan menjadi berkas-berkas saluran tertentu dalam
sumsum tulang belakang.3

Mekanisme Bicara2
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek
sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami
apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat
untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk
pengeluaran suara.

8
Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat pusat-pusat yang
mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area
wernick), merupakan pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan
pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman
adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu
yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif.
Pusat-pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui
lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini
rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam.
Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.
Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area
pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan
dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol
gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang
dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah
dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf
motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.

Gambar 2 (sumber : http://www.medicinesia.com/wp-content/uploads/2012/04/jalur-bicara-


setelah-stimulus-visual.jpg)

Kesimpulan

Bahwa hemifister kiri mempengaruhi pusat bahasa yang berfungsi agar manusia bisa bicara
dan mendengar, serta juga dalam mengontrol tubuh bagian kanan, maka jika terjadi

9
kerusakan pada otak kiri maka pasien akan terganggu dalam berbicara serta pergerakan tubuh
di sebelah kanan.

Daftar Pustaka

1. Neil, C. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2007


2. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2010
3. Santoso, Am. Right brain. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2003
4. Faiz O, Moffaf D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008
5. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2009
6. Andri A, Sangkanparan H. 3 sinergis otak. Jakarta: Visimedia; 2010
7. Yuwono,U. Pesona bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007
8. Davey,P. At a glance. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2003
9. Ropper AH, Samuel MH. 2009. Chapter 23: Disorder of Speech and Language. In:
Adams’ & Victor’s Principles of Neurology. New York: McGraw Hill. 9 th ed.[ebook]

10

Anda mungkin juga menyukai