Anda di halaman 1dari 12

LEARNING OBJEKTIVE

1. Bagaimana cara membedakan depresi, cemas atau stress?


JAWAB

Stres
1. Pengertian stres
Stres merupakan reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri
sendiri. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan karena adanya tuntutan dalam suatu
situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan mereka untuk memenuhi tuntunan
tersebut.31
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individu di dalam lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan
tersebut.
Stres dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
a. Stres Ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, misalnya terlalu banyak
tidur, kemacetan lalu lintas, mendapatkan sebuah kritikan dan saran. Stres ringan biasanya
hanya berlangsung beberapa menit atau jam saja dan tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis
kronis kecuali stresor yang didapat terjadi secara terus menerus.33
b. Stres Sedang

Stres sedang berlangsung lebih lama dibandingkan dengan stres ringan, biasanya berlangsung
selama beberapa jam sampai beberapa hari. Sebagai contohnya yaitu perselisihan yang tidak
terselesaikan dengan teman atau rekan kerja, anak yang sakit atau ketidakhadiran yang lama dari
anggota keluarga. Situasi seperti ini dapat menimbulkan permasalahan kesehatan bagi
seseorang.33
Stres Berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung selama beberapa minggu
sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan teman secara terus menerus,
kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Semakin
tingi dan semakin lama stres yang dihadapi semakin tinggo risiko kesehatan yang
ditimbulkan.
Kriteria diagnostik Reaksi Stres Akut menurut DSM- VI-TR
A. Seorang telah terpapar dengan peristiwa traumatis disertai dua hal berikut :
1. orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan ancaman kematian atau cedera serius, atau ancaman terhadap integritas fisik
pada diri sendiri atau orang lain
2. respon seseorang yang terlibat dengan rasa takut hebat, tidak berdaya, atau horor.
B. Baik saat mengalami atau setelah mengalami peristiwa menyedihkan, individu memiliki tiga
(atau lebih) gejala disosiatif berikut:
1. rasa subjektif dari mati rasa, detasemen, atau tidak adanya respon emosional
2. penurunan kesadaran lingkungan nya (misalnya, â € oebeing dalam € dazeâ ??)
3. derealization
4. depersonalisasi

5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma)
C. Peristiwa traumatik yang terus menerus dialami kembali dalam setidaknya satu dari hal
berikut: gambar berulang, pengalaman, mimpi, ilusi, episode kilas balik, atau rasa mengenang
pengalaman; atau tekanan pada paparan pengingat peristiwa traumatik.
D. Ditandai menghindari rangsangan yang membangkitkan ingatan mengenai peristiwa
traumatik (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, kegiatan, tempat, orang).
E. Ditandai gejala kecemasan atau meningkatnya kewaspadaan (misalnya, sulit tidur, mudah
marah, kurang konsentrasi, hypervigilance, respon kaget yang berlebihan, kegelisahan
motorik).
F. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis yang bermakna atau penurunan kemampuan
bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting yang mengganggu kemampuan individu untuk
menyelesaikan beberapa tugas yang diperlukan, seperti memperoleh bantuan yang diperlukan
atau memobilisasi sumber daya individu dengan mengatakan kepada anggota keluarga tentang
pengalaman traumatis.
G. Gangguan berlangsung minimal selama 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam
waktu 4 minggu dari peristiwa traumatik.
H. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik dijelaskan oleh
gangguan psikotik singkat, dan tidak hanya eksaserbasi dari gangguan yang sudah ada
sebelumnya pada Axis I atau II Axis

TANDA GANGGUAN DEPRESI BERAT

a. Perasaan yang berubah-ubah


Depresi berat merupakan gangguan mood yang mempengaruhi cara seseorang merasa tentang
kehidupan pada umumnya. Memiliki pandangan putus asa atau tak berdaya pada kehidupan
adalah gejala yang paling sering dikaitkan dengan depresi. Perasaan lain yang mungkin
dirasakan adalah merasa tidak berharga, membenci diri atau rasa bersalah yang tidak tepat.

b. Kehilangan minat
Depresi dapat merenggut kesenangan atau kenikmatan dari hal yang disukai. Hilangnya minat
dari kegiatan yang pernah dinantikan, seperti olahraga, hobi atau pergi keluar dengan teman
adalah satu lagi tanda-tanda depresi berat.

c. Kelelahan dan tidur


Sebagian alasan seseorang berhenti melakukan hal-hal yang dinikmatinya adalah karena merasa
sangat lelah. Depresi sering datang dengan kekurangan energi dan perasaan yang luar biasa dari
kelesuan, yang dapat menjadi gejala paling melemahkan. Dan bisa mengakibatkan tidur
berlebihan atau tidak tidur sama sekali.

d. Kecemasan dan lekas marah


Orang dengan depresi juga memberikan kontribusi menimbulkan kecemasan dan mudah
tersinggung. Penelitian menunjukkan, pria lebih cenderung menunjukkan tanda-tanda ini.
Karena wanita lebih mungkin menginternalisasi masalah mereka, sementara pria cenderung
mengeksternalisasi perasaan mereka dengan menyalahkan orang lain.

e. Selera makan dan berat badan meningkat


Nafsu makan dan berat badan dapat berfluktuasi secara berbeda untuk setiap orang dengan
depresi berat. Beberapa akan memiliki nafsu makan dan berat badan bertambah, sementara yang
lain sebaliknya.

f. Emosi tak terkendali


Satu menit dikuasai amarah. Berikutnya, menangis tak terkendali. Emosi yang naik dan turun
dalam waktu singkat ini adalah gejala depresi. Mirip dengan kelainan suasana hati (gangguan
bipolar), yakni suasana hati yang berfluktuasi tak terkendali dan membuat orang tersebut
bingung.

g. Bunuh diri
Realitas paling menakutkan dari depresi adalah hubungannya dengan keinginan bunuh diri.
Emosi yang tak terkendali dan perasaan hampa sering menyebabkan orang untuk berpikir bahwa
bunuh diri adalah solusi permanen. Bahkan, 90 persen dari lebih dari 34.000 orang yang bunuh
diri di AS setiap tahun didiagnosis memiliki gangguan psikiatrik.

PEDOMAN DIAGNOSTIK
Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik:
 Semua 3 gejala utama depresi harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci
 Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi jika
gejala utama amat berat dan beronset cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.4

Pedoman diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik


 Episode depresif berat yang memiliki kriteria tanpa gejala psikotik tersebut diatas;
 Diseratai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab
atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat
menuju stupor. 4

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan dan gejala penyerta, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa
putus asa dan tidak berdaya serta keinginanan untuk bunuh diri.34 Depresi merupakan salah
satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif
adanya penderitaan berat. Depresi adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif
salah satu atau beberapa aminergik neurotransmitter (noradrenalin, serotonin, dopamine) pada
sinaps neuron di susunan saraf pusat terutama sistem
limbic.35
2. Penyebab Depresi

Penyebab depresi secara umum meliputi:36 a. Faktor predisposisi


1) Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif seseorang melalui
riwayat keluarga dan keturunan.

2) Teori agresi menyerang ke dalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah
yang ditujukkan kepada diri sendiri.

3) Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri
rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.
4) Model kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang dan masa depan
seseorang.

5) Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma


menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap
hasil yang

penting dalam kehidupannya sehingga mengulang respon yang


tidak adaptif.
6) Model perilaku, berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang beranggapan bahwa
penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan postif dalam berinteraksi dengan
lingkungan.

7) Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama depresi
termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol dan variasi periodik
dalam irama biologis.

b. Stressor pencetus

Sumber utama stressor pencetus yang dapat mencetuskan perasaan


depresi ada 4 yaitu:36
1) Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan termasuk kehilangan cinta seseorang,
fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen aktual atau simbolik melibatkan konsep
kehilangan maka persepsi seseorang yang mengalami depresi merupakan hal yang sangat
penting.

2) Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi
dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan
menyelesaikan masalah.

3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi terutama
pada wanita.

4) Perubahan fisilogik yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti
infeksi dan gangguan kesimbangan metabolik dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

3. Tanda dan gejala depresi

Pasien yang mengalami gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama satu dengan
yang lain. Setiap individu memiliki frekuensi, durasi dan beratnya gejala depresi yang
bervariasi. Beberapa tanda gejala depresi yang dialami pasien antara lain:37
a. Gambaran emosi

1) Mood depresi, sedih atau murung

2) Iritabilitas dan ansietas


3) Ikatan emosi berkurang

4) Menarik diri dari hubungan interpersonal

5) Preokupasi dengan kematian

6) Ide-ide bunuh diri atau keinginan untuk bunuh diri.

b. Gambaran kognitif

1) Kritik keras pada diri sendiri, perasaan tak berharga, rasa bersalah

2) Pesimis, tidak ada harapan, putus asa

3) Bingung, konsentrasi buruk

4) Tak pasti dan ragu-ragu

5) Keluhan somatik

6) Gangguan memori

7) Ide-ide mirip waham

c. Gambaran vegetatif

1) Lesu dan tak bertenaga

2) Tidak bisa tidur atau banyak tidur

3) Tidak mau makan atau banyak makan

4) Penurunan berat badan atau penambahan berat badan

5) Libido terganggu

4. Tingkatan depresi

Depresi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu depresi ringan, depresi sedang, depresi
berat. Perbedaan tiap tingkatan adalah sebagai berikut:
a. Depresi ringan (Mild Depression/ Minor Depression)
Depresi ringan adalah depresi yang ditandai dengan adanya rasa sedih, perubahan proses
berfikir, hubungan sosial kurang baik, tidak bersemangat, dan merasa tidak nyaman. Pada
depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi serta penyakit datang setelah kejadian
stressful yang spesifik.38,39
b. Depresi sedang (Moderat Depression)
Tanda dan gejala depresi sedang antara lain:
1) Gangguan afektif, yaitu perasaan murung, cemas, kesal, marah, menangis rasa bermusuhan,
dan harga diri rendah.

2) Proses berpikir: perhatian sempit, berfikir lambat, ragu-ragu, konsentrasi menurun, berpikir
rumit, dan putus asa serta pesimis.

3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: bergerak lamban, tugas terasa berat, tubuh lemah,
sakit kepala, sakit dada, mual muntah, konstipasi, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
dan gangguan tidur.

4) Pola komunikasi: bicara lambat, komunikasi verbal menjadi berkurang, dan komunikasi non
verbal meningkat.

5) Partisipasi sosial: seseorang menjadi menarik diri, tidak mau bekerja, mudah tersinggung,
bermusushan, dan tidak memperhatikan kebersihan diri.38,39
c. Depresi berat (Mayor Depressive Disorder)

Depresi berat, individu akan mengalami gangguan dalam bekerja, tidur, makan, dan hal yang
menyenangkan. Depresi berat mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa
sedih) dan manis (rasa gembira yang berlebihan disertai dengan gerakan hiperaktif). Tanda dan
gejala depresi berat. 38,39
1) Gangguan afektif: pandangan kosong, perasaan hampa, murung, putus asa dan inisiatif
kurang.

2) Gangguan proses pikir: halusinasi, waham, konsentrasi berkurang, dan pikiran merusak diri.

3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, bergerak
tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau makan dan minum, berat badan menurun,
bangun

pagi sekali dengan perasaan tidak enak, dan tugas ringan terasa
berat.
4) Pola komunikasi: introvert dan tidak ada komunikasi verbal sama sekali.

5) Partisipasi sosial: kesulitan menjalankan peran sosial dan menarik diri.

5.

Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul tanpa penyebab yang tidak pasti
dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam.
Cemas dapat berupa perasaan khawatir, perasaan tidak enak, tidak pasti atau merasa sangat
takut sebagai akibat dari suatu ancaman atau perasaan yang mengancam dimana sumber nyata
dari kecemasan tersebut tidak diketahui dengan pasti.27 Kecemasan adalah suatu ketegangan
yang timbul dari kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh yang sebenarnya ditimbulkan oleh
sebab-sebab dari luar.28 Jadi kecemasan adalah reaksi emosional yang menimbulkan
ketegangan yang disebabkan faktor di luar tubuh sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman
dan merasa terancam.
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala umum penderita yang mengalami kecemasan ditunjukkan dengan perasaaan
ketakutan, konsentrasi terganggu, merasa tegang dan gelisah, antisipasi yang buruk, cepat
marah, merasakan adanya tanda-tanda bahaya. Sedangkan gejala fisik pada seseorang
mengalami kecemasan ditandai dengan jantung berdebar-debar, berkeringat, mual-
mual atau pusing, peningkatan frekuensi BAB atau diare, sesak nafas,
tremors, kejang, ketegangan otot, sakit kepala, kelelahan, dan insomnia.27
3. Klasifikasi tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan dibagi menjadi beberapa kategori:29,30


a. Kecemasan ringan

Beberapa respon kecemasan ringan antara lain:


1) Respon fisiologis: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah,
penuh perhatian dan rajin.

2) Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit,
waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi dan tingkat
pembelajaran optimal.

3) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi
dan tenang.

b. Kecemasan sedang

Perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda dan individu menjadi
gugup atau agitasi. Beberapa karakteristik kecemasan sedang antara lain:
1) Respon fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.

2) Respon kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
3) Respon perilaku dan emosi: tidak nyaman, mudah tersinggung, gerakan tersentak-sentak,
terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak nyaman.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu


yang berbeda dan ada acaman. Beberapa karakteristik kecemasan
berat meliputi:
1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lainnya.

2) Respons fisiologi: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,
hiperventilasi, penglihatan kabur, serta tampak tegang.

3) Respons kognitif: tidak mampu berfikir berat lagi serta membutuhkan banyak pengetahuan
dan lapangan persepsi yang menyempit.
d. Panik

Panik merupakan tingkat tertinggi dari kecemasan. Semua pikiran rasional berhenti dan individu
tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze yaitu kebutuhan untuk pergi secepatnya tetap
di tempat, berjuang dan tidak melakukan sesuatu. Beberapa karakteristik gangguan panik
yaitu:2930
1) Respon fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
serta rendahnya koordinasi motorik.

2) Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan
mengalami distorsi dan ketidakmampuan memahami situasi.

3) Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak,
kehilangan kendali/kontrol diri, perasaan terancap serta dapat membahayakan diri sendiri atau
orang lain.

1. penatalaksanaan KDRT?
Upaya penanganan KDRT Pada hakekatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani KDRT, yaitu pendekatan kuratif dan
preventif. 12

1. Pendekatan kuratif: a. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara


mendidik dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis. b. Memberikan keterampilan
tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya melaporkan ke pihak lain yang diyakini
sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-waktu terjadi KDRT. c. Mendidik anggota
keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang terjadinya KDRT. d. Membangun
kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat yang ditimbulkan dari
KDRT. e. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku KDRT. f.
Melakukan filter terhadap media massa, baik cetak maupun elektronik, yang menampilkan
informasi kekerasan. g. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis
kelamin, kondisi, dan potensinya.

h. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena KDRT, tanpa
sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban KDRT.

i. Mendorong dan menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk lebih peduli dan responsif
terhadap kasus-kasus KDRT yang ada di lingkungannya.

2. Pendekatan kuratif:
a. Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dan tingkat
berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti bagi pelaku
KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggota masyarakat lainnya.

b. Memberikan incentive bagi setiap orang yang berjasa dalam mengurangi, mengeliminir, dan
menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti, sehingga terjadi proses kehidupan yang
tenang dan membahagiakan.

c. Menentukan pilihan model penanganan KDRT sesuai dengan kondisi korban KDRT dan
nilai-nilai yang ditetapkan dalam keluarga, sehingga penyelesaiannya memiliki efektivitas yang
tinggi.

d. Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan penanganan
sejak dini, sehingga tidak terjadi luka dan trauma psikis sampai serius.

e. Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan kasih sayang dan keselamatan
korban untuk masa depannya, sehingga tidak menimbulkan rasa dendam bagi pelakunya.

f. Mendorong pelaku KDRT untuk sesegera mungkin melakukan pertaubatan diri kepada Allah
swt, akan kekeliruan dan kesalahan dalam berbuat kekerasan dalam rumah tangga, sehingga
dapat menjamin rasa aman bagi semua anggota keluarga.

g. Pemerintah perlu terus bertindak cepat dan tegas terhadap setiap praktek KDRT dengan
mengacu pada UU tentang PKDRT, sehingga tidak berdampak jelek bagi kehidupan
masyarakat. Pilihan tindakan preventif dan kuratif yang tepat sangat tergantung pada kondisi riil
KDRT, kemampuan dan kesanggupan anggota keluarga

untuk keluar dari praketk KDRT, kepedulian masyarakat sekitarnya, serta ketegasan pemerintah
menindak praktek KDRT yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
2. Tatalaksana skenario?
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat
ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan
bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat
pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian, pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981)
(dikutip oleh Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya menyebutkan
bahwa motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah
dengan orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan
16% masalah dengan saudara.
3. faktor predisposisi KDRT?
Setelah memperhatikan ketiga teori tersebut, kiranya variasi kekerasan di
masyarakat untuk sementara ini disebabkan oleh tiga faktor tersebut. Bagaimana
dengan penyebab munculnya KDRT, lebih khususnya di Indonesia. Menurut
hemat saya, KDRT di Indonesia ternyata bukan sekedar masalah ketimpangan
gender. Hal tersebut acapkali terjadi karena: Kurang komunikasi,
Ketidakharmonisan. Alasan Ekonomi Ketidakmampuan mengendalikan emosi
8
Ketidakmampuan mencari solusi masalah rumah tangga apapun, dan juga
Kondisi mabuk karena minuman keras dan narkoba.
4. Diagnosis multiaxial skenario?
5. Assesment suicide?
RENTANG RESPONS PROTEKTIF DIRI
Adaptif Maladaptif
Peningkatan DiriPertumbuhan Peningkatan BerisikoPerilaku destruktif diri tak
langsungPencederaan diriBunuh diri
Gamba ambar 11.1 Rentang Respons Protektif Diri
Keterangan
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit,
dan menggigit jari.
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
BAKKJ.indb 140 10/15/2014 8:53:51 AM
141
Bab 10 • Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
PROSES TERJADINYA PERILAKU BUNUH DIRI
Hidup atau matiKonsep bunuh diri• Jeritan minta tolong• Catatan bunuh
diriPenjabaran gagasanNiatMotivasiTindakan bunuh diriKrisis bunuh diri
Gamba ambar 11.2 Psikodinamika Upaya Percobaan Bunuh Diri
Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi untuk
bunuh diri dengan berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri,
mengembangkan gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri. Oleh karena
itu, adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus
mendapatkan perhatian serius. Sekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat
yang salah) tentang bunuh diri.

Menurut SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)


Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya, “Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.
Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.
BAKKJ.

Anda mungkin juga menyukai