Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 1

Hapi Yanto
Pipit Damayanti
Rodotul Janah
Biologi C/6
PENGARUH LIMBAH BATIK TERHADAP EKOSISTEM AIR SUNGAI
A. LATAR BELAKANG
Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan
batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan yang diberikan pada 2
Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi batik di dunia
internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara.
Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang Indonesia. Kata batik berasal dari
gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang
bermakna 'titik'. Indonesia percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti
Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Dengan pengakuan UNESCO dan
ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tidak
hanya sebagai budaya Indonesia, tapi merupakan jati diri dan indentitas bangsa
(Sugiharto, 1987)
Kementerian Lingkungan Hidup secara konsisten telah mengidentifikasi UKM batik
sebagai salah satu penyebab pencemaran sungai terburuk di Indonesia.
Penggunaan air secara berlebihan oleh UKM batik juga mengakibatkan kelangkaan
air bersih selama musim kemarau, dan seringkali membuat pelaku UKM beralih pada
penggunaan air bersih yang membutuhkan pasokan energi lebih besar sehingga
meningkatkan biaya produksinya. Di sisi lain, ketersediaan air bersih merupakan isu
utamapembangunan di banyak pulau di Indonesia. Ini merupakan dampak dari
pertumbuhan pesat akan kebutuhan air di sektor lain yang hadir secara bersamaan
(seperti pertanian, pariwisata, perindustrian, penggunaan domestik, dan lain-lain),
sementara persediaan air bersih terbatas. Disisi lain kurangnya kesadaran
lingkungan di kalangan pengguna/konsumen produk batik ikut menyebabkan belum
adanya faktor pendorong bagi UKM batik untuk beralih pada metode produksi yang
lebih bersih/efisien dalam mengkonsumsi air dan bahan lainnya
Dari aspek penggunaan bahan kimia, industri batik merupakan industri yang
potensial menghasilkan limbah yang mengandung logam berat yang dikategorikan
sebagai limbah berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Seiring dengan peningkatan produksi batik, maka permasalahan lingkungan juga
akan semakin meningkat. Permasalahan tersebut terutama disebabkan karena
proses produksi seringkali mengakibatkan pemborosan material dan energi serta
akibat pembuangan limbahnya yang akan membebani lingkungan dan biaya
pengolahan limbah semakin meningkat.
Secara keseluruhan, sumber utama air limbah industri batik berasal dari proses
yang berkaitan dengan proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi,
limbah industri batik juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau
sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang
berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna
yang digunakan. Limbah air yang berwarnawarni ini yang menyebabkan masalah
terhadap lingkungan.
Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri batik umumnya merupakan
senyawaorganik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan terutama lingkungan perairan. Salah satu contoh zat warna yang banyak
dipakai industri batik dalah remazol black, red dan golden yellow. Dalam pewarnaan,
senyawa ini hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya yaitu 95% akan
dibuang sebagai limbah. Senyawa ini cukup stabil sehingga sangat sulit untuk
terdegradasi (terurai) di alam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi dalam
konsentrasi yang sangat tinggi karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen
Demand). Hal ini tentu saja dapat merusak keseimbangan ekosistem lingkungan
yang ditandai dengan matinya organisme perairan di sekitar lokasi pembuangan
limbah sehingga perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah batik ini aman bagi
lingkungan (Sastrawijaya, 2009)
Adapun efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh perajin batik
adalah risiko terkena kanker kulit. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan,
umumnya para perajin tidak menggunakan sarung tangan sebagai pengaman,
kalaupun memakai, tidak benar-benar terlindung secara maksimal. Akibatnya, kulit
tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia berbahaya seperti
Naptol yang lazim digunakan dalam industri batik. Bahan kimia yang termasuk dalam
kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit. Selain itu,
limbah pewarna yang dibuang sembarangan, juga bisa mencemari lingkungan.
Ekosistem sungai rusak. Akibatnya, ikanikan mati dan air sungai tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar meresap ke sumur
dan mencemari sumur yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa sajakah dasar hukum dalam pengendalian limbah batik?
2. Bagaimanakah upaya pengendalian limbah batik di daerah trusmi?
3. Apa saja bahaya limbah batik bagi ekosistem air sungai?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak akan dicapai dari penelitian ini pada dasarnya adalah:
1. Untuk mengetahui dasar hukum dalam pengendalian limbah batik.
2. Untuk mengetahui upaya pengendalian dan pengelolaan limbah batik di daerah
trusmi.
3. Untuk mengetahui bahaya limbah batik bagi ekosistem air sungai.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk memperluas cakrawala ilmu
pengetahuan peneliti tentang perkembangan industri batik skala kecil di kota
Cirebon dalam penelitian ini.
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam
merumuskan kebijakan pengembangan dan pengawasan terhadap laju kegiatan
dari industri batik dalam industri kecil untuk tujuan kebudayaan, Pariwisata dan
perekonomian kota Cirebon.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian
berikutnya, serta menambah pengetahuan masyarakat pada umumnya

Anda mungkin juga menyukai