Anda di halaman 1dari 14

More Next Blog» Create Blog Sign In

aplimugiwara

KAMIS, 12 MARET 2015 MENGENAI SAYA


Mugiwara apli
Makalah Landasan Teori Belajar Ikuti 5

Lihat profil lengkapku

Teori Psikologi sebagai dasar atau landasan pengembangan teori-teori


ARSIP BLOG
belajar.Landasan dari teori-teori belajar ini dapat digolongkan ke dalam lima aliran yang
▼ 2015 (3)
dianggap besar dan sangat dominan dalam memenuhi praktek pembelajaran yakni,
► Mei (1)
behavioristik, Kognitifistik, Humanistik, Kontruktivistik, dan Cybernetik.
▼ Maret (1)
A. Aliran Behavioristik
Makalah Landasan Teori Belajar
Belajar menurut pandangan aliran behavioristik pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan ► Januari (1)
untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Oleh karena itu, teori
► 2014 (9)
belajar ini juga dinamakan teori Stimulus-Respon yaitu belajar adalah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Teori-teori belajar yang dilandasi aliran behavioristin antara lain yaitu:
1. Connectionisme (Thorndike)
Teori connectionisme (hubungan) yang dibangun oleh Thorndike dari
percobaannya diperoleh gambaran yang luas (kompleks) terhadap proses belajar
pada manusia. Connectionisme dalam belajar akan melahirkan partisipasi aktif
antara guru dengan siswa. Partisipasi aktif antara guru di dalam suatu

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
pembelajaran, jika seorang guru mampu memberikan stimulus positif kepada
siswanya, barulah stimulus (rangsangan) tersebut ditanggapi siswa dalam bentuk
respon baik dalam bentuk bertanya, kemampuan menjawab soal atau bentuk-
bentuk lain yang berhubungan dengan aktivitas belajar.
Untuk mendapatkan partisipasi aktif dan positif ditengah suasana
berlangsungnya proses pembelajaran, Thorndike menggagas setidaknya harus ada
tiga hukum mayor (Snelbecker, 1974:214) yaitu:
Ø Hukum efek
Ø Hukum latihan
Ø Hukum kesiap-siagaan

2. Classical Conditioning (Pavlop)


Teori classical conditioning atau pengkondisian klasik dari Ivan Pavlop
merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Pavlop
melakukan percobaan dengan seekor anjing. Dalam percobaannya, Pavlop ingin
membentuk tingkah laku tertentu pada anjing. Bentuk percobaan yang dilakukan
sebagai berikut: dalam keadaan lapar, sebelum diberikan makanan dibunyikan
lonceng, diperlihatkan makanan, dan air liur anjing keluar. Keadaan ini terus
menerus diulang, bunyikan lonceng, perlihatkan makanan, air liur anjing keluar.
Setelah beberapa kali dilakukan ternyata pada akhirnya setiap lonceng dibunyikan
air liur anjing keluar walaupun tanpa diberikan makanan. Dalam keadaan ini,
anjing belajar bahwa kalau lonceng berbunyi pada ada makanan sehingga
menyebabkan air liurnya keluar.
Berdasarkan eksperimen ini, Pavlop menarik kesimpulan bahwa untuk
membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan
melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan
semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku
itu.Dalam hal ini Pavlop mengemukakan hukum belajar sebagai berikut:

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Ø Law of respondent conditioning atau hukum pembiasaan yang dituntut.
Ø Law of respondent extinction atau hukum pemusnahan yang dituntut.

3. Operant Conditioning
Teori operant conditioning dikembangkan oleh B.F Skinner. Teori ini
dilandasi oleh adanya penguatan (reinforcement). Berbeda dengan Pavlov yang
diberi kondisi adalah stimulus (S), maka pada teori Skinner ini yang diberi kondisi
adalah respon (R).
Skinner membedakan dua macam respon yakni respondent respons
(reflexive response) dan operant response (instrumental response). Respondent
respons adalah respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu,
misalnya perangsang stimulus makanan menimbulkan keluarnya air liur. Respon
ini relatif tetap. Artinya, setiap ada stimulus semacam itu akan muncul respon
tertentu. Dengan demikian, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respon yang ditimbulkannnya. Operant response atau instrumental response
adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-
perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforce, karena
perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan. Jadi
dengan demikian, perangsang tersebut mengikuti dan memperkuat suatu tingkah
laku yang telah dilakukan. Misalnya jika seseorang telah belajar melakukan
sesuatu lalu mendapat hadiah sebagai reinforce, maka ia akan menjadi lebih giat
dalam belajar.
Pada prilaku manusia respondent respons bersifat terbatas, oleh karena itu
sangat kecil untuk dapat dimodifikasi. Sebaliknya operant response sifatnya tidak
terbatas, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat dimodifikasi sangat besar.
Dengan demikian untuk mengbah tingkah laku dapat menggunakan operant
response..
B. Aliran Kognitif

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada proses belajar yang dilakukan
individu. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Belajar juga merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
Belajar menurut teori ini merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang
kompleks.
Berikut beberapa teori belajar yang termasuk dalam aliran kognitif yaitu:
1. Teori Gestalt
Teori gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler dan Wertheimer. Menurut
teori gestalt belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah
pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu
bersifat mekanistik, sehingga menggabaikan atau mengingkari peranan insight.
Teori gestalt beranggapan bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah
laku.
Makna dari prinsip ini adalah pembelajaran itu bukanlah berangkat dari
fakta-fakta akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu
maka siswa dapat mempelajari fakta.

2. Teori Medan Kognitif (Lewin)


Teori medan kognitif dikembangkan oleh Kurt Lewin. Lewin memandang
bahwa setiap individu berada di dalam medan kekuatan yang bersifat psikologis
yang disebut dengan ruang hidup (life space). Life space meliputi manifestasi
lingkungan di mana siswa bereaksi, objek material yang dihadapi, serta fungsi
kejiwaan yang diimilikinya. Belajar berlangsung sebagai akibat perubahan
struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu merupakan hasil dari dua macam

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
kekuatan, satu dari struktur medan kognitif itu sendiri, yang lain dari kebutuhan
motivasi internal individu.
Teori medan kognitif ini menjelaskan bahwa belajar adalah proses
pemecahan masalah.

3. Teori Perkembangan Piaget


Menurut Piaget dasar dari belajar adalah aktivitas anak apabila ia
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Akibatnya
lingkungan sosialnya berada di antara anak dan lingkungan fisiknya. Melalui
pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak tadinya memiliki pandangan
subjektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi
objektif Aktivitas mental anak terorganisasi dalam struktur kegiatan mental yang
disebut skema atau dalam bentuk jamak skemata. Skema merupakan abtraksi
mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu atau memecahkan
sesuatu atau memecahkan masalah. Individu mengisi atribut skemanya dengan
informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka pikir yang benar. Kerangka
pemikiran inilah yang akan membentuk pengetahuan struktural individu.
Pengetahuan struktural tersebut terdiri dari skema-skema yang dipunyai dan
hubungan antar skema-sekama tersebut.
4. Teori Kognitif Bruner
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan atas dua asumsi. Asumsi
pertama ialah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Berlawanan dengan paham para penganut teori Behaviour, Bruner yakin bahwa
siswa yang belajar berinteraksi dengan lingkungan yang secara aktif, perubahan
tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam diri siswa sendiri. Asumsi
kedua ialah bahwa siswa yang mengkonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya (mode of work). Dengan menghadapi aspek dari

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
lingkungan, siswa akan membentuk suatu struktur atau model. Dengan model
tersebut dapat disusun hipotesis, untuk memasukkan pengetahuan baru kedalam
struktur-struktur, dengan memperluas struktur-struktur itu atau dengan
mengembangkan struktur atau sub struktur baru.
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah: (1) memperoleh
informasi baru (2) tranformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan.
5. Teori Belajar Bermakna (Ausubel)
Ausubel mencetuskan gagasan belajar penerimaan verbal bermakna
(meaningful verbal reception learning). Ausubel menyatakan bahwa cara belajar
ini merupakan proses yang aktif karena meliputi: (1) analisis kognitif untuk
menentukan aspek struktur kognitif yang berhubungan dengan materi baru, (2)
penyesuaian materi baru dengan struktur kognitif yaitu mengetahui persamaan dan
perbedaan antara konsep baru dan konsep yang sudah diketahui sebelumnya, dan
(3) perumusan kembali materi belajar sesuai dengan latar belakang intelektual
serta kosa kata yang dimiliki oleh siswa.
Dalam teori belajar bermakna, dasar pemikiran utama adalah bahwa
konsep/informasi baru harus berhubungan dengan konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif, oleh karena itu, Ausubel menjelaskan faktor utama yang
mempengaruhi belajar bermakna dan penyimpanan informasi adalah struktur
kognitif itu sendiri. Bila struktur kognitif ini jelas, mantap dan tersusun dengan
baik akan timbul pemahaman yang tepat dan jelas yang dapat mempertahankan
kekuatan atau keberadaannya. Sebaliknya, bila struktur kognitif tidak tersusun
dengan baik, hal ini akan menghambat belajar bermakna dan penyimpanan
informasi baru.

6. Teori belajar Gagne

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Gagne menjelaskan belajar adalah bukan merupakan sesuatu yang terjadi
secara alamiah tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu
yaitu kondisi: (1) internal, yang antara lain menyangkut kesiapan siswa dan apa
yang telah dipelajari sebelumnya (prerequisite) ekternal merupakan situasi belajar
dan penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan
memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil belajar memerlukan kondisi-
kondisi tertentu yang perlu diatur dan dikontrol. Secara khusus, Gagne
menyatakan bahwa cara berpikir seseorang tergantung pada: (1) keterampilan apa
yang telah dimiliki, dan (2) keterampilan serta hirarki apa yang yang diperlukan
untuk mempelajari suatu tugas.
C. Aliran Humanistik
Aliran belajar humanistik memandang bahwa proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungan dan dirinya sendiri.
Aliran belajar humanistik ini cenderung bersifat eklektif dalam arti memanfaatkan
teknik belajar apapun, asal tujuan belajar siswa dapat tercapai. Dengan kata lain teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri dapat tercapai. Dalam prakteknya, teori ini antara lain terwujud dalam
pendekatan yang diusulkan Ausubel dengan “belajar bermakna”, teori ini juga terwujud
dalam teori Bloom dan Krathwohl.

Beberapa teori belajar yang dilandasi oleh aliran humanistic yaitu:

1. Teori Kolb
Kolb membagi tahapan belajar menjadi 4 yaitu:
a. Pengalamana konkrit
b. Pengalaman aktif dan reflektif

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
c. Konseptualisasi
d. Eksperimental aktif.
Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara berkesinambungan
dan berlangsung di luar kesadaran siswa. Dengan kata lain, meskipun dalam teorinya,
Kolb mampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya, namun
dalam praktek peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya itu seringkali terjadi begitu
saja, sulit ditentukan kapan beralihnya.

2. Teori Honey dan Mumford

Honey dan Mumford membagi 4 tipe siswa yaitu:


a. Tipe aktivi
b. Tipe reflector
c. Tipe teoritis
d. Tipe pragmatis.
3. Teori Habermas
Habermas meyakini bawa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi baik
dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas
membagi 3 tipe belajar yaitu:
a. Belajar teknis
Siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam sekelilignya. Mereka
berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan
dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu
b. Belajar praktis
Siswa belajar berinteraksi tetapi pada tahap ini yang lebih dipentingkan
adalah interaksi antara siswa dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Pada
tahap ini pemahaman siswa terhadap alam tidak berhenti pada suatu pemahaman
yang kering dan terlepas kaitannya dengan manusia.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
c. Belajar emansipatoris
Siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin
tentang perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan. Pemanfaatan
dan kesadaran terhadap transformasi kultural dianggap tahap belajar yang paling
tinggi, sebab transformasi kultural dianggap sebagai tujuan pendidikan yang
paling tinggi.

4. Teori Vygotsky
Menurut Vygotsky perkembangan kemampuan seseorang dapa dibedakan
kepada 2 tingkat yaitu:
a. Tingkat perkembangan aktual.
Tingkay perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri.
Hal ini disebut Vygostky dengan istilah kemampuan intramental.
b. Tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan
orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten. Hal ini disebut Vygostky dengan istilah kemampuan intermental.
5. Teori Carl Rogers
Roger menyatakan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa,
melainkan dibiatkan belajar bebas, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan
sendiri dan berani bertanggungjawab atas keputusan-keputusan yang diambilnya
sendiri. Dalam konteks tersebut, Rogers mengemukakan 5 hal dalam proses belajar
humanistik yaitu:

a. Hasrat untuk belajar

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Hasrat untuk belajar disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang
terus menerus terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses mencari jawabnya,
seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.
b. Belajar bermakna
Seseorang yang beraktivitas akan selalu menimbang-nimbang apakah
aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya. Jika tidak tentu tidak akan
dilakukannya.
c. Belajar tanpa hukuman
Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman mengakibatkan anak bebas
melakukan apa saja mengadakan eksperimentasi hingga menemukan sendiri
sesuatu yang baru.
d. Belajar dengan inisiatif sendiri
Belajar dengan inisiatif sendiri menyiratkan tingginya motivasi internal
yang dimiliki. Siswa yang banyak berinisiatif, mampu mengarahkan dirinya
sendiri, menentukan pilihannya sendiri serta berusaha menimbang sendiri hal yang
baik bagi dirinya.
e. Belajar dan perubahan
Dunia terus mengalami perubahan, karena itu siswa harus belajar untuk
dapat menghadapi kondisi dan situasi yang terus berubah.

D. Aliran Konstruktivistik

Aliran konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan


(konstruksi) pengetahuan oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri siswa
yang sedang mengetahui. Oleh karena itu pengetahuan merupakan hasil konstruksi yang
dilakukan siswa. Menurut aliran konstruktivistik, pengetahuan dipahami sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah kemampuan fakta

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalaman maupun lingkungannya.
Terdapat beberapa kemampuan yang diperlukan untuk mengkonstruksi
pengetahuan:
a) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
b) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai
persamaan dan perbedaan tentang sesuatu hal, dan
c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu pada yang
lain.
Sedangkan faktor-faktr yang membatasi proses konstruksi pengetahuan adalah:
Ø hasil konstruksi yang telah dimiliki seseorang
Ø domain pengetahuan seseorang
Ø jaringan struktur kognitif seseorang
Selanjutnya berkaitan dengan ciri-ciri belajar konstruktivistik adalah sebagai
berikut:
a. Orientasi
Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
b. Elisitas
Siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat
poster dan lain-lain.
c. Restrukturisasi
Klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide
baru.
d. Penggunaan ide baru baru dalam berbagai situasi
Ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi.
e. Review

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Dalam mengaplikasi pengetahuan, gagasa yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah.
Peranan guru, menurut aliran konstruktivistik lebih sebagai mediator atau
fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung
jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama guru.
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman
konflik.
c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan
atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan
siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.

E. Aliran Cybernetisme
Aliran Cybernetisme memandang otak manusia aktif memproses informasi
seperti halnya teknologi informasi alau komputer, namun manusia aktif mencari
bukan hanya pasif menerima. Peserta didik menangkap rangsangan melalui panca
indranya, baik dalam bentuk obyek benda, data, maupun peristiwa kemudian
memperhatikan atau mengabaikan, memilih sebagian atau menerima seluruhnya, dan
membuat reaksi dengan membuat respons-respons.
Manusia bukan mesin yang pasif yang selalu tertib dan teratur memproses
informasi tersebut, melainkan aktif mencari dan me-manipulasi. Suatu ketika ia cepat
sekali, sedang-sedang saja, atau lambat sekali tergantung pada kesegaran pikiran,
perasaan, dan kebugaran fisik yang muncul pada saat itu. Berbeda dengan mesin yang
berbentuk benda mati, manusia cenderung mencari pengalaman yang mengarah pada
perolehan pengetahuan bam, keterampilan baru, atau sikap dan pandangan baru yang

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
lebih memihak kepada dirinya atau pihak lain. Melalui proses seperti ilu peserta didik
selalu berubah atau berkembang.

KESIMPULAN
Teori belajar behavioristik atau dikenal juga dengan aliran tingkah laku memaknai
belajar sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor yang
diberikan lingkungan. Tokoh-tokoh yang termasuk dalam aliran behavioristik adalah
Thorndike, Pavlop, Watson, Hull, Guthrie dan Skinner.
Teori belajar kognitif, memaknai belajar tidak hanya sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar adalah melibatkan proses
berpikir yang kompleks. Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sangat menentukan
hasil belajar. Tokoh-tokoh yang termasuk dalam aliran kognitif adalah Koffka, Kohler,
Wertheimer Piaget, Ausubel, Bruner dan Gagne.
Teori belajar humanistik, memaknai proses belajar dilakukan dengan memberikan
kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu. Siswa diharapkan dapat mengambil
keputusannya sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang dipilhnya.
Tokoh-tokoh yang termasuk dalam aliran humanistik adalah Kolb, Honey dan Mumford,
Habermas, Vygotsky, Rogers.
Teori belajar konstruktivistik memaknai belajar sebagai proses pembentukan
(kontruksi) pengetahuan oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang
yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa
Teori Belajar Cybernetisme memandang otak manusia aktif memproses informasi,
namun manusia aktif mencari bukan hanya pasif menerima. Peserta didik menangkap

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
rangsangan melalui panca indranya, baik dalam bentuk obyek benda, data, maupun
peristiwa kemudian memperhatikan atau mengabaikan, memilih sebagian atau menerima
seluruhnya, dan membuat reaksi dengan membuat respons-respons.

Diposting oleh Mugiwara apli di 04.29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Select profile...

Publikasikan Pratinjau

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD

Anda mungkin juga menyukai