Anda di halaman 1dari 40

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan


1.1 Menjelaskan Fertilisasi, Nidasi, Pembentukan Plasenta
1.2 Menjelaskan Fisiologi Ibu Hamil
1.3 Menjelaskan Fisiologi Janin
2 Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal
2.1 Menjelaskan Mekanisme Persalinan Normal
2.2 Menjelaskan Tahapan dan Tindakan Persalian Normal
3 Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Anemia
3.1 Menjelaskan Etiologi
3.2 Menjelaskan Diagnosis
3.3 Menjelaskan Manifestasi
3.4 Menjelaskan Komplikasi Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
3.5 Tatatlaksana
4 Memahami dan Menjelaskan Gizi
4.1 Menjelaskan Zat Gizi Ibu Hamil dan Janin (Pola Makan dan Pilihan makanan)
4.2 Menjelaskan Masalah Nutrisi pada Ibu Hamil
5 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Puasa Pada Ibu Hamil
1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan
1.1 Menjelaskan Fertilisasi, Nidasi, Pembentukan Plasenta
Pengangkutan ovum ke oviduktus
Pada ovulasi ovum dibedakan ke dalam rongga abdomen tapi langsung diambil oleh
oviduktus, ditangkap fimbrie. Fimbrie dilapisi oleh silia yaitu tonjolan-tonjolan halus mirip
rambut yang bergetar seperti gelombang ke arah interior oviduktus.

Pengangkutan sperma ke oviduktus


Setelah ditaruh di vagina saat ejakulasi, sperma-sperma tersebut harus berjalan melewati
kanalis servikalis, uterus dan kemudian menuju telur di sepertiga atas oviduktus. Rintangan
pertama adalah melewati kanalis servikalis. Sewaktu kadar estrogen tinggi seperti yang terjadi
saat folikel matang akan berovulasi, mucus serviks menjadi cukup tipis dan encer untuk dapat
ditembus oleh sperma. Setelah sampai uterus, kontraksi miometrium akan mengaduk sperma,
saat mencapai oviduktus sperma harus bergerak melawan silia, gerak ini dipermudah oleh
kontraksi antipristaltik otot polos oviduktus.

Fertilisasi

www.bio.davidson.edu

Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata
dan zona pelusida. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan saat membran akrosom rusak saat
sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma membuat terowongan
menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma pertama yang mencapai ovum itu sendiri
berfusi dengan membran plasma ovum, memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang
mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black
To Polyspermy).
Kepala sperma yang berfusi tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke dalam sitoplasma
memicu pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma dan ovum menyatu
membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus sudah bisa dimasuki oleh
morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi implantasi di dinding endometrium.
Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang diletakkan
di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai membelah diri secara mitosis.
Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi menjadi sebuah blastokista yang dapat
melakukan implantasi. Sementara itu, endometrium telah mengalami peningkatan vaskularisasi
dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah pengaruh progesterone fase luteal. Blastokista
terbenam di lapisan yang telah dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan endometrium kaya
nutrient, melaksanakan dua fungsi yaitu membuat lubang di endometrium untuk implantasi
blastokista sementara pada saat yang sama membebaskan nutrient dari sel endometrium agar
dapat digunakan oleh mudigah yang sedang berkembang.

Implantasi
Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba falopii.

Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri maka terbentuklah ”
inner cell mass”.
Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel
tersebut terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga membentuk EPF
( early pregnancy factor ) yang mencegah rejeksi hasil konsepsi .
Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan
oksigen yang memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan ektodermal dan
endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan mesodermal yang akan tumbuh
keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik.

Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung amnion
berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum amnion masih amat
kecil.

2 rongga yang terbungkus oleh mesoderm bergerak kearah blastosis. Batang mesodermal
akan membentuk talipusat. Area embrionik yang terdiri dari ektoderm – endoderm dan
mesoderm akan membentuk janin
Cavum anion semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai dinding blastosis.
Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya membentuk tabung yang akan menyatu
dengan tangkai mesodermal.

Plasentasi
Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan demikian membesarnya blastosis, desidua
superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan dan kehamilan akan semakin mengembang ke arah dalam
cavum uteri.
Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal
ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis
menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve. Pada sisi yang berlawanan, villi
mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai Chorion Frondusum. Dengan
semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel dengan desidua vera dan
cavum uteri menjadi obliterasi
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini, kelenjar
dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan mengalami dilatasi
membentuk sinusoid.
Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan sinsitium
yang disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam dalam darah
ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi semakin komplek
dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabangan-percabangan dimana cabang
vasa umbilkalis membentuk percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel
trofoblas. Sebagian besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung
dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien dan produk
sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut sebagai anchoring
villi .

Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar
penampangnya. Dengan semakin lajutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas
dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri spiralis
maternal yang berasal dari ruang intervillous
Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri maternal 1/3 bagian dalam miometrium.
Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang
bersifat “ low resistance – high flow vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin
intra uterin.
Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer nutrien – sisa metabolisme – hormon
dan CO serta O2 plasenta akan semakin meningkat dimana struktur pemisah antara sirkulasi ibu
dan anak menjadi semakin tipis.
Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis sirkulasi dan “placental barrier” pada akhir
kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang memperluas permukaan transfer nutrien
dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan mesoderm janin akan semakin tipis dan vas
dalam villus mengalami dilatasi.
Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah dengan
tebal 2 -3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm ± 500 gram
Talipusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat ‘Wharton Jelly’yang
bertindak sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah tertekan atau terlipat,
umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta.

1.2 Menjelaskan Fisiologi Ibu Hamil


Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh, kebanyakan perubahan ini akan
menghilang setelah persalinan. Jantung dan pembuluh darah. Selama kehamilan, jumlah darah
yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) meningkat sampai
30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada
kehamilan 16-28 minggu. Karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat
istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80 90 kali/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena rahim yang
membesar menekan vena yang membawa darh dari tungkai ke jantung. Selama persalinan, curah
jantung meningkat sebesar 30%, Setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25%
diatas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan
dalam aliran darah ke rahim. Karena janin terus tumbuh, maka darah lebih banyak dikirim ke
rahim ibu. Pada akhir kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu.
Ketika melakukan aktivitas/olah raga, maka curah jantung, denyut jantung dan laju
pernafasan pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak sedang hamil.
Rontgen dada dan EKG menunjukkan sejumlah perubahan dalam jantung, dan kadang terdengar
murmur jantung tertentu serta ketidakteraturan irama jantung. Semua perubahan tersebut adalah
normal terjadi pada masa hamil, tetapi beberapa kelainan irama jantung mungkin akan
memerlukan pengobatan khusus.Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi
akan kembali normal pada trimester ketiga.
Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel
darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%. Untuk alasan yang
belum jelas, jumlah sel darah putih (yang berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi) selama
kehamilan, pada saat persalinan dan beberapa hari setelah persalinan, agak meningkat.

PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM REPRODUKSI


Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine.
Estrogen menyebabkan hiperpliasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas atau
kelenturan uterus.
a. Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot
polos rahim, serabut – serabut kolagennya menjadi higroskopik endometrium menjadi desidua
ukuran pada kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapitasi lebih dari 4000 cc.
Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan fundus:
 Tidak hamil: sebesar telur ayam (+ 30 g)
 Kehamilan 8 minggu: sebesar telur bebek
 Kehamilan 12 minggu: sebesar telur angsa
 Kehamilan 16 minggu: pertengahan simfisis pubis
 Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
 Kehamilan 24 minggu: pinggir atas pusat
 Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat-xyphoid
 Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat-xyphoid
 Kehamilan 36-42 minggu: 3-1 jari di bawah xyphoid

b. Berat
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan
(40 pekan).
c. Bentuk dan Konsistensi
Pada bulan – bulan pertama kehamilan bentuk rahim seperti buah alpokat. Pada kehamilan
empat bulan berbentuk bulat dan akhir kehamilan bujur telur. Rahim yang kira – kira sebesar
telur ayam, pada kehamilan dua bulan sebesar telur bebek dan kehamilan tiga bulan sebesar
telur angsa. Pada minggu pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan bertambah
panjang sehingga bila diraba terasa lebih panjang sehingga bila diraba terasa lebih lunak
(soft) disebut tanda hegar. Pada kehamilan lima bulan, rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian – bagian janin dapat diraba melalui
dinding perut dan dinding rahim
d. Posisi Rahim
1) Pada permulaan kehamilan, dalam letak anteflexi atau retroflexi.
2) Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis
3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai
batas hati.
4) Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
Rustam Mochtar, 1998 : 36)

e. Vaskularisasi
Aa.uterin dan aa. Ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak – anak cabangnya.
Pembuluh darah balik (vena) mengembang dan bertambah
f. Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan
1) Pada kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion dimana desidua
kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi fundus uteri terletak
antara pertengahan simphisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya.
2)Pada kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2 – 3 jari di bawah pusat.
3)Pada kehamilan 24 minggu, tinggi fundus uteri terlatak setinggi pusat.
4)Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2 – 3 jari di atas pusat. Menurut
Spiegelberg dengan mengukur tinggi fundus uteri dari smpisis adalah 26,7 cm diatas
smpisis.
5)Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari di bawah processus
xiphoideus.
6)Pada kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri terletak sama dengan 8 bulan tapi melebar
ke samping yaitu terletak diantara pertengahan pusat dan processus xiphoideus. ( Rustam
Mochtar, 1998 : 52)
Serviks uteri (leher rahim) mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.

Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan
(tanda Chadwick).

Ovarium (Kantong Telur)


Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi
progesteron dan estrogen.Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat.Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.

Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial
payudara.Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan
hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein,
laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum.Mammae membesar dan tegang,
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan
papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.

Sistem respirasi/Pernapasan
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma (otot pernapasan) juga
terdorong ke atas menyebabkan napas cepat dan dangkal (20-24x/menit).Inilah yang
menyebabkan wanita hamil merasa napasnya sesak.
Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi
juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah BAB), lebih sering
lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi peningkatan asam lambung. Pada
keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per
hari (hiperemesis gravidarum).

Sistem sirkulasi / kardiovaskular


Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK
calon ibu, meliputi :
1. retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
2. anemia relatif
3. tekanan darah arterial menurun
4. curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir
kehamilan
5. volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
6. volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara
perlahan sampai akhir kehamilan.
Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antibodi fisiologik yang terjadi
pada kehamilan.Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3.Trombosit meningkat
sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada
kehamilan dan persalinan.Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350
mg/dl).Laju endap darah meningkat.Protein total meningkat, namun rasio albumin-globulin
menururn karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin
alfa-1, alfa-2 dan beta.Faktor-faktor pembekuan meningkat.

Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid.Kebutuhan karbohidrat
meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui).Kebutuhan protein 1
g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin.Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300
g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai
kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma
ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
1. ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2. produksi glukosa dari hati menurun
3. produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4. aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya,
hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).

Traktus urinarius/saluran kemih


Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan
progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah
mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, striae lividae pada perut,
dsb.Terdapat linea nigra dibagian perut.

Peningkatan Berat Badan Selama Hamil


Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan
volume berbagai organ / cairan intrauterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg,
penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan
cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.

1.3 Menjelaskan Fisiologi Janin


Minggu pertama – 8 hari selepas proses persenyawaan berlaku, blastocyst (kini mengandungi
200 sel) merembeskan mukus untuk memberitahu kehadirannya di dalam rahim.
Minggu ke-2 – Blastocyst menggelembung dan sel-sel mula berkembang dan terbahagi kira-kira
2 kali sehari sehinggalah pada hari yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu
blastocyst terpaut atau disauh dengan kukuh pada endometrium.
Minggu ke-3 – Saiz embrio terbentuk dan saiznya hanyalah sepanjang 0.08 inci/2 mm. Gen janin
mula hendak membentuk dalam 3 lapisan benih (sel) daripada organ badan yang akan
bergabung.
Minggu ke-4 - Janin sudah mulai membentuk struktur asas manusia dimana sel-sel mula
bergabung dan pada masa itu embrio sudah mulai memanjang kira-kira 1/4 inci (6 mm = sebesar
biji tembikai). Pada masa ini sudah kelihatan pembentukan otak dan tulang belakang serta
anggota lain seperti jantung yang mengepam darah ke paru-paru dan aorta (urat besar yang
membawa darah daripada jantung).
Minggu ke-5 - Embrio akan terus membesar. Terdapat 3 lapisan iaitu ectoderm, mesoderm dan
dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas. Ianya akan membentuk sistem saraf
pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut.
Manakala lapisan mesoderm pula yang berada pada lapisan tengah akan membentuk organ
penting yang asas iaitu jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif. Sistem peredaran
darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi. Akhir sekali ialah lapisan endoderm iaitu
lapisan paling dalam yang akan membentuk organ dalaman seperti usus, hati, pankreas dan pundi
kencing.
Minggu ke-6 - Sekiranya pemeriksaan secara ultrasound dilakukan, kita akan dapat melihat
janin sudah membentuk kepada dan badan. Biasanya getaran jantungnya juga sudah dapat
dikesan.
Minggu ke-7 – Pembentukan bayi semakin jelas terbentuk. Kepala bayi seolah-olah tertunduk
dan berada dalam cecair (air ketuban atau amnotic sac) yang akan memberikan keperluan
tumbesaran bayi semasa dalam kandungan.

Janin usia 8 Minggu


Seluruh organ tubuh utama bayi telah terbentuk meskipun belum berkembang sempurna. Mata
dan telinga mulai terbentuk. Jantung berdetak kuat. Dengan ultrasound kita dapat melihat jantung
janin berdenyut.
Minggu ke-9 :
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki dan
tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun Anda tak merasakannya. Dengan Doppler,
Anda bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya
sekitar 4 gram.

Minggu ke-10 :
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat
dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak seperti
manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram.

Minggu ke-11 :
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai
tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.
Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan
menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah
posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.

Janin usia 12 Minggu


Panjang janin sekarang sekitar 6,5 cm dan bobotnya sekitar 18 gram. Kepala bayi menjadi lebih
bulat dan wajah telah terbentuk sepenuhnya. Jari-jari tangan dan kaki terbentuk dan kuku mulai
tumbuh. Bayi mulai menggerak-gerakkan tungkai dan lengannya, tetapi ibu belum dapat
merasakan gerakan-gerakan ini.

Minggu ke-13 :
Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen , nutrisi dan
pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram.
Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin membesar
untuk mengejar pembesaran kepala.
Minggu ke-14 :
Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram. Lehernya semakin
panjang dan kuat. Lanugo, rambut halus yang tumbuh di seluruh tubuh dan melindungi kulit
mulai tumbuh pada minggu ini. Kelenjar prostat bayi laki-laki berkembang dan ovarium turun
dari rongga perut menuju panggul.Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum
tebal karena belum ada lapisan lemak

Minggu ke-15 :
Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Jika bayi Anda
perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih
sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan
panjang 113 mm
Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak matanya masih
tertutup
Janin usia 16 Minggu
Panjang janin sekarang sekitar 16 cm dan bobotnya sekitar 35 gram. Dengan bantuan scan, kita
dapat melihat kepala dan tubuh bayi, kita juga dapat melihatnya bergerak-gerak. Ia menggerak-
gerakkan seluruh tungkai dan lengannya, menendang dan menyepak. Inilah tahap paling awal di
mana ibu dapat merasakan gerakan bayi. Rasanya seperti ada seekor kupu-kupu dalam perutmu.
Tetapi, ibu tidak perlu khawatir jika belum dapat merasakan gerakan ini. Jika si bayi adalah anak
pertama, biasanya ibu agak lebih lambat dalam merasakan gerakannya.

Minggu ke-17 :
Dengan panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak cokelat
mulai berkembang, untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir. Tahukah Anda ? Saat
dilahirkan, berat lemak mencapai tiga perempat dari total berat badannya.
Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk.
Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Minggu ke-18 :
Mulailah bersenandung sebab janin sudah bisa mendengar pada minggu ini. Ia pun bisa terkejut
bila mendengar suara keras. Mata bayi pun berkembang. Ia akan mengetahui adanya cahaya jika
Anda menempelkan senter yang menyala di perut. Panjangnya sudah 14 cm dan beratnya 140
gram.
Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu. Hormon Estrogen dan
Progesteron semakin meningkat.
Minggu ke-19 :
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari
luka. Otak bayitelah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat gerakan sadar
seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm.
Janin usia 20 Minggu
Bayi masih berenang-renang dalam lautan air ketuban. Ia tumbuh dengan pesat, baik dalam
bobot maupun panjangnya yang sekarang telah mencapai 25 cm, yaitu separuh dari panjangnya
ketika ia dilahirkan nanti dan bobotnya sudah sekitar 340 gram. Bayi membuat gerakan-gerakan
aktif yang dapat dirasakan ibu. Mungkin ibu memperhatikan ada saat-saat di mana bayi
tampaknya tidur, dan saat-saat lain di mana ia melakukan banyak gerak.
Minggu ke-21 :
Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan gula dari
cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi semakin
pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm
Minggu ke-22 :
Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu, wajahnya
semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin proporsional
Minggu ke-23 :
Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga tampak
keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Ia memiliki kebiasaaan
“berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, lengan dan kaki secara teratur.
Beratnya hampir 450 gram. Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari juga
terbentuk sempurna.
Janin usia 24 Minggu
Sekarang panjang bayi sekitar 32 cm dan bobotnya 500 gram. Ibu dapat merasakan bagian-
bagian tubuh bayi yang berbeda yang menyentuh dinding perutnya. Otot rahim ibu meregang dan
terkadang ibu merasakan sakit di bagian perutnya.

Minggu ke-25 :
Bayi cegukan, apakah Anda merasakannya? Ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia
menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan
cegukan.
Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat. Saluran darah di paru-
paru bayi sudah semakin berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk dan
fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin membaik karena
di minggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai berfungsi. Berat bayi sudah mencapai
650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm.
Minggu ke-26 :
Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas
otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi. Berat
badan bayi sudah mencapai 750-780gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.
Minggu ke-27 :
Minggu pertama trimester ketiga, paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus
dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan.
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban
yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram dengan tinggi badan 36-38
cm.
Minggu ke-28 :
Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin berkembang dan
meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh.
Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas karena
beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat
cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum
sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat
bertahan hidup.
Minggu ke-29 :
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen. Hormon ini
akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga membuat kolostrum (air susu
yang pertama kali keluar saat menyusui).
Sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya,
rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan dari
bayi. Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat badannya 1100-
1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm.
Janin usia 30 Minggu
Kepala bayi sekarang sudah proporsional dengan tubuhnya. Ibu mungkin mengalami tekanan di
bagian diafrakma dan perut. Sekarang bobot bayi sekitar 1700 gram dan panjangnya sekitar 40
cm.
Minggu ke-31 :
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta
memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari di dalam
air ketuban
Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang
akan bertambah. Selain itu lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya.
Tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-zat
penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan
perkembangan fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan
sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, bayi akan
bergerak. Berat badan bayi 1550-1560 gram dengan tinggi 41-43 cm.

Minggu ke-32 :
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan rambut di
kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian
masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang 29 cm,
kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila di dilahirkan pada
minggu ini.
Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran telah
terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan
sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai
bisa bermimpi .
Minggu ke-33 :Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak bayi
semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara
lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi
sudah semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa
mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-laki
maka testis bayi sudah mulai turun dari perut menuju skrotum. Berat badan bayi 1800-1900
gram, dengan tinggi badan sekitar 43-45 cm.
Minggu ke-34 :
Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk
dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh bunda sedang mengirimkan
antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem kekebalan
tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai
menyusui. Berat Badan bayi 2000-2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
Minggu ke-35 :
Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi sudah mulai
memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan
kehangatan pada tubuhnya. Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim
bunda. Apabila bayi bunda laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan bayi
2300-2350 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-47 cm.
Janin usia 36 Minggu
Bayi sudah hampir sepenuhnya berkembang. Sewaktu-waktu ia dapat turun ke
rongga pinggul ibu. Kulit bayi sudah halus sekarang dan tubuhnya montok. Apabila ia bangun,
matanya terbuka dan ia dapat membedakan antara terang dan gelap. Sekarang panjang bayi
sekitar 50 cm dan bobotnya berkisar antara 2500 hingga 4500 gram.
Janin usia 37 hingga 42 Minggu
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi merah
jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan sempurna.
Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar untuk
mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan
walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Berat badan bayi di minggu ini 2700-
2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm
Bayi siap lahir. Ibu tidak perlu khawatir jika bayinya tidak lahir tepat pada waktu yang telah
diperkirakan. Persentasenya hanya 5% bayi lahir tepat pada tanggal yang diperkirakan.

2. Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal


2.1 Menjelaskan Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Wiknjosastro, dkk (1999 : 186), hampir 96% janin berada dalam uterus dengan
presentasi kepala dan presentasi kepala ini ditemukan kurang lebih 58% ubun-ubun kecil terletak
terletak di kiri depan, kurang lebih 23% di kanan depan, kurang lebih 11% di kanan belakang,
dan kurang lebih 18% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di
sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoit dan rektrum.
Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 (tiga) faktor penting yang memegang peranan pada
persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan
mengedan; 2) keadaan jalan lahir; 3) janinnya sendiri.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu – seperti telah dijelaskan – yang menyebabkan
serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup
kuat, kepala akan mulai turun dan masuk kedala rongga panggul.
Masuknya kepala melalui pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila
arah sumbu kepala tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk
dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas
panggul. Asinklitismus anterior menurut naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut
lancip kedepan dengan pintu atas pinggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut litzman :
keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme turunnyakepala
dengan turunnya asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih
luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus penting, apabila
daya akomodasi panggul agak terbatas.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati
siboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan menurun,
menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi didalam rongga panggul menurut hukum Koppel
: a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar dari titik A. Dengan fleksi kepala janin
memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter
suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala janin berada didalam keadaan
fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intreuterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula
putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun dibawah simfisis, maka dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
Pada tiap his vulva lebih dan kepala janin makin tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang akan dilaluinya, sehingga didasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian pula
dilahirkan irokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang, kemudian, bayi
lahir seluruhnya.

Bila mekanisme partus yang fisiologik ini difahami dengan sungguh-sungguh, maka pada
hal-hal yang menyimpang dapat segera dikoreksi secara manual jika mungkin, sehingga
tindakan-tindakan operatif tidak perlu dikerjakan.
Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas di bersihkan. Tali pusar di jepit antara 2 cunam
pada jarak 5 dan 10 cm. Kemudian di gunting antara kedua cunam tersebut, lalu di ikat. Tunggul
tali pusat dibei anti-septika. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan segera menarik nafas
dan menangis.
Resuitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lendir pada jalan nafas harus segera di
kerjakan. Pula cairan di dalam lambung hendaknya di isap untuk mencegahnya masuk ke paru-
paru ketika bayi muntah dan muntahnya terhisap masuk ke paru-parunya.
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala uri). Walaupun bayi
telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya dari pada kala I dan II. Kematian ibu karena
pendarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang crmat di kerjakan.
Seperti telah di kemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude yang kira-kira
sama tingginya hanya frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil, sehingga
pelekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus
ini dapat di mulai dari 1) tengah 2) (sentral menurut schultze); 2) pinggir (marginal menurut
Mathews – Duncan); 3 kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak ialah menurut schultze. Umumnya
kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2
jari di bawah pusat
2.2 Menjelaskan Tahapan dan Tindakan Persalian Normal
Pembagian fase/kala persalinan menurut WIknyosastro, dkk (1999 : 181) sebagai berikut:
1. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
2. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
3. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
4. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
Periode tahap-tahap persalinan normal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) sebagai
berikut : Tabel 2.1. Periode Tahap-tahap Persalinan Normal
Tahap Persalinan Nullipara Multipara
Kala 1 – fase laten Kurang dari 20 jam Kurang dari 14 jam
Fase aktif 5 – 8 jam 2 – 5 jam
Pembukaan serviks Rata-rata 1,2 cm/jam Rata-rata 1,5 cm/jam
Kala 2 Kurang dari 2 jam Kurang dari 1 jam
Kala 3 Kurang dari 30 menit Kurang dari 30 menit

Proses Berlangsungnya Persalinan Normal


1. Persalinan Kala 1 : Fase Pematangan/Pembukaan Serviks
Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang
teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Persalinan kala 1 berakhir pada waktu
pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba
lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida menurut
Wiknyosastro, dkk (1999 : 183) berbeda dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan - pada
multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi
proses penipisan dan pembukaan.
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti garis lebar).
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.

His ssesungguhnya dan his palsu


His Sesunggunya His Palsu
1. Rasa sakit : 1. Rasa sakit :
- teratursemakin sering, berlangsung selama - tidak teratur dan tidak sering (kontraksi
30-70 detik Braxton Hicks)
- Interval makin pendek - interval panjang
- semakin lama semakin kuat - kekuatan tetap
- dirasakan paling sakit di - dirasakan kuat di daerah
daerah punggung perut
- intensitas makin kuat kalau - tak ada perubahan walaupun
penderita berjalan. penderita berjalan
2. Keluar “show” 2. Tidak keluar “show”
3. Serviks membuka dan menipis. 3.Serviks tertutup dan tak ada
pembukaan.
2. Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi
Persalinan kala 2 dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat
bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput
ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 adalah :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding
perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
Rekomendasi Pimpinan Persalinan Kala I dan II Normal pada Wanita tanpa Faktor Risiko
Anestetik, Medis atau Obstetris
1. Tanda vital ibu diperiksa sekurang-kurangnya setiap 4 jam.
2. Pemeriksaan vagina periodik menggunakan pelumas larut-air dan steril; hindari antiseptik
povidon-iodin dan heksaklorofen.
3. Diizinkan untuk minim cairan jernih, kadang-kadang potongan es batu, sedikit demi sedikit
dan memakai pelembab bibir. Hidrasi intravena diindikasikan bila persalinan memanjang.
4. Si ibu harus mempunyai pilihan untuk dapat berjalan-jalan selama persalinan kala I.
5. Pereda nyeri harus bergantung pada kebutuhan dan keinginan si ibu.
Dari American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and
Gynecologists, 1997
3. Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran Plasenta
Persalinan kala 3 dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau
mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan
plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi
mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas
pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir (jika lepasnya plasenta terjadi sebelum
bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik).

4. Persalinan Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan


Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. Menurut Kampono dan M. Moegni
(1999) ada 7 (tujuh) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1. kontraksi uterus harus baik,
2. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. kandung kencing harus kosong,
5. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. resume keadaan umum bayi,
7. resume keadaan umum ibu.
Dua jam pertama setalah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya
baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan
bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.Petugas/bidan harus tinggal
bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20- 30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,
otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
2. Periksa tekanan darah, nadi kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman
yang disukainya.
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat – ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi
yang nyaman.
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaan dengan menyusui bayinya.
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan
ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3
jam
9. pascapersalinan.
10. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
a) bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi.
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

Nilai Apgar
Nilai Apgar adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir. Nilai Apgar
merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang perlu segera diberikan kepada
bayi baru lahir.
Nilai Apgar ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna kulit
dan respon terhadap rangsangan (refleks); masing-masing diberi nilai 0, 1 atau 2:
1. Denyut jantung : dinilai dengan menggunakan stetoskop dan merupakan penilaian yang
paling penting.
- Jika tidak terdengar denyut jantung : 0
- Jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit :1
- Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit : 2
2. Usaha untuk bernafas
- Jika tidak bernafas : 0
- Jika pernafasan lambat atau tidak teratur : 1
- Jika bayi menangis : 2
3. Ketegangan otot
- Jika otot lembek : 0
- Jika lengan atau tungkainya terlipat : 1
- Jika bayi bergerak aktif : 2
4. Refleks : dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan
- Jika tidak timbul refleks : 0
- Jika wajahnya menyeringai : 1
- Jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras : 2
5. Warna kulit
- Jika kulit bayi berwarna biru pucat : 0
- Jika kulit bayi berawarna pink dan lengan/tungkainya berwarna biru : 1
- Jika seluruh kulit bayi berwarna pink: 2.
Nilai Apgar 8-10 adalah normal, menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan yang baik.
Nilai 10 sangat jarang ditemui, hampir semua bayi baru lahir kehilangan 1 nilai karena kaki dan
tangannya yang berwarna kebiruan. Nilai Apgar yang kurang dari 8 menunjukkan bahwa bayi
memerlukan bantuan untuk menstabilkan dirinya di lingkungan yang baru. Nilai Apgar 0-3
menunjukkan bahwa perlu segera dilakukan resusitasi.
Penilaian Apgar secara rutin dilakukan dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir dan kemudian
biasanya diulang 5 menit kemudian. Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap
proses kelahirannya. Nilai Apgar 5 menit menujukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan
barunya. Pada keadaan tertentu, penilaian Apgar bisa kembali dilakukan pada menit ke 10, 15
dan 20. Jika pada menit ke 20 nilai Apgar masih tetap rendah, hal ini merupakan resiko tinggi
terjadinya kematian atau penyakit.

3. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Anemia


3.1 Menjelaskan Etiologi
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai
oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah dan
konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat
besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada
saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai angka 900mg atau
setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.
ETIOLOGI
 Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
 Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
 Kurangnya zat besi dalam makanan(diit)
 Kebutuhan zat besi meningkat
 Gangguan pencernaan dan absorbsi(malabsorbsi)
 Status sosial ekonomi keluarga yang minim menyebabkan asupan gizi kurang
 Ibu hamil yang malnutrisi atau kekurangan gizi
 Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan
 Kehamilan dibawah usia 18 tahun atau kehamilan diatas usia 35 tahun
Malabsorpsi
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
KLASIFIKASI
a. Anemia Defisiensi Besi
Merupakan anemia yang paling sering ditemukan. Dapat disebabkan karena kurang asupan
besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena pengeluaran
besi terlalu banyak dari tubuh misalnya pada perdarahan. Jika terjadi defisiensi besi, maka
suplai ke sumsum tulang juga berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan basal
produksi Hb. Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah yang terbentuk mengandung
sedikit Hb sehingga menjadi mikrositosis dan hipokrom. Proliferasi prekursor eritroid juga
terhambat pada saat defisiensi besi.
Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam trimester terakhir. Apabila
masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah terjadi defisiensi besi, lebih-
lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar
melalui air peluh dan kulit. Di Indonesia asupan besi per hari untuk wanita tidak hamil (12
mg), wanita hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg).
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi. Anemia
berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam
kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan
besinya kurang sehingga beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.
b. Anemia Megablostik
Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.
Diagnosis dibuat bila ditemukan megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum
tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer dan hiperkrom tidak selalu dijumpai kecuali
anemia berat. Seringkali anemia bersifat normositer dan normokrom karena defisiensi asam
folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan. Perubahan-perubahan
dalam leukopoesis seperti metamielosit datia dan sel batang datia yang kadang-kadang
disertai vakuolisasi dan hipersegmentasi granulosit, terjadi lebih dini pada defisiensi asam
folat dan vitamin B12 bahkan sebelum terdapat megaloblastosis. Diagnosis pasti baru dapat
dibuat dengan percobaan penyerapan dan pengeluaran asam folik. Pada pengobatan
percobaan asam folat menunjukkan naiknya jumlah retikulosit dan kadar Hb.
Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis DNA menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
seimbang. Namun ketika pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak terpengaruh.
Hasilnya adalah komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis dalam jumlah
berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi peningkatan dalam ukuran
sel.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis yang cukup baik.
Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas
dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan
timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik jauh
berkurang. Sebaliknya anemia pernisiosa memerlukan pengobatan terus-menerus juga di luar
kehamilan. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat tidak diobati mempunyai
prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati 50% dan anak 90%.
c. Anemia Hipoplastik
Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Sumsum
tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata. Dapat disebabkan
karena kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi, atau stimulus eritropoetin yang inadekuat.
Hal terakhir dapat disebabkan karena supresi EPO oleh sitokin misalnya IL-1, gangguan
fungsi ginjal, atau penurunan kebutuhan O2 jaringan akibat penyakit metabolik seperti
hipotiroid. Perbandingan mielosit : eritrosit yang diluar kehamilan 5 : 1 dan kehamilan 3 : 1
atau 2 : 1 berubah menjadi 10 : 1 atau 20 : 1. Ciri lain ialah bahwa pengobatan dengan segala
macam obat penambah darah tidak memberi hasil. Satu-satunya cara memperbaiki keadaan
penderita adalah transfusi darah yang sering perlu diulang sampai beberapa kali.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai masa nifas akan
sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita anemia
hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat jika tidak diobati mempunyai prognosis yang buruk
bagi ibu maupun anak.
d. Anemia Hemolitik
Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka
anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin bahwa kehamilan menyebabkan krisis
hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala-gejala yang lazim dijumpai ialah gejala proses hemolitik seperti anemia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan sterkobilin lebih
banyak dalam feses. Disamping itu terdapat tanda regenerasi darah seperti retikulositosis dan
normoblastemia serta hiperplasia eritropoesis sumsum tulang. Pada hemolisis yang
berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa dan pada kasus herediter kadang disertai
kelainan radiologis pada tengkorak dan tulang lain. Perbandingan mielosit:eritrosit biasanya
3 : 1 atau 2 : 1 dalam kehamilan berubah menjadi 1 : 1 atau 1 : 2. Frekuensi pada kehamilan
tidak tinggi, biasanya terjadi pada sel sabit dan thalasemia.

3.2 Menjelaskan Diagnosis


ANAMNESIS
 Keluhan : lekas lelah, kurang konsentrasi, sulit bernafas, mengantuk
 Anamnesis makanan : anemia nutrisional.
 Pekerjaan pasien : kontak dengan zat-zat kimia, pekerja tani, penyemprot hama, daerah
malaria, alat-alat keselamatan kerja, lingkungan kerja dsb.
 Riwayat ikterus ringan sampai kencing berwarna teh pekat, untuk mengetahui apakah
pasien mengalami anemia hemolitik.
 Riwayat memakai obat-obatan tertentu, makan jamu, zat-zat pembersih rumah tangga.
 Riwayat penyakit seperti apakah menderita penyakit kronik seperti penyakit ginjal, hati,
tuberkulosis, diabetes.
 Apakah ada penyakit-penyakit tertentu didalam keluarga seperti talasemia dan penyakit-
penyakit genetik lain.
 Suku bangsa dan tradisi-tradisi tertentu.
PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda-tanda pucat, memar, bintik-bintik merah/biru dibeberapa bagian tubuh.
 Kuku dapat dijumpai Koilonychia ( sudah jarang )
 Perdarahan gusi, perdarahan gastrointestinal, respiratoar, urogenital. Wajah tampak pucat,
konjungtiva pucat.
 Pemeriksaan limpa, hati dan ginjal.
 Pemeriksaan gastrointestinal, apakah ada teraba massa.
 Pemeriksaan thorax.
 Apakah ada ulkus-ulkus kronik pada tungkai, tanda adanya penyakit talasemia, anemia
sel sabit dan adanya pembengkakan tanda trombosis vena dalam.
 Keluhan-keluhan seperti kebas-kebas atau tanda-tanda neurologis yang jelas seperti
kelainan refleks yang dapat merupakan tanda kurangnya vitamin B12.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat 3 tahap diagnosis ADB:
 Menentukan adanya anemia dengan mgnukur kadar hemoglobin atau hematokrit
 Memastikan adanya defisiensi besi
 Menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi

Anemia hipokromik makrositer pada hapusna darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC ,31%
dengan salah satu dari a,b,c,d:
 Dua dari tiga parameter dibawha ini:
o Besi serum <50mg/dl
o TIBC >350mg/dl
o Saturasi transferin <15%
o Feritin serum <20mg/l
o Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl’s stain) menunjukan
cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negatif
o Pemberian sulfas ferosus 3x200mg/hari selama 4 minggu disertai kenaikan kadar
hemoglobin lebih dari 2gr/dl.

3.3 Menjelaskan Manifestasi


Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO tahun 1972
ditetapkan 3 kategori yaitu:
a. Normal > 11gr%
b. Ringan 8-11gr%
c. Berat <8gr%
(Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114)
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan
walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).
Menurut Proverawati (2011) banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi:
a. Merasa lelah atau lemah
b. Kulit pucat progresif
c. Denyut jantung cepat
d. Sesak napas
e. Konsentrasi terganggu

3.4 Menjelaskan Komplikasi Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan


Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin,
sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :
1. Bahaya Pada Trimester I
Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital,
abortus / keguguran.
2. Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante
partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu
3. Bahaya Saat Persalinan
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir
dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan
gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).

3.5 Tatatlaksana
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel
darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada
trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena
itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu
pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi
sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari,
selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang
banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg /
hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan
parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr
diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat
yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada
ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan
test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.
Kebutuhan tablet besi pada kehamilan menurut Jordan (2003), dijelaskan bahwa : Pada
kehamilan dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk memenuhi
peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat
lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-
310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.
Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 440-1050 mg dan
580-1340 mg dimana kebutuhan tersebut akan hilang 200 mg (Walsh V, 2007) melalui ekskresi
kulit, usus, urinarius. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-
40,00 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester
terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan menjadi 60,00 mg / hari. Zat besi
yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg / hari, ketersediaan ini bergantung
pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi
simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi.
PROGNOSIS
Anemia defisiensi besi
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui
penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa kemungkinan sebagai
berikut :
o Diagnosis salah
o Dosis obat tidak adekuat
o Preparat Fe tidak tepat atau kadaluarsa
o Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung menetap
o Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi (infeksi,
keganasan,penyakit hati, penyakit ginjal,penyakit tiroid,penyakit defisiensi vitamin B12,
asam folat ).
o Gangguan absorpsi saluran cerna
PENCEGAHAN
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-
kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap
tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat
dengan zat besi.
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi
dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan
menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.
Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih
dari 2 tahun.

4. Memahami dan Menjelaskan Gizi


4.1 Menjelaskan Zat Gizi Ibu Hamil dan Janin (Pola Makan dan Pilihan makanan)
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi
dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali
menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama
masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300
kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337
Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal,
yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa
dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan
adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per
hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan
dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester
II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama
trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi
tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan
III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II
dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun
1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk
penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini
berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan
mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan
diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di
Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan
penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan
protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3
g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di
bawah 15 tahun).
Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai
biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang
berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi.
Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk
mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan
seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin,
plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan
kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45
tahun).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan
mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada
trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran
LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis
(KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemai gizi.
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI) Total Kenaikan BB (Kg) Penambahan BB
TM I (Kg) TM II (Kg)
Normal ( BMI 19,8-26) 12,5 – 13 2,3 0,49
Kurus ( BMI < 19,8 ) 11,5 – 16 1,6 0,44
Lebih 7 – 11, 6 0,9 0,3
Obesitas ( BMI > 29 ) 6

Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil Menurut Nadesul (2004)


Status Tanda
Keadaan umum Responsive, gesit
Berat badan Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh
Postur Tegak, tungkai dan lengan lurus
Otot Kuat, kenyal sedikit lemak di bawah kulit
Saraf Perhatian baik, tidak mudah tersinggung,
refleks normal, mental stabil
Pencernaan Nafsu makan baik
Jantung Detak dan irama normal, tekanan darah
normal sesuai usia
Vitalitas umum Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh
semangat
Rambut Mengkilat, keras tak mudah rontok, kulit
kepala normal
Kulit Licin, cukup lembab, warna segar
Muka dan leher Warna sama, licin, tampak sehat, segar
Bibir Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak
bengkak
Mulut Tidak ada luka dan selaput merah
Gusi Merah normal, tidak ada perdarahan
Lidah Merah normal, licin, tidak ada luka
Gigi geligi Tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat,
lurus dagu normal, bersih dan tidak ada
perdarahan
Mata Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak
ada perdarahan
Kelenjar Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak
ada perdarahan
Kuku Keras dan kemerahan
Tungkai Kaki tidak bengkak, normal

Penilaian nutrisi
IMT Prahamil Anjuran peningkatan BB total
Underweight (IMT < 19,8) 12,5 – 18 kg
Normal (IMT 19,8 – 26 ) 11,5 – 16 kg
Overweight (IMT 26 - 29) 7 -11,5 kg
Obesitas (IMT > 29) 6 kg

Kebutuhan nutrisi pada perempuan tidak hamil, hamil dan menyusui

Peningkatan Berat Badan


American College Of Obstetricians and Gynecologist menyarankan peningkatan berat badan
sebesar 11,5-16 kg pada kehamilan tunggal. Wanita hamil obese atau yang kenaikan berat
badannya selama kehamilan sangat besar, memiliki resiko melahirkan janin makrosomik ; wanita
hamil yang berat badannya kurang atau kenaikan berat badannya selama kehamilan sangat
kurang, memiliki resiko untuk melahirkan janin SGA (Small for Gestational Age). Komponen
berat badan ibu :
 Janin = 3500 gram
 Plasenta-cairan amnion dan uterus = 650 – 900 gram
 Cairan interstisiil dan darah = masing-masing sebesar 1200 – 1800 gram
 Payudara = 400 gram
 Lemak ibu = 1640 gram

Kebutuhan Nutrisi

Protein
 Kebutuhan protein pada paruh kedua kehamilan 1 gram/Kg + 20 gram perhari (total
kebutuhan perhati ± 80 gram)
 Protein terutama diperlukan untuk pertumbuhan janin
Kalsium
 Asupan kalsium pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan masa laktasi ditambah
sebesar 1,5 gram perhari.
 Kekurangan kalsium akan menyebabkan demineralisasi tulang ibu.
Zat besi
 Pada wanita hamil dan laktasi disarankan penambahan asupan zat besi sebesar 30-
60 mg perhari.
 Selama kehamilan, diperkirakan 300-500 mg zat besi yang diberikan pada janin.
Vitamin dan Mineral
 Preparat Vitamin dan Mineral diberikan bukan sebagai pengganti asupan makanan
yang normal.
 Asam folat berguna untuk mengurangi kejadian NTD’s dan diberikan dengan dosis
4 mg perhari pada ibu dengan riwayat melahirkan anak dengan NTD’s 3 bulan
sebelum kehamilan dan dilanjutkan sampai sekurang-kurangnya kehamilan 12
minggu.
 Pada kehamilan normal, asam folat diberikan dengan dosis 0,4 mg perhari
 Pada pasien vegetarian dan penderita anemia megaloblastik diperlukan suplemen
Vitamin B12.
Diet Rendah Garam
 Makanan yang mengandung sedikit natrium tidak membahayakan kehamilan.
 Diet rendah garam merupakan hal yang harus dihindari oleh karena dapat
membahayakan ibu hamil.
 Tidak ada bukti bahwa kenaikan berat badan yang terlalu cepat pada preeklampsia
dapat dikendalikan dengan diet rendah garam.
4.2 Menjelaskan Masalah Nutrisi pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu
maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat (Poedji Rochjati).
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir
rendah (Nelson, 2000).

5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Puasa Pada Ibu Hamil
1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya
Saja Bila Berpuasa
Bagi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang lain ketika
telah sanggup berpuasa.
Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya.
Sebagaimana dalam ayat,
“Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”(Qs. Al
Baqarah[2]:184)
Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Kami tidak
mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti
orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya.” (al-Mughni: 4/394)

2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan Buah
Hati Bila Berpuasa
Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja) sebanyak
hari-hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para sahabat kami (ulama Syafi’iyah) mengatakan,
‘Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat
membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti
orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di antara Syafi’iyyah). Apabila orang yang
hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka
sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara
Syafi’iyyah).’” (al-Majmu’: 6/177, dinukil dari majalah Al Furqon)

3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Buah Hati saja
Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah,
kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan
perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau telah terbukti
berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan. Patokan lainnya bisa
berdasarkan diagnosa dokter terpercaya – bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti
kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8)
Untuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu.
Berikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut.

Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja.
Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita
hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. Pendapat ini dipilih oleh
Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sa’di rahimahumallah

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja.
Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan qadha dan
fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan menyusui, jika takut
terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.” ( HR. Abu
Dawud)
Dan ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanyaf membayar
fidyah adalah, “Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang miskin.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 184)
Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap
sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini.
Pendapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali
Hasan hafidzahullah.

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai membayar
fidyah
Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu
wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah memiliki
kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada
dalam syari’at yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya.
Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam
keumuman ayat berikut,
“…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin…” (Qs. Al-Baqarah [2]:184)
Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan
menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang
miskin.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Irwa’ul Ghalil). Begitu pula
jawaban Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang wanita hamil yang khawatir
terhadap anaknya, beliau menjawab, “Hendaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin
setiap hari yang ditinggalkan.”
Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma yang hanya menyatakan
untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah
lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI 1995. Sekitar kelahiran bayi yang perlu anda ketahui

Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.

Ganong, WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.

Guyton dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta: EGC.

Hanifa Wikjosastro. 1992. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka

http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/08/histologi-saluran-reproduksi-wanita.html

Langman (2002). Embriologi Perkembangan. Penerbit EGC

Luis, Juncqueira, Jose Carneiro, 1991. Histologi Dasar, ed.3. EGC, Jakarta.

Muslimah.or.id/fikih/antara-qadha-dan-fidyah-bagi-ibu-hamil-dan-menyusui.html

Seminar nutrisi penting untuk kehamilan dan janin

Sherwood, Laralee. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EG

Snell, RS, 1997, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran,EGC, Jakarta.

Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC

Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.

Prawirohardjo S.Ilmu kebidanan edisi 4.PT Bina Pustaka Prawiro Rahardjo.


Prof Rustam. Synopsis obstetric Jilid 1. Jakarta : EGC.

www.info-sehat-kita.blogspot.com

www.litbang.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai