Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................ 1

BAB I .................................................................................................................................. 2

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

BAB II................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3

A. Pengertian Jaminan Sosial ................................................................................... 3

B. Hak Pekerja dan Pengusaha ................................................................................ 6

1. Hak Pekerja ......................................................................................................... 6

2. Hak Pengusaha .................................................................................................... 9

C. Kewajiban Pekerja dan Pengusaha Dalam Pemenuhan JAMSOSTEK .......... 9

1. Kewajiban Pekerja .............................................................................................. 9

2. Kewajiban Perusahaan. ..................................................................................... 10

BAB III ............................................................................................................................. 12

PENUTUP ........................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita Indonesia adil dan makmur telah dilakukan oleh founding


father dengan melaksanakan langkah pertama yaitu tujuan Negara Indonesia yang
terdapat dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
memajukan kesejahteraan umum. Tujuan tersebut menandakan negara Indonesia
sebagai negara kesejahteraan (welfare state). Indonesia sebagai negara
kesejahteraan bertanggung jawab untuk pemenuhan kesejahteraan rakyatnya
Dengan ditetapkannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) maka bangsa Indonesia telah memiliki sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 5 dalam undang-undang tersebut
mengamanatkan pembentukan badan yang disebut Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial ( BPJS). Meski sempat dilakukan judicial review oleh PT JAMSOSTEK,
PT atas UU tersebut, namun Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusan atas
perkara perkara Nomor 007/PUU-III/2005 memberikan kepastian hukum bagi
BPJS dalam melaksanakan program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Pada
Nopember 2011 baru terwujud Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Berdasarkan dengan eksplikasi tersebut, untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai jaminan sosial, maka penulis memilih tema kajian “jaminan sosial “
untuk dikaji secara holistik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian jaminan sosial?
2. Bagaimana Fungsi jaminan sosial nasional?
3. Hak dan Kewajiban Buruh dan Pengusaha Dalam jaminan Sosial di
Indonesia (JAMSOSTEK)?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaminan Sosial

Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The
Social Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah- masalah pengangguran,
manula, orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun
penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara maju belakangan ini mengalami
perubahan, pada dasamya penyelenggaraan jaminan sosial di sana pada
hakekatnya dipahami sebagai bentuk nyata perlindungan negara terhadap
rakyatnya.1
Jaminan sosial (social security) merupakan bagian dari konsep perlindungan
sosial (social protection), dimana perlindungan sosial sifatnya lebih luas.
Perbedaan keduanya adalah bahwa jaminan sosial memberikan perlindungan
sosial bagi individu dengan dana yang diperoleh dari iuran berkala, sedangkan
perlindungan sosial biasanya melibatkan banyak pihak dalam memberikan
perlindungan baik kepada individu, keluarga atau komunitas dari berbagai risiko
kehidupan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti krisis ekonomi, atau
bencana alam.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat BAPPENAS yang telah mengadakan
Kajian awal Tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan dalam kajian
tersebut dikemukakan pendapat bahwa jaminan sosial mencakup dua hal yaitu (a)
Asuransi Sosial (social insurance) dan (b) Bantuan Sosial (Social Assistance).2
Asuransi sosial mempunyai konsep sebagaimana asuransi pada umumnya, dimana
pembayaran premi menjadi tanggungan bersama antara pemberi kerja (yaitu
pemerintah atau pengusaha) dan pekerja (Pegawai Negeri Sipil (PNS),

1
Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnaillmu Sosial dan
llmu Politik, Volume 6, Nomor I, Juli 2002, hal. 68.
2
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Sistim Perlindungan dan Jaminan
Sosial (Suatu Kajian awal), 2002.

3
ABRI/POLRI atau pegawai swasta) oleh karena adanya hubungan kerja. Menurut
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, definisi Asuransi Sosial
adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 3 yaitu suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota
keluarganya. Sedangkan bantuan sosial, berupa “bantuan” dalam berbagai bentuk,
uang, jasa maupun barang dengan tujuan sosial.
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Agusmindah, bahwa jaminan sosial
adalah bentuk perlindungan bagi pekerja/buruh yang berkaitan dengan
penghasilan berupa materi, guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam
hal terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan yang menyebabkan seseorang tidak
dapat bekerja, ini diistilahkan juga sebagai perlindungan ekonomis. 3 Pengertian
ini mencerminkan konsep asuransi sosial yang ditujukan bagi pekerja di sektor
formal dengan rumus yang telah ditentukan yaitu berdasarkan partisipasi pekerja
dan majikan yang menyetorkan porsi iuran secara berkala yang
penyelenggaraannya dilakukan oleh PT JAMSOSTEK.
Ahli lain yang mempertahankan konsep asuransi sosial sebagai dasar teknik
jaminan sosial adalah Vladimir Rys, yang mengatakan bahwa jaminan sosial
adalah seluruh rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk
melindungi mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang muncul karena
gangguan yang tidak terhindarkan, atau karena berkurangnya penghasilan yang
mereka butuhkan untuk mempertahankan taraf hidup yang layak.4
Pendapat Rys sejalan dengan berkembangnya pemikiran Tentang cara-cara
menghadapi risiko ketidakstabilan penghasilan manakala seseorang mengalami
kecelakaan, sakit ataupun ketika seseorang tidak lagi mempunyai kemampuan
fisik karena usia tua atau cacat phisik (risiko fisiologis) dan juga ketika seseorang
tidak bekerja (risiko sosial), padahal mereka harus tetap mempertahankan
kehidupan keluarganya. Untuk mengantisipasi risiko-risiko dimaksud, maka
diperlukan dana sehingga perlu diciptakan sumber keuangan, harus ada

3
Agusmindah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika & Kajian Teori, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2010, hal.xi.
4
Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, hal. 23.

4
pihak/lembaga yang melakukan pengelolaan dana tersebut serta perlu dirumuskan
program-program yang sesuai dengan setiap risiko sehingga dapat mewujudkan
cita-cita melindungi setiap warga negara untuk mendapatkan taraf hidup yang
layak. Tentang hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam sesi Pengelolaan Jaminan
Sosial Nasional.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2
mendefisinikan Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial. Selanjutnya, Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem
pemberian jaminan kesejahteraan berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya
adalah dasar (Basic).5
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai pengertian yang universal, sehingga
jika disimak lebih dalam, maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan
bagi seluruh rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang maupun pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui
mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib.6
Menurut ILO bahwa jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh
masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-tekanan
ekonomi dan sosial bahwa jika tidak diadakan system jaminan sosial akan
menimbulkan hilangnya sebagia pendapatan akibat sakit, persalinan, kecelakaan
kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis
termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.

5
Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010
6
Tim Internal SJSN PT Jamsostek (Persero), Kerangka Jaminan Sosial, “Menuju Implementasi
SJSN yang Ideal”.

5
Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian
uang dan/atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari resiko tidak
memiliki atau kehilangan pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit,
menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian. Spicker (1995) dan MHLW
(1999)7 ,
Jaminan sosial mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimal bagi tenaga kerja serta keluarganya.
2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan,
sebagai pengganti atau seluruh penghasilan yang hilang.
3. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya
perlindungan terhadap resiko ekonomi maupun sosial.
4. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya
ketenangan kerja akan berdampak meningkatkan produktifitas
kerja.
5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya
mendukung kemandirian dan harga manusia dalam menerima
dan menghadapi resiko sosial ekonomi.

B. Hak Pekerja dan Pengusaha


1. Hak Pekerja
Negara memberi hak atas jaminan sosial sebagaimana tersebut dalam pasal
28H ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi : Setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Atas dasar itu Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.8

7
Llihat, Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice-Hall dan
MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) (1999), Tokyo: MHLW.
8
Pasal 34 ayat (2) UUD 1945

6
Dalam rangka pembangunan nasional Indonesia, pembangunan
ketenagakerjaan haruslah melindungi hak-hak dasar dari pekerja/buruh sehingga
pada saat yang sama dapat terwujudnya kondisi yang kondusif bagi dunia usaha.
Pekerja/buruh adalah sebuah subsistem yang merupakan motor penggerak dari
sebuah sistem berjalannya sebuah perusahaan. Oleh sebab itu sering kali kita
menjumpai adagium yang berbunyi “pekerja/buruh adalah tulang punggung
perusahaan”. Adagium ini tampaknya biasa saja, sepertinya tidak bermakna, tetapi
kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan kebenarannya.9

Perlindungan terhadap hak-hak pekerja/buruh adalah perlindungan yang


harus dilakukan oleh Negara sehingga pekerja/buruh sebagai manusia dapat
terjaga harkat dan martabatnya. Paton mengatakan hak berdasarkan hukum
biasanya diartikan sebagai hak yang diakui dan dilindungi oleh hukum. Sarah
Worthington menyatakan bahwa hak berdasarkan hukum ditetapkan oleh aturan
hukum. Ia menambahkan bahwa di Negara yang menganut sistem civil law, hak
berdasarkan hukum ditetapkan dalam kitab undang-undang. Sebaliknya, di Negara
dengan sistem common law, hak berdasarkan hukum dapat diidentifikasi oleh
sanksi yang dijatuhkan oleh pengadilan atas pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan terhadap hak-hak itu. Apabila pengadilan menjatuhkan sanksi, hal itu
berarti berkaitan dengan hak dan kewajiban secara hukum.10

Sehubungan dengan hak pekerja/buruh, pemerintah telah mengatur secara


konkrit dalam peraturan perundang-undangan dengan melahirkan UU Nomor 3
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Hak pekerja/buruh atas Program Jamsostek diatur dalam pasal 3 UU Nomor 3


tahun 1992 menyebutkan :

1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan


program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat
dilaksanakan dengan mekanisme asuransi.

9
pasal 34 ayat (2) UUD 1945
10
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, 2009

7
2) Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Jamsostek
diselenggarakan oleh PT (Persero) Jamsostek, meliputi 4 (empat) program
dan kepada perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit 10 orang
pekerja/buruh atau perusahaan yang membayar upah paling sedikit satu
juta rupiah perbulan, mempunyai kewajiban untuk mengikutsertakan para
pekerja/buruhnya ke dalam Program Jamsostek. Program dimaksud
meliputi :
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. biaya pengangkutan
3. biaya pemeriksaan
4. pengobatan, dan/atau perawatan
5. biaya rehabilitasi
6. santunan berupa uang yang meliputi santunan sementara tidak
mampu bekerja,
7. santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya
8. santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun
mental
9. ]santunan kematian,
10. Jaminan Kematian
11. biaya pemakaman
12. santunan berupa uang
13. Jaminan Hari Tua

Dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan berkala, kepada
tenaga kerja karena telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, atau cacat
total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.

Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan
kepada janda atau duda atau anak yatim piatu dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan, hak ini adalah untuk tenaga kerja, suami atau isteri, dan anaknya,
meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap,
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, penunjang diagnostic,

8
pelayanan khusus dan pelayanan gawat darurat. Perlindungan hukum terhadap
pekerja merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh
konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 “Tiap-
tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, dan Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa“ Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama atas kekeluargaan”. Pelanggaran terhadap hak
dasar yang dilindungi konstitusi merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

2. Hak Pengusaha

Pengusaha Mempunyai Hak dalam Menjalan kan Program Jamsostek Atau


tidak, dikarenakan di dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja mengatur: menjelaskan bahwasanya Program
Jamsostek wajib dikuti oleh setiap Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak 10 orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp 1 juta
sebulan.

Dan oleh Sebab itu Maka dapat di simpulkan Pengusaha tidak harus
menjalankan Program Jamsostek bagi karyawan nya ketika dia belum mempunyai
karyawan sebanyak 10 orang atau Lebih.

C. Kewajiban Pekerja dan Pengusaha Dalam Pemenuhan JAMSOSTEK


1. Kewajiban Pekerja
Kewajiban Pekerja Dapat kita Lihat di Dalam Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam Bab XI Tentang Industrial yang
berbunyi :
a. Pasal 102 (2) : Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh
dan serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan
pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan
perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta
keluarganya.

9
b. Pasal 126 (1) : Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan
pekerja/buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian
kerja bersama.
c. Pasal 126 (2) : Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh wajib
memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada
seluruh pekerja/ buruh.
d. Pasa1 36 (1) : Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat.
e. Pasal 140 (1) : Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada
pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat.

Program Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) adalah hak setiap


tenaga kerja, baik dalam hubungan kerja maupun tenaga kerja luar hubungan
kerja. Oleh karena itu, program Jamsostek tersebut wajib dilakukan oleh setiap
perusahaan (pasal 3 ayat (2) jo. pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 3 Tahun
1992 tentang Jamsostek). Bahkan ditegaskan kembali dalam UU No. 3 Tahun
1992 bahwa pengusaha dan tenaga kerja wajib ikut dalam program Jamsostek
(pasal 17).

2. Kewajiban Perusahaan.

Persyaratan dan tata cara kepesertaan dalam program Jamsostek diatur


lebih lanjut dalam PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek,
yang antara lain disebutkan, bahwa pengusaha yang (telah) mempekerjakan
sebanyak 10 (sepuluh) orang tenaga kerja, atau membayar upah paling sedikit Rp1
juta sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek
pada badan penyelenggara, yakni PT Jamsostek (Persero). Demikian ketentuan
pasal 2 ayat (3) PP No. 14 Tahun 1992.

10
Dengan demikian, apabila suatu perusahaan telah mempekerjakan pekerja
(dalam hubungan kerja) 100 orang atau lebih, maka tentu sudah sangat wajib ikut
dan mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek pada PT
Jamsostek (Persero). Kalau perusahaan Saudara tidak ikut/tidak mengikutsertakan
tenaga kerjanya dalam Program Jamsostek, maka selain diancam dengan sanksi
hukuman kurungan (penjara) selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp50 juta (pasal 29 ayat (1) UU No.3 Tahun 1992) juga kemungkinan
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha (pasal 47 huruf a PP
No.14 Tahun 1992). Bahkan, perusahaan Saudara diwajibkan menanggung semua
konsekuensi yang terjadi dan terkait dengan program jaminan sosial tersebut,
seperti konsekuensi bilamana terjadi kecelakaan kerja, kematian dan/atau jaminan
11
hari tua serta jaminan pelayanan kesehatan (pasal 8 ayat (1) dan pasal 12 ayat
pasal 14 ayat (1) dan pasal 16 ayat (1) UU No.3 Tahun 1992).
a. Sanksi
Bagi perusahaan yang tidak melakukan kewajiban tersebut dapat
dikenakan sanksi pidana yang diatur dalam pasal 29, yakni diancam dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dalam hal pengulangan tindak pidana
untuk kedua kalinya atau lebih, setelah putusan akhir telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, maka pelanggaran tersebut dipidana kurungan selama-lamanya 8
(delapan) bulan. Tindak pidana dimaksud adalah pelanggaran. Selanjutnya dapat
juga dikenakan sanksi administratif, ganti rugi atau denda sebagaimana diatur
dalam pasal 30 UU No. 3 tahun 1992.

11
Pasal 5 dan Pasal 6 UU BPJS

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari eksplikasi pada pembahasan di atas, maka penulis
berkesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa pengertian jaminan sosial mempunyai beberapa aspek yaitu:


a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal bagi tenaga kerja serta keluarganya.
b. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau
seluruh penghasilan yang hilang.
c. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan
terhadap resiko ekonomi maupun sosial.
d. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan kerja akan
berdampak meningkatkan produktifitas kerja.
e. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung
kemandirian dan harga manusia dalam menerima dan menghadapi resiko
sosial ekonomi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asikin. Zainal & dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002,

Kosidin. Koko, Perjanjian Kerja Perjanjian Perburuhan dan Perjanjian


Perusahaan, Mandar Maju, Bandung, 1999,

Soepomo, Iman, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Djambatan,


Jakarta, 1983,

Usman. Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta, 2006,

Syamsuddin. Mohd Syaufii, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial,


Sarana Bhakti Persada, Jakarta, 2005,

Tunggal. Iman Sjahputra, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan, Harvarindo,


Jakarta,2009

13

Anda mungkin juga menyukai