Anda di halaman 1dari 8

Selasa, 13 Februari 2018

 Penologi merupakan teknis managemen pemenjaraan. Salah satu tujuan dari penologi
adaah disiplin atau membuat jera.
 Penologi merupakan ilmu penghukuman.
 Menurut Bonger : berfokus pada orang yang dihukum apakah akan berubah?
 Dr. Soharjo merupakan seseorang yang mengaplikasikan sistem penghukuman di
Indonesia.
 Penologi (penghukuman) saling berkaitan dengan viktimologi (korban).
 Sistem Peradilan Pidana di Indonesia merupakan sistem peradilan terintegrasi
 Susunan spp :
- Penyidik
- Penuntut umum
- Pengadilan
- Eksekusi atau lapas
 Hukuman :
- Retributive justice: melihat penghukuman sebagai balas dendam. Contohnya
kasus pembakan manusia di Bekasi
- Utility
- Restorative Justice
 Pada abad pertengahan di Inggris, apabila ada seseorang yang mencuri kuda akan di
hukum di gantung karena kuda merupakan alat transportasi. (retributive)
 Tujuan penghukuman : untuk mengembalikan keseimbangan keadilan
 Tokoh penghukuman :
- Beccaria
- Bentham : menentang hukuman fisik
Selasa, 20 Februari 2018

CORPORAL PUNISHMENT

 Pemicu :
- Melawan aturan agama [Eropa-Inquisitor; Timur-Tengah (ISIS-Negara); Afrika
(Boko Haram- Negeria)].
- Melawan otoritas (Eropa- abad pertengahan : Inggris, Perancis, Timur Tengah)
- Politik ( Nazi Jerman: Yahudi, Sovyet, Gipsi, LGBT, Serbia-Bosnia)
- Kelompok masyarakat / vigilante-minoritas (Rwanda Hutu-Tutsi; Myanmar:
Rohingya; Indonesia: syiah, ahmadiyah, Tionghwa, madura-dayak)
 Corporal punishment ( Kamp Konsetrasi NAZI, Auschwitz, Polandia, 1941-1944) :
banyak orang dikirim ke tempat ini.
 Senioritas dapat menjadi pemicu corporal punishment
 Tujuan
- Kontrol / mempertahankan kekuasaan
- Pendidikan (rumah tangga, sekolah, penitipan anak, institusi sosial)
- Menjaga disiplin / keteraturan / hukum (law and other)
- Penggentar-jeraan
- Pelestarian tradisi (Yunani & Romawi Kuno, Jepang, China, Perancis, Rusia,
Amerika Selatann-Latin: Inca, Aztec, Maya
- Interpretasi atas nama agama
 Larangan corporal punishment / hukuman fisik
- Komisi HAM PBB: hukuman fisik dilarang karena merupakan hukuman yang
kejam (cruel), tidak manusiawi (inhuman), merendahkan (degrading)
- Konvensi Hak Anak ( UN Convention on the Rights of the child) – larangan
penggunaan hukuman fisik pada anak di rumah maupun di lembaga-lembaga
(misalnya, sekolah)
- Negara-negara Eropa Barat- melarang hukuman fisik. Contohnya: Austria,
Cyprus, Finlandia, Norwegia, Swedia
 Praktik / kontroversi
- Masih berlaku dibeberapa negara (termasuk negara barat)- terkait dengan budaya /
kebiasaan (misalnya mendidik anak dan interpretasi atas agama / kepercayaan
- Hukuman fisik (terutama untuk anak) masih dianggap sebagai metode koreksi dan
pendidikan yang efektif
- Alat penghukuman mudah didapat (benda sehari-hari :rotan, tongkat bahkan
tangan )
- Masyarakat bersifat permisif
CAPITAL PUNISHMENT
 Tujuan
- Mencegah terhukum mengulangi kejahatan
- Sebagai metode penggentar jeraan ( hakim menghukum mati pencuri kuda di
Inggris pada abad pertengahan)
- Orientasi religius (negara teokratis: Arab Saudi, Iran)
- Tindakan apartis terhadap kejahatan serius ( narkotika-Indonesia, Malaysia,
Singapura)
- Orientasi Politik ( pembangkangan, penghasutan, pemberontakan terhadap
penguasa: Indonesia, Arab Saudi, Iran, Irak)
- Alasan keamana negara (korea utara)
- Ritual (wilayah amerika serikat-latin
 Pemicu
- Negara (Indonesia, AS, Singapura, Arab Saudi)
- Partai berkuasa
- Otoritas agama
- Kelompok masyarakat (vigilante)
- Kelompok sosial ( Kasta di India)
 Indonesia – pemberlakuan Hukuman Mati
- Kejahatan terhadap negara (104, 111(2), 102(3), 124(3)) atau negara sahabat
(140(3))
- Pembunuhan tertentu (340)
- Kejahatan terhadap harta benda tertentu (365(4))
- Pemerasan
- Korupsi
 Pelaksanaan hukuman mati (Law No.2 PNPS 1964)
- Regu tembak (Brimob-12 personil)
- Otoritas: Jaksa (menentukan waktu, tempat, prosedur)
- Lokasi : Yurisdiksi PN ( ditentukan oleh jaksa)
- Hadir : jaksa, komandan regu tembak, dokter, petugas agama, penasihat hukum,
petugas LAPAS
- Tidak depan umum (namun dapat diperintahkan sebaliknya oleh presiden)
 Terpidana
- Posisi : berdiri, duduk, berlutut
- Mata tertutup
- Dapat meminta didampingi pejabat agama
- Pemakaman dilaksanakan keluarga/kerabat/ oleh JPU bila tidak ada
keluarga/kerabat terdekat
- Jika hamil dilaukan 40 hari setelah melahirkan
- Diberitahu : 3x24 jam sebelum pelaksanaan
- Dapat melakukan permintaan terakhir melalui JPU ( yang rasional)
Selasa, 27 Februari 2018

Proporsionalitas dalam Penghukuman

 Prinsip proporsional - hukum harus sesuai dengan kejahatan

 Hukuman yang proporsional :

- Tidak berlebihan (excessive)

- Tidak sewenang-wenang (arbitrary)

- Tidak berubah-ubah tanpa dapat diprediksi (capricious)

 Prinsip

- Respons hukum harus seimbang dengan kejahatan

- Berat / ringan hukuman harus seimbang dengan berat/ringan (gravity) aksi


kejahatan

- Hukuman bukan hanya adil tapi juga harus sesuai atau layak

- Hukum adalah sara perlindungan masyarakat. Namun tidak boleh menjatuhkan


sanksi yang tidak proporsional pada pelaku.

- Ordinal proportionality: hukuman pada pelaku sebanding dengan hukumsn pada


orang lain dengan perbuatan serupa

- Hukum harus mencegah (restraint) hukuman yang berlebihan (excessive) –


melebihi beratnya perbuatan

 Andrew Von Hirsch – faktor-faktor proporsionalitas dalam penghukuman:

- Residivis harus dihukum lebih berat dibanding pelaku pelanggaran pertama kali

- Latar belakang sosial perlu diperhatikan (misalnya lingkungan yang buruk)

- Kejahatan yang serupa (similar) harus dikenakan hukuman yang serupa

- Semakin besar kejahatannya maka semakin besar sanksinya

 Pendekatan pengadilan
Menentukan hukuman pada pelaku kejahatan tergantung pada faktor pemberat atau
faktor peringan

- Tingkat kerusakan (level of the harm) yang diciptakan

- Kerentanan korban (victim’s vulnerability) – anak-anak, perempuan, minoritas,


orang tua, orang asing
- Tingkat kesalahan (offender culpability) - pelaku utama, pelaku pembantu, turut
melakukan, sebagai penghasut

- Keadaan mental – dalam ancaman, sukarela, diperintah, gangguan jiwa,


provokasi, keliru atau salah sasaran, mabuk

- Tingkat intelegensi (normal di bawah normal, jenius)

- Kerumitan atau kecanggihan metode kejahatan ( white collar, blue collar, modus
operandi – sedehana / kompleks)

- Kesadaran – apakah pelaku sadar dengan yang dilakukannya adalah kejahatan


( niat jahat atau lalai)

- Catatan kriminal

 Hukuman percobaan

- Definisi : “hukuman yang tidak segera dijatuhkan pada pelaku. Hukuman baru
dijatuhkan apabila pelaku melakukan kejahatan lagi dalam kurun waktu masa
hukuman percobaan”

- Pelaksanaan - dimasa depan, tergantung kepatuhan pelaku pada syarat-syarat


yang telah ditetapkan

- Aktivitas hukuman – mempertimbangkan faktor keadilan yang harus terlayani

- Hukuman yang dijatuhkan haruslah hukuman yang terancam hukuman penjara

 Tujuan

- Memberikan ancaman kepada pelaku – adanya hukuman dimasa depan jika pelaku
tidak menjaga sikap tindakannya

- Metode – mengurangi populasi penjara

- Mengubah pelaku dari masalah masyarakat menjadi bagian dari masyarakat

- Mempertinggi prospek rehabilitasi (fungsi rehabilitasi di enjara sering tidak


berjalan dengan baik)

- Lebih kepada pencegahan perilaku jahat – yang diperkirakan mungkin terjadi


dimasa depan

- Menciptakan ketidak nyamanan di masa depan

- Menjadi faktor rasional penghambat atau pencegah pelaku kejahatan melakukan


atau mengulang kejahatan

 Kritik
- Sering kali tujuanhukuman percobaan tidak tercapai – mereka yang terkena
hukuman justru “merayakan” karena efek langsungnya (dipenjara – kehilangan
kemerdekaan ) belum atau tidak terasa

- Jenis kejahatan tertentu lebih sering dijatuhi hukuman percobaan - terutama white
collar crime (notabene pelakunya adala kalangan menengah atas)

 Hukuman pencegahan

- Hukuman yang diberikan sebelum (calon pelaku/pelaku potensial) melakukan


(kemungkinan) perbuatan (dimasa depan) yang saat sekarang dianggap oleh
hukum sebagai kejahatan

 Tujuan

- Mencegah orang yang memiliki kecenderungan (propensity) tinggi untuk


melakukan kekerasan tidak melakukannya, karena jika tidak dicegah dan terjadi
risiko sosial terlalu besar kepada masyarakat

- Lebih kepada langkah antisipatif perlindungan sosial (sehingga bahaya yang


dipersepsikan akan terjadi – tidak akan terjadi karena terlebih dahulu dicegah atau
ditahan)

- Lebih berorientasi pada timing (yang tepat sehingga mencegah terjadinya


kemungkinan kerusakan sosial

 Keberatan

- Orang dihukum atas kejahatan yang belum terjadi (ia masih pelaku potensial
belum menjadi pelaku sesungguhnya)

- Hukuman bisa diancamkan atau penghargaan bisa dijanjikan untuk kejadian di


masa depan, tapi hukuman yang mendahului kejahatan tidak dapat dilakukan
karena hal di masa depan belum tentu terjadi. Perilaku manusia belum dapat
secara akurat diprediksi atau ditentukan sebelumnya. Karena jika hal itu dapat
dilakukan maka tentulah pembunuhan massal dicegah dengan hukuman
pencegahan.
Selasa, 06 Maret 2018

Utilitarian Prevention

 Retrubution :

- Backward looking- meihat kebelakang (hal yang sudah terjadi) untuk menentukan
pembalasan yang setimpal dengan apa yang dilakukan di masa lalu

- Perspektif satu dimensi : masa lalu pelaku. Hukuman adalah cara pemuasaan atau
pembalasan atas keruskaan yang telah terjadi. Pusat perhatiannya adalah
penghukuman terhadap pelaku (BALAS DENDAM)

- Sasaran – hanya kepada pelaku

- Poin : kerusakan dan tanggung jawab – pelaku kejahatan harus diperlakukan


dengan cara yang pantas mereka terima

- Moralitas : secara moral pelaku harus bertanggung jawab atas kejahatan yang
dilakukan

 Prevention (memperbaiki):

- Forward looking – melihat ke depan (prospek dari pelaku kejahatan untuk


memperbaiki / reform dirinya

- Perspektif dua dimensi: masa lalu dan masa depan pelaku. Hukuman dijatuhkan
dengan pertimbangan bukan hanya kepada prinsip keadilan (bagi pelaku, korban,
dan masyarakat) namun juga dengan pertimbangan bagaimana hukum itu dapat
memperbaiki si pelaku di masa depan setelah kerusakan yang ia timbulkan pada
dirinya sendiri akibat kejahatan di masa lalu

- Sasaran : kepada pelaku dan kepada yang lain. Kepada pelaku : hukuman
diberikan agar pelaku tidak melakukan kejahatan di masa depan. Sedangkan
kepada orang lain : hukuman diberikan sebagai peringatan agar orang yang belum
melakukan tidak akan melakukan karena telah ditunjukkan konsekuensinya

- Poin : reform dan restore

- Moralitas : pelaku selain bertanggung jawab pada dirinya juga bertanggung jawab
pada masyarakat

 Hukuman sebagai sarana

Jeremy Bentham (Utilitarianisme) :

- Incapacitation : membuat pelaku tidak dapat melakukan pelanggaran (penjara) –


masyarakat: rasa aman atau perlindungan
- Deterrence : (1) internal – mencegah pelaku membuat kejahatan lain (efek jera,
takut dihukum lagi)- mendorong kehati-hatian. (2) eksternal – menangkal orang
lain melakukan kejahatan karena sudah melihat contoh hukuman

- Reform : sarana memperbaiki pelaku

Anda mungkin juga menyukai