Anda di halaman 1dari 8

1

Nama /NPM : Tuffahati Meydina W Putri (200661183)

Mata Kuliah : Perubahan Sosial dan Pembangunan

Dosen : Dr. Prudensius Maring

Hari Tanggal : Jumat, 17 Desember 2021

TUGAS UAS MANDIRI

Grand Strategy PROMOTER sebagai bentuk perubahan sosial POLRI


Pendahuluan
Masyarakat pada hakikatnya terus berdinamika, dan dengan dinamika ini
masyarakat secara individualitas maupun kolektifitas mengalami perubahan, baik
berupa perubahan sosial, politik, budaya. Kehadiran demokrasi di dunia,
khususnya di Indonesia, membawa nilai baik untuk sebuah good governance.
Perubahan sosial adalah segala bentuk perubahan-perubahan dalam Lembaga
kemasyarakatan pada suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soekanto, 1999: 337).
Pada Tahun 1998 Indonesia memasuki babak baru yang disebut dengan
era reformasi. Era reformasi ini mempengaruhi banyak perubahan di Indonesia,
yang salah satunya adalah perubahan dalam tubuh Polri. Polri merupakan aparat
negara yang berfungsi di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
msyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat (Widiastuti, 2019). Sebelumnya, Polri sebagai
aparat penegak hukum berada dalam satu naungan yang sama dengan TNI, yaitu
ABRI. Setelah lepas dari naungan ABRI, terjadi pergeseran tata kelola keamanan
yang menyebabkan terjadinya perubahan pada ranah keamanan yang menjadi
fokus perhatian Polri. Perubahan dalam ranah keamanan ini berlangsung pada
dimensi struktural, institusional, dan kultural Polri.
Perubahan dan perkembangan di dalam tubuh Polri ini dikatalisasi dengan
disusunnya Grand Strategy Polri 2005-2025. Grand Strategy ini bertujuan
mewujudkan Polri sebagai organisasi dan penegak hukum yang professional,
demokratis, adil, serta dekat dengan masyarakat. Pada tahun 2016, Kapolri saat itu
Jenderal Pol. Tito Karnavian mengusung program atau visi PROMOTER sebagai
salah satu langkah upaya mewujudkan grand strategy POLRI.1Gagasan promoter
diusung dengan harapan agar dapat mewujudkan insan kepolisian yang dapat
mendukung terciptanya Indonesia berdaulat, mandiri serta berkepribadian
berdasarkan gotong royong. Adanya perubahan dan perkembangan dari visi yang
diusung oleh Polri mulai dari grand strategy hingga PROMOTER ikut
mempengaruhi bagaimana Polri berinteraksi dan menjalankan tupoksinya. Artikel
ini akan menganalisa bagaimana Gerakan atau visi PROMOTER yang saat ini
diterapkan oleh Polri dilihat sebagai bagian dari perubahan sosial yang terjadi
dalam tubuh Polri.

1
https://news.detik.com/berita/d-3253952/catat-ini-visi-misi-kapolri-jenderal-tito

Universitas Indonesia
2

Proses Perubahan sosial


Perubahan merupakan proses yang tak pernah berhenti dalam dalam siklus
hidup manusia, baik berdiri sebagai individu atau sebagai kelompok. Macionis
(1987: 638), mendefinisikan perubahan sosial adalah transformasi dalam
organisasi masyarakat, dalam pola pikir, dan dalam perilaku pada waktu tertentu.
Kingsley Davis dalam Soekanto (2009) mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.2 Pada
intinya perubahan sosial lebih mengacu pada sebuah perubahan dalam Struktur
masyarakat yang dapat mempengaruhi pola interaksi di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Proses Perubahan sosial apabila dilihat dari
perspektif kultural dapat dijelaskan menggunakan teori dinamika sosial dan model
konsensus.3 Pada teori model konsensus terdapat 4 tahap yang perlu dilakukan
agar suatu perubahan dapat disebut sebagai perubahan sosial, yaitu Diferensiasi,
perbaikan adaptif, integrasi, dan generalisasi nilai. Dalam teori dinamika
kehidupan sosial, perubahan sosial akan selalu terjadi sebagai hasil dari sinergi
antara 4 ikatan, yaitu: Ikatan gagasan, Ikatan normatif, Ikatan tindakan bersama,
dan Ikatan Perhatian. Ikatan gagasan mengacu pada adanya gagasan, ide,
keyakinan atau pengertian kolektif. Ikatan gagasan merupaan ikatan utama yang
mengawali terjadinya perubahan. Ikatan normative mengacu pada adanya aturan
bersama yang mengikat ide atau gagasan kolektif. Ide dan gagasan harus diikat
dalam suatu norma. Suatu gagasan dapat gagal berkelanjutan karena gagal
diformulasikan dalam suatu ikatan normatif. Ikatan tindakan bersama mengacu
pada adanya aksi bersama yang dapat dilakukan. Ikatan perhatian mengacu pada
adanya manfaat yang diberikan oleh agenda perubahan tersebut.
Polri Pasca 1998
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997, pada tahun 1998 telah
berkembang menjadi krisis multidimensi. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya
tuntutan kuat dari segenap lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera
diadakan reformasi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak
itu, telah terjadi berbagai perubahan penting yang menjadi tonggak dimulainya
era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi, dan birokrasi. Salah satu
institusi yang dituntut untuk melakukan reformasi adalah Polri. Di masa orde baru
institusi kepolisian berada di bawah naungan ABRI. Berpisahnya institusi
kepolisian dari ABRI merupakan bagian dari proses reformasi menuju abdi negara
yang professional, demokratis, adil, dan dekat dengan masyarakat. Upaya
melaksanakan revitalisasi kemandirian Polri dari ABRI ini dilakukan dengan
mengadakan perubahan-perubahan melalui 3 aspek, yaitu aspek structural,
kultural, dan instrumental (Organisai Polri, 2011). Aspek structural mengacu pada
perubahaan kepolisian secara kelembagaan dalam ketatanegaraan, organisasi,

2
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat
di Indonesia. Jurnal Publiciana, 9(1), 140-157.
3
Maring, Prudensius. (2021). Perubahan Sosial Pada Institusi Sosial Dalam Masyarakat.
(PPT Powerpoint).

Universitas Indonesia
3

susunan dan kedudukan. Aspek instrumental mencakup filosofi, doktrin,


kewenangan, kompetensi. Kemampuan fungsi dan iptek.
Seiring dengan reformasi dan kemandirian Polri tersebut dan guna
melaksanakan program organisasi modern sesuai dengan paradigma dan juga
menopang terwujudnya aspek fislosofis yang sama di tubuh Polri, maka dibuatlah
grand strategy 2005 – 2025 Polri melalui Surat Keputusan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri) No. Pol : Skep/360/IV/2005 pada tanggal 10
Juni 2005. Grand Strategy ini dibagi dalam 3 tahap. Tahap I adalah lima tahun
pertama, yaitu tahun 2005-2010 yang dikenal sebagai tahap trust building. Tahap
II tahun 2011-2015, yang dikenal dengan tahap partnership building, dan tahap III
tahun 2016-2025 yang dikenal sebagai tahap strive for excellent.
Pada saat itu kepercayaan public terhadap Polri adalah rendah. Oleh
karena itu maka secara strategis pada tahap pertama merupakan tahap trust
building. Trust building dilakukan guna mendapatkan dukungan dan kepercayaan
publik yang signifikan atas eksistensi Polri sebagai Lembaga yang professional.
Pembangunan kepercayaan ini diawali dengan membangun internal Polri yang
meliputi aspek kepemimpinan, sumber dana, sumber daya manusia, dan sarpas
yang mendukung visi misi Polri. Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap partnership
building (2011-2015), Polri membangun kerja sama yang erat dengan berbagai
pihak yang terkait dengan fungsi kepolisian dalam penegakan hukum, ketertiban
serta pelayanan, perlindungan, dan pengayoman untuk menciptakan rasa aman.
Dan pada tahap ketiga (2016-2025), Polri diharapkan membangun kemampuan
pelayanan publik yang unggul, mewujudkan good governance, profesionalitas
sumber daya manusia, best practice Polri, implementasi teknologi, dan
infrastruktur yang dapat membangun kapasitas polri menjadi kredibel di mata
masyarakat.
Grand Strategy Promoter
Untuk mewujudkan grand strategy Polri, pada tahun 2016 Kapolri saat itu
Jenderal Polisi Tito Karnavian memiliki gagasan atau ide program prioritas, yaitu
Promoter yang merupakan akronim dari Profesional, Modern, dan Terpercaya.
Profesional berarti meningkatkan kompetensi SDM Polri yang semakin
berkualitas melalui peningkatan kapasitas Pendidikan dan pelatihan, serta
melakukan pola-pola pemolisian berdasarkan prosedur baku yang telah dipahami,
dan dapat diukur keberhasilannya. Modern berarti melakukan modernisasi dalam
layanan publik yang didukung teknologi sehingga semakin mudah dan cepat
diakses oleh masyarakat.
Terdapat 11 program prioritas Kapolri yang digunakan sebagai strategi
dalam mewujudkan Promoter (POLRI, 2016), yaitu : pemantapan reformasi
internal polri, peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah bagi masyarakat
dan berbasis teknologi informasi, penanganan kelompok radikal prokekerasan dan
intoleransi yang lebih optimal, peningkatan profesionalisme Polri menuju
keunggulan, peningkatan kesejahteraan anggota Polri, Tata kelembagaaan,
pemenuhan proporsionalitas anggaran dan kebutuhan Min Sarpras, bangun
kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap Kamtibmas, Penguatan

Universitas Indonesia
4

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum yang lebih


professional dan berkeadilan, penguatan pengawasan, dan Quick wins Polri.
Gagasan Promoter ini merupakan salah satu gagasan yang dapat
mendorong terjadinya perubahan sosial di dalam tubuh Polri. Bentuk pemolisian
yang sebelumnya lebih banyak menggunakan kekerasan sekarang mulai beralih
menuju democratic policing. Perubahan gaya pemolisian ini juga ikut mengubah
berbagai kebijakan dan tindakan yang dilakukan polisi di lapangan. Bentuk
penegakan hukum terhadap masyarakat yang melanggar aturan lalu lintas juga
ikut berubah. Sebelumnya, polisi lalu lintas harus hadir di tempat dan menilang
masyarakat yang melanggar aturan secara langsung, jika tidak ada polisi yang
berjaga di tempat tersebut maka pelanggar aturan tersebut akan lolos dan tidak
ditilang. Namun, saat ini karena adanya teknologi e-tilang menggunakan kamera
pengawas, Polisi lalu lintas tidak perlu hadir di lokasi secara langsung untuk
menindak para pengendara yang melanggar aturan. Promoter juga telah mengubah
bentuk interaksi antara masyarakat dengan polisi.dalam urusan pelayanan publik
seperti perpanjangan SIM dan Perpanjangan SKCK. Sebelumnya, masyarakat
yang ingin melakukan perpanjangan SIM harus mengurusnya secara langsung di
kantor samsat, namun saat ini masyarakat dapat menggunakan layanan online
tanpa harus berinteraksi dengan petugas polisi secara langsung.
Gagasan promoter ini juga menggambarkan bagaimana perubahan sosial
dapat terjadi berdasarkan teori konsensus. tahap diferensiasi diawali dengan calon
Kapolri saat itu menyadari bahwa citra polisi saat itu buruk di mata publik,
sehingga ia memiliki gagasan atau ide baru yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan dan memperbaiki citra polisi saat itu, yaitu nilai Profesional,
Terpercaya, dan Modern (PROMOTER). Pada tahap perbaikan adaptif, dilakukan
sejumlah Langkah perbaikan di berbagai level polri. Contohnya di level
pembibitan dilakukan perbaikan metode rekrutmen dan pola pendidikan calon
anggota polri.4 Pada tahap integrasi, nilai-nilai dari visi Promoter diintegrasikan
ke dalam kegiatan sehari-hari polisi. Pada tahap generalisasi nilai, tidak hanya
Kapolri saat itu saja yang ‘memegang’ nilai Promoter, namun juga semua anggota
polri yang lainnya ikut ‘memegang’ nilai Promoter. Adanya konsensus bersama
inilah yang memunculkan nilai atau gagasan baru yang dipegang bersama.
Strategi dan mekanisme kontrol yang dijalankan oleh Polri dalam
mewujudkan PROMOTER
Dalam mewujudkan PROMOTER, terdapat 3 program utama yang
dicanangkan, yaitu Kinerja, Kultur atau budya, dan manajemen media. Program
kinerja ini menyangkut peningkatan pada 3 hal yaitu, aspek pelayanan publik
yang berbasis IT, Profesionalisme dalam penegakkan hukum yang tidak berpihak
pada pihak tertentu; dan pemeliharaan keamanan ketertiban masyarakat dimana
kepolisian dapat melindungi negara dari terjadinya konflik sosial. Dalam bidang
inovasi pelayanan publik berbasis IT, terdapat berbagai jenis inovasi teknologi
yang dapat dimanfaatkan masyarakat melalui aplikasi online seperti panic button
on hand, layanan SKCK online, pendaftaran dan perpanjangan SIM Online, dan
lain-lain. Aplikasi tersebut diluncurkan oleh satuan kepolisian di tingkat wilayah
4
http://nasional.kompas.com/read/2019/07/10/23184021/di-hadapan-jokowi-kapolri-klaim-
program-promoter-tingkatkan-kepercayaan?page=all

Universitas Indonesia
5

seperti Polres dengan berbagai penyesuaian sesuai dengan karakteristik kearifan


lokal wilayahnya. Selain itu inovasi teknologi berbasis IT lainnya adalah
pembangunan berbagai posko terpadu atau command center yang dilengkapi
dengan CCTV untuk memantau, mengawasi, maupun menanggulangi berbagai
gangguan dan kejahatan. Selain itu untuk meminimalisir adanya oknum polisi
yang melakukan pemerasan saat melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas,
Polri menerapkan kebijakan tilang elektronik (Electronic Traffic Law
Enforcement) secara nasional.5 Kebijakan e-tilang ini dapat mempercepat
wujudnya penegakan hukum yang lebih transparan dan adil. Di bidang penegakan
hukum, saat ini telah dibangun sistem data penegakan hukum yang berpusat di
Bareskrim Polri yang bernama E-Penyidikan. Sistem ini memuat keseluruhan
progress penanganan kasus pidana yang dilakukan oleh Polri dan layanan ini
hanya dapat diakses oleh kalangan internal kepolisian.
Pada program promoter kedua, yaitu kultur atau budaya, pada dasarnya
merupakan upaya dari kepolisian untuk membentuk personil yang bebas KKN,
arogansi kewenangan, dan tindakan melampaui batas. Upaya ini dilaksanakan
oleh Jenderal Polisi Tito Karnavian dengan mengeluarkan 3 Peraturan Kapolri
yang terkait dengan perbaikan kultur, yaitu Perkap Nomor 8 Tahun 2017 tentang
penyampaian laporan harta kekayaan penyelenggaraan negara di lingkungan Polri,
Perkap Nomor 9 tahun 2017 tentang usaha bagi anggota Polri, dan Perkap Nomor
10 tahun 2017 tentang kepemilikan barang yang tergolong mewah. Ketiga perkap
tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menghentikan budaya koruptif yang
ada ditubuh Polri.
Pada program manajemen media, pihak kepolisian ingin membangun
hubungan yang baik dengan media baik itu media cetak ataupun media elektronik.
Dalam bidang manajemen media terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan
oleh Polri. Yang pertama adalah menjalin kerja sama dengan stasiun TV dan
menanyangkan acara program yang menggambarkan kegiatan polisi, contohnya
acara tv 86. Melalui acara ini, publik memberikan penilaian yang positif sehingga
citra polri di mata publik ikut membaik. Yang kedua adalah dengan
memanfaatkan media sosial seperti facebook, twitter, dan Instagram untuk
memberikan engagement yang positif. Media sosial juga dapat dimanfaatkan
untuk memberikan informasi yang terkini dan dapat digunakan sebagai sarana
untuk mempromosikan kegiatan kepolisian.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan PROMOTER
antara lain adalah bagaimana memelihara peran para polisi yang terlibat dalam
konsensus serta Kerjasama dalam menjaga perubahan yang terjadi dan potensi
terjadinya penyimpangan dalam proses perubahan dan perkembangan. Untuk
menghadapi tantangan tersebut maka polri perlu menerapkan berbagai mekanisme
kontrol. Salah satu contoh mekanisme kontrol yang dapat diterapkan adalah
melalui pengawasan terhadap polri baik itu melalui pengawasan internal maupun
pengawasan eksternal. Salah satu Lembaga pengawas ekternal yang dibentuk
untuk mengawasi kinerja polri adalah Kompolnas. Berdasarkan pasal 3 Perpres
No. 17 Tahun 2011, kompolnas bertugas melakukan pengawasan fungsional

5
https://otomotif.kompas.com/read/2021/03/22/071200215/catat-ini-daerah-yang-akan-
diterapkan-tilang-elektronik-secara-nasional

Universitas Indonesia
6

terhadap kinerja Polri untuk menjamin profesionalisme dan kemandirian Polri


serta integritas anggota dan pejabat Polri. Mekanisme pelaksanaan yang
dilakukan oleh kompolnas adalah melalui pemantauan dan penilaian. Pengawasan
internal dapat dilakukan oleh divisi Inspektorat Pengawasan Umum Polri
(Itwasum).
Strategi pengelolaan kinerja yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
Promoter adalah penerapan knowledge management dan ketepatan dalam
pemberian penghargaan atau apresiasi.6 Dalam knowledge management, setiap
personel memiliki kewajiban untuk saling berbagi informasi atau pengetahuan.
Sharing informasi ini akan berdampak pada pengembangan atau peningkatan
kompetensi personel polisi, sehingga pencapaian target organisasi polri dapat
tercapai secara optimal. Sarana sharing informasi ini dapat dilakukan melalui
penyelenggaraan pelatihan. Ketepatan pemberian penghargaan dapat diwujudkan
dengan pengembangan dan integrasi databse serta intergrasi instrument penilaian
kinerja. Pengembangan database tentang kinerja sangat diperlukan dalam
mewujudan transparansi pengelolaan kinerja anggota. Hasil penelitian yang
dilakukan Mayastinasari., dkk, (2019) menunjukkan bahwa akurasi database
terkait penilaian kinerja personel dan aksesbilitas informasi memiliki implikasi
positif terhadap kepercayaa anggota polri terhadap institusi Polri, sehingga dapat
mewujudkan kinerja positif dan komitmen kuat terhadap institusinya.
Strategi lain yang dapat dilakukan untuk mewujudkan promoter antara lain
adalah7 (1) Optimalisasi pengawasan penyidikan guna meminimalisir potensi mal-
admnistrasi dalam kegiatan penyidikan; (2) Optimalisasi pengawasan internal
terhadap kepatuhan standar pelayanan publik pada setiap fungsi pelayanan
reskrim; (3) pengawasan terhadap kepatutan jangka waktu penyelesaian laporan
polisi pada setiap tahapan penyidikan tindak pidana; (4) Sosialisasi jenis, tarif,
dan waktu pelayanan di lingkungan Mabes, Polda, Polres, Polsek, hingga polisi
sub sektor; dan (5) membuat regulasi yang dapat menjadi payung hukum terhadap
pungutan yang belum diakomodir dalam peraturan pemerintah Nomor 50 Tahun
2010 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Polri, dalam rangka melindungi
petugas Polri yang bertugas di lapangan, jika memang memerlukan sumbangan
masyarakat untuk operasional Polri.
Kesimpulan
Dari analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
di dalam tubuh Polri terus terjadi perubahan sosial yang mendorong terjadinya
perbaikan dan perkembangan di tubuh Polri. Salah satu bentuk perubahan yang
terjadi adalah melalui nilai Promoter. Munculnya nilai promoter ini membawa
perubahan di berbagai aspek dalam tubuh Polri. Promoter sebagai bentuk
perubahan sosial apabila dijaga akan dapat menjadi perubahan yang
berkelanjutan.

6
Mayastinasari, V., & Earlyanti, N. I. (2019). Strategi Pengelolaan Kinerja untuk
Mewujudkan Polri Promoter. Jurnal Ilmu Kepolisian, 13(2), 9.
7
Lemdiklat Polri., (2019)., Pengawasan Kinerja Kepolisian di Tingkat KOD. Jakarta:
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri 2019.

Universitas Indonesia
7

Referensi
Azis, Idham. (2019). Penguatan Polri yang Promoter Menuju Indonesia Maju.
(PPT Power Point)
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial
masyarakat di Indonesia. Jurnal Publiciana, 9(1), 140-157.
Kepolisian Resor Karanganyar. (2020). Rencana Strategis Kepolisian Resor
Karanganyar Tahun 2020 – 2024. Diakses pada 29 November 2021,
melalui
https://polreskaranganyar.com/wp-content/uploads/2021/04/RENSTRA-
POLRES-KARANGANYAR-T.A-2020-2024-dikompresi.pdf
Lemdiklat Polri., (2019)., Pengawasan Kinerja Kepolisian di Tingkat KOD.
Jakarta: Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri 2019.
Maring, Prudensius. (2021). Perubahan Sosial berkelanjutan dan Mekanisme
Kontrolnya. (PPT Powerpoint).
Maring, Prudensius. (2021). Perubahan Sosial Pada Institusi Sosial Dalam
Masyarakat. (PPT Powerpoint).
Maring, Prudensius. (2021). Polisi dan Perubahan Sosial. (PPT Powerpoint).
Mayastinasari, V., & Earlyanti, N. I. (2019). Strategi Pengelolaan Kinerja untuk
Mewujudkan Polri Promoter. Jurnal Ilmu Kepolisian, 13(2), 9.
Meutia, Intan Fitri. (2012). Evaluasi Grand Strategy Kepolisian Negara Republik
Indonesia Tahap I “Trust Building” Periode 2005-2010. Tesis Program
Pascasarjana Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
Penelitian tentang Efektifitas Implementasi S.O.T.K (Manajemen) Polri di
Tingkat Polsek dalam Rangka Pelayanan Prima. Diakses pada 29
November 20201 melalui
http://jlp.puslitbang.polri.go.id/jlp/LitbangPOLRI/article/download/79/79/
Ridwan, R. (2017). Hukum Dan Perubahan Sosial:(Perdebatan Dua Kutub Antara
Hukum Sebagai Social Control dan Hukum Sebagai Social
Enginnering). Jurnal Jurisprudence, 6(1), 28-39.
Supit, M. I., Kojo, C., & Trang, I. (2019). ANALISIS IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN ORGANISASI TERHADAP
PRODUKTIVITAS PEGAWAI DI INSTANSI POLDA SULUT. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 7(3).

Universitas Indonesia
8

Trisusilowaty, D., Lumbanraja, A. D., & Suteki, S. FUNGSI PENGAWASAN


OLEH INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH BERBASIS
PENGADUAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PROGRESIF. LAW REFORM, 15(1), 25-41.
Widiastuti, N., & Naryoso, A. (2019). Implementasi “Promoter” sebagai Strategi
Pembangunan Reputasi Polri di Level Kepolisian Daerah. Interaksi
Online, 7(2), 1-12
Yuliani, Rizki. (2018). Strategi Humas Polda Sumsel Untuk mewujudkan Polisi
yang Profesional, Modern, dan Terpercaya (Polisi Promoter). Skripsi
Pendidikan Sarjana Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Zulreandro, Alvin., dkk., (2011). Perubahan Organisasi Reformasi Polri.
(Makalah Tugas Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI).
https://news.detik.com/berita/d-3253952/catat-ini-visi-misi-kapolri-jenderal-tito
https://otomotif.kompas.com/read/2021/03/22/071200215/catat-ini-daerah-yang-
akan-diterapkan-tilang-elektronik-secara-nasional
http://nasional.kompas.com/read/2019/07/10/23184021/di-hadapan-jokowi-
kapolri-klaim-program-promoter-tingkatkan-kepercayaan?page=all

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai