Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Dalam perjalanana sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila sudah pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum pancasila sebagai dasar Negara dirumuskan
dalam satu system nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah dinusantara ini
mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat. Sebagai
contoh :
1. Percaya kepada Tuhan yang Toleran
2. Gotong royong
3. Musyawarah
4. Solidaritas atau kesetiakawanan social, dan sebagainya

Manifestasi prinsip gotong royong dan solidaritas secara konkret dapat


dibuktikan dalam bentuk pembayaran pajak yang dilakukan warga negara atau
wajib pajak.Alasannya jelas bahwa gotong royong didasarkan atas semangat
kebersamaan yang terwujud dalam semboyan filosofi hidup bangsa Indonesia
“berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.Konsekuensinya, pihak yang mampu
harus mendukung pihak yang kurang mampu, dengan menempatkan posisi
pemerintah sebagai mediator untuk menjembatani kesenjangan. Pajak menjadi
solusi untuk kesenjangan tersebut.

Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah


tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di
negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan
Pancasila.

1
1. Masalah Kesadaran Perpajakan

Kesadaran perpajakan menjadi permasalahan utama bangsa,


karena uang dari pajak menjadi tulang punggung pembiayaan
pembangunan. APBN 2016, sebesar 74,6 % penerimaan negara
berasal dari pajak. Masalah yang muncul adalah masih banyak Wajib
Pajak Perorangan maupun badan (lembaga/instansi/perusahaan/dan
lain-lain) yang masih belum sadar dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.

2. Masalah Korupsi

Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik di


pusat maupun di daerah. Transparency Internasional (TI) merilis
situasi korupsi di 188 negara untuk tahun 2015. Berdasarkan data dari
TI tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam urutan
negara paling korup di dunia. Sebenarnya, perilaku koruptif ini hanya
dilakukan oleh segelintir pejabat publik saja. Tetapi seperti kata
peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Hal inilah
tantangan yang harus direspon bersama agar prinsip good
governance dapat terwujud dengan lebih baik di negara Indonesia.

3. Masalah Lingkungan

Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia. Namun dewasa ini,


citra tersebut perlahan mulai luntur seiring dengan banyaknya kasus
pembakaran hutan, perambahan hutan menjadi lahan pertanian, dan
yang paling santer dibicarakan, yaitu beralihnya hutan Indonesia
menjadi perkebunan.
Selain masalah hutan, masalah keseharian yang dihadapi
masyarakat Indonesia saat ini adalah sampah, pembangunan yang
tidak memperhatikan ANDAL dan AMDAL, polusi yang diakibatkan
pabrik dan kendaraan yang semakin banyak. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kelestarian

2
lingkungan masih perlu ditingkatkan. Peningkatan kesadaran
lingkungan tersebut juga merupakan perhatian pendidikan Pancasila.

4. Masalah Disintegrasi Bangsa

Demokratisasi mengalir dengan deras menyusul terjadinya


reformasi di Indonesia. Disamping menghasilkan perbaikan-perbaikan
dalam tatanan Negara Republik Indonesia, reformasi juga
menghasilkan dampak negatif, antara lain terkikisnya rasa kesatuan
dan persatuan bangsa.

5. Masalah Dekandensi Moral

Dewasa ini, fenomena materialisme, pragmatisme, dan


hedonisme makin menggejala dalam kehidupan bermasyarakat.
Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan akhlak masyarakat,
khususnya generasi muda. Fenomena dekadensi moral tersebut
terekspresikan dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media
massa.

6. Masalah Narkoba

Dilihat dari segi letak geografis, Indonesia merupakan negara


yang strategis. Namun, letak strategis tersebut tidak hanya memiliki
dampak positif, tetapi juga memiliki dampak negatif.

Berdasarkan data yang dirilis Kepolisian Republik Indonesia


(POLRI) tahun 2013, POLRI mengklaim telah menangani 32.470
kasus narkoba, baik narkoba yang berjenis narkotika, narkoba
berjenis psikotropika maupun narkoba jenis bahan berbahaya lainnya.
Angka ini meningkat sebanyak 5.909 kasus dari tahun sebelumnya.
Pasalnya, pada tahun 2012 lalu, kasus narkoba yang ditangani oleh
POLRI hanya sebanyak 26.561 kasus narkoba.

3
7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi


sistem hukum dan sekaligus meningkatkan kualitas penegakan
hukum. Memang banyak faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas
penegakan hukum, tetapi faktor dominan dalam penegakan hukum
adalah faktor manusianya. Konkretnya penegakan hukum ditentukan
oleh kesadaran hukum masyarakat dan profesionalitas aparatur
penegak hukum.

8. Masalah Terorisme
Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini
adalah terorisme. Asal mula dari kelompok terorisme itu sendiri tidak
begitu jelas di Indonesia. Namun, faktanya terdapat beberapa
kelompok teroris yang sudah ditangkap dan dipenjarakan berdasarkan
hukum yang berlaku. Para teroris tersebut melakukan kekerasan
kepada orang lain dengan melawan hukum dan mengatasnamakan
agama.
Dengan memperhatikan masalah tersebut, maka pendidikan
Pancasila sangat penting untuk diajarkan pada berbagai jenjang
pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Urgensi pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa tidak tercerabut
dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki pedoman
atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Setiap warga negara sesuai dengan kemampuan dan tingkat


pendidikannya harus memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
penghargaan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Orang yang
bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan,
pengertian, pemahaman, penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola
pengamalan yang lebih baik daripada warga negara yang lain karena
merekalah yang akan menentukan meresap atau tidaknya nilai-nilai Pancasila
ke dalam peraturan perundang-undangan yang disusun/dibentuknya.

4
b. Rumusan Masalah
1) Bagaimana system kehidupan masyarakat Indonesia di era pandemic
covid-19?
2) Apa yang menjadi factor pendorong dan factor penghambat masyarakat
Indonesia dalam melaksanakan dan mengamalkan butri-butir pancasila
pada masa Pandemi Covid-19?
3) Bagaimana proses internalisasis pengamalan butir-butir Pancasila terkait
aturan-aturan yang telah ditetapkan pemerintah kepada warga Negara
Indonesia dalam menghadapi Pandemi Covid-19?

c. Teorisasi
1) Konsep Ideologi Pancasila
Berikut ini pengertian ideology menurut beberapa para ahli :
a. Moerdiono. Menurut Moerdiono ideologi adalah kompleksitas
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi
seseorang untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengelolanya.
b. Dr. Alfian. Ideologo adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang
menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaik-
baiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil mengatur tingkah
laku bersama dalam berbagai aspek kehidupan.
c. Notonagoro. Notonagoro berpendapat bahwa ideologi dapat ditinjau
dari dua pengertian, yaitu sebagai berikut.
 Arti luas, yaitu ilmu pengetahuan mengenai cita-cita negara.
 Arti sempit, yaitu cita-cita negara yang menjadi basis dari teori
dan praktik pnyelenggaran Negara
d. Sastrapratedja. Ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran
yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem
yang teratur.
e. Ramlan Surbakti. Ideologi sebagai seperangkat gagasan, ide, cita dari
sebuah masyarakat tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam
bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan itu.

5
f. Kaelan. Kaelan mengemukakan bahwa ideologi secara umum dapat
dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-
keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia
tertentu dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini menyangkut bidang
politik, sosial, budaya dan keagamaan.

Selain dari pengertian umum pancasila, terdapat pendapat beberapa ahli


atau tokoh dalam memberikan pendapat mengenai pengertian pancasila
antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Ir. Soekarno.Pengertian pancasila menurut Soekarno ialah isi


jiwa bangsa Indonesia secara turun-temurun yang sekian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan barat, dengan demikian Pancasila
tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa
Indonesia.
2. Menurut Prof. Dr. Drs. Raden Ma
Tumenggung Notonagoro S.H. .Pengertian pancasila menurut
Notonegoro adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat
diartikan kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia, sehingga dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
3. Menurut Muhammad Yamin. Pengertian pancasila menurut
Muhammad Yamin adalah lima dasar yang berisi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila berasal dari kata
panca yang berarti lima dan sila berarti sendi, asas, dasar atau
peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
4. Pancasila secara etimologis. Secara etimologis istilah “Pancasila”
berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana).
Bahasa rakyat biasa disebut dengan bahasa Prakerta.

5. Menurut Prof. Dr. Nurcholish Majdid. Pancasila adalah modal untuk


mewujudkan demokrasi Indonesia, pancasila memberi dasar dan
prasyarat asasi bagi demokrasi dan tatanan politik Indonesia, pancasila

6
menyumbang beberapa hal penting. Menurut Nurcholish, adanya
Pancasila dan UUD 1945 telah diterima oleh umat Muslim Indonesia.

6. Menurut Dr. Nicolaus Driyarkara SJ. Pemikiran Driyarkara tentang


Pancasila sebelum 1965, soal kesatuan dikembalikan pada hakekat
manusia, sebagai yang sama dan saling bersaudara. Inilah yang
menjadi titik tolak uraiannya tentang Pancasila. Kontroversi agama di
Indonesia, dijelaskan dalam uraiannya tentang Pancasila dan Religi

7. Menurut Dr. Kuntowijoyo. Pencetus radikalisasi pancasila ini merasa


resah karena pancasila hanya dijadikan sebagai lip service bahkan
dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkan kekuasaan.
Pancasila “tidak operasional”, sehingga bangsa Indonesia kehilangan
arah. Pancasila memang “jimat sakti”, namun jimat itu hanya
disarungkan di pinggang dan tak pernah digunakan untuk “berkelahi”
terhadap korupsi, apalagi dijadikan sebagai ideologi yang mengarahkan
pembangunan nasional.

2) Konsep Butir-Butir Pancasila


Butir-butir pancasila
a. Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan
ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
anatra pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.

7
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya
masing masing
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

b. Sila ke 2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat


dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.

c. Sila ke 3 Persatuan Indonesia


 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

8
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila ke 4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaa dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.

9
e. Sila ke 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.

3) Konsep Sistem Masyarakat

Definisi masyarakat menurut para ahli :

a. Menurut Selo Soemardjan, mengatakan bahwa masyarakat sebagai


orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

b. Menurut Karl Marx, mengatakan bahwa masyarakat sebagai suatu


struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan
karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-
pecah secara ekonomis.

c. Menurut Max Weber, mengatakan masyarakat adalah sebagai suatu struktur


atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang
dominan pada warganya.

10
d. Menurut Mack Ever, mengatakan masyarakat sebagai suatu sistem dari cara
kerja dan prosedur, otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi
kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial, sistem pengawasan
tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks dan selalu
berubah dari relasi sosial.

11
BAB II
Pembahasan

2.1 Bagaimana sistem kehidupan masyarakat Indonesia di era Pandemic Covid-19


?
Setiap masyarakat manusia pasti akan mengalami suatu perubahan.
Perubahan social perubahan di dalam kemasyarakatan yang mempengaruhi
system sosialnya, termasuk nilai, sikap, pola perilaku di antara kelompok
masyarkat, sehingga perubahan-perubahan mana kemudian mempengaruhi
segi-segi struktur masyarakat lainnya.

Perubahan social mempunyai tujuan, diantaranya perubahanyang tidak


dikehendaki atau tidak direncanakan (Hamid, 2016). Seperti, yang sekarang
seluruh dunia ditakutkan dengan wabah virus corona. Covid-19 merupakan
penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat.Munculnya pandemic covid-19 membuat dunia menjadi resah,
termasuk di Indonesia. Jumlah korban yang positif didunia 1,348,628
sedangkan diindonesia 2,738 jiwa, dan sedangkan diindonesia221 jiwa (KKRI,
2020) semakin hari korban semakin bertambah.

Oleh karena itu, tindakan pencegahan terhadap penyakit yang menular


tersebut wajib dilakukan secepat mungkin. Melalui, media social pemerintah
menghimbau untuk mengisolasi diri dirumah dan social distancing untuk
memutus rantai persebaran covid-19. Tentunya, akan berdampak dalam
banyak hal. Diantaranya, sector pendidikan, SD, SMP, SMA hingga perguruan
tinggi belajar dari rumah (Online).

Pemerintah Indonesia baru mengonfiramasi kasus pertama Covid-19


pada 2 maret 2020. Sejak saat itu, banyak kebijakan dan strategi dibuat dalam
rangka mencegah transmisi dan kematian signifikan akibat penyakit ini. Namun,
segala kebijakan dan strategi yang dilakukan pemerintah kita tak luput respons
dan persepsi yang diberikan masyarakat.

Perubahan yang paling mencolok terlihat dari cara orang menjalani


kehidupan social dan menggerakkan roda perekonomian. Dimana masyarakat

12
kini sangat mengandalkan teknologi digital untuk tetap menjalani kehidupan
social dan ekonomi di tengah kebijaka phisycal distancing dan PSBB.

Bagaimana virus corona Covid-19 ini bisa berdampak pada 4 sektor yaitu
kehidupan social, pekerjaan atau karier, liburan, dan dampak terhadap
ekonomi?

1. Kehidupan social

Masyarakat Indonesia yang terbiasa hidup gotong royong dan


kentalnya interaksi social berusaha mencari jalan keluar untuk tetap
melakukan sosialisasi meski ada kebijakan physical distancing.
Penggunaan teknologi digital menjadi jawaban yang membuat
masyarakat kini mulai menggantungkan interaksinya melalui dunia
maya. Belakangan, banyak media social dan aplikasi olahraga yang
melibatkan aktivitas olahraga secar online.sehingga menciptakan
suasana seakan-akan berolahraga bersama, padahal sebenarnya
dirumah.

2. Pekerjaan atau karier

Kebijakan physical distancing dan PSBB menyebabkan


diberlakukannya WFH. Ada banyak penyesuaian yang perlu dilakukan
masyarakat dalam menjalani WFH. Di mana kedisiplinan menjadi nilai
penting untuk menjalani WFH yang lebih produktif. Sementara, ada
sejumlah masyarakat yang berpikir bahwa WFH membuat pekerjaan
bisa dilakukan dengan lebih santai. Seharusnya tidak demikian, tetap
lakukan kebiasaan bangun pagi bersiap diri layaknya bekerja dikantor.

3. Liburan

Rencana seseorang untuk liburan tentunya terganggu dan


bahkan berubah. Pariwisata menjadi sector ketiga yang terdampak
dari pandemic virus corona Covid-19. Otomatis perhotelan mengalami
penurungan pengunjung. Sejumlah hotel meniadakan buffet atau

13
prasmanan karena tidak adanya pengunjung. Artinya, pembelanjaan
terhadap bahan baku restoran di hotel menjadi berkurang, yang
berdampak pada perekonomian kelas bawah.
Secara spesifik, survey ini tidak menjelaskan adanya
penurunan ekonomi, melainkan menunjukkan perubahan gaya
konsumen yang mengandalkan opsi digital.

4. Dampak terhadap ekonomi

Belanja online memang bukan hal baru. Namun, tidak semua


lapisan masyarakat mengandalkan pilihan ini sebagai aktivitas
belanja. Peningkatan terhadapa aktivitas belanja online membawa
dampak pada pelaku ekonomi yang harus menyiapkan opsi digital
secara mendadak.
Bukan hanya menyediakan layanan pesan antar, melainkan
berbagai aktivitas belanja dan transaksi pun juga dilakukan secara
online. Karena adanya factor mendesak, menjadikan pelayanan digital
tidak memuaskan.

2.2 Apa yang menjadi faktor pendorong dan faktor penghambat masyarakat
Indonesia dalam melaksanakan dan mengamalkan butir-butir pancasila pada
masa Pandemi Covid-19?
Indonesia menjadi salah satu Negara didunia yang ikut terjangkit Virus
Corona baru atau Covid-19. Yang terpenting sekarang, kita harus kompak
menghadapi pandemic global ini.
Di tengah wabah kita menyaksikan tumbuhnya tunas-tunas solidaritas.
Aksi solidaritas itu tampak dalam beragam aksi kemanusiaan, mulai dari
mengalirnya dukungan social terhadap mereka yang menjadi korban, selain
kesungguhan pemerintah mengatasi masalah ini. Manusia membutuhkan
solidaritas kemanusiaan dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan dan
memecahkan masalah yang dihadapi sepanjang hidupnya.

Wabah covid-19 memang menghancurkan kehidupan bagi yang menjadi


korban bahkan tak kuasa melawan. Hadirnya solidaritas social adalah kekuatan

14
sekaligus pengharapan. Hadirnya wabah adalah ingatan kesadarn kolektif
bahwa melakukan sekecil apapun aksi untuk mereka yang menjadi korban
dirasa relevan.

Perbuatan sekecil apapun sangat berarti bagi orang yang membutuhkan.


Termasuk tidak menyalahkan mereka yang menjadi korban. Kita hadapi wabah
ini dengan kepala tegak bahwa bangsa ini mampu melampaui kesulitan. Semua
harus diajak untuk menghadapi kenyataan bahwa musibah sidah didepan mata
dan siapapun dapat terkena.

Tidak ada alasan saling menyalahkan karena sejatinya kita adalah


makhluk social yang selalu solider pada orang lain. Dengan demikian solidaritas
sesame sejatinya merupakan modal social mujarab menghadapi musibah
global ini. Modal social adalah modal dahsyat bangsa ini untuk bangkit dari
keterpurukan.

Sebagai Negara yang berlandaskan hukum, maka segala tindakan atau


perilaku pemerintah maupun masyarakat Indonesia haruslah sesuai dengan
hukum atau aturan serta kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku.

Memang menjadi dilematika bagi masyarakat dengan adanya wabah


Covid-19 tersebut. Hal ini dikarenakan, setelah dikeluarkannya kebijakan terkait
social distancing maka hampir seluruh kegiatan masyarakat yang sejatinya
dikerjakan diluar rumah beralih dikerjakan didalam rumah (work from home).

“orang yang sehat dan yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar Covid-
19 dalam hal ia berada disuatu kawasan yang potensi penularannya tinggi
berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh tidak
mengerjakan sholat jum’at dan menggantinya dengan shalat dzuhur di tempat
kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu atau rawatib, tarawih,
dan id dimasjid atau tempat umum lainnya. Tentunya bagi umat islam fatwa
tersebut haruslah dijadikan pedoman dalam melaksanakan ibadah.

Cegah penyebaran covid-19, antara social distancing dan lockdown

15
Beberapa Negara yang tingkat penyebarannya meningkat drastic
memilih menerapkan lockdown. Sementara beberapa Negara lain
memaksa penduduknya untuk mengurangi aktivitas diluar rumah. Namun
hal ini diimbangi dengan melaksanakan tes secara agresif.

Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih sebatas menyerukan


pembatasan interaksi social. Namun pada praktiknya dilapangan, masih
banyak masyarakat yang pergi keluar rumah. Meski sejumlah modal
transportasi telah dikurangi kegiatan operasionalnya.

Factor ketaatan hukum

Kepatuhan atau ketaatan hukum pada prinsipnya sangat ditentukan


oleh kesadarn hukum masyarakat. Adapun yang menjdai indicator
kesadaran hukum menurut Soerjono Soekanto diantaranya pengetahuan
hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, dan pola perilaku hukum.
Setiap kesadaran hukum akan berimplikasi pada kadar kepatuhan hukum
dari masyarakat itu sendiri.

Kebijakan social distancing pada dasarnya memang sangat baik


untuk mencega penularan Covid-19, namun pertimbangan yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah adalah jaminan ketersediaan bahan
pangan, serta kebutuhan sehari-hari masyarakat terutama yang tergolong
dalam ekonomi menengah kebawah sebagaimana ketentuan UU
Kekarantinaan Kesehatan.

Lebih dari itu, kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat terkait


kebijakan Covid-19 memang diperlukan agar dapat membantu
pemerintah dalam mengentaskan penularan virus corona yang sangat
meresahkan tersebut.

16
2.3 Bagaimana proses internalisasi pengamalan butir-butir Pancasila terkait aturan-
aturan yang telah ditetapkan pemerintah kepada warga negara Indonesia
dalam menghadapi Pandemi Covid-19?

Di luar bergabagai ketidakpastian ekonomi dan keberlanjutan kontestasi


politik, terdapat benang merah dari peristiwa kemanusiaan yang tengah kita
alami saat ini. Paling nyata, muncul kesadaran multi pihak untuk mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan.

Setiap orang, kelompok, organisasi dan Negara proaktif untuk


memastikan masyarakat terinformasi dengan baik (well informed) tentang
gejala covid-19, pencegahan dan penanganannya. Media sosial dibanjiri narasi
edukatif tentang tata cara memilih (make a choice) sumber pangan yang
dibutuhkan untuk memenuhi asupan gizi dan meningkatkan imunitas/daya
tahan tubuh.

Akibat banjir informasi tersebut warga menjadi akrab dengan sejumlah


istilah terkait Covid-19, diantaranya OTG (orang tanpa gejala), ODP (orang
dalam pengawasan) dan PDP (pasien dalam pengawasan). Setidaknya
memperkaya perbendaharaan masyarakat tentang istilah, kriteria, pencegahan,
dan penanganan gejala akibat covid-19.

Pada akhirnya masyarakat makin teredukasi dan menggunakan


pendekatan rasional untuk menentukan pilihan terkait sikap dan tindakan dalam
melindungi diri dari wabah penyakit mematikan tersebut.

Resistensi pasti ada, tidak semua orang siap dengan perubahan, apalagi
mengubah diri sendiri. Tidak mudah mengubah kebiasaan yang biasanya
sering nongkrong, tiba-tiba diminta dirumah saja. Tingkat ketahanan mental
juga berbeda antar orang satu dengan lainnya.

Hal ini menimbulkan persepsi dan pemahaman yang berbeda. Namun,


yang jelas bagaimana seseorang harus cepat keluar dari resistensi itu atau ia
akan mati konyol, baik itu arti sesungguhnya maupun arti secar harfiah. Hal ini

17
tidak hanya berlaku karena wabah Covid-19 ini, namun untuk semua
perubahan yang harus terjadi dalam fase kehidupan seseorang.
Selanjutnya, muncul perasaan dan sikap defensive atau mempertahankan
diri dari sesuatu yang dianggap membahayakan. Bahasa sederhananya
memutarbalikkan kenyataan atau melakukan penipuan diri sendiri atau menolak
sesuatu yang tidak ia inginkan walaupun kenyataan tersebut ada.

Menghadapi penularan covid-19 ini benteng pertahanan diri sudah tidak


mungkin bersifat individu. Untuk itu Negara hadir membuat kebijakan.
Diharuskan semua individu melakukan perubahan yang sama. Sebab, jika
orang melakukan kesalahan, maka berakibat buruk bagi sekelompok besar
orang. Layaknya menghadapi musuh, gerakan rakyat harus kompak, kapan
bertahan kapan menyerang.

18
BAB III

Penutup

a. Kesimpulan

Setiap warga negara sesuai dengan kemampuan dan tingkat


pendidikannya harus memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
penghargaan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Orang yang
bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan,
pengertian, pemahaman, penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola
pengamalan yang lebih baik daripada warga negara yang lain karena
merekalah yang akan menentukan meresap atau tidaknya nilai-nilai Pancasila
ke dalam peraturan perundang-undangan yang disusun/dibentuknya.

Tindakan pencegahan terhadap penyakit yang menular tersebut wajib


dilakukan secepat mungkin. Melalui, media social pemerintah menghimbau
untuk mengisolasi diri dirumah dan social distancing untuk memutus rantai
persebaran covid-19. Tentunya, akan berdampak dalam banyak hal.

Dampak dari covid-19 mempengaruhi


1. Kehidupan social
2. Pekerjaan atau karier
3. Liburan, dan
4. Dampak terhadap ekonomi

Perbuatan sekecil apapun sangat berarti bagi orang yang membutuhkan.


Termasuk tidak menyalahkan mereka yang menjadi korban. Kita hadapi wabah
ini dengan kepala tegak bahwa bangsa ini mampu melampaui kesulitan. Semua
harus diajak untuk menghadapi kenyataan bahwa musibah sidah didepan mata
dan siapapun dapat terkena.

19
b. Saran

Untuk menanggapi fenomena yang terjadi sekarang perlu diperhatikan


kewaspadaan terhadap hal ini, dimana kita harus mempertahankan diri
sekaligus melaksanakan apa yang seharusnya menjadi ketetapan kita sebagai
masyarakat. Janganlah selalu mencari hal yang negatif nya karena semua ini
adalah demi kepentingan bersama.

Dan demi untuk kemakmuran rakyat terhadapa aturan pemerintah yang


sekarang mestilah ditanami dengan yang terkandug pada ideologi Negara yaitu
Pancasila. Untuk itu, kami selaku penulis dari makalah ini sangat-sangat
berharap untuk pengertiannya terhadapa anjuran untuk tidak keluar rumah
walaupun itu bertentangan dengan kehidupan kita.

Kami sebagai penulis juga merasakan hal yang sama yang merasa ada
pertentangan dengan kehendak kita sendiri. Tetapi, untuk kepentingan
bersama aturlah pola pikir kita untuk lebih peduli terhadap sesama

DAFTAR PUSTAKA

http://simpulanilmu.blogspot.com/2016/06/pengertian-ideologi-pancasila-pendapat.html

https://www.dosenpendidikan.co.id/makna-pancasila/

http://sosiologis.com/butir-butir-pancasila

https://www.pelajaran.co.id/2017/03/pengertian-masyarakat-menurut-definisi-para-ahli-
terlengkap.html

https://www.kompasiana.com/1806026139/5e8f267c097f3646d32d7af2/dampak-
pendemi-covid-19-terhadap-perubahan-kehidupan-sosial-masyarakat

https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/02/100200323/berbagai-respons-rakyat-
untuk-pemerintah-terkait-penanganan-covid-19

https://m.liputan6.com/bola/read/4225707/riset-tunjukkan-gaya-hidup-orang-indonesia-
berubah-karena-virus-corona-covid-19.

20

Anda mungkin juga menyukai