AIDS merupakan penyakit dimana daya tahan tubuh atau sistem imun
seseorang lemah atau rusak karena terinfeksi oleh virus HIV, sehingga orang
yang terkena AIDS mudah terkena penyakit lain yang ringan maupun berat,
bahkan dapat menyebabkan kematian (American College Of Physicians,
2004)
Acquired
Immune
Deficiency
Syndrome
Merujuk kepada suatu keadaan, gejala, atau tanda. Sistem daya tahan
tubuh seseorang yang telah dijangkiti oleh virus HIV boleh menjadi begitu
lemah, sehingga ia tidak dapat melawan partikel-partikel yang
1
mengganggu sistem tubuhnya, sekalipun penyakit-penyakit tersebut
biasanya ringan dan mudah sembuh.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)
C. Karakteristik HIV
Klasifikasi HIV:
• HIV termasuk dalam family retrovirus genus lentivirus
• Retrovirus mempunyai ciri ciri
– Dikelilingi oleh membran lipid
– Mengandung 2 copy RNA
– Mempunyai variable genetik yg banyak
2
– Menyerang semua vertebra
– Mempunyai kemampuan replikasi unik
• Lentivirus mempunyai ciri
– Menyebabkan kronik infeksi
– Kemampuan replikasi yg persistent
– Menyerang Susunan Syaraf Pusat
– Long period clinical latent
Struktur HIV
Keterangan:
• Envelop
– gp 120
– gp41
• Enzym
– Reverse transcriptase
– Integrase
– Protease
• Inti
– P17 (matrix)
– P24 (kapsid)
– P7/P9 (nucleocapsid)
Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya atau
kapsul viral terdiri dari lemak lapis – ganda yang mengandung banyak tonjolan
protein. Duri – duri ini terdiri dari dua glikoprotein yaitu, gp120 dan gp41. Gp
mengacu kepada glikoprotein dan angka mengacu pada massa protein dalam
ribuan dalton. Gp120 adalah selubung permukaan eksternal duri dan gp41 adalah
bagian transmembran.
3
Terdapat suatu protein matriks yang disebut p17 yang mengelilingi
segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu
protein kaspid yang disebut p24. Di dalam kaspid, p24, terdapat dua untai RNA
identik dan molekul preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang
sudah terbentuk. HIV adalah suatu retrovirus, sehingga materi genetik berada
dalam bentuk RNA bukan DNA. Reverse tranciptase adalah enzim yang
mentrancripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk sasaran. Enzim –
enzim lain yang menyertai RNA adalah integrasi dan protease.
4
“retro” dari DNA ke RNA dibuat oleh enzim reverse transcriptase. Komplek
enzim ini dapat meningkatkan efisiensi replikasi virus begitu virus masuk
kedalam sel manusia.
D. Insidensi
5
setiap tahun. Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh
diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2.320 anak terinfeksi HIV.
E. Etiologi
Jangkitan HIV tidak seperti virus selesma. Ia tidak bisa ditularkan melalui
udara. Kuman HIV tidak akan menular melalui pergaulan biasa dengan pengidap
HIV, seperti berjabat tangan, makan bersama, ataupun menggunakan peralatan
6
makan yang sama. HIV juga tidak menular akibat berenang di kolam renang,
menggunakan telepon atau memegang tombol pintu.
Virus HIV hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Virus ini akan mati
jika terpapar oleh udara. Walau demikian, HIV sebenarnya tidak mengenal
sasarannya, HIV tidak hanya menjangkiti golongan-golongan tertentu, seperti
pengguna jarum suntik, pekerja seks, dan mereka yang manganut seks bebas.
Seseorang juga dapat terjangkit virus HIV jika tidak waspada. Yang pasti,
siapapun yang kurang pengetahuan akan penyakit ini akan beresiko tinggi
terjangkit virus HIV .
Cara penularan HIV dari ibu kepada bayinya pada umumnya terjadi
selama proses kehamilan, kelahiran dan menyusui. Risiko bayi tertular HIV pada
proses kelahiran secara normal terbilang cukup tinggi karena saat terjadi gesekan
antara tubuh bayi dan leher rahim maka dimungkinkan terjadi kontak langsung
antara darah ibu dengan darah bayi.
F. Patogenesis Penyakit
Ada 5 fase dalam replikasi virus HIV yaitu
Binding and entry
Reverse transcription
Replication
Budding
Maturation
Transmisi HIV
7
• HIV masuk ke dalam tubuh dengan 2 cara
–Penetrasi permukaan mukosa
–Inokulasi langsung melalui darah
• Masuk sebagai virus bebas atau sel yg terinfeksi HIV
• HIV dapat ditranmisikan dari virus ke sel atau sel ke sel
Limfosit T CD4+
Monosit/makrofag
8
Sel Reseptor HIV
CD4 merupakan reseptor HIV
Dikenali oleh HIV melalui gp120
Berfungsi untuk mengikat tetapi tidak cukup untuk masuk dalam sel
Membutuhkan chemokine reseptor CXCR4 atau CCRs untuk entry
9
• Infeksi menyebar ke macrofag jaringan mengaktifkan CD4 sel dalam
lymph node
• Masuk dalam peredaran darah lalu masuk kedalam organ
10
• Primary
– Rapid HIV replikasi (107 infeksius partikel/mm3)
– Anti HIV imune respond muncul (Cell mediated +humoral)
– CD8 cell antiviral faktor meningkat
Stadium AIDS:
Demam
Lemah, Lesu
Nyeri sendi
Batuk
Nyeri tenggorokan
Pembesaran kelenjar getah bening
2. Stadium Tanpa Gejala (Latent Stage)
3. Stadium AIDS Related Complex (ARC)
Demam >380C, keringat malam
Penurunan BB >10% dalam 3 bulan
Lemah
Pembesaran kelenjar getah bening meluas
Diare
Batuk, sesak
11
Kulit gatal, bercak merah kebiruan
Perdarahan
1. Sel T-helper menempel pada benda asing (HIV), tetapi reseptor T-helper
(CD4) dilumpuhkan, sehingga sebelum sel T4 dapat mengenali HIV dengan
baik, virus telah melumpuhkannya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan
inilah yang memberi nama penyakit menjadi AIDS atau “sindrom kegagalan
kekebalan yang didapat”.
2. Virus (HIV) membuat antigen proviral DNA yang diintegrasikan dengan
DNA T-helper lalu ikut berkembang biak.
3. Virus (HIV) mengubah fungsi reseptor (CD4) di permukaan sel T-4
sehingga reseptor menempel dan melebur ke sembarang tempat atau sel yang
lain, sekaligus memindahkan HIV. Akibatnya, infeksi virus berlangsung terus
tanpa diketahui tubuh.
12
Pada suatu saat (5 tahun kemudian), HIV akan diaktifkan oleh proses
infeksi lain, membentuk RNA dan keluar dari T4, menyerang sel lain,
menimbulkan gejala AIDS. Populasi sel T4 sudah lumpuh, tidak ada mekanisme
pembentukan sel T-killer, sel B dan sel fagosit lain, sehingga tubuh tidak sanggup
mempertahankan diri. Virus AIDS yang berada didalam T4, bermultiplikasi
dengan cara menumpang proses perkembangan T4. T-helper generasi baru tidak
dapat mengenalnya sehingga tidak ada yang memberi komando kepada sel lain
untuk mengadakan perlawanan (host defense mechanism) terhadap virus AIDS.
Virus HIV berada dalam kadar mampu menginfeksi di dalam darah dan
sekret genital, baik secara intrasel maupun ekstraseluler.
13
pada akhir kehamilan atau saat persalinan. Bila antigen p24 ibu jumlahnya
banyak, dan atau jumlah reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan
lebih mudah terjadi. Ternyata HIV masih mungkin ditularkan melalui air
susu ibu.
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada beberapa
macam klasifikasi. Yang paling umum dipakai adalah klasifikasi infeksi HIV
(CDC, USA, 1987)
CDC (1993) menyusun klasifikasi klinis dari infeksi HIV sebagai berikut:
Gejala seperti flu, seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, lemah dan
nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening. Gejala tersebut
biasanya sembuh dengan sempurna.
HIV antibody (-)
Dapat terjadi 1-8 minggu setelah infeksi
2. Group II (asimptomatik/latent stage) dengan kriteria:
14
3. Group III ( limpadenopati menyeluruh DNA / menetap) dengan kriteria:
Group IVA (penyakit konstitusional) bila terdapat satu atau lebih gejala
berikut:
Demam lebih 1 bulan tanpa ada penyebab yang jelas
Penurunan berat badan dari 10%
Diare lebih dari 1 bulan
lemah
Group IVB (penyakit neurologis)
Dimensia
Mielopathy (neuropathy perifer tanpa adanya
infeksi HIV yang menjelaskan penyakit tersebut)
Group IVC (penyakit sekunder)
CD4 T Cell < 200/mm³
Infeksi oportunistik
Group IVD (keganasan sekunder)
Dengan satu atau lebih keganasan seperti sarkoma
kapopsi, lympoma non hodgkin, TBC pulmoner, Ca cervix invasive
dan keganasan lain.
a. Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua
gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak ada sebab-sebab
15
imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat, atau pemakaian
kortikosteroid yang lama.
Gejala Mayor:
4. kandidiasis oro-faring
16
5. limfadenopati generalisata
17
Pengobatan
– Itraconazol
– 400mg/hari X 7hari
– (3-4 pulses)
– Terbinafin 150mg/ hari selama 6-12 mg.
8. Dermatofitosis
• Batas tegas, bersisik, plak eritematus dengan tepi aktif dan central
healing
• Tinea corporis, T.cruris, T.pedis, T.manuum, T.capitis
• Pengobatan
– Krim antifungal topikal
– Shampoo antifungal
– Pengobatan sistemik antifungal
9. Anogenital Warts
18
• Resiko meningkat untuk terjadinya cervical displasia +/- anal
displasia
• Pengobatan
– Liquid nitrogen, Electrocautery,
– CO2 laser,
– Podofilin
– Imiquimod
10. Pruritik Papular eruption
19
• Pengobatan
– Salep Hidrokortison
– Krim Clotrimazol, Ketoconazol
– Shampoo Ketoconazol
12. Kulit Kering
b. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan
dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab-sebab imunosupresi yang lain
seperti kanker, malnutrisi berat, pemakaian kortikosteroid yang lama atau
etiologi lain.
Gejala Mayor:
20
1. penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat dan abnormal
2. diare kronik lebih dari 1 bulan
3. demam lebih dari 1 bulan
Gejala Minor:
1. limfadenopati generalisata
2. kandidiasis oro-faring
3. infeksi umum yang berulang
4. batuk persisten
5. dermatitis generalisata
6. infeksi HIV pada ibunya
Kriteria WHO menyusun klasifikasi klinis dari infeksi HIV sebagai berikut:
Stadium Klinis I
Asimtomatis
Limfadenopati Meluas Persistent
Skala Aktivitas I: asimtomatis, aktivitas normal
Stadium Klinis II
Berat badan menurun <10% dari BB semula
21
Kandidiasis Oral (thrush)
Hairy leukoplakia oral
TB paru, dalam 1 tahun terakir
Infeksi bakteri berat (pnemonia, pyomiositis)
Skala Aktivitas 3: selama 1 bulan terakir tinggal di tempat tidur <50%
Stadium Klinis IV
HIV wasting syndrome (BB turun 10% ditambah diare kronik > 1 bln atau
demam >1 bln yg tidak disebabkan penyakit lain)
Cryptococcosis, extrapulmonary
Extrapulmonary tuberculosis
Lymphoma
and/or Performance scale 4: bed-ridden, >50% or the day during the last
month.
H. Pemeriksaan Penunjang
22
Alur tes dan terapi AIDS:
Viral Load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan dalam
setiap mililiter darah. Semakin banyak jumlah partikel virus HIV di dalam darah,
semakin cepat sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin cepat pasien kearah AIDS.
Seperti tampak pada grafik di bawah ini :
23
Pemeriksaan Viral Load bila dikombinasi dengan pemeriksaan jumlah
CD4 dan dipantau dari waktu ke waktu memungkinkan hal-hal sebagai berikut :
Mengetahui bagaimana tubuh memerangi HIV
Memperkirakan risiko kearah AIDS
Mengetahui efektifitas dari terapi
Viral Load HIV diperiksa dengan produk Roche Amplicor HIV-1 Monitor
Test yang menggunakan teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction = Reaksi
Rantai Polimerase). PCR digunakan deteksi pada keadaan antibodi tidak
terdeteksi dan bayi < 18 bulan .
CD 4 Kategori Klinis
Total % A (Asimtomatik) B (Simtomatik) C (AIDS)
>500 > 29 A1 B1 C1
200 -499 14 - 28 A2 B2 C2
< 200 < 14 A3 B3 C3
24
Tes CD4 adalah tes baku untukmenilai prognosa berlanjut ke AIDS atau ke
ematian untuk membentuk diagnosis diferensial pada pasien bergejaladan untuk
mengambil keputusan teraputik mengenai terapi anti retroviral dan profilaksis
untuk patogen opportunistik. Jumlah CD4 adalah indikator yang paling
diandalkan untuk prognosis. Jumlah CD8 tidak memprediksi perkembangan sel
CD8 HIV spesifik (sel CD38) adalah penting untuk mengendalikan tingkat HIV
tetapi tidak dapat diukur dengan mudah. Cara baku menentukan jumlah CD4
memakai flow cytometer dan alat analisis cytologi yang mahal, membutuhkan
darah segar (<18 jam). Dan sistem alternatif yang memakai teknologi EIA adalah
TRAX CD4 TEST KIT. Alat ini cocok untuk daerah yang terbatas sumber daya.
Pada beberapa daerah ada yagtidak bisa menjangkau test CD4, pada beberapa
dokter menggunakan hitung limfosit total (TLC). Nilai normal CD4 untuk
kebanyakan laboratorium adalah rata-rata 800 – 1050 (sel/ mm³) dengan kisaran
mewakili dua standart deviasi kurang lebih 500 hingga 1400. Tes CD4 diulangi
sampai tiga sampai enam bulan untuk pasien yang belum dioati ARV dan jangkan
waktu 2 – 4 bulan pada pasien yang diobati ARV. Hasil tersebut sebaiknya
25
diulangi bila hasil tidak konsisten dengan kecenderungan sebelumnya. Frekuensi
akan berbeda-beda tergantung individu. Kalau tidak diobati rata-rata CD4
menurun 4 pertahun untuk setiap log viral load. Dengan terapi awal atau
perubahan terapi usulan adalah dilakukan tes CD4 (serta viralload) pada 4, 8,
sampai 12 dan 16 sampai 24 minggu.
Baik dokter maupun pasien harus sadar mengenai sifat berbeda beda pada
hasil tes CD4, terutama bila hasil akan dipakai untuk mengambilkeputusan klinis
misalnya memulai ART atau profilaksis untuk infeksi opportunistik misalnya
kisaran confidence 95% untuk jumlah CD4 yang benar 200 adalah 118 – 337.
Hasil yang tidak konsisiten dengan kecenderungan sebelumnya sebaiknye diulang.
Perbedaan analisis
Perbedaan musim dan diurnal pagi hari sampai malam hari.
Beberapa penyakit bersamaan dan penggunaan kortsticosteroid
Perbedaaan analisis yang bermakna yang bertanggungjawab untuk kisaran
yang besar pada nilai normal (umumnya (500-1400)mencerminkan
kenyataan bahwa jumlah CD4 dihitung berdasarka variabel (jumlah
dihitung berdasarkan tiga variabel (jumlah sel darah putih, persentase
limfosit dan persentase sel CD4/ sel yang membewa reseptor CD4)
Perbedaan musim dan perbedaan diurnal dengan tingkat paling rendah
pada pukul 12.30dan tinkat puncak pada pukul 20.30, perbedaan ini tidak
secara jelas sesuai dengan ritme circadian korticosteroid
Dengan penurunan pada jumlah CD4 dicatat dengan beberapa infeksi akut
dengan bedah besar. Penggunaan korticosteroid dapat menyebabkan dampak yang
besar dengan penurunan dari 900 menjadi dibawah 300 dengan penggunaan akut.
Penggunaan kronis mengakibatkan perubahan yang tidak sebesar ini. Perubahan
akut diakibatkan redistribusi leukosit antara sirkulasi perifer dan sumsum tulang,
limfa dan kelenjar getah bening. Jumlah CD4 seakan akan tinggi dapat terjadi
dengan koinfeksi HTLV-1 (splenektoni). HTlv 1 sangat terkait erat dengan HTLV
2 dan kebanyakan tes serologi tidak membedakan antara kedua infeks tetapi hanya
HTLV 1 menyebabkan jumlah CD4 seakan akan tinggi. Penelitian serologi di AS
26
menunjukkan angka infeksi HTLV 1/ 2 pada 7-12% pada pengguna narkoba
suntikan dan 2-10 % pada pekerja seks, 80-90% infeksi tersebut adalah HTLV 2
pada kedua kelompok.
Faktor yang mempengaruhi atau berdampak kecil pada jumlah CD4 adalah:
Gender
Usia pada orang dewasa
Srters psikologis
Sters fisik
Kehamilan
Jumlah CD4 biasanya meningkat ≥50 pada 4-8 minggu setelah penekanan
virus dengan ARV dan kemudian tambahan 50 -100/tahun. Dan jumlah CD4
merosot sampai 100-150 dalam 3-4 bulan bila terapi dihentikan.
Wanita Multipara
Wanita hamil
Individu yang pernah mengalami malaria.
Individu yang menderita penyakit otoimun tertentu.
Individu yang menderita beberapa jenis limfoma.
Pemakai obat-obatan dan jarum intra vena yang digunakan bersama-sama.
27
Individu yang bereaksi dengan antigen sel seperti HLA-DR4
Reaksi spesifk terhadap materi seluler H yang dipakai pada piring kontrol.
Reaksi silang dengan dinding sel dimana HIV ditumbuhkan.
Kadang-kadang terjadi pada individu dengan titer antibodi HTLV-1 tinggi.
Bayi baru lahir yang menunjukkan antibodi maternal sampai usia 18
bulan.
2. Western Blot
Hasil postif palsu jarang, tapi dapat terjadi pada keadaan berikut ini :
28
Hasil pemeriksaan postif menandakan hal berikut:
29
Kultur
Pemeriksaan antigen
Amplifikasi gen-gen HIV (yaitu reaksi rantai polimerase)
Cara-cara ini terutama dipakai dalam riset. Cara-cara ini dapat
mendeteksi adanya virus atau DNA virus sebelum bisa dideteksi oleh ELISA
atau Western Blot, dan dapat mengurangi terjadinya hasil negatif palsu yang
bisa terjadi pada infeksi HIV dini dimana antibodi yang terbentuk belum
banyak, arti klinis dari pemeriksaan ini belum dapat ditentukan, tapi
nampaknya pemeriksaan-pemeriksaan ini sangat berguna penanda penyakit,
detektor dini, dan tolak ukur dari perkembangan penyakit.
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi oleh HIV memperlihatkan
antibodi terhadap virus hingga usia 10-18 bulan. Bayi menerima antibodi dari
ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk
penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.
Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk
antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil
positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil
tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan.
Karena itu, status HIV anak tidak dapat didiagnosis untuk uji ELISA atau
Western Blot. Untuk ini digunakan uji untuk biakan virus, antigen p24 atau
RNA HIV, atau analisis PCR untuk RNA dan DNA virus. PCR DNA HIV adalah
uji virologik yang dianjurkan kerena sensitif untuk mendiagnosis infeksi selama
masa neonatus. Antibodi HIV yang terdapat dalam bayi memang
mengindikasikan bahwa ibu positif HIV.
I. Prognosa Penyakit
30
Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV.
J. Komplikasi
Hiperpigmentasi
Penyebab
• Obat-2an
• Endokrin
(adrenalis, tiroid)
• Nutrisi
• Terpajan lama
dan intensif oleh UV
• Penyakit-2
lain (TB, histoplasmosis, kriptokokus)
K. Dampak HIV/AIDS
Psikologi
HIV adalah penyakit terminal dan kronis. Jika seseorang yang hamil
terdiagnosa dengan HIV, maka seseorang tersebut akan merasa seperti
terdakwa mati, dan merasakan kecemasan yang sangat, dan ketakutan,
ketakutan atau kecemasan tersebut tidak hanya berasal dari stigma penyakit
itu sendiri, tetapi juga karena adanya penurunan sistem imun yang
menyebabkan peningkatan resiko infeksi, misalnya vaginitis, herpes, dan
penyakit kelamin lain yang dianggap buruk oleh masyarakat. Dengan kondisi
fisik yang seperti itu maka dapat menurunkan harga diri sang ibu, sehingga
sang ibu mengalami gangguan body image.
Dampak psikologi yang lain yaitu depresi. Depresi terjadi karena dia
terdiagnosa HIV dan merasa tanpa harapan. Karena sifat dari virus itu sendiri
yang menyerang sistem pertahanan primer tubuh. Hal itu dapat diikuti dengan
perasaan bersalah tentang perilaku masa lalu, kesedihan yang mendalam
mengenai dirinya.
Isolasi
31
Tidak jarang penderita HIV mengalami kesedihan karena diisolasi
oleh keluarganya atau masyarakat. Karena terdapat banyak pendapat untuk
memasukkan ODHA ke tempat penampungan khusus penderita HIV/AIDS.
Hal itu berarti suatu diskriminasi dan isolasi terhadap ODHA. Padahal tanpa
melakukan kontak seksual maupun kontak darah dengan ODHA, HIV/AIDS
yang ada pada tubuh ODHA tidak akan menular ke individu lain, termasuk
kepada OHIDA. Selain itu orang dengan status terinfeksi HIV masih produktif
seperti orang sehat pada umumnya.
Hal lain yang dapat membuat seseorang merasa depresi adalah isolasi
dari keluarga dan masyarakat. Keluarga mungkin bertanya-tanya mengapa dia
bisa terinfeksi HIV. Bisa saja karena tertular oleh suami. Namun, keluarga
tidak mau tahu hal itu sehingga tetap mengisolasi.
Stigma
HIV merupakan penyakit yang paling ditakuti di masyarakat. Karena
pada faktanya penyakit tersebut bisa ditularkan melalui pertukaran cairan
tubuh, paling banyak melalui kontak seksual dan pemakaian obat-obatan IV.
Hal itu menambah stigma tentang HIV bahwa seseorang dengan HIV tersebut
bukan merupakan orang baik-baik. Anggapan itu akan muncul bila masyarakat
belum mengetahui informasi yang benar tentang HIV. Padahal bisa saja
seseorang yang terkena HIV adalah petugas kesehatan yang terpapar dengan
cairan penderita HIV.
32
tinggi terkena HIV akan merasa malu jika ingin memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan.
Fisik
Dampak HIV pada fisik juga tidak dapat dipungkiri. Jika jumlah sel
CD4 turun di bawah 200/mm3 maka seseorang memiliki resiko tinggi
komplikasi infeksi.
L. Penatalaksanaan
Konseling
Dampak HIV
Perkembangan HIV
Penggunanan pengobatan antiretrovirus dan lainnya
Konsepsi yang aman jika partner HIV-negatif.
33
penanganan untuk meningkatkan daya tahan tubuh tersebut yaitu melalui obat,
nutrisi dan latihan.
M. Pengobatan Penderita
a. Terapi antiretrovirus
Saat ini terapi zidovudin sudah disetujui untuk semua orang yang
terinfeksi HIV dengan jumlah CD4+ dibawah 500mm 3. Zidovudin
memperlambat perjalanan penyakit AIDS atau penyakit yang simptomatik pada
pasien-pasien dengan HIV positif tanpa gejala kecuali dengan jumlah CD4+ di
bawah 500mm3 atau pada pasien-pasien dengan gejala yang ringan sementara
jumlah sel CD4+ di bawah 200mm3. Zidovudin menurunkan kadar antigen p24
dan meningkatkan jumlah sel T4.
34
Efek samping : Anemia, granulositopenia, mual, gangguan rasa nyaman
pada perut, sakit kepala, konfusi, hepatitis, perubahan warna kuku, kejang
miositis, demam/panas, menggigil. Pemberian harus dihentikan jika pasien
memerlukan terapi untuk infeksi oportunis, limfoma, malignansi.
b. Inhibitor Protease
c. Imunomodulator
35
N. Terapi alternatif
36
ada manfaat pada Odha perempuan bila dipakai tambahan vitamin waktu
hamil. Multi-vitamin (vitamin B1, B2, B6, dan B12, niacin, vitamin C,
vitamin E, dan asam folat) diberi pada perempuan hamil dapat
memperpanjang masa tanpa gejala.
Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
Malaise
Perubahan Pola tidur
Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya
Perubahan TD, frekuensi jantung, pernapasan
37
Keamanan
Seksualitas
Interaksi sosial
Kelelahan terus-menerus
38
Mudah memar dan berdarah
Sakit tenggorokan
Diare
Infeksi opportunistik seperti TBC, Pneumocystis Carinii Pneumonia
(PCP) yang ditunjukkan oleh batuk terus–menerus, demam, sesak
napas
Sarkoma kaposi’s (jenis kanker kulit yang ditunjukkan oleh banyaknya
bisul keunguan dan benjolan pada kulit.
Jumlah sel CD4 200mm3 atau kurang
Tes diagnostik
Batasan karakteristik :
39
Western Blot (+), terlihat gejala-gejala AIDS, ada riwayat dirawat untuk
pengobatan infeksi HIV.
Kriteria Evaluasi :
Suhu tubuh normal (37⁰C) dan SDP normal (3500 – 10.000 mEq), keringat
malam berkurang, tidak ada batuk, meningkatnya asupan makanan, tercapai
penyembuhan luka atau lesi pada waktunya.
INTERVENSI
No TINDAKAN RASIONAL
Pantau : Data objektif adalah perlu untuk
1.
Hasil CD4 mengevaluasi keefektifan terapi
Temperatur setiap 4 jam
Status umum setiap 8 jam
40
Pasang label kategori spesifik
isolasi pada pintu kamar pasien.
Jika ada TB paru, pakai masker
dan menasehatkan keluarga
pasien untuk skrining TB,
jelaskan TB adalah penyakit
menular.
41
akibat tumpahan cairan tubuh
pasien harus dibuang di
kantong double bagged dan
diberi label sebelum dikirim
untuk dekontaminasi.
Kriteria Hasil :
No TINDAKAN RASIONAL
1. Pantau : Untuk mengenal indikasi-indikasi
Berat badan setiap hari kemajuan atau penyimpangan dari hasil
Masukan dan haluaran setiap yang digunakan.
8 jam.
Persentase makanan yang
dimakan setiap hari.
2. Berikan makanan porsi sedikit tapi Untuk menghindari muntah
sering setiap 2 atau 3 jam. Beri
42
biskuit krekers setelah bangun tidur
pagi atau 1 jam sebelum minum
obat, makan banyak karbohidrat
seperti pisang, kentang, sereal, teh
jahe dengan madu
3. Beri suplemen vitamin. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan masukan makanan dan/atau
kegagalan mengunyah dan asorbsi
dalam sistem GI.
4. Beri suplemen besi (Ferrous Sulfat) Untuk mengurangi anemia pada ibu
hamil.
5. Jika cairan diare berlebihan : Diare sering disebabkan oleh protozoa
pertahankan puasa dan (Cryptospiridiium) yang menyerang
pengobatan, terutama infuse lapisan epitel, menyebabkan
NPT. meningkatnya produksi gas dan banyak
berikan obat-obat anti diare cairan masuk dalam usus. Pasien bias
dan evaluasi keefektifannya. kehilangan cairan 10 liter per hari
Berangsur-angsur mulai pemberian karena diare. Berhentinya defekasi
makanan peroral bila diare hanya karena pengobatan yang efektif
terkontrol.
Anjurkan untuk menggunakan beta
laktose, rendah lemak, ini akan
menurunkan volume diare. Konsul
ke dokter jika diare tetap
berlangsung atau tambah memburuk
6. Berikan informasi tentang kebutuhan Ibu hamil mampu memaksimalkan
nutrisi. Tekankan pada peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan
pemasukan protein. terutama untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
7. Rujuk ke ahli diet untuk membantu Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang
memilih dan merencanakan makanan dapat membantu pasien dalam
untuk kebutuhan nutrisi. perencanaan menu dan kebutuhan
nutrisi untuk kondisi sekarang.
43
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi HIV kronis, infeksi oportunistik
sekunder, malignanci, kerusakan autoimun, diare, dehidrasi, respon alergi
karena pengibatan, infeksi karena intravena
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Intervensi:
Evaluasi
44
Klien dapat:
4. Nyeri akut atau nyeri kronis berhubungan dengan atralgia, mialgia dan
neuropati karena penyakit HIV
Tujuan:
Menurunkan insiden dan nyeri yang berat, dapat menerima pengalaman nyeri
yang dialami, meningkatkan kenyamanan tubuh
Kriteri Hasil
Intervensi
Evaluasi
Klian dapat:
45
Mengidentifikasi faktoryang menyebabkan nyeri
Tujuan:
Klien dapat mandiri, interaksi sosial, dapat melakukan aktivitas sehari hari
Kriteria Hasil
Intervensi :
Evaluasi
Klien dapat:
46
Mendemontrasikan kemampuan untuk berpartisipasi
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
47
mungkin akan menyebabkan klien
menarik diri dan percaya bahwa
bunuh diri adalah suatu alternative.
5. Dorong interaksi klien dengan Mengurangi perasaan terisolasi.
keluarga dan sistem pendukung.
6. Kaji adanya dukungan baik dari Menjamin adanya sistem pendukung
keluarga maupun orang terdekat. bagi pasien dan memberikan
kesempatan orang terdekat untuk
berpartisipasi dalam kehidupan klien.
7. Berikan informasi yang dapat Menurunkan interaksi personal yang
dipercaya dan konsisten. lebih baik dan menurunkan
kecemasan dan rasa takut.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
48
4. Bantu klien dalam Dapat menurunkan kebingungan,
mengidentifikasi perasaannya mengembangkan kepercayaan dan
seperti marah dan rasa bersalah. memberi kesempatan untuk
mengidentifikasi masalah
untukmembuat pemecahan masalah.
5. Rujuk klien pada kelompok Dukungan tambahan dapat membantu
pelayan kesehatan yang khusus klien dalam menerima stress.
menangani penyakit HIV.
6. Rujuk klien pada pekerja Dukungan tambahan dapat membantu
kesehatan mental atau kelompok klien dalam menerima stress.
pendukung.
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang suportif Upaya untuk mengkomunikasikan
dan pribadi bagi keluarga perasaan sayang dan perhatian pada
anggota keluarga dapat membantu
mengurangi perasaan mereka tentang
isolasi dan rasa malu.
2. Gali persepsi anggota keluarga Diskusi terbuka dapat membantu
tentang situasi. Berikan dorongan menurunkan perasaan bersalah karena
untuk mengungkapkan perasaan menyebabkan atau marah pada
bersalah, marah, menyalahkan, dll. masyarakat, komunitas gay atau
49
Bila keluarga tidak menyadari kekasih klien.
praktek seksual klien atau
penggunaan obat terlarang sebelum
ada diagnosis HIV, berikan mereka
dorongan untuk berbagi perasaan
mereka.
3. Sesuai kebutuhan, berikan Intervensi ini dapat membantu
informasi tentang homoseksualitas menurunkan rasa bersalah dan
dan tekankan bahwa klien adalah menggerakkan anggota keluarga
orang yang sama seperti sebelum untuk mendukung klien (Govoni,
keluarga mengetahui orientasi 1988)
seksualnya.
4. Tekankan aspek hidup klien pada Ini dapat membantu menurunkan dan
orang lain selain tentang HIVatau menghilangkan stigma AIDS (Govoni,
perilaku resiko, misal : hobi, hal-hal 1988)
yang sudah dicapai.
5. Sesuai kebutuhan, izinkan kekasih Bila kekasih dan teman adalah
klien dan teman untuk berbagi kelompok beresiko tinggi mereka
beban mereka dan pengalaman dapat mengalami AIDS sebelum atau
sebelumnya dengan AIDS mungkin HIV positif. Saling berbagi
pengelaman mereka dapat membantu
klien dan keluarga mengerti lebih baik
dan mengatasi gangguan.
6. Bahas dengan klien kemungkinan Melakukan dialog mengenai
konflik yang mungkin timbul antara kemungkinan konflik dengan
keluarga dan kekasih serta teman. pasangan yang berhubungan dengan
keputusanpengobatanm, keuangan,
dan perawatan dapat membantu
mengklarifikasi miskonsepsi tentang
peran dan tanggung jawab.
7. Bila memungkinkan, anjurkan klien Hal ini menunjukkan bahwa anda
untuk mendokumentasikan menghargai hak menentukan sendiri
keinginan mengenai penunjukan klien dan dapat membantu
pembuat keputusan, perawatn akhir mengurangi konflik antara bertahan
50
hidup, keuangan dan pengurusan hidup dengan pendapat yang
pemakaman. kontradiksi
8. Tentukan apakah mekanisme Penyakit dari anggota keluarga dapat
koping keluarga efektif. menyebabkan perubahan peran yang
signifikan, menempatkan anggota
keluarga pada resiko maladaptasi.
9. Identifikasi disfungsi mekanisme Setiap keluarga yang menunjukkan
koping : disfungsi koping mungkin
a. Penyalahgunaan zat memerlukan bantuan dari luar dan
b. Penyangkalan terus-menerus. sumber tambahan.
c. Eksploitasi salah satu anggota
keluarga atau lebih.
d. Perpisahan atau penghindaran.
10. Tingkatkan kekuatan keluarga : Intervensi ini dapat membantu
a. Terima bantuan mereka. mempertahankan struktur dan fungsi
b. Libatkan mereka dalam keluarga sebagai unit pendukung.
perawatan klien. Keluarga dengan konflik tak
c. Anjurkan untuk menjauh sejenak terselesaikan sebelum diagnosis
dari klien untuk mencegah adalah paling beresiko terhadap
ketegangan pemberian disfungsi koping.
perawatan.
d. Perbanyak humor.
11. Bantu keluarga untuk mengenali Strategi diperlukan untuk
peran di rumah, menyyusun mempertahankan integritas keluarga
prioritas dan mendistribusikan dan untuk mengurangi stres, juga
tanggung jawab. Izinkan klien meulihkan rasa kontrol dan
untuk melakukan sebanyak yang kemandirian pasien.
bisa dilakukan.
12. Ingatkan keluarga untuk bersiap Pedoman antisipasi dapat
terhadap depresi, ansietas, marah, mewaspadakan anggota keluarga
dan ketergantungan dari klien. terhadap masalh yang mengancam.
51
8. Kurang pengetahuian tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang pemajanan terhadap informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
52
untuk menjadi subklinis dengan
adanya rasa tidak nyaman bagi
penderita.
5. Informasikan kepada klien tentang Mencegah pemajanan, membantu
resiko seks dengan pasangan dan menurunkan resiko terinfeksi.
kontak langsung dengan cairan
tubuh dan darah.
6. Beri informasi tertulis sampai Pasien mungkin akan merasa
dimana klien bisa mengerti. berlebihan dan materi tertulis
diberikan untuk tinjauan lebih lanjut
dan penguatan jika pasien memiliki
kesempatan untuk menenangkan diri.
7. Tanyakan klien, apakah klien ingin Banyak pasien yang merasa takut
agar keluarga atau orang mengungkapkannya dengan orang
terdekatnya tahu tentang diagnosa terdekat, keluarga, dan teman karena
penyakitnya. takut ditolak. Menarik diri sebagai
akibat perasaan yang
menggemparkan. Dengan
memberikan kesempatan pada orang
terdekat klien untuk mempelajari
diagnosa penyakit klien akan berguna
bagi dukungan jangka panjang
terhadap klien/ pasien.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
17. http://siteresources.worldbank.org/INTPROCUREMENT/Resources/Tech
nical-Guide-Procure-HIV-AIDS-Meds.pdf
18. http://www.ussc.gov/r_congress/HIV.PDF
19. http://menozac.1-online-drug-store.com/sitemap-22.html
20. http://cph.georgetown.edu/aging/extras/hiv.pdf
55
56