Bab 1 2 3 4 5 6 7
Bab 1 2 3 4 5 6 7
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma,
lingir alveolar.1
makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan
yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit
periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigitiruan maka dapat
menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang. Dan bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula
yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat
hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan
maka gigi yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigitiruan
1
Telah dikembangkan beberapa jenis gigitiruan sehubungan dengan
perbaikan fungsi kunyah dan kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara
umum gigitiruan dapat dibedakan atas gigitiruan lepasan dan gigitiruan cekat.
sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan
GTC memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan
penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat di
dalam mulut.
dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,
agar suatu GTC dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,
maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang
penyangga gigi terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan
sementum. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk
membuat diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk gigi dan jaringan
penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan GTC pada khususnya.2
dari pasien; pasien merasa tidak nyaman dalam pemakaian GTC tersebut dan
2
maksimalnya upaya pengguna GTC untuk membantu menjaga kesehatan jaringan
mulutnya setelah pemakaian GTC. Faktor lain yang timbul dari awal prosedur
pada gingiva.
Tenaga medisnya pun tidak memperoleh suatu tempat tinggal berupa asrama yang
dimaksudkan agar tenaga medis dapat menetap di sana dan tidak harus bolak-balik
jika terdapat waktu senggang, sehingga pelayanan kesehatannya pun siaga dan
Kodingareng tidak terdapat sarana pelayanan gigi dan mulut, sehingga masyarakat
hanya mengandalkan tukang gigi untuk melayani kebutuhan dalam hal yang
kesehatan gingiva pada pengguna GTC di Pulau Kodingareng. Karena jika terjadi
3
kelainan kesehatan jaringan periodontal pada penggunaan GTC, akan lebih terlihat
penelitian ini yaitu bagaimanakah kesehatan jaringan gingiva pada pengguna GTC
Kodingareng
Kodingareng.
4
1.4 MANFAAT PENELITIAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis
retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang.
Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-
bahan ini.
dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi,
6
4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk
tulang alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak. Tulang alveolar akan
berubah kontur selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridge
Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua sisi oleh
satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung
dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang
hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk menggantikan
gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa gigi yang
jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu
mendukung fungsional dari gigi yang hilang. Seperti pada gambar 1, Fixed-
fixed bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus sentralis.
7
Gambar 1. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi
Insisivus sentralis (Sumber : Barclay CW, Walmsley
AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115)
Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada
akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan
pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi
8
c. Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih
abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban
gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung
ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi
penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar
gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan
satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang
hilang.
9
Gambar 4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber :
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 122)
e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat
4. Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa.
10
3. Kelainan jaringan periodonsium
diperlukan untuk mempertahankan fungsi gigi terdiri dari empat komponen utama,
11
2.2.1. Gingiva.
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang alveolar dari
rahang atas dan rahang bawah serta di sekeliling leher gigi. Gingiva secara
anatomi dibagi menjadi marginal gingiva (tepi gusi), sulkus gingiva, attached
gingiva (bagian dari yang melekat), serta interdental gingiva atau interdental
papilla.
1. Marginal gingiva
Marginal gingiva atau unattched gingiva adalah sambungan tepi atau pinggiran
dari gingiva yang mengelilingi gigi berbentuk seperti lingkaran. Dalam 50%
kasus, marginal gingiva dibatasi dengan attached gingiva oleh depresi linear
yang dangkal disebut free gingiva groove. Biasa lebarnya sekitar 1 mm dari
dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Marginal gingiva dapat dipisahkan dari
2. Sulkus gingiva
Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang di sekitar gigi yang dibatasi
oleh permukaan gigi pada satu sisi dan lapisan epitel margin bebas dari sisi
lain gingiva. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja yang dapat
benar normal atau ideal, maka kedalaman sulkus gingiva dapat mencapai 0.9
12
3. Attached gingiva.
gingiva berbatas tegas, elastik dan melekat erat pada periosteum dari tulang
parameter klinik penting lainnya. Yang dapat diukur sesuai jarak antara
mucogingiva junction dan proyeksi dari permukaan dasar luar dari sulkus
Lebar dari attached gingiva dari aspek fasial berbeda pada tiap daerah dalam
rongga mulut. Attached gingiva pada daerah insisivus rahang atas 3,5-4,5 mm
dan pada insisivus rahang bawah sebesar 3,3-3,9 mm dan lebih sempit pada
daerah posterior ( 1,9 mm pada rahang atas dan 1,8 pada rahang bawah).
attached gingiva disebabkan oleh perubahan posisi coronal end. Lebar dari
attached gingiva meningkat sesuai umur dan pada gigi yang supraerupsi. Dari
aspek lingual alveolar, akhir dari attached gingiva dihubungkan oleh mukosa
4. Papila Interdental
piramida atau berbentuk kol. Bentuk ruang interdental gingiva tergantung dari
berbentuk cembung pada daerah mesial dan distal. Ujung lateral dari
ikat pada gingiva dan kemudian berhubungan dengan ruang sumsum melalui
pembuluh darah dalam tulang. Fungsi dari ligamentum periodontal adalah sebagai
2.2.3. Sementum.
Jaringan mesensim yang membentuk dan melapisi bagian luar akar anatomi
gigi. Terdapat dua macam sementum, yaitu sementum aselular atau primer dan
sementum selular atau sementum sekunder. Kedua sementum tersebut terdiri dari
14
2.3 Dampak Desain GTC yang Buruk
pengaruh buruk pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan
gingiva, misalnya :
a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang tidak
dan gingivitis.11
d. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan dan gigi
alami. Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva keluar dari
e. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi gingiva dapat
15
karena makanan terperangkap. Dengan berkurangnya perawatan di rumah,
gigi.11
2.4 Gingivitis
Gingivitis adalah penyakit yang paling sering terjadi, baik dalam bentuk
akut maupun kronis, dan biasanya disebabkan oleh plak bakteri. Peradangan
kuman melalui tepi gingiva langsung atau merupakan kelanjutan dari peradangan
gusi yang tidak dirawat. Selain dari peradangan gingiva, trauma oklusi, atropi
periodontal dan manifestasi penyakit sistemik juga dapat terjadi. Trauma oklusi
16
2.4.1. Tahap-tahap Gingivitis13
inflamasi awal ini terjadi sebagai respon dari leukosit terhadap aktivitas
mikrobial dan stimulasi subquent sel endotel. Secara klinis, respon awal
antara rete pegs atau ridge. Perdarahan saat probing mungkin akan terlihat
jelas.
Pada gingivitis kronik (tahap III), pembuluh darah membesar dan padat, vena
terganggu, dan aliran darah menjadi lamban. Hasilnya adalah anoksemia lokal
Kesehatan gigi dan gingiva serta pencegahan seperti kerusakan gigi dan
penyakit periodontal memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan umum dan
17
kesejahteraan penduduk. Meskipun telah terjadi penurunan yang signifikan dalam
kerusakan gigi antara rentan populasi, karena terdapat perbedaan akses terhadap
rendah di luar kota besar. Pada saat yang sama, mereka yang tinggal di daerah
terpencil dan masyarakat adat, sering memiliki tingkat kerusakan gigi dan
kesehatan gigi menjadi faktor utama dalam tingginya kerusakan gigi yang
terjadi.14,15
jumlah penduduk sekitar 4170 jiwa, dengan mata pencaharian 90% sebagai
nelayan, dan sisanya usaha lainnya. Warga menggunakan listrik dengan generator
Puskesmas pembantu, pos obat desa (POD) melalui program NGO Plan
belum maksimal, karena faktor dari Puskesmas pembantu yang belum naik
18
gigitiruan tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika tingkat pelayanan
suatu restorasi tidak terpenuhi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam suatu
restorasi cekat yaitu syarat biologis, syarat mekanis, dan syarat estetis. Di antara
ketiga syarat tersebut yang sangat berhubungan dengan jaringan penyangga gigi
adalah faktor biologis. Banyak faktor yang harus diperhatikan pada pembuatan
restorasi cekat dalam hal ini adalah restorasi mahkota tiruan dan gigitiruan
jembatan , antara lain yaitu faktor adaptasi tepi restorasi sangat berhubungan
dengan jaringan gingiva, karena itu tepi tersebut tidak boleh menekan atau
mengiritasi jaringan gingiva. Hal penting lainnya yaitu tepi restorasi yang tidak
plak penyebab utama timbulnya peradangan. Sehingga faktor yang paling penting
yang menentukan keberhasilan perawatan GTC, karena pada tahap preparasi ini
ditempatkan pada daerah pertemuan antara jaringan gigi penyangga dengan tepi
restorasi. Letak akhiran servikal di sekitar leher gigi yang berbatasan dengan
gingiva, sehingga plak mudah terakumulasi dan hal ini merupakan tahap awal
19
Preparasi tepi servikal dapat diletakkan di supragingiva, subgingiva, atau
setinggi puncak gingiva. Namun dari beberapa ahli bidang prostodonsia dan
batas preparasinya cukup jelas terlihat, lebih mudah dibersihkan dan dikontrol
pasien, maka pertama dokter gigi harus memberikan dental health education
(DHE) kepada pasien bagaimana cara menjaga kebersihan mulut pada umumnya
dan GTC pada khususnya dengan cara menggosok gigi yang benar dan melakukan
yang mengandalkan jasa tukang gigi. Menurut peraturan Menteri Kesehatan No.
20
Sedangkan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan dalam
sejenisnya.
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
lebih gigi alami yang hilang, yang dilekatkan secara permanen dengan
menggunakan semen ke gigi penyangga yang telah dipreparasi. Tujuan utama dari
perawatan GTC adalah memelihara gigi dan jaringan di sekitarnya yang masih ada
agar tetap sehat. Dengan tujuan tersebut, maka yang harus dipertimbangkan agar
maka upaya terbaik untuk mencapai tujuan dari perawatan dengan menggunakan
GTC, yaitu dilakukan tindakan pencegahan dari pemeriksaan awal secara teratur,
serta pembuatannya memenuhi syarat-syarat biologis, dalam hal ini dokter gigi
yang berperan. Selain itu, pengguna GTC juga memiliki peran dalam pemeliharaan
penggunaan GTC. Hal ini karena dalam penggunaan GTC rentan untuk terjadinya
gangguan kesehatan pada jaringan periodontal atau dengan kata lain dapat terjadi
22
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pasien, pasien merasa nyeri pada bagian
gingiva nya dan masih banyak keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pasien akibat
Masyarakat
Kodingareng
Edentulus
Gigitiruan Cekat
Kesehatan Jaringan
Gingiva
23
BAB IV
BAHAN METODE
4.3.1 Populasi.
24
4.3.2 Sampel Penelitian.
di atas 18 tahun.
3. Gigitiruan cekat pada penelitian ini adalah gigitiruan yang terpasang tetap
sebagai pengganti gigi yang hilang, yang dibuat di tukang gigi dan dokter gigi
cekat.
purposive sampling
25
4.5 ALUR PENELITIAN
- Kuisioner
- Pemeriksaan
klinis Penyajian Data
dalam bentuk tabel
dan narasi
Simpulan dan
Saran
26
4.6 VARIABEL PENELITIAN
Variabel dari penelitian ini ada dua yaitu gingiva dan gigitiruan cekat.
a. Gigitiruan cekat adalah gigitiruan yang terpasang secara tetap atau tidak dapat
b. Gingiva adalah salah satu bagian dari jaringan periodontal yang secara normal
terlihat berwarna merah pucat dan tidak terjadi perdarahan pada saat di-probe.
Skor 3 : Inflamasi berat, yaitu berwarna merah yang jelas dan edema;
menyiapkan kuesioner yang akan diberikan dan diisi pada penduduk sekitar tempat
27
penelitian, dan menyiapkan instrumen lainnya untuk pemeriksaan langsung antara
gingiva dengan menggunakan probe dan kaca mulut dengan panduan pada indeks
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat yang telah berpartisipasi sebagai
a. Kuisioner
b. Probe
c. Alat diagnostik
28
BAB V
HASIL PENELITIAN
pengguna gigitiruan, baik pengguna GTC, GTP, maupun GTSL, maka didapatkan
menggunakan GTC.
ini.
Tingkat Pendidikan
SD 12 100
SMP - -
SMA - -
Pekerjaan
IRT 7 58,3
Nelayan 4 33,3
Pedagang 1 8,3
Total 12 100
Sumber: Andhira AD. Data primer. 2011
29
Pada penelitian ini, persentase penggunaan GTC lebih banyak pada
perempuan yaitu 75% dan pada laki-laki 25%, dengan tingkat pendidikan terakhir
pada semua responden yaitu sekolah dasar. Persentase responden lebih banyak
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 58,3%, nelayan 33,3% dan paling
TABEL V.2 Distribusi jumlah kehilangan gigi dan lama pemakaian GTC
pada masyarakat pengguna GTC di Pulau Kodingareng.
Pada penelitian ini, responden lebih banyak mengalami kehilangan 1-5 gigi
dengan persentase 66,7%. Persentase usia pertama kali pencabutan gigi lebih besar
pada usia ≤ 20 tahun, dengan lama pemakaian GTC 1-5 tahun yaitu sebanyak
58,3%
30
TABEL V.3. Distribusi jenis kesulitan penggunaan GTC pada masyarakat
pengguna GTC di Pulau Kodingareng
Total 12 100
31
TABEL V.4. Distribusi tempat pembuatan GTC pada masyarakat
pengguna GTC di Pulau Kodingareng
Pembuat GTC
Dokter Gigi - -
Tukang Gigi 12 100
Mahasiswa - -
Puskesmas Pembantu - -
Total 12 100
lebih banyak membuat GTC di rumah tukang gigi yaitu 91,7%, dan yang membuat
GTC tersebut adalah tukang gigi itu sendiri dengan lama pembuatan berkisar
hingga 2 minggu yaitu 83,3%. Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk GTC yang
dibuat oleh tukang gigi yang digunakan oleh responden tidak cukup bervariasi,
karena dari 12 responden yang menggunakan GTC, hanya terdapat satu responden
yang menggunakan GTC yang terbuat dari perak. Namun kebanyakan pengguna
32
GTC di Pulau Kodingareng menggunakan GTC yang terbuat dari akrilik yang
Total 12 100
yang jelas dalam pemakaian GTC. Dari 12 orang responden, terdapat satu orang
33
Dari 12 responden yang menggunakan GTC, terdapat dua orang yang
sering mengalami sariawan pada daerah gingiva dan lidah. Selain itu, terdapat 5
orang pengguna GTC yang kadang-kadang mengalami sariawan pada daerah lidah
sembuh.
0 2 16,7
1 9 75
2 1 8,3
3 - -
Total 12 100
terdapat 2 orang yang kondisi gingiva yang sehat atau tidak ada inflamasi, 9 orang
34
BAB VI
PEMBAHASAN
mahkota tiruan dan gigitiruan cekat adalah memelihara gigi-gigi yang masih ada
dan seluruh sistem pengunyahan. Perawatan ini akan berhasil bila pertimbangan
faktor periodontal dari gigi penyangga dan restorasi cekat diperhatikan. Restorasi
cekat dan kesehatan jaringan penyangga gigi mempunyai ikatan yang tidak
dan disain pontik gigitiruan cekat, mempunyai dampak biologis pada jaringan gusi
dan jaringan periodontal. Restorasi cekat mempunyai peranan yang jelas dalam
plak harus dilakukan secara teratur dan oklusi harus diperiksa secara teratur pula,
yang menggunakan GTC, GTP, maupun GTSL, tampak bahwa dari 103
sampel yang menggunakan GTC. Dari penelitian ini tampak bahwa bahwa lebih
banyak perempuan yang menggunakan GTC dibanding laki-laki (tabel 1). Data ini
35
estetik dibandingkan pada laki-laki. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang
mendapatkan bahwa laki-laki kurang peduli terhadap edentulus mereka, dan kecil
laki-laki.
tinggi tingkat pendidikan, maka makin tinggi pula tuntutannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu.21 Selain itu, menurut Green dan Pincus yang
pendidikan hanya pada tingkat sekolah dasar (tabel 1). Dengan melihat hasil
setelah usia 15 tahun, kira-kira 50%, jumlah kehilangan gigi disebabkan karena
penyakit periodontal, 37% hilang karena karies, sedangkan 13% oleh akibat lain
pencabutan gigi (tabel 2). Dari hasil penelitian ini, masyarakat Kodingareng
mengalami pencabutan gigi pada usia yang relatif muda. Selain usia, hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebanyakan jumlah kehilangan gigi pada
membuat GTC di rumah tukang gigi itu sendiri, dan selebihnya membuatnya di
untuk membuat gigitiruannya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi individu atau
pendapatan, pendidikan, umur, dan status sosial; (2) faktor pendukung yang
Pulau Kodingareng memilih untuk membuat GTC pada tukang gigi, yaitu faktor
buah puskesmas pembantu, pos obat desa (POD) melalui program NGO Plan
Internasional, dan 1 buah balai pengobatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan di
pembantu yang belum naik statusnya menjadi puskesmas, selain itu fasilitas
dan mulut, maka menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi tentang kesehatan gigi
dan mulut yang mendukung pemilihan masyarakat Pulau Kodingareng untuk lebih
dari 12 responden yang menggunakan GTC, hanya terdapat satu responden yang
menggunakan GTC yang terbuat dari perak. Namun kebanyakan pengguna GTC di
Pulau Kodingareng menggunakan GTC yang terbuat dari akrilik. GTC yang dibuat
oleh tukang gigi tersebut merupakan gigitiruan yang hanya direkatkan ke gigi
seharusnya dilakukan. Awalnya, peneliti cukup heran melihat GTC seperti itu,
38
karena GTC-nya terkesan seperti sebuah gigitiruan lepasan tetapi gigitiruan
pekerjaan Tukang Gigi, tukang gigi adalah mereka yang melakukan pekerjaan
tanpa izin, mungkin inilah yang mendorong tukang gigi untuk melakukan suatu
pemikiran bahwa yang terpenting adalah kepuasan dari masyarakat yang meminta
jasa tukang gigi tersebut tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi yang akan
dialami oleh pengguna jasanya. Salah satu hal yang penting yang tidak dijangkau
oleh pemikiran tukang gigi yaitu pemberian instruksi bagi pengguna GTC. Hal ini
GTC di tukang gigi tidak mendapatkan instruksi setelah pemakaian GTC, dan
pengarahan setelah pemakaian GTC, dengan pengarahan yaitu cara makan saat
merasa kurang nyaman. Pada hasil tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat Pulau
39
Kodingareng yang menggunakan GTC masih merasa nyaman, meskipun pada
nya selama 1 sampai 5 tahun memiliki persentase tertinggi. Selain itu jika dilihat
GTC seharusnya akan merasa tidak nyaman yang dikarenakan menempelnya sisa
dapat berpengaruh terhadap perilaku sehat sehingga pengguna GTC masih merasa
keadaan itu nyaman untuk mereka. Selain tingkat pendidikan, kesibukan atau
pekerjaan sehari-hari dari masyarakat pengguna GTC yang membuat rasa nyaman
dan menganggap seperti hal yang biasa dalam menggunakan GTC tersebut.
namun tidak sedikit pula responden yang tidak pernah mengalami sariawan
sebelum menggunakan GTC-nya. Pada tabel ini juga, dapat dilihat bahwa
40
persentase pengguna GTC yang tidak mengalami sariawan sejak pemakaian GTC
sariawan sejak pemakaian GTC. Jika dilihat dari hasil penelitian tentang
pemakaian GTC dan setelah memakai GTC. Begitupun dengan gusi kemerahan
sejak penggunaan GTC, persentase responden yang merasa gusinya tidak menjadi
yang merasa gusinya menjadi kemerahan. Sehingga dari hasil pada tabel ini,
menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan yang berarti di dalam rongga mulut
pengguna GTC. Hal ini dapat terjadi karena faktor makanan yang dikonsumsi
dapat dikatakan pula, bahwa konsumsi makanan yang sudah baik tidak dapat
memicu terjadinya sariawan, karena terdapat faktor lain yang dapat memicu
terjadinya sariawan yaitu trauma akibat tergigit, faktor sistemik ataupun faktor
hormonal.
menggunakan kriteria pada indeks gingiva pada pengguna GTC masyarakat Pulau
(skor 1) dengan tanda terjadinya perubahan ringan pada warna gingiva dan sedikit
edema, serta tidak ada perdarahan saat diprobe, memiliki presentase tertinggi,
diprobe serta responden yang tidak mengalami tidak mengalami inflamasi pada
Jika dilihat dari hasil penelitian pada tabel ini, menunjukkan bahwa
keadaan gingiva pada pengguna GTC masyarakat Pulau Kodingareng masih dalam
keadaan yang relatif sehat, karena terlihat dari hasil pemeriksaan gingiva bahwa
lebih besar pengguna GTC mengalami inflamasi ringan, dan hanya terdapat satu
terjadi karena tingkat kebersihan mulut pengguna GTC cukup baik, misalnya pada
kebiasaan penyikatan gigi yang dilakukan secara teratur dalam sehari. Menurut
Wyatt yang dikutp oleh Lesmana, bila semua syarat dalam pembuatan GTC
dipenuhi, yaitu syarat biologis, syarat mekanis, dan syarat estetis, maka gigi-gigi
yang menyangga suatu GTC tidak terbukti secara signifikan akan kehilangan
tulang lebih daripada gigi bukan penyangga, dengan catatan semua subyek bebas
Namun penelitian ini terdapat kekurangan, yaitu pada pembuatan GTC yang
dilakukan oleh tukang gigi tidak melalui proses-proses pembuatan GTC yang
selayaknya dilakukan sebagai syarat dari perawatan GTC, misalnya pada tahap
preparasi gigi. Pada tahap preparasi gigi menurut Silness dan Ohm yang dikutip
oleh Lesmana, menunjukkan bahwa reaksi peradangan pada tepi gusi lebih sering
dan lebih berat bila preparasi dilakukan di bawah tepi gingiva.2 Tukang gigi yang
membuat GTC tidak melakukan tahap preparasi gigi, yang menurut pernyataan di
atas bahwa tahap ini memiliki ruang untuk menimbulkan peradangan pada tepi
42
gusi jika tidak dilakukan dengan baik. Dalam hal ini, tukang gigi dan pengguna
dengan menggunakan jasa tukang gigi. Kenyataan ini terjadi karena masih terdapat
keterbatasan dalam hal fasilitas kesehatan, khusunya fasilitas kesehatan gigi dan
mulut. Selain faktor keterbatasan fasilitas kesehatan, faktor yang ikut mendukung
pemilihan pembuatan GTC pada tukang gigi, yaitu faktor ekonomi masyarakat
memilih jasa tukang gigi yang diyakini bahwa tukang gigi lebih memasang tarif
yang lebih murah dengan kualitas yang dipertanyakan. Kualitas hasil kerja dari
tukang gigi perlu dipertanyakan dapat ditinjau dari tidak didapatkannya izin untuk
mulut yang akan merugikan pengguna gigitiruan. Menurut hasil penelitian yang
didapatkan menunjukkan bahwa GTC yang dibuat oleh tukang gigi, tidak
memenuhi syarat prosedural dalam pembuatan GTC. Bentuk GTC yang dibuat
oleh tukang gigi tersebut yaitu gigitiruan yang hanya direkatkan ke gigi melalui
nya terkesan seperti sebuah gigitiruan lepasan tetapi gigitiruan tersebut terpasang
selain itu faktor kesibukan atau pekerjaan sehari-hari dari masyarakat pengguna
GTC yang membuat merasa nyaman dan menganggap seperti hal yang biasa
maka didapatkan hasil bahwa keadaan gingiva masih dalam keadaan relatif sehat,
mengalami inflamasi ringan, dan hanya satu dari 12 responden yang mengalami
inflamasi moderat. Keadaan ini terjadi karena tingkat kebersihan mulut pengguna
GTC yang cukup baik, misalnya pada kebiasaan penyikatan gigi yang dilakukan
secara teratur dalam sehari. Ini juga dapat terlihat dari hasil penelitian yang
sariawan sebelum pemakaian GTC dan setelah pemakaian GTC. Selain faktor
kebersihan mulut, faktor makanan yang dikonsumsi sehari-hari juga dapat ikut
Kekurangan nutrisi diketahui dapat memberi efek terhadap fungsi imun dan
memiliki peran dalam kesehatan rongga mulut terkhusus pada kesehatan gingiva.
lain :
pertanyaan sesuai yang dialaminya. Hal ini dapat terjadi karena faktor
privasi dari responden yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
yang sebagian besar hanya sampai pada tingkat sekolah dasar, sehingga
kesehatan gigi dan mulut. Selain tingkat pendidikan, perilaku sehat juga
kesibukan yang tinggi serta kerasnya hidup yang dijalani. Sehingga dari
dianggap menjadi suatu hal yang biasa. Salah satu contoh, yaitu pada
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
jumlah wanita yang memakai GTC lebih banyak dibandingkan pada pria
dengan terjadinya perubahan ringan pada warna gingiva dan sedikit edema,
serta tidak ada perdarahan saat di-probing. Hanya terdapat satu responden
dilihat bahwa GTC yang responden gunakan tidak signifikan berdampak pada
45
4. Penelitian ini tidak bisa mencakup seluruh masyarakat Pulau Kodingareng
7.2 SARAN
GTC untuk memperoleh konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit
GTC merupakan suatu hal yang biasa, karena akan menimbulkan dampak yang
3. Meskipun penggunaan GTC yang dibuat oleh tukang gigi tidak berdampak
ringan pada warna gigi serta sedikit edema, tidak dapat diabaikan begitu saja,
karena lama-kelamaan jika dibiarkan, status dari inflamasi ringan akan berubah
1. Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge.
Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2007;6(1):27-9.
6. Allan DN, Foreman PC. Mahkota dan jembatan (crown and bridge
prosthodontics:an illustrated handbook). Alih bahasa: Djaya A. Editor;
Juwono L. Jakarta : Hipokrates, 1994; p.81
7. Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22
8. Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The tooth-supporting structures. In:
Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Carranza’s clinical
periodontology. 10th Ed. Philadelphia: WB Saunder Co;2005. p.68
9. Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The gingival. In: Newman MG, takei
HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia: WB
Saunder Co; 2002. p.46.
10. Itoiz ME, Carranza FA. The gingival. In: Newman MG, takei HH, Carranza
FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia : WB Saunder Co;
2002. p.16-7.
11. Manhold, John A, Balbo MP. Ilustrated dental terminology with spansh,
French, and german correlation. 7th ed. Philadelphia: JB Lippincott;1985.p.76
47
12. Zigurs G, Vidzis A, Brinkmane A. Halitosis manifestation and prevention
means for patients with fixed teeth dentures. J Stomatologija, Baltic Dental
and Maxillofacial 2005;7:3-6
13. Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Gingival inflammation. In : Newman
MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology.9th ed.
Philadelphia: WB Saunder Co;2002.p.263-4
17. Padburg Jr A, Eber R, Wang H-L. Interactions between the gingiva and the
margin of restorations. J Clin Periodontal 2003;30:379-85
18. Hubungan karakteristik pengguna gigi palsu dengan pemanfaatan jasa tukang
gigi. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14734/1/09E00980.pdf.
Accessed on: Mei, 18 2011
19. Beck JD, Arbes SJ. Epidemiology of gingival and periodontal diseases. In:
Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editor. Carranza’s clinical
periodontology. 10th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2005.p.115.
21. Situmorang N. Perilaku sakit: suatu tinjauan sosial cultural. Dentika Dent J
2003;2(8):265