Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perdarahan postpartum lanjut adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml
setelah 24 jam pertama dan dalam waktu 6 minggu. Sementara bagian terbesar
episode ini terjadi pada hari ke-21, mayoritasnya berlangsung antara hari keempat
dan kesembilan postpartum. Insidennya sekitar 1 persen.

2.2 Etiologi
a. Perdarahan eksternal dan internal yang menyebabkan hipoksemia atau ataksi
vasomor akut.
b. Ketidakcocokan antara kebutuhan metabolit perifer dan peningkatan transfor
gangguan metabolic yang menyebabkan cedera sel yang semula reversible
kemudian tidak reversible lagi.
c. Perdarahan akibat abortus, kehamilan ektopik terganggu, cedera karena
pembedahan, perdarahan antepartum, perdarahan postpartum, atau
koagulopati.
d. Gangguan mikro sirkulasi
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tekanan darah dan nadi, pemeriksaan
suhu, warna kulit, dan membrane mukosa, perbedaan suhu antara bagian
pusat dan perifer badan, evaluasi pengisian (kontraksi) vena dan evaluasi
palung kuku, keterlibatan pengisian darah kapiler setelah kuku ditekan,
daan ekskresi urine setiap jam.
2. Terapi awal syok bertujuan mengembalikan hubungan normal antara
volume kecepatan jantung dan kebutuhan perifer yang sebenarnya.
3. Tindakan dirujuk ke rumah sakit.

3
2.3 Klasifikasi
a. Syok ringan
Terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. Timbul penurunan
perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran,
volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak
selalu) terjadi asidosis metabolik.
b. Syok sedang
Sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia
waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguria (urin < 0,5 ml/kg
berat badan/jam) dan asidosis metabolic, tetapi kesadaran masih baik.
c. Syok berat
Perfusi di dalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. Mekanisme
kompensasi vasokrontriksi pada organ lainnya sudah tidak dapat
mempertahankan perfusi di dalam jaringan otak dan jantung. Sudah terjadi
anuria, penurunan kesadaran (delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala
hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung turun). Perdarahan masih
50% atau lebih dari volume darah dapat menyebabkan henti jantung. Pada
stadium akhir tekanan darah cepat menurun dan pasien jadi koma, lalu disusul
masa sekarat (nadi tidak teraba, megap-megap) dan akhirnya terjadi mati
klinis (nadi tidak teraba, apneu). Henti jantung karena syok hemoragik ialah
disosiasi elektromekanik (kompleks gelombang EKG masih ada, tetapi tidak
teraba denyut nadi), fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit jantung yang mendasari.

4
2.4 Patofisiologi
a. Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi tepi pada organ yang dapat
bertahan lama terhadap iskemia (kulit, lemak, otot, dan tulang), pH arteri
normal.
b. Pada syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya
tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati,usus, dan ginjal). Terjadi asidosis
metabolik.
c. Pada syok berat sudah terjadi penurunan perfusi pada jantung dan otak,
asidosis metabolik berat, dan mungkin terjadi pula asidosis respiratorik.
d. Mekanisme perdarahan urutan kejadian yang tepat belum diketahui, namun
ada beberapa tipe subinvolusi. Tiga factor yang mungkin adalah :
1. Pelepasan thrombus yang terjadi kemudian pada tempat placenta, dengan
terbukanya kembali sinus-sinus vaskuler.
2. Abnormalitas pada pemisahan deciduas vera.
3. Infeksi intrauterine yang menimbulkan pelarutan thrombus dalam
pembuluh-pembuluh darah.
Mekanisme dasarnya serupa tanpa tergantung apakah terjadi retensio jaringan
placenta.

2.5 Manifestasi Klinik


a. Syok ringan
 Takikardia minimal
 Hipotensi sedikit
 Vasokrontriksi tepi ringan (kulit dingin, pucat, basah)
 Urin normal/sedikit berkurang
 Keluhan merasa dingin
b. Syok sedang
 Takikardia 100-120/menit
 Hipotensi sistolik 90-100 mmHg

5
 Oliguria/anuria
 Keluhan haus
c. Syok berat
 Takikardia < 120/menit
 Hipotensi sistolik < 60 mmHg
 Pucat sekali
 Anuria
 Agitasi
 Kesadaran menurun
d. Jumlah perdarahan bervariasi
e. Kebanyakan pasien memerlukan perawatan rumah sakit.
f. Membutuhkan transfuse darah

2.6 Komplikasi
1. Kusutnya kasa dalam lembaran pembungkusnya mempersulit penarikan kasa
keluar.
2. Lembaran pembungkus dapat melekat pada permukaan pelvisyang terbuka.
Karena itu, sebainya digunakan lembaran nylon yang tidak dapat melekat.
3. Kadang-kadang aliran urine tersumbat.
4. Infeksi yang serius belum pernah dijumpai, tetapi kalau ada perdarahan yang
dapat membawa kematian, maka infeksi merupakan pertimbangan kedua.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang
buruk.
 Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak
periode antenatal.

6
 Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan
dan waktu pembekuan.
b. Pemeriksaan radiologi
 Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis
dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman,
pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah
dan retensi sisa plasenta.
 USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien
dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya
perdarahan post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat
pula meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta
akreta dan variannya.

2.8 Penatalaksanaan
Resusitasi syok hemoragik
a. Sebelum melakukan tindakan untuk mengatasi perdarahan, sebaiknya
dilakukan resusitasi syok terlebih dahulu yang bertujuan untuk pemulihan
segera perfusi jaringan dan kapasitas angkut oksigen adekuat.
b. Posisi pasien : baringkan terlentang dengan kaki ditinggikan.
c. Bebaskan dan pelihara jalan napas. Tidur tanpa batal, kepala tengadah.

7
d. Beri oksigen 5-10 L/menit melalui kanula hidung atau sungkup muka.
e. Resusitasi cairan
1. Pasanglah kanula intravena dengan diameter yang terbesar yang dapat
dipasang (no. 16 G) dan ambillaah contoh darah untuk meminta darah.
Kemudian pasang kateter vena sentral. Pemberian cairan tidak dapat
berdasarkan formula, tetapi harus berdasarkan prinsip fisiologi. Petunjuk
terbaik keberhasilan resusitasi ialah perbaikan tekanan pengisian atrium,
produksi urin dan perbaikan kesadaran.
2. Pemantauan tekanan pengisian atrium yang ideal ialah dengan pengukuran
tekanan baji arteri paru, sedangkan pengukuran tekanan vena sentral dapat
menggambarkan tekanan pengisian atrium secara kasar, kecuali pada
pasien dengan payah jantung dan penyakit paru-paru obstruktif.
3. Pada penanggulangan awal harus diberikan cairan garam berimbang (
ringer laktat atau garam fisiologis) sebanyak 2-3 kali jumlah darah yang
hilang dengan tetesan cepat selamat 20-30 menit.

Pemberian obatan-obatan
Pemberian obata-obatan pada syok hemoragic hanya merupakan terapi
tambahan dan pemberiannya harus berhati-hati dengan titrasi per-infus
a. Sodium bikarbonat : diberikan bila Ph arteri < 7,2 , sedangkan pemberian
cairan sudah adekuat dan terjasi hiperventilasi sedang.

8
b. Vase kontruksi pemberian vase kontriktor untuk menyelamatkan jiwa guna
mencegah henti jantung, dapat dibenarkan bila sebelumnya telah dilakukan
resusitasi cairan.
c. Kortikosteroid kegunaan kortikosteroid pada syok hemoragic masih
diragukan, kecuali pada psien dengan supresi korteks adrenal yang
mengalami perdarahan .

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien

9
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
4. Riwayat obstetric :
 Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
 Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai hamil
 Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
 Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
 Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak
lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
 Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi

10
 Riwayat Kehamilan sekarang
 Hamil muda, keluhan selama hamil muda
 Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
5. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa
kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
6. Pola aktifitas sehari-hari
 Makan dan minum, meliputi :
Komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama
dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu
dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
 Eliminasi, meliputi:
Pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola
miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan
miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995).
 Istirahat atau tidur meliputi :
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan.

 Personal hygiene meliputi :


Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum
dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang

11
2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat
hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.
Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin
partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa
protrombin memanjang pada KID Sonografi : menentukan adanya
jaringan plasenta yang tertahan

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervagina
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervagina
c. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian

3.3 Intervensi Keperawatan


a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
Rencana tindakan :

12
1. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return
dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2. Monitor tanda vital R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan
semakin hebat.
3. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit R/ Perubahan output
merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal.
4. Evaluasi kandung kencing R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi
kontraksi uterus.
5. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis. R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan
membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah
terjadinya inversio uteri.
6. Batasi pemeriksaan vagina dan rektum R/ Trauma yang terjadi pada
daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang
lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat
hematom Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah,
kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat,
segera kolaborasi.
7. Berikan infus atau cairan intravena R/ Cairan intravena dapat
meningkatkan volume intravascular
8. Berikan uterotonika (bila perdarahan karena atonia uteri) R/ Uterotonika
merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
9. Berikan antibiotic R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi
karena perdarahan
10. Berikan transfusi whole blood (bila perlu) R/ Whole blood membantu
menormalkan volume cairan tubuh.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginan
Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan :

13
1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit R/ Perubahan perfusi jaringan
menimbulkan perubahan pada tanda vital
2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan
perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang
dingin
3. Kaji ada/tidak adanya produksi ASI R/ Perfusi yang jelek menghambat
produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
4. Tindakan kolaborasi :
 Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH
merupakan tanda hipoksia jaringan )
 Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan ).
c. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak
diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

14
6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping
yang tepat.

3.4 Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal :
 Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
 Denyut nadi : 70-80 x/menit
 Pernafasan : 20 – 24 x/menit
 Suhu : 36 – 37 oc
b. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
c. Gas darah dalam batas normal
d. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
e. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan
perasaan psikologis dan emosinya
f. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
g. Klien tidak merasa nyeri
h. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam
24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)

15
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah
kelahiran(Marylin E Dongoes, 2001).

4.2 Saran
Kita sebagai perawat sebaiknya dapat memahami dan mengaplikasikan segala
sesuatu yang terjadi tentang penyakit syok hemoragic yang telah dibahas pada
makalah ini agar dapat tercipta perawat yang profesional dalam menerapkan
asuhan keperawatan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.

Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.

16
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,


Jakarta.

RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya

Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai