Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CA COLON

I. Konsep Penyakit CA Colon


1.1 Definisi/deskripsi penyakit CA Colon
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.
Prognosa optimistic; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin
Tucker,1998).

Kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar
(kolon) atau rectum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian
sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan
membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah
penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (ACS 1998).

1.2 Etiologi Ca Colon


Penyebab dari kanker colon tidak diketahui. Factor resiko yang telah teridentifikasi
adalah
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Riwayat polip rectal atau polip kolon
c. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
d. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
e. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
f. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan yang harus dihindari :


a. Daging merah
b. Lemak hewan
c. Makanan berlemak
d. Daging dan ikan goring atau panggang
e. Karbohidrat yang disaring (example : sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi :
a. Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya craciferous vegetables dari golongan
kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
b. butir padi yang utuh
c. Cairan yang cukup terutama air

Adapun etiologi lainnya adalah sebagai berikut :


a. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin
serta gelombang elektromagnetik.
b. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi
dan kambing serta tranfusi darah.
c. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
d. Obesitas.
e. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
f. polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
g. Colitis ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.

1.3 Tanda gejala Ca Colon


gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi.gejala paling menonjol yaitu :
a. Adanya perubahan dalam defekasi,
b. darah pada feses,
c. konstipasi,
d. perubahan dalam penampilan feses,
e. tenesmus,
f. anemia
g. perdarahan rectal.
1.4 Patofisiologi Ca Colon
patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel
yang tumbuh sangat cepat). pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah.
tetapi, sering kali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun
sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu
berpotensimenjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar
(davey, 2006: 335).

Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu:


a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
b. melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
c. melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke sistem
portal.
d. penyebaran secara transperitoneal.
e. penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. pertumbuhan
kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(gale, 2000:177).

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu hidyat (1197) diantaranya:
a. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar (lapisan mukosa).
b. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
c. Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe
yang banyak terdapat di sekitar usus.
d. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.
1.5 Pemeriksaan Penunjang Ca Colon
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera
dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Kolonoskopi
dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan
untuk diperiksa di laboratorium patologi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang
usus besar, memotretnya, sekaligus biopsy tumor bila ditemukan. Dengan
kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila
tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditunjukan pada
kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.

b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada
metastasis kanker ke paru.

c. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.

d. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis, gambar hispatologis karsinoma
olon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.

e. pemeriksaan Hb
pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
pendarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult
blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau
tidak.

f. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seorang mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
g. Barium enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar
melalui dubur dan siluit (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada
pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila
aa perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat
mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter.
Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsy.

h. Laboratorium
Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian
setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(pertanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ml
biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III, pasien dengan buang air besar lender berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.

i. Scan (misalnya MRI, CZ: gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk tujuan
diagnostic, ientifikasi metastatic, dan evaluasi respons pada pengobatan.

j. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum) : dilakukan untuk diagnostic banding dan


menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit,
organ dan sebagainya.

1.6 Komplikasi pada Ca Colon


Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses, peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Beberapa komplikasinya yaitu :


a. Pertumbuhan tuor dapat menyebabkan obstruksi usus persial atau lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, linfogen dan penyebaran
langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses.

1.7 Penatalaksanaan pada Ca Colon


Adapun beberapa penataksanaan dari kanker colon, yaitu sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi adufan. Terapi adupan biasanya diberikan
selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, tetapi radiasi dan atau
imunoterapi.

Kemoterapi yang diberikan ialah 5 flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering


dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi.
Bahkan ada yang memberikan / macam kombinasi yaitu : 5-FU, levamisol, dan
leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya
dilakukan radiasi dan kemoterapi.

b. Penataksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rectal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu
sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan
polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Apabila tumor
sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.

Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :


- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rectum serta sfingter anal).
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi.
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi.

c. Penataksanaan keperawatan
- Dukungan adaptasi dan kemandirian
- Meningkatkan kenyamanan
- Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
- Mencegah komplikasi
- Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

d. Penatalaksanaan diet
- Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencernaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna diusus, karena kotoran
yang terlalu lama mengedap diusus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
- Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
- menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
- menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
- menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
- melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
1.8 Pathway (harus pada sampai masalah keperawatan)

Faktor presipitasi faktor predisposisi


- Gaya hidup - riwayat keluarga
- Diet - usia
- Mengkonsumsi alcohol - riwayat penyakit inflamasi usus kronis

Kelainan kolon perubahan feses dan degregasi garam empedu

Colitis ulseratif masa transit feses meningkat

Pembentukan abses kontak zat berpotensi karsinogen dengan mucosa


usus bertambah lama

Menyerang dinding usus

Ca Colon

Inflamasi jaringan destruksi jaringan syaraf perubahan status kesehatan

Kehilangan fungsi colon merangsang serabut syaraf nyeri stress psikologis

Gangguan absorbs cairan nyeri anoreksia

Intake in adekuat

Penurunan berat badan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


II. Rencana asuhan klien dengan gangguan Ca Colon
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri abdomen atau
rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, hubungan dengan makanan
atau defekasi.
b. Kaji pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan
konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.
c. Kaji riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip
rektal, riwayat keluarga dan terapi obat saat ini.
d. Kaji kebiasaan diet, identifikasi mencakup unsur lemak atau serat serta
jumlah konsumsi alkohol dan riwayat penurunan berat badan.
e. Pengkajian mencakup :
- auskultasi abdomen terhadap bising usus
- palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan massa padat,
spesimen feses
- inspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
- Perkusi menentukan suara redup/timpani

2.1.2 Pemeriksaan penunjang


a. Endoskopi
b. Radiologis
c. Ultrasonografi (USG)
d. Histopatologi
e. pemeriksaan Hb
f. Pemeriksaan colok dubur
g. Barium enema
h. Laboratorium
i. Scan
j. Biopsy

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: konstipasi
2.2.1 Definisi
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses yang sulit
atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang sangat keras dan kering.
2.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistansi otot yang dapat
dipalpasi
Anoreksia
Perasaan penuh atau tekanan pada rectum
Kelelahan umum
Sakit kepala
Peningkatan tekanan abdomen
Indigesti
Mual
Nyeri saat defekasi

Objektif
Tampilan atipikal pada lansia (misalnya, perubahan status mental, inkontinensia
urine, jatuh tanpa sebab jelas, dan peningkatan suhu tubuh)
Darah merah segar menyertai pengeluaran feses
Perubahan pada suara abdomen (borborigmi)
Perubahan pada pola defekasi
Penurunan frekuensi
Penurunan volume feses
Distensi abdomen
Feses yang kering, keras, dan padat
Bising usus hipoaktif atau hiperaktif
Pengeluaran feses cair
Massa abdomen dapat dipalpasi
Massa rectal dapat dipalpasi
Bunyi pekak pada perkusi abdomen
Adanya feses, seperti pasta direktum
Flatus berat
Mengejan saat defekasi
Tidak mampu mengeluarkan feses
Muntah
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Fungsional
Kelemahan otot abdomen
Kebiasaan menyangkal dan mengabaikan desakan untuk defekasi
Eleminasi atau defekasi yang tidak adekuat (misalnya, tepat waktu, posisi saat
defekasi, dan privasi)
Aktivitas fisik yang tidak memadai
Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
Perubahan lingkungan baru-baru ini

Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental

Farmakologis
Antasida yang mengandung alumunium
Antikolinergis
Antikonvulsan
Antidepresan
Agens antilipemik
Garam bismuth
Kalsium karbonat
Penyekat saluran kalsium
Diuretic
Garam besi
Overdosis laksatif
Agens anti-inflamasi nonsteroid
Opiate
Fenotiazid
Sedative
Simpatomimetik

Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit
Hemoroid
Megakolon (penyakit hirschsprung)
Kerusakan neurologis
Obesitas
Obstruksi pascapembedahan
Kehamilan
Pembesaran prostat
Abses atau ulkus pada rectum
Fisura anal rectum
Striktur anal rectum
Prolaps rectum
Rektokel
Tumor

Fisiologis
Perubahan pola makan dan jenis makanan yang biasa dokonsumsi
Penurunan motilitas saluran cerna
Dehidrasi
Kondisi gigi atau haygine oral yang tidak adekuat
Asupan serat yang tidak mencukupi
Asupan cairan yang tidak mencukupi
Pola makan yang buruk

Diagnosa 2: intoleransi aktivitas


2.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.

2.2.5 Batasan karakteristik


Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivtas
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap
aktivitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Tirah baring dan imobilitas
Kelemahan umum
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gaya hidup kurang gerak

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: konstipasi
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Tujuan : pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan; feses lembut dan
berbentuk.
Kriteria hasil :
- Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang
dibutuhkan.
- Melaporkan keluarnya feses dengan berkurang-nya nyeri dan mengejan.

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan
nyeri tekan abdomen. R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan
memudahkan rencana selanjutnya.
- Pantau tanda gejala rupture usus dan/atau peritonitis. R : keadaan ini dapat
menjadi Penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltic
usus, yang dapat menyebakan konstipasi.
- Kaji factor penyebab konstipasi.
R: mengetahui dengan jelas factor penyebab memudahkan pilihan
intervensi yang tepat.

Diagnosa 2: intoleransi aktivitas


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil:
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengatakan mampu untuk melaku-kan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
- Rencanakan periode istirahat yang cukup. R : mengurangi aktivitas yang
tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secara optimal.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap. R : tahapan-tahapan yang
diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat
tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
- Bantu pasien alam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. R : mengurangi
pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
- Setelah latihan dan aktivitas, kaji respons pasien. R : menjaga kemungkinan
adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

II. Daftar Pustaka


http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan-kanker-kolon.html#
http://www.academia.edu/11521507/asuhankeperawatan_pada_klien_dengan_cacolon
http://widyasaras008.blogspot.co.id/2014/12/askep-diagnosa-dan-intervensi-ca-
colon.html

Banjarmasin, Desember 2016

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(.................................................) (................................................)

Anda mungkin juga menyukai