Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB)

I. Review Konsep Anatomi Sistem reproduksi


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng
ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25
cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus
uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus
rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan
endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan berkembang
janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah
melahirkan (Hacker, 2001).

Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3) serviks uteri.
Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii
masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar.Pada

1
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang, Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri
(rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri
yang dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian
serviks yang berada di atas vagina. (Hacker, 2001).

Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk


seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh
kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi
sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut
ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum
(Doengoes,Dkk, 2000)

Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di


bawah ismus. Di anterior, batas atas serviks yaitu osintema, terletak
kurang lebih setinggi pantulan peritoneum pada kandung kemih.
Berdasarkan perlekatannya pada vagina, serviks terbagi atas segmen
vaginal dan supravaginal. Permukaan posterior segmen supravaginal
tertutup peritoneum. Di bagian lateral, serviks menempel pada ligamentum
kardinal; dan di bagian anterior, dipisahkan dan kandung kemih yang
menutupinya oleh jaringan ikat longgar. Os ekstema terletak pada ujung
bawah segmen vaginal serviks, yaitu porsio vaginalis (Rasjidi, 2008).

Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas (1) endometrium
di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos; dan
(3) lapisan serosa, yakni peritoneum viserale. Endometrium terdiri atas
epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh
darah yang berkeluk-keluk, Endometrium melapisi seluruh kavum uteri
dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa
reproduksi. (Rasjidi, 2008)

Uterus diberi darah oleh arteria Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari
arteria Iliaka Interna (disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar
ligamentum latum masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5
cm di atas forniks lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang memberi
pula darah ke uterups adalah arteria Ovarika kiri dan kanan. (Rasjidi, 2008)

2
II. Konsep penyakit prolaps uteri
2.1 Definisi
Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal merupakan
perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal.
Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal,
berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium
(polip), masalah-masalah serviks atau uterus (leiomioma) atau kanker.
Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson, 2009).

Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik


dalam hal jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa
perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak
beraturan. AUB ada dua macam, yaitu AUB organik dan AUB nonorganik
(Mansjoer Arif, 2001)

Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak


atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus
abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan hemostatis lokal
endometrium dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang sebelumnya
termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).

2.2 Batasan Perdarahan Uterus Abnormal


Batasan Pola Anbormalitas Perdarahan
Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dan
disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari dan
disebabkan oleh defek fase luteal.
Menoragia Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21 –
35 hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7 hari.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan
dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi
yang panjang ( > 7 hari).
Metroragia atau Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir
perdarahan dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR, endometritis,
antara haid polip, mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan
keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang
intermenstrual umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.

3
Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang
pasca sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama 12
menopause bulan.
Perdarahan Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang
uterus abnormal sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis
akut (hipotensi , takikardia atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang
uterus disfungsi tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab
iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau
gangguan kondisi sistemik.
(Ralph. C Benson, 2009).
2.3 Klasifikasi
a. Perdarahan uterus abnormal akut
Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan
yang cepat untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus
abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa
riwayat sebelumnya.
b. Perdarahan uterus abnormal kronik
Merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah
terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan
penanganan yang cepat dibandingkan PUA akut.
c. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)
Perdarahan haid yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur.
Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu
yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan
terminologi metroragia. (Ralph. C Benson, 2009).

Berdasarkan International Federation of Gynecology and


Obstetrics (FIGO), terdapat sembilan kategori utama yang disusun sesuai
dengan akronim “PALM-COEIN” yakni; polip, adenomiosis, leiomioma,
malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction,
endometrial, iatrogenik dan not yet classified. Kelompok “PALM”
merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan berbagai teknik
pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok COEIN
merupakan kelainan non struktur yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan.
a. Polip (PUA-P)

4
Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik
bertangkai maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma
dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel endometrium.
Biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat dengan adanya tangkai
yang ramping (bertangkai) atau dasar yang lebar (tidak bertangkai).
Kadang-kadang polip prolaps melalui serviks. Polip biasanya bersifat
asimptomatik, tetapi dapat pula meyebabkan PUA, paling umum
berupa perdarahan banyak dan di luar siklus atau perdarahan bercak
ringan pasca menopause.

Gambaran USG polip endometrium Gambar Histopatologi polip


endometrium

Gambaran histeroskopi polip endometrium

b. Adenomiosis (PUA-A)
Di jumpainya jaringan stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada
lapisan miometrium. Gejala yang biasa ditemukan yaitu nyeri haid,
nyeri saat senggama, nyeri menjelang atau sesudah haid, nyeri saat
buang air besar, atau atau nyeri pelvik kronik. Gejala nyeri tersebut
dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal berupa perdarahan
banyak yang terjadi dalam siklus.

5
c. Leiomioma (PUA-L)
Pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan miometrium.
Jenis berdasarkan lapisan uterus tempat tumbuhnya yaitu
Submukosa, Intramural, Subserosa. Mioma submukosa dan
subserosa ada yang bertangkai (pedunculated). Mioma submukosa
bertangkai seringkali sampai keluar melewati ostium uteri
eksternum yang disebut sebagai mioma lahir (myoom geburt).

Gambar jenis-jenis mioma


Gambar Mioma
Subsesora terlihat berdasarkan lapisan tempat
Gambaran massa menonjol
hipoekhiok yang tumbuhnya di uterus
keluar dinding uterus

Gambar Mioma intramural Gambar Mioma Submukosa

d. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)


Pertumbuhan hiperplastik atau pertumbuhan ganas dari lapisan
endometrium.
e. Coagulopathy (PUA-C)
Gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan
uterus.
f. Ovulatory Disfunction (PUA-O)
Kegagalan ovulasi yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus.

6
g. Endometrial (PUA-E)
Gangguan hemostatis local endometrium yang memiliki kaitan erat
dengan terjadinya perdarahan uterus.
h. Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi
medis seperti penggunaan estrogen, progesterin, atau AKDR.
Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan
estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau
breakthrough bleeding (BTB). Perdarahan sela terjadi karena
rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang dapat disebabkan
oleh sebagai berikut:
1. Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi’
2. Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
3. Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna
anti koagulan (warfarin, heparin, dan low molecular weight
heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C.

i. Not yet classified (PUA-N)


Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi. Kelainan yang termasuk dalam
kelompok ini adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-vena.
Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan PUA.

2.4 Etiologi
a. Komplikasi kehamilan
1. Perdarahan implantasi
2. Abortus
3. Kehamilan ektopik
4. Kehamilan mola, penyakit trofoblastik
5. Komplikasi plasenta
6. Vasa previa
7. Hasil konsepsi yang tertahan
8. Subinvolusi uterus setelah kehamilan
b. Infeksi dan Inflamasi
1. Vulvitis
2. Vaginitis

7
3. Servitis
4. Endometritis
c. Hiperplasia dan Neoplasia
1. Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma
botryoides.
2. Serviks: polip, papiloma, karsinoma.
3. Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit
trofoblastik.
4. Miometrium: leiomoima, leiomiosarkoma, miosis stroma
endolimfatik (hemangioperisitoma).
5. Ovarium : tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan
estrogen; tumor-tumor lain atau kista dapat merangsang hormone
stromaovarium.
6. Tuba falopii: karsinoma.
d. Trauma
1. Perdarahan post operatif
2. Laserasi Obstetrik
3. Benda asing dalam vagina
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
e. Endometriosis
f. Adenomiosis
g. Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa
h. Kelainan hematologik atau sistemik
1. Trombositopenia
2. Penyakit Von Willebrand
3. Terapi antikoagulan
4. Koagulasi intravascular diseminata
5. Hipertensi
6. Hipotiroidi (lebih banyak terjadi pada hipotiroidi daripada
hipertiroidi)
7. Leukemia
8. Penyakit hepar
(Ralph. C Benson, 2009).

8
2.5 Tanda dan Gejala
AUB dapat dikatakan memiliki manifestasi khusus yaitu kejadiannya tidak
dapat diramalkan dan biasaanya tidak menimbulkan rasa nyeri,perdarahan
dapat sangat banyak berlangsung lama setelah interfal amenore atau
berupa perdarahan yang betul-betul tidak teratur dan timbul lebih
sering.biasanya keadaan ini berhubungan dengan infertilitas (Ralph. C
Benson, 2009).

2.6 Patofisiolgis
a. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang
(oligomenorea). Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar,
perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,
maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium
tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan
sebagai etiologinya :
1. Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan
kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom
ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat
penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan
banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten
dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur
(irregular shedding). Diagnosa irregular shedding dibuat dengan
kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc Lennon
pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual
spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya
produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing
factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam
fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

9
3. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
b. Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium.
Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul
perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak
teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya
dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif.
Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia,
dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium dibawah
pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-
mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan
kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat
anovulatoar.

Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu


dalam kehidupan menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada
masa pubertas dan masa premenopause. Bila pada masa pubertas
kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat
laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada
seorang wanita dewasa terutama dalam masa premenopasue dengan
perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk
menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita
dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah,
penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan
sebagainya. Disamping itu stress dan pemberian obat penenang juga
dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat
sementara.

10
2.7 Patway

stimulasi estrogen dominan, tidak mendapat perimbangan dan


berlangsung terus menerus

proliferasi

penambahan lapisan pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar

pertumbuhan endometrium berlebihan akibat stimulasi estrogen

pelepasan endometrium ireguler

Perdarahan abnormal

Resiko infeksi Cemas


Nyeri

2.8 Komplikasi
a. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
b. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
c. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketikseimbangan
hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium

2.9 Penanganan Medis


Pengobatan harus diarahkan kepada diagnosis yang spesifik. Keperluan
untuk segera dirawat di rumah sakit tergantung pada kuantitas kehilangan
darah dan adanya anemia atau hipivolemia. Apabila perdarahan
pervaginam hebat, penanganan daruratnya meliputi cairan intravena,
transfuse darah, dan diagnosis etiologik segera. Tindakan spesifik yang
dapat diindikasikan meliputi :
a. Kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang
tertahan.
b. Antibiotika untuk infeksi pelvis.

11
c. Penamponan vagina atau serviks unutk lesi-lesi serviks maligna.
d. Laparotomi untuk kehamilan ektopik.
e. Penjahitan laserasi vagina.
f. Radiasi untuk lesi-lesi keganasan.
g. Pengeluaran AKDR.
h. Histerektomi untuk leiomiomata.

III. Rencana asuhan klien dengan penyakit Prolap Uteri


1.3 Pengkajian
1.3.1 Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, diagnosa medis, no RM dan tanggal masuk rumah
sakit). Identitas penanggung jawab/suami (nama, tanggal
lahir/umur pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat).
1.3.2 Riwayat Penyakit Sekarang, Dahulu dan Keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa
saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan ini.
Keluhan yang dirasakan mengalami perdarahan yang tidak
normal diluar atau didalam siklus haid.
b. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak,
siklus haid berapa hari, warna darah haid, HPHT kapan,
terdapat rasa sakit waktu haid atau tidak.
2) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh
pasien.
3) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan, hasil laboraturium :
USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh.

12
c. Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat keluarga dlm kelainan ginekologi
1.3.3 Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu
b. Head To Toe
1) Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah
ada luka lesi / lecet
2) Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva
anemis / tidak, apakah palpebra oedema / tidak,
bagaimana fungsi penglihatan nya baik/tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada
umu nya ibu hamil konjungtiva anemis
3) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada
terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt
bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi
pendengaran klien baik / tidak
4) Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung
/ tidak, apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi
penciuman klien baik / tidak
5) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir
klien, apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi
apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak,
apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu
hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan
karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
6) Leher : apakah klien mengalami pembengkakan
tyroid
7) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada
oedema / tidak pada daerah genitalia klien, kebersihan
genetalia apakah terjaga atau tidak.
8) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit
baik / tidak.

13
1.3.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
b. Pemeriksaan fisiki
Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan

1.4 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri Akut (00132)
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Asssociation for the
Study Of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat denganakhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi.
b. Batasan Karakteristik
1) Subjektif:
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
2) Objektif:
a) Posisi untuk mengindari nyeri
b) Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak
bertenaga
c) Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan
tekanan darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil
d) Perubahan selera makan
e) Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang
atau aktifitas lain, aktivitas berulang
f) Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan
menghela napas panjang
g) Wajah topeng; nyeri
h) Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i) Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu,
gangguan proses piker, interaksi menurun.

14
j) Bukti nyeri yang dapat diamati
k) Berfokus pada diri sendiri
l) Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak
teratur atau tidak menentu dan tidak menyeringai
c. Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera; biologis, kimia, fisik dan psikologi

Diagnosa 2 : Ansietas (00146)


a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), perasan atakut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
b. Batasan Karakteristik
1) Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam
hidup
c) Gerakan yang tidak relevan
d) Gelisah
e) Memandang sekilas
f) Insomnia
g) Kontak mata buruk
h) Resah
i) Menyelidik dan tidak waspada
2) Afektif
a) Gelisah
b) Kesedihan yang mendalam
c) Distress
d) Ketakutan
e) Perasaan tidak adekuat
f) Fokus pada diri sendiri
g) Peningkatan kekhawatiran
h) Iritabilitas

15
i) Gembira berlebihan
j) Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
k) Marah
l) Menyesal
m) Perasaan takut
n) Khawatir
3) Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Peningkatan keringat
c) Peningkatan ketegangan
d) Terguncang
e) Gemetar/tremor
f) Suara bergeta
4) Parasimpatis
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan TD, nadi
c) Diare
d) Pingsan
e) Keletihan
f) Mual
g) Gangguan tidur
h) Kesemutan pada ekstremitas
i) Sering berkemih
5) Simpatis
a) Anoreksia
b) Mulut kering
c) Wajah kemerahan
d) Jantung berdebar-debar
e) Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan
f) Dilatasi pupil
g) Kesulitan bernapas
h) Kedutan otot
i) Kelemahan
6) Kognitif
a) Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis

16
b) Bloking fikiran
c) Konfusi
d) Penurunan lapang pandang
e) Kesulitan untuk berkonsentrasi
f) Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
g) Keterbatasan kemampuan untuk belajar
h) Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i) Mudah lupa
j) Gangguan perhatian
k) Melamun
l) Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain

c. Faktor yang berhubungan


1) Hubungan keluarga/hereditas
2) Transmisi dan penularan interpersonal
3) Krisis situasi dan maturasi
4) Stress
5) Penyalahgunaan zat
6) Ancaman kematian
7) Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran,
lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola
interaksi
8) Ancaman terhadap konsep diri
9) Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup
yang esensial

Diagnosa 3 : Resiko infeksi (00004)


a. Definisi
Rentan mengalami infasi dan multiplikasi organisme patogenik yang
dapat menganggu kesehatan
b. Faktor resiko
1) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
2) Malnutrisi
3) Obesitas
4) Penyakit kronis
5) Prosedur invasive

17
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
1) Gangguan integritas kulit
2) Gangguan peristalsis
3) Merokok
4) Pecah ketuban dini
5) Pecah ketuban lambat
6) Penurunan kerja siliaris
7) Perubahan pH sekresi
8) Stasis cairan tubuh

Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat


1) Imunosupresi
2) Leukopenia
3) Penurunan hemoglobin
4) Supresi respons inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat

1.5 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri Aku
a. Tujuan dan kriteria hasil
Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1) Mengenali awitan nyeri
2) Menggunakan tindakan pencegahan
3) Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Pengkajian
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan
pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian
b) Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
c) Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan
nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
d) Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan
lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
e) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang
sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien

18
f) Manajemen nyeri:
g) lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
h) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif
2) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat
khusus yang harus diminum, frekuensi, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi
obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.
b) Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada
perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
ditawarkan
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik
atau oploid (resiko ketergantungan atau overdosis)
e) Manajemen nyeri
f) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
g) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi,
distraksi, terapi)
3) Aktivitas kolaboratif
a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate
yang terjadwal (missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau
PCA
b) Manajemen nyeri:
c) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat

19
d) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
4) Perawatan dirumah
a) Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan
dirumah
b) Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan
teknologi yang diperlukan dalam pemberian obat

Diagnosa 2 : Ansietas
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan
sampai sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap
ansietas, diri, koping. Kriteria hasil :
1) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
2) Mempertahankan performa peran
3) Memantau distorsi persepsi
4) Memantau manifestasi perilaku ansietas
5) Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas
b. Intervensi dan Rasional
1) Pengkajian
a) kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien,
termasuk reaksi fisik
b) kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
c) gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak
berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
d) reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan
pengambilan keputusan pasien
2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
a) buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis,
termasuk kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan
pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
b) Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang
tersedia, seperti teman, tetangga, kelompok swabantu,
tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat rekreasi
c) Informasikan tentang gejala ansietas

20
d) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara
serangan panic dan gejala penyakit fisik
e) Penurunan ansietas (NIC);
f) Sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi
dan prognosis
g) Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
h) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya
dialami selama prosedur
3) Aktivitas kolaboratif
Penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan
ansietas jika perlu
4) Aktivitas lain
a) Pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman
b) Beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas
c) Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini,
sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping
yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
d) Sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan
serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan
memperluas fokus
e) Coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi
progresif
f) Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan
iritasi, serta izinkan pasien untuk menangis
g) Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap
empatik secara verbal dan nonverbal secara bergantian
h) Sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak
dengan orang lain
i) Sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas
yang dapat diterima oleh pasien
j) Singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
k) Penurunan ansietas (NIC);

21
l) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
m) Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku
pasien
n) Damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan
mengurangi rasa takut
o) Berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
p) Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
q) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang
mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Resiko Infeksi (00004)


a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……. Risiko
infeksi pada pasien teratasi dengan kriteria hasil :
1) Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan
pengendalian resiko komunitas, penyakit menular, status imun,
keparahan infeksi, keparahan infeksi bayi baru lahir,
pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka primer dan
sekunder.
2) Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut :
a) Tidak pernah
b) Jarang
c) Kadang-kadang
d) Sering
e) Selalu
b. Intervensi keperawatan dan rasional:
1) Kaji adanya tanda-tanda peradangan seperti adanya demam,
bengkak, kemerahan, hangat dan kelemahan fungsi pada area
pemasangan alat invasive
Rasional : Tubuh berespon terhadap adanya infeksi melalui
adanya tanda demam, bengkak, kemerahan, hangat dan
kelemahan fungsi organ
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
Rasional : perubahan tanda vital seperti adanya demam,
peningkatan nadi merupakan salah satu indikasi adanya infeksi

22
3) Kaji adanya pus, baud an keadaan luka
Rasional : Pus merupakan kumpulan dari sel jaringan yang mati
dan leukosit yang merupakan indikasi adanya infeksi pada luka
4) Lakukan perawatan luka, alat invasive secara aseptic dan
antiseptic
Rasional : Luka merupakan sarana yang paling mudah
masuknya kuman dari luar maupun dari dalam. Perawatan luka
yang baik dapat mencegah infeksi pada luka
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic
Rasional : Antibiotik dapat membunuh kuman patogen
penyebab penyakit
6) Lakukan cuci tangan atau hand higene sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
Rasional : Cuci tangan dapat memotong rantai infeksi
7) Jaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tidur pasien
Rasional : Tubuh yang kotor dan lingkungan yang tidak bersih
merupakan media tumbuh kembang patogen
8) Tingkatkan asupan nutrisi pasien, tinggi kalori dan tinggi
protein sesuai indikasi.
Rasional : Nutrisi penting dalam menjaga stamina dan daya
tahan tubuh
9) Gunakan sarung tangan pada saat melakukan tindakan invasive
Rasional : Pengunaan sarung tangan dapat memproteksi diri dari
resiko infeksi nosocomial
10) Observasi hasil laboratorium seperti leukosit
Rasional : Peningkatan leukosit indikasi adanya infeksi
11) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien
tentang pencegahan infeksi
Rasional : Melibatkan keluarga dan pasien dalam
mengantisipasi terjadinya infeksi nosocomia

23
DAFTAR PUSTAKA

Benson C, Ralph. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta.

Doengoes E. Marlynn & Moerhorse, M. F. (2001). Rencana Perawatan Maternal /


Bayi. Jakarta: EGC.

Hacker dan Moore. (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta :
Hipokrates

Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: FKUI

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klarifikasi


2012 – 2014. Jakarta : EGC

NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC – NOC. Jakarta : ECG

Rasjidi, I. Irwanto, Y.Sulistiyanto,H. (2008). Modalitas Deteksi Dini Kanker


Serviks. Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai