Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ABNORMAL UTERINE BLEEDING

A. Pengertian
Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal
merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap
normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal,
berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium
(polip), masalah-masalah serviks atau uterus (leiomioma) atau kanker.
Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson, 2009).
Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal
meruapakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap
normal. AUB ada dua macam, yaitu AUB organik dan AUB nonorganik.

Batasan Perdarahan Uterus Abnormal

Batasan Pola Anbormalitas Perdarahan


Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35
Oligomenorea hari dan disebabkan oleh fase folikuler yang
memanjang.
Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21
Polimenorea
hari dan disebabkan oleh defek fase luteal.
Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval
Menoragia normal ( 21 – 35 hari) namun jumlah darah haid >
80 ml atau > 7 hari.
Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-
Menometroragia siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan
atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).
Metroragia atau Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus
perdarahan antara haid ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit servik,
AKDR, endometritis, polip, mioma submukosa,
hiperplasia endometrium, dan keganasan.
Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum
Bercak intermenstrual ovulasi yang umumnya disebabkan oleh penurunan
kadar estrogen.
Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita
Perdarahan pasca
menopause yang sekurang-kurangnya sudah tidak
menopause
mendapatkan haid selama 12 bulan.
Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya
Perdarahan uterus darah yang sangat banyak dan menyebabkan
abnormal akut gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia atau
renjatan).
Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau
anovulatoir yang tidak berkaitan dengan kehamilan,
Perdarahan uterus
pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi traktus
disfungsi
genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi
sistemik.

B. Etiologi
Faktor-faktor Etiologik :
1. Komplikasi kehamilan
a. Perdarahan implantasi
b. Abortus
c. Kehamilan ektopik
d. Kehamilan mola, penyakit trofoblastik
e. Komplikasi plasenta
f. Vasa previa
g. Hasil konsepsi yang tertahan
h. Subinvolusi uterus setelah kehamilan
2. Infeksi dan Inflamasi
a. Vulvitis
b. Vaginitis
c. Servitis
d. Endometritis
e. Salpingo-oophoritis
3. Hiperplasia dan Neoplasia
a. Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma
botryoides.
b. Serviks: polip, papiloma, karsinoma.
c. Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit
trofoblastik.
d. Miometrium: leiomoima, leiomiosarkoma, miosis stroma
endolimfatik (hemangioperisitoma).
e. Ovarium : tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan
estrogen; tumor-tumor lain atau kista dapat merangsang hormone
stromaovarium.
f. Tuba falopii: karsinoma.
4. Trauma
1. Perdarahan post operatif
2. Laserasi Obstetrik
3. Benda asing dalam vagina
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
5. Endometriosis
6. Adenomiosis
7. Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa
8. Kelainan hematologik atau sistemik
a. Trombositopenia
b. Penyakit Von Willebrand
c. Terapi antikoagulan
d. Koagulasi intravascular diseminata
e. Hipertensi
f. Hipotiroidi (lebih banyak terjadi pada hipotiroidi daripada
hipertiroidi)
g. Leukemia
h. Penyakit hepar

C. Patofisiologi
1. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang
(oligomenorea). Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar,
perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,
maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe
sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai
etiologinya :
a. Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan
kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini
harus dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan
hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan
antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan
pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosa
irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya,
yakni menurut Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan.
Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping
tipe nonsekresi.
b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual
spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya
produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor.
Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal
tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat
pada hari siklus yang bersangkutan.
c. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
d. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
2. Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium.
Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul
perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak
teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan jumlah folikel
yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan
estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-
folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan
dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang
diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan
bersifat anovulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu
dalam kehidupan menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa
pubertas dan masa premenopause.Bila pada masa pubertas kemungkinan
keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan
menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada seorang wanita
dewasa terutama dalam masa premenopasue dengan perdarahan tidak
teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor
ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita
dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit
umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Disamping
itu stress dan pemberian obat penenang juga dapat menyebabkan
perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat sementara.

D. Pathway

stimulasi estrogen dominan, tidak mendapat perimbangan dan


berlangsung terus menerus

proliferasi

penambahan lapisan pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar

pertumbuhan endometrium berlebihan akibat stimulasi estrogen

pelepasan endometrium ireguler

Perdarahan abnormal

Resiko infeksi cemas


nyeri

E. Manifestasi Klinis
AUB dapat dikatakan memiliki manifestasi khusus yaitu kejadiannya
tidak dapat diramalkan dan biasaanya tidak menimbulkan rasa
nyeri,perdarahan dapat sangat banyak berlangsung lama setelah interfal
amenore atau berupa perdarahan yang betul-betul tidak teratur dan timbul
lebih sering.biasanya keadaan ini berhubungan dengan infertilitas
F. Komplikasi
1. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
2. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
3. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketikseimbangan
hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan umum
a. Suhu meningkat menandakan infeksi pelvis
b. Takikardi dan hipotensi nenandakan hipovolemia (perdarahan ekstra
peritoneal atau intra peritoneal), sepsis.
c. Petekiae atau ekimosis menandakan kelainan koagulasi.
2. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi dan palpasi misalnya menunjukkan kehamilan atau iritasi
peritoneum. Uterus yang membesar menandakan adanya kehamilan
ektopik maupun missed abortion, uterus yang lebih besar (dari ukuran
kehamilan bila dilihat dari HPHT) kemungkinan menandakan kehamilan
mola, kehamilan ganda ataupun kehamilan dalam suatu uterus fibroid.
3. Pemeriksaan pelvis
1. Spekulum digunakan untuk memeriksa kuantitas darah dan sumber
perdarahan, laserasi vagina, lesi servik, perdarahan ostium uteri,
benda asing.
2. Bimanual digunakan untuk pemeriksaan patologis.
4. Tes Laborat
Hitung darah lengkap dan apusan darah. Pengukuran pada Hb, HT
menunjukkan adanya perdarahan akut atau kronis dan Leukositosis
dengan pergeseran kekiri pada hitung jenis, peningkatan betuk batang
dan peningkatan leukosit polimorfonuklear biasanya menunjukkan
adanya infeksi.
5. Data Diagnostik Tambahan
a. Biopsi endometrium atau kuretase yang dapat memberikan suatu
diagnosis histologi spesifik.
b. Biopsi vulva, vagina atau serviks, lesi harus dibiopsi kecuali jika lesi
khas untuk penyakit trofoblastik metastatik dan dapat berdarah hebat
bila dibiopsi.
c. Cairan serviks dikirim unutk perwarnaan gram terutama jika
dicurigai adanya infeksi.
d. Tes kehanmilan terhadap hCG. Tes positif kuat mengesankan adanya
jaringan trofoblastik baik intra maupun ekstrauterin.
e. Determinasi serangkaian hematokrit.
f. Tes koagulasi dapat dilakukan bila dicurigai adanya kelainan
koagulasi.
g. Tes fungsi tiroid dapat diindikasikan sewaktu evaluasi lanjutan.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan harus diarahkan kepada diagnosis yang spesifik. Keperluan
untuk segera dirawat di rumah sakit tergantung pada kuantitas kehilangan
darah dan adanya anemia atau hipivolemia. Apabila perdarahan pervaginam
hebat, penanganan daruratnya meliputi cairan intravena, transfuse darah, dan
diagnosis etiologik segera.
Tindakan spesifik yang dapat diindikasikan meliputi :
1. Kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang tertahan.
2. Antibiotika untuk infeksi pelvis.
3. Penamponan vagina atau serviks unutk lesi-lesi serviks maligna.
4. Laparotomi untuk kehamilan ektopik.
5. Penjahitan laserasi vagina.
6. Radiasi untuk lesi-lesi keganasan.
7. Pengeluaran AKDR.
8. Histerektomi untuk leiomiomata.
Penatalaksanaan pembedahan pada perdarahan uterus abnormal

Tindakan Alasan
Histeroskopi operatif Abnormalitas struktur intra uteri.
Mimektomi (abdominal,
Mioma uteri.
laparoskopik,histeroskopik)
Terapi menoragia atau menometroragia
Reseksi endometrial transervikal
resisten.
Terapi menoragia atau menometroragia
Ablasi endometrium (thermal
resisten dalam rangka penatalaksanaan
balloon/roller ball)
perdarahan uterus akut yang resisten
Embolisasi arteri uterine Mioma uteri.
Hiperplasia atipikal, karsinoma
Histerektomi
endometrium.
ASUHAN KEPERAWATAN
ABNORMAL UTERUS BLEEDING

A. Pengkajian
1. Biodata klien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No.
Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan ,Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Alasan MRS
Keluhan utama : mengalami perdarahan yang tidak normal diluar atau
didalam siklus haid.
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid.
4. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan, hasil laboraturium : USG , darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
5. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien
alami.
7. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Pola nutrisi : pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami
penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami
penurunan.
b. Pola istirahat dan tidur : klien mengalami nyeri pada daerah perut
sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
c. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola
berpakaian, tata rias rambut dan wajah
d. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien
dengan disminorre di anjurkan untuk istirahat
e. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
8. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu
b. Head To Toe
1) Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada
luka lesi / lecet
2) Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis /
tidak, apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi
penglihatan nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat
bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva
anemis
3) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu
pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik /
tidak
4) Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak,
apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien
baik / tidak
5) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien,
apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada
peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak,
keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien
berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi,
hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan
kalsium
6) Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
a) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada
oedema / tidak pada daerah genitalia klien, kebersihan
genetalia apakah terjaga atau tidak.
b) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit
baik / tidak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nosokomial.
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam
nyeri pada pasien berkurang dengan kriteria hasil : skala nyeri berkurang,
wajah rileks, tanda – tanda vital normal.
Intervensi :
a) Selidiki keluhan pasien akan nyeri ; perhatikan intensitas (0-10),
lokasi, dan faktor pencetus
b) Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal, misal: tegangan
otot, gelisah.
c) Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh
stress.
d) Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung)
e) Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan
relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
f) Kolaborasi pemberian obat analgetika ( catatan: hindari produk
mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan ) dan
Pemberian Antibiotika
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nosokomial.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam
tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil : Klien tidak mengalami tanda –
tanda infeksi.
Intervensi :
1. Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
2. Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah
perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti penicillin,
gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau
metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler gonovine.
3. Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
4. Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan
elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman
pada pasien yang muntah
5. Pemberian analgetika dan antibiotika.
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam
cemas berkurang dengan kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan
secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang
atau hilang.
Intervensi :
1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada
respon fisiologis
3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut
yang tidak diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan
mekanisme koping yang tepat.

D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan
yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi
yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari pasien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA

Benson C, Ralph. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta

Carpenito, Lynda Juall. 2010. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek

Klinik. Jakarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

NANDA Internasional. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klarifikasi

2012 – 2014. Jakarta : EGC

NANDA. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC – NOC. Jakarta : ECG.
LAPORAN PENDAHULUAN
ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB)
OLEH :
DIAN HARIANI CHANDRA NINGTYAS
P 27220019 197

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai