Anda di halaman 1dari 5

PORTOFOLIO 1

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

Disusun sebagai syarat kelengkapan program dokter internsip oleh :


dr. Bayu Z. Wirasakti

Pendamping :
Kapten Kes dr. Irwan, SpAn, M.Kes
Lettu Kes dr. Anton Aryawan

RSAU dr. Mohammad Sutomo


Kabupaten Kubu Raya
Provinsi Kalimantan Barat
2017
PORTOFOLIO MEDIS

NamaPeserta dr. Bayu Z. Wirasakti

NamaWahana RSAU dr. Mohammad Sutomo, Kab. Kubu Raya

Topik Benigna Prostat Hiperplasia

Tanggal (kasus) 9 Agustus 2017

Nama Pasien Tn. GS No. RM 102899


Kapten Kes dr. Irwan,
SpAn, M.Kes
Tanggal Presentasi 29 Agustus 2017 Nama Pendamping
Lettu Kes dr. Anton
Aryawan
TempatPresentasi RSAU dr. Mohammad Sutomo, Kab. Kubu Raya

OBYEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Ketrampilan o Penyegaran o TinjauanPustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa

o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil


Deskripsi :
Tn. Y, laki-laki, 62 tahun, datang dengan keluhan tidak dapat BAK sejak tadi malam (±12jam SMRS) disertai
rasa nyeri pada perut dan punggung bawah. Sebelumnya mengaku sering susah BAK juga sering mengejan
saat memulai BAK, BAK tidak tuntas, air kencing menetes pasca BAK, dan sering anyang-anyangan serta
frekuensi BAK meningkat beberapa bulan sebelumnya. Riwayat beberapa kali dipasang DC di puskesmas
karena keluhan serupa. Riwayat kencing batu, trauma, dan BAK disertai darah disangkal.
Px Fisik: Vital Sign: TD: 130/80mmHg; N: 86x/menit, rr: 18x/menit, T: 36,2°C. Abdomen: Tampak bulging
pada regio suprapubik. BU (+) Normal, NT (+) suprapubik, H/L/R tak teraba, nyeri ketok -/-. Teraba
pembesaran prostat pada rectal toucher.
o Tujuan :
 Mengetahui penegakan diagnosis yang tepat.
 Mengetahui penanganan kasus secara tepat dan mengantisipasi agar tidak terjadi
kekambuhan dengan merujuk ke bidang yang lebih tinggi untuk penanganan lebih lanjut

BahanBahasan: o TinjauanPustaka o Riset o Kasus o Audit


Cara Membahas: o Diskusi o Presentasi Kasus o Email o Pos

Data Pasien: Nama: Tn. GR Nomor Registrasi:

Nama klinik: IGD Telp: Terdaftar sejak:


DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
KU: tampak kesakitan; regio suprapubik tampak bulging dan nyeri tekan akibat 12 jam urine tertahan di VU
sehingga urine perlu segera dievakuasi; riwayat sering kambuh (ditandai dengan riwayat sering pasang
DC), dan dari RT terdapat pembesaran prostat, yang artinya bila pembesaran prostat tetap dibiarkan,
maka kekambuhan tetap akan sering terjadi. Pemasangan DC tidak berhasil.
2. Riwayat Pengobatan: Beberapa kali dipasang DC di Puskesmas karena keluhan serupa.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :


 Riwayat keluhan serupa sejak beberapa bulan yang lalu (+)
 Riwayat kencing keluar batu atau pasir disangkal
 Riwayat kencing bercampur darah disangkal
 Riwayat kencing nanah disangkal
 Riwayat DM dan darah tinggi disangkal
 Riwayat keganasan disangkal
4. Riwayat keluarga :
 Tidak pernah mengalami keluhan yang serupa
5. Riwayat Pekerjaan :
 Pasien sudah tidak bekerja, dulu bekerja sebagai petani, biaya hidup ditanggung oleh anak
yang bekerja sebagai petani.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan,aktivitas):
 Pasien tinggal di lingkungan pedesaan, tidak bekerja, aktivitas minimal, biaya hidup sehari-hari
ditanggung oleh anak, dan biaya kesehatan ditanggung oleh pemerintah (BPJS)
7. Lain – lain :

 Px Fisik: Vital Sign: TD: 130/80mmHg; N: 86x/menit, rr: 18x/menit, T: 36,2°C.


 Px Status Lokalis:
o Regio Suprapubik:
 Inspeksi: cembung(+), sikatrik (-), warna kulit=warna sekitar
 Palpasi: nyeri tekan (+), massa (-), defans muskular (-)
 Perkusi: redup, nyeri(+)
 Rectal Toucher: tonus spincter ani cukup, ampula recti tidak kolaps, mukosa
licin, massa(-), nyeri tekan(-),
Prostat: konsistensi kenyal, rata, sulcus medianus datar, medio lateralis
sinistra ±3cm,medio lateralis dextra ±3cm, simetris, polus cranialis tidak
teraba, nodul(-), nyeri tekan(-), sarung tangan: feses (+), lendir (-), darah (-)

Px Laboratorium: darah rutin: dalam batas normal; urine rutin: tidak dilakukan

Px Foto Polos Abdomen: batu opak (-)

DATAR PUSTAKA

1. Basuki, Purnomo. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya:


Malang.
2. Hardjowidjoto, S. 2000. Benigna Prostat Hiperplasi. Airlangga University Press: Surabaya.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta.

Hasil Pembelajaran:

1. Diagnosis Retensio Urine suspect causa Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)


2. Perlunya keterampilan klinis dalam mendiagnosis banding retensio urine, apakah karena
batu saluran kemih, striktur uretra, tumor, BPH, ataupun penyebab lain.
3. Perlunya memahami etiologi dan patofisiologi BPH agar dapat mengkaitkan dengan gejala-
gejala yang ditimbulkan akibat BPH agar diagnosis yang tepat dapat ditegakkan.
4. Perlunya melakukan pemeriksaan klinis sederhana untuk mendiagnosis BPH (rectal
toucher) apabila di sarana kesehatan tidak tersedia pemeriksaan penunjang yang memadai.
5. Perlunya evakuasi urine segera untuk mengurangi penderitaan pasien, apabila DC gagal
terpasang, dapat dipikirkan alternatif lain yaitu pungsi suprapubik.
6. Perlunya merujuk ke spesialis Bedah Urologi untuk dilakukan penanganan selanjutnya agar
etiologi retensi urine dapat disingkirkan (dalam hal ini prostatektomi).

SOAP
1. SUBJEKTIF:
Laki-laki, 62 tahun, tidak dapat BAK sejak ±12jam SMRS disertai rasa nyeri pada perut
bawah. Riwayat beberapa kali dipasang DC di puskesmas karena keluhan serupa. Riwayat
sering mengejan saat memulai BAK, BAK tidak tuntas, air kencing menetes pasca BAK, dan
anyang-anyangan atau peningkatan frekuensi BAK beberapa bulan sebelumnya. Riwayat
kencing batu, trauma, dan BAK disertai darah disangkal. Pemasangan DC untuk evakuasi
urine gagal.

2. OBJEKTIF:
Diagnosis BPH ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana sebelum terjadi retensio urin
total, pasien sering menunjukkan gejala prostatismus/LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome),
seperti mengejan bila memulai BAK (hesitensi), BAK tidak puas, tidak tuntas, kencing
menetes, serta peningkatan frekuensi BAK. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan rectal
toucher, dimana ditemukan pembesaran prostat secara simetris, dengan konsistensi kenyal,
tidak nyeri tekan dan tidak berbenjol yang mengindikasikan adanya BPH (bukan keganasan
prostat). Regio suprapubik yang sangat bulging dan keadaan umum pasien yang sangat
kesakitan akibat 12 jam urine tertahan di VU serta kegagalan pemasangan DC
mengindikasikan perlunya dilakukan evakuasi urine segera dengan pungsi suprapubik. Selain
itu, perlu dicari apakah ada komplikasi lain di luar saluran kemih terkait efek hesitensi (sering
mengejan), seperti munculnya hernia dan hemorrhoid. Pada pasien ini, tidak ditemukan.
Sementara itu, hasil laboratorium tidak mengindikasikan adanya infeksi bakterial (AL normal)
yang dapat mengarahkan ke prostatitis atau ISK lainnya. Hasil foto polos abdomen juga tidak
menunjukkan adanya batu opak sebagai penyebab retensio urine. Diagnosis BPH juga dapat
ditunjang dengan pemeriksaan USG, dalam hal ini, dilakukan oleh dokter spesialis bedah.

3. ASSESSMENT :
Semakin tua usia seorang laki-laki, risiko untuk terjadinya BPH semakin meningkat. Beberapa
penjelasan untuk hal ini antara lain: peningkatan kadar 5-α reduktase yang mengubah
testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT). DHT berikatan dengan reseptor-reseptor
androgen prostat, dan berperan dalam aktivasi suatu Growth Factor yang efeknya
merangsang lebih banyak lagi pertumbuhan sel-sel prostat. Selain itu, pada usia tua,
apoptosis pada sel-sel prostat berkurang, sehingga tidak ada keseimbangan antara
proliferasi sel dan apoptosis, akibatnya, jumlah sel prostat semakin bertambah. Pembesaran
prostat pada akhirnya memperkecil diameter uretra, sehingga aliran urin dari ginjal-ureter-
VU menuju uretra terhambat. Hambatan aliran urin berperan besar terhadap peningkatan
tekanan intravesika. Dalam jangka panjang, struktur VU menjadi berubah, seperti munculnya
selula atau divertikel pada dinding VU yang berefek pada ketidakmampuan VU dalam
mengeluarkan urine secara adekuat. Pada kondisi kompensasi, gejala yang biasa ditemukan
pada pasien adalah gelaja LUTS/prostatimus yang telah dijelaskan di atas (Objektif). Namun,
bila VU tidak mampu lagi mengeluarkan urin karena fatigue (fase dekompensasi), terjadilah
retensio urine seperti yang dialami oleh pasien. Terkait simptom, evakuasi urine harus
segera dilakukan, baik dengan DC, metal kateter, ataupun pungsi suprapubik. Evakuasi urine,
selain bertujuan mengurangi penderitaan pasien, juga bertujuan mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut, seperti hidroureter, hidronefrosis, maupun gagal ginjal.
4. PLAN
Diagnosis:
Besar kemungkinan keluhan pada pasien ini disebabkan oleh BPH. Pengobatan
Pengobatan awal ditujukan untuk menghilangkan gejala, dalam hal ini retensio urine. Karena
DC gagal terpasang, maka dilakukan alternatif lain, yaitu dengan pungsi suprapubik.
Sementara itu, untuk pengobatan etiologi, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan.
Medikamentosa dapat dilakukan pada penderita BPH dengan syarat, gejala prostat masih
dalam rentang ringan-sedang. Pengobatan dengan medikamentosa antara lain dengan obat-
obatan golongan penghambat 5-α-reduktase (finasteride selama 6 bulan) atau penghambat
α-adrenergik. Dengan pengobatan, tentunya pasien harus bersabar karena jangka waktu
pengobatan cukup lama. Selain itu, pengobatan tidak menjamin prostat kembali ke ukuran
semula, dan masih ada kemungkinan prostat membesar kembali. Terkait kondisi pasien,
disarankan untuk rujuk ke bidang yang lebih kompeten, yaitu spesialis bedah, untuk
dilakukan prostatektomi.

Pendidikan
Edukasi bertujuan untuk memotivasi pasien menjalani terapi bedah. Karena
berdasarkan anamnesis, pasien lebih memilih hanya diobati kondisi retensio urin-nya
dengan DC berulang. Edukasi juga bertujuan untuk menjelaskan bahwa pemasangan DC
berisiko menyebabkan infeksi saluran kemih dan juga tidak akan menghilangkan gejala
dalam jangka panjang.

Konsultasi
Dijelaskan perlunya konsultasi dengan dokter spesialis penyakit bedah. Hal ini
bertujuan agar pasien dapat memahami kondisinya dari segi bedah. Rujukan Pasien
dimasukkan ke bangsal bedah dengan tujuan pelimpahan wewenang ke pihak yang lebih
kompeten (dokter spesialis bedah). Selain untuk memastikan diagnosis (melihat volume
prostat) dengan dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG transabdominal, juga
bertujuan agar pasien dapat berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis bedah terkait
kondisi penyakitnya dan mendapatkan edukasi tentang tindakan bedah berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai