Van Henrick Grade
Van Henrick Grade
Disusun Oleh :
KELOMPOK : VI (Enam)
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
1. Van henrick Grade?
2. Tanda dan gejala serta perbedaan macam-macam infeksi pada mata?
3. Pemeriksaan pada mata dan interpretasi pada skenario?
4. Prosedur diagnostic pada skenario (Uveitis)?
5. Indikasi, kontraindikasi dan efek samping dari pemberian obat tetes mata?
6. Prosedur rujukan pada penyakit mata yang mengancam jiwa?
7. Faktor resiko dan prognosis dari Retinal vaskular disease dan Makular disease?
8. Rumus refraksi mata?
9. Indikasi dan Kontraindikasi dari bedah laser assisted in situ keratomileusis (LASIK)
?
10. Flare?
11. Terapi Glaukoma?
Jawab :
1. Van Henrick
Merupakan suatu cara untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata depan.
Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik mata
depan, menggunakan sebuah senter atau dengan pengamatan kedalaman bilik mata
depan perifer menggunakan slitlamp. Dengan teknik ini, berkas cahaya langsung
diarahkan ke kornea perifer, menggunakan sinar biru untuk mencegah penyinaran
yang berlebihan dan terjadinya miosis. Pada teknik ini, kedalaman sudut bilik mata
depan (PAC) dibandingkan dengan ketebalan kornea (CT) pada limbus kornea
temporal dengan sinar sudut 60º.
Sumber : Hendarto, N 2009. Kapita Selekte Kedokteran Ed, Revisi. Jakarta. EGC
Sumber : Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ke 4. FK UI. Jakarta
4. Uveitis
anamnesa
- Mata terasa ngeres seperti ada pasir.
- Mata merah disertai air mata.
- Nyeri, baik saat ditekan ataupun digerakkan. Nyeri bertambah
hebat bila telah timbulglaukoma sekunder.
- Fotofobia, penderita menutup mata bila terkena sinar
- Blefarospasme.
- Penglihatan kabur atau menurun ringan, kecuali bila telah terjadi
katarak komplikata, penglihatan akan banyak menurun.
Pemeriksaan fisik didapatkan:
- Kelopak mata edema disertai ptosis ringan.
- Konjungtiva merah, kadang-kadang disertai kemosis.
- Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar
limbus,
dan keratic precipitate.
- Bilik mata depan keruh (flare), disertai adanya hipopion atau hifema
bila
proses sangat akut. Sudut BMD menjadi dangkal bila didapatkan
sinekia.
- Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris
bombans.
Dapat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior.
- Pupil menyempit, bentuk tidak teratur, refleks lambat sampai negatif.
- Lensa keruh, terutama bila telah terjadi katarak komplikata.
- Tekanan intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap
- LED
- Foto Thoraks
- Serologi untuk sifilis
- Toksoplasmosis
Diagnosis Banding
Terapi
- Anterior akut
Pupil harus di dilatasi dengan midriatikum (atropine
Phenylephrine) untuk mencegah terjadinya sinekia. Inflamasi dapat
diatasi dengan kortikosteroid dalam bentuk obat tetes, salep, atau
suntikan subkonjungtiva
- Anterior kronik
Midriatikum dan steroid , glaukoma sekunder diobati dengan
acetazolamide , pembedahan mungkin perlu bila daerah pupil yang
melekat pada lensa cukup luas
- Korodoitis
Obati inflamasi dengan kortikosteroid, bila makula terkena,
merupakan keadaan gawat yang perlu diberikan kortikosteroid
sistemik dosis tinggi, antibiotik harus diberkan bila terdapat infeksi
bakteri, bila terdapat kecurigaan toksoplasmosis, berikan
pyrimethamine
Prognosis
- Bervariasi tergantung pada penyebab dan respon terhadap
pengobatan spesifik
- Pada kira-kira 70% penderita, tidak ditemukan penyebabnya
- Komplikasi serius antara lain sobekan retina , glaukoma sekunder
Dn endoftalmitis
Sumber : Hendarto, N 2009. Kapita Selekte Kedokteran Ed, Revisi. Jakarta. EGC
Sumber : Hendarto, N 2009. Kapita Selekte Kedokteran Ed, Revisi. Jakarta. EGC
6. Standar kompetensi
Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia
Merupakan kondisi mata dimana pada daerah makula yaitu pada daerah pusat
retina mengalami disorientasi (kehilangan panduan). Penyakit ini tidak dapat
disembuhkan dan dapat mengganggu penglihatan. Faktor resiko yaitu:
a) Gender. Menurut beberapa penelitian, wanita memiliki risiko
lebih besar daripada laki-laki.
b) Usia. Meskipun AMD dapat terjadi selama usia paruh baya,
risiko untuk mengembangkan penyakit tersebut meningkat
sebagai orang usia. Penelitian telah menunjukkan bahwa
sementara orang-orang di usia 50-an hanya memiliki risiko 2
persen mengembangkan AMD, yang naik menjadi hampir 30
persen pada orang di atas 75.
c) Studi merokok. Baru-baru ini membuktikan bahwa kebiasaan
merokok merupakan faktor risiko utama untuk degenerasi
macular berkaitan dengan usia.
d) Riwayat keluarga. Orang-orang dengan riwayat keluarga
AMD mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena AMD.
e) Hipertensi dan penyakit kardiovaskular
f) Obesitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas
mungkin terkait dengan perkembangan AMD.
g) Kadar kolesterol darah yang tinggi. Orang dengan kadar
kolesterol darah tinggi mungkin berisiko lebih tinggi untuk
AMD basah.
Prognosis :
Saat ini, tidak ada pengobatan untuk AMD kering. Ini tidak,
bagaimanapun, menunjukkan bahwa pandangan secara otomatis akan hilang,
terutama jika AMD hanya mempengaruhi satu mata. Visi sentral mungkin
akhirnya akan hilang atau berkurang, tetapi umumnya angka kerugian
lambat.
dengan P adalah kekuatan lensa (dalam satuan dioptri), sedangkan PR(miopi) adalah
jarak titik jauh penderita miopi (dalam satuan cm).
Dimana P adalah kekuatan lensa (dalam satuan dioptri), S adalah jarak benda dari
mata (dalam satuan cm), jika tidak disebutkan , S = 25 cm, sedangkan Pp(hyp)
adalah jarak titik dekat penderita hipermetropi (dalam satuan cm)
b. Kontraindikasi
1) Riwayat penyakit Glaukoma
2) Penderita Diabetes Mellitus
3) Mata kering
4) Penyakit autoimun dan penyakit kolagen
5) Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum
stabil
6) Sedang hamil atau menyusui
7) Pasien monokular (pasien dengan penglihatan satu mata)
8) Kelainan retina atau Katarak
9) Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis
Sumber: Purjanto, TU. 2011. Kelainan Refraksi . Bagian Ilmu Penyakit Mata. FK UGM
; Yogyakarta)
10. Flare ?
Flare merupakan daerah kemerahan yang menyebar pada kulit di sekitar tempat
pemberian iritan, akibat reaksi vasomotor.
Sumber : Dorland, W. A. N,. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland, Ed. 28. Jakarta:
EGC
Sumber : Hendarto, N 2009. Kapita Selekte Kedokteran Ed, Revisi. Jakarta. EGC