Pembimbing :
dr. Herman Ghofari Sp. OT (K) Spinal
disusun oleh :
Wan Muhammad Mulkan
030.12.277
LAPORAN KASUS
FRAKTUR SMITH SINISTRA
disusun oleh :
Wan Muhammad Mulkan
030.12.277
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Fraktur smith sinistra”. Penulisan
laporan kasus ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan salah satu tugas
kepaniteraan ilmu klinik Bedah di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo periode 19
Februari 2018 – 28 April 2018. Penulisan laporan kasus ini tidak akan selesai tanpa dukungan
dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
Herman Gafari, Sp.OT (K) Spinal selaku dokter pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan ilmunya untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan demi melengkapi laporan kasus ini. Akhir
kata, semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak dan laporan kasus ini hendaknya
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, profesi, dan masyarakat luas.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 29 Maret
2018 pada pukul 06.00 WIB di bangsal P. Salawati RSAL dr. Mintohardjo
a. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan rujukan dari PKM Gambir mengalami keluhan nyeri pada
pergelangan tangan kiri serta sulit digerakkan
b. Keluhan Tambahan : -
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Os datang ke poli Orthopedi RSAL pada tanggal 14 Maret 2018 dengan
rujukan dari Puskesmas Gambir. Os dirujuk dengan membawa hasil rontgen dari
puskesmas Gambir menunjukkan adanya fraktur os radius sinistra. Setelah
dilakukan anamnesis, pasien mengeluh adanya rasa nyeri pada pergelangan tangan
kiri serta sulit untuk digerakkan. Os mulai merasakan keluhan tersebut setelah
mengalami Kecelakaan Lalu Lintas Tunggal (KLL) pada tanggal 17 Februari 2018
pada pukul 12.30 WIB (4 minggu SMRS) di jalan Tanah Abang.
Dari hasil anamnesis, saat kejadian Os menggunakan sepeda motor matic
sendiri tanpa penumpang dari arah tanah abang menuju ke jalan pemuda dengan
kecepatan ± 40-50 km/j. Lalu os menyenggol trotoar kanan jalan dan jatuh
kesebelah kiri dengan posisi yang pasien tidak ingat kejadiannya seperti apa. Os
2
merasakan pergelangan tangan kiri nyeri saat digerakkan dan membengkak. Os
tidak mengalami pingsan saat kejadian, kepala tidak terbentur, mual muntah serta
pandangan kabur disangkal dan pasien tidak mengalami perdarahan yang keluar dari
hidung atau telinga. Sesaat setelah Os terjatuh, Os masih bisa menggunakan sepeda
motor untuk pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, Os dibawa ke tukang pijat karena merasakan nyeri
pada pergelangan tangan kiri serta dikompres namun tidak ada perbaikan gejala.
Setelah itu pada tanggal 20 Februari 2018 Os dibawa ke Puskesmas Gambir untuk
dilakukan pengobatan dan dberikan obat anti nyeri As. Mefenamat dan
direncanakan untuk dilakukan foto rontgen. Setelah menunggu 3-4 hari untuk
pengambilan hasil rontgen, Os kembali ke Puskesmas Gambir untuk menyerahkan
hasil rontgen tersebut, dan setelah itu pasien dirujuk untuk mendapatkan
penanganan selajutnya di RSAL dr. Mintohardjo.
d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
- Riwayat keluhan yang sama (-)
- Hipertensi (-)
- DM (-)
- Penyakit Paru (-)
- Penyakit Jantung (-)
- Riwayat Alergi (-)
e. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Pasien menyangkal adanya riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, Penyakit
paru dan jantung, dan alergi dalam keluarga.
f. Riwayat Kebiasaan : -
g. Riwayat Pengobatan :
- Konsumsi Asam Mefenamat untuk anti nyeri
3
E : T 36,5°C, vulnus (-)
ii. Secondary Survey :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 74 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Kesan gizi : Normal
Tanda vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
STATUS GENERALIS
1. Kepala : Normocephali, tanda radang pada kulit kepala (-), jejas (-)
o Mata
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya langsung positif pada mata kanan dan kiri,
reflex cahaya tidak langsung positif pada mata kanan dan kiri.
o Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tarik helix : tidak ada nyeri tarik pada helix kanan maupun kiri
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri
o Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas, tidak hiperemis, sekret
tidak ada, tidak ada nyeri tekan
Septum : simetris, tidak ada deviasi
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis tidak edema
o Mulut dan tenggorok
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-geligi : hygiene baik, tidak ada gigi yang tanggal, tidak ada caries
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis, tidak halitosis
4
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
2. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Trakea : di tengah
3. Kelenjar Getah Bening
Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal
4. Thorax
Sela iga tidak melebar, tidak ada efloresensi.
o Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal, tipe pernapasan
abdomino-thorakal
Palpasi : vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronki maupun wheezing pada
kedua lapang paru.
o Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill/fremissment (-)
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : bunyi jantung I & II regular, tidak terdengar gallop maupun murmur
5. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat striae dan kelainan kulit, tidak terdapat pelebaran
vena, jejas (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus positif 3x/menit.
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, maupun
nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negatif
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen.
6. Ekstremitas Atas dan Bawah
5
Inspeksi : Merah, jejas (+) dan deformitas (+) pada region antebrachii, oedem
(+) pada region manus.
Palpasi : Akral hangat pada keempat ekstremitas.
6
Glukosa Darah Sewaktu 120 mg/dL < 200
AST (SGOT) 58 U/I < 35
ALT (SGPT) 151 U/I < 55
Ureum 26 mg/dL 17 – 43
Kreatinin 0.8 mg/dL 0.7 – 1.3
Foto Rontgen Regio Antebrachii Sinistra AP/LAT Pre-OP (20 Februari 2018)
Deskripsi :
o Tampak fraktur tertutup komplit di distal os radius sinistera
o Aligment dan aposisi baik
o Tampak Soft Tissue Swelling region manus
7
Deskripsi:
- Cor : bentuk dan besar baik
- Pulmo :
o Corakan paru baik
o Infiltrat tak tampak
o Sinus dan diafragma baik
o Tulang-tulang dan soft tissue baik
Kesan: Jantung dan paru baik
2.5 RINGKASAN
Pasien Tn. D.C usia 37 tahun datang dengan rujukan dari PKM Gambir mengalami
keluhan nyeri pada pergelangan tangan kiri serta sulit digerakkan setelah jatuh dari motor ± 4
minggu SMRS. Os menggunakan sepeda motor matic sendiri tanpa penumpang dari arah
tanah abang menuju ke jalan pemuda dengan kecepatan ± 40-50 km/j. Lalu os menyenggol
trotoar kanan jalan dan jatuh kesebelah kiri dengan posisi yang pasien tidak ingat kejadiannya
seperti apa. Os merasakan pergelangan tangan kiri nyeri saat digerakkan dan membengkak.
Keluhan pusing, mual dan muntah, penurunan kesadaran disangkal.
Pada pemeriksaan fisik status lokalis region antebrachii didapatkan : deformitas (+),
soft tissue swelling (+), hematom (-), kulit terbuka (-), bone exposure (-), kalor (+), nyeri
tekan (+), krepitasi (-), pulsasi a.radialis (+), pulsasi a.digitalis (+). false movement (+)
functiolaesa (+), flexi (-), extensi, abduksi, adduksi, endorotasi dan eksorotasi terbatas karena
nyeri (+). Pada pemeriksaan Rontgen Antebrachii sinistra didapatkan fraktur tertutup komplit
os radius sinistra dengan alignment dan aposisi baik.
8
berkurang, nyeri konstan yang diperparah dengan gerakan, bengkak, serta deformitas dari
bagian tubuh yang terkait. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan penemuan yang sesuai
dengan fraktur pada status lokalis, yaitu deformitas, soft tissue swelling, kalor, nyeri tekan
,false movement, functiolaesa, dan ROM yang berkurang. Diagnosa ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang berupa Xray bagian tubuh yang dicurigai fraktur, dimana pada kasus
ini adalah region antebrachii sinistra. Xray yang dilakukan pada pasien trauma harus didasari
pada rule of two. Pada Xray ditemukan fraktur tertutup komplit os radius distal sinistra,
sehingga diagnosis fraktur tertutup dapat ditegakkan.
Tatalaksana fraktur dilakukan berdasarkan prosedur dari advanced trauma life
support (ATLS), yaitu primary survey dan secondary survey. Primary survey pada pasien ini
dalam batas normal karena fraktur sudah berlangsung lama (sejak 4 minggu SMRS). Pada
secondary survey didapatkan mekanisme fraktur dan perjalanan penyakitnya. Setelah itu,
pasien dapat dirujuk ke spesialis ortopedi untuk dilakukan tatalaksana definitif. Pasien ini
menjalani terapi alternatif, serta fraktur tidak ditatalaksana secara definitif hingga saat ini.
Tatalaksana dari fraktur tertutup adalah reduksi, baik secara internal maupun eksternal.
Pasien ini mengalami komplikasi permanen akibat fraktur yang berlangsung lama dan
diterapi dengan pengobatan alternatif, serta penggunaan terus menerus, yang mengakibatkan
terjadinya fraktur non union. Fraktur jenis ini sudah tidak dapat direduksi dengan fiksasi
eksternal, sehingga dilakukan fiksasi internal (ORIF). Terapi konservatif yang diberikan
berupa IVFD ringer laktat serta analgesik untuk mengurangi nyeri, yaitu ketorolac 30 mg
3x1. Antibiotik profilaksis diberikan sebelum operasi guna mencegah infeksi. Antibiotik
spektrum luas yang sering dipakai adalah ceftriaxone 2 gram. Pasien juga harus puasa
minimal 6 jam sebelum operasi karena teknik pembiusan yang dipakai adalah bius umum.
2.8 DIAGNOSA
Close Fraktur Distal-end Radius Sinistra (Fraktur Smith Sinistra)
9
o Infus RL : D5% 2 : 1 (1500/24 jam)
o Diet bebas
2.8 PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia
2.9 FOLLOW UP
28 Maret 2018
S Os datang ke poli bedah pro ORIF, nyeri pada pergelangan tangan kiri serta
sulit digerakkan
O KU : CM, tampak sakit ringan
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Jantung : S1S2 reg, M (-), G (-)
Paru : SNV +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Supel, NT (-), BU (+)
Ekstremitas: Akral hangat (++)/(++), deformitas (+) antebrachii sinistra, NT
(+), edema (+)
A Fraktur smith mal-union sinistra pro ORIF
P IVFD Ringer Laktat 20 tpm 1. Pro ORIF tgl 29-3-2018
2. Premedikasi Inj. Ceftriaxone 2
gr
3. Puasa 6 jam (00.00)
29 Maret 2018
S Os mengatakan nyeri post-operasi
10
HR : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Jantung : S1S2 reg, M (-), G (-)
Paru : SNV +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Supel, NT (-), BU (+)
Ekstremitas: Akral hangat (++)/(++), Terpasang perban (+), Oedem (+),
perdarahan (-), rembesan (-)
A Fraktur smith mal-union sinistra post-op ORIF + Bone Graft
P IVFD Ringer Laktat : Dextrose 5% (2 : 1/24 jam)
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ketorolac 3 x 1 amp
Diet bebas
Deskripsi :
o Terpasang Small T-Plate dan 7 Screw pada os radius distal sinista
11
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
12
Batang ulna semakin mengecil kebawah. Ulna memiliki batas interosseus yang tajam
sebelah lateral sebagai perlekatang membran interosseus. Batas posterior berbentuk lingkaran
dan subkutaneus dan dapat dengan mudah dipalpasi keseluruhan panjangnya. Di bawah radial
notch terdapat depresi, fossa supinator, yang memberikan keleluasaan gerak dari tuberositas
bisipital radius. Batas posterior dari fossa ialah tajam dan dikenal sebagai supinator crest,
sebagai origin dari muskulus supinator.1,2
Pada ujung distal ulna, terdapat kaput melingkar, yang berproyeksi dari medial ialah
prosesus stiloideus.1
Gambar 1a. Muskulus dan ligamen penting yang menempel pada radius dan ulna.
13
Isi Ruang Fascial Anterior Lengan Bawah1
Otot : kelompok superficial terdiri atas muskulus pronator teres, flexor carpi radialis,
palmaris longus, dan flexor carpi ulnaris. Kelompok intermedia terdiri atas muskulus
flexor digitorum superficialis. Kelompok profunda terdiri atas muskulus flexor
pollicis longus, flexor digitorum profundus, dan pronator quadratus.
Suplai darah ke otot : arteria ulnaris dan arteria radialis
Persarafan ke otot : semua otot dipersarafi oleh nervus medianus dan cabang-
cabangnya, kecuali muskulus flexor carpi ulnaris dan bagian medial muskulus flexor
digitorum profundus yang dipersarafi oleh nervus ulnaris.
14
Musculus Flexor Carpi Ulnaris
o Origo : caput humerale yang berasal dari tendo bersama melekat pada
epicondylus medialis humeri dan caput ulnare yang berasal dari permukaan
medial prosessus olekranii ulnae dan pinggir posterior ulnae.
o Insertio : kedua caput bersatu untuk membentuk tendo panjang yang
berinsertio pada os pisiforme, hamulus ossis hamati, dan basis os metacarpal
V.
o Persarafan : nervus ulnaris.
o Fungsi : flexio dan adductio tangan pada articulatio radiocarpalis.
15
Muskulus Pronator Quadratus
o Origo : permukaan anterior corpus ulnae
o Insertio : permukaan anterior corpus radii
o Persarafan : ramus interosseus anterior nervi medianus
o Fungsi : pronatio lengan bawah
16
ke distal dan lateral, di bawah muskulus brachioradialis dan terletak pada otot-otot
kelompok profunda lengan bawah. Pada dua per tiga perjalanannya, ramus
superficialis nervi radialis terletak di sebelah lateralnya.2
Pada bagian distal lengan bawah, arteria radialis terletak di permukaan
anterior radius dan hanya ditutupi oleh kulit dan fascia. Di tempat ini, di lateral arteria
radialis terdapat tendo muskuli brachioradialis dan di sebelah medialnya terdapat
tendo muskuli flexor carpi radialis (tempat untuk memeriksa denyut nadi radialis).
Arteria radialis meninggalkan lengan bawah dengan membelok di sekitar pinggir
lateral regio carpalis untuk mencapai permukaan posterior tangan.
Cabang-cabang :
Rami musculare untuk otot-otot di sekitarnya
Rami recurrens ikut serta pada anastomosis di sekitar articulatio cubiti
Ramus palmaris superficialis, yang dipercabangkan tepat di atas regio carpalis,
masuk ke telapak tangan, dan sering bergabung dengan arteria ulnaris untuk
membentuk arcus palmaris superficialis
17
o Ramus cutaneus palmaris. Dipercabangkan di bagian distal lengan bawah dan
didistribusikan ke kulit di sekitar bagian lateral telapak tangan.
Nervus interosseus anterior
Nervus interosseus anterior dipercabangkan dari nervus medianus di tempat
nervus medianus keluar dari antara kedua caput musculus pronator teres. Saraf ini
berjalan ke bawah pada permukaan anterior membrana interosseus, di antara
musculus pollicis longus dan musculus flexor digitorum profundus. Saraf ini berakhir
pada permukaan anterior ossa carpi.
Cabang-cabang :
Rami musculares, untuk musculus flexor pollicis longus, pronator quadratus,
dan setengah bagian lateral flexor digitorum profundus.
Rami articulares, untuk articulatio radiocarpalis dan articulatio radioulnaris
distalis. Saraf ini juga menyarafi sendi-sendi pada tangan.
Nervus ulnaris
Nervus ulnaris berjalan dari dorsal epicondylus medialis humeri, menyilang
ligamentum mediale articulatio cubiti, dan masuk ke bagian depan lengan bawah
dengan berjalan di antara kedua caput musculus flexor carpi ulnaris. Kemudian
berjalan ke distal lengan bawah di antara musculus flexor carpi ulnaris dan musculus
flexor digitorum profundus. Pada dua per tiga distal lengan bawah, arteria ulnaris
terletak di sisi lateral nervus ulnaris. Pada radiocarpalis, nervus ulnaris terletak
superficial di antara tendo musculi flexor carpi ulnaris dan musculus flexor digitorum
superficialis. Nervus ulnaris sampai ke telapak tangan berjalan di depan retinaculum
musculorum flexorum dan lateral terhadap os pissiforme; di sini arteria ulnaris
terletak di lateral nervus ulnaris.
Cabang-cabang :
o Rami musculare, untuk musculus flexor carpi ulnaris dan setengah bagian
medial musculus flexor digitorum profundus.
o Rami articulares, untuk articulatio cubiti
o Ramus cutaneus palmaris, ini merupakan cabang kecil yang keluar pada
pertengahan lengan bawah dan menyarafi kulit di sekitar eminentia
hypothenar
o Ramus cutaneu dorsalis atau posterior. Merupakan cabang besar yang terdapat
pada sepertiga bagian distal lengan bawah. Cabang ini berjalan ke medial di
18
antara tendo musculi flexor carpi ulnaris dan ulna, dan didistribusikan ke
permukaan posterior tangan dan jari.
19
Gambar 3. Sisi anterior antebrachii.
20
Arteri ruang fascial lateral lengan bawah
Arteri yang mengurus ruang ini berasal dari cabang arteria radialis dan arteria brachialis.
21
Persarafan untuk otot : ramus profundus nervi radialis
22
o Insertio : collum dan corpus ulnae
o Persarafan : ramus profundus nervi radialis
o Fungsi : supinatio lengan bawah
Muskulus Abductor Pollicis Longus
o Origo : permukaan posterior corpus radii dan ulnae
o Insertio : basis ossis metacarpi I
o Persarafan : ramus profundus nervi radialis
o Fungsi : abductio dan extentio pollex
Muskulus Ekstensor Pollicis Brevis
o Origo : permukaan posterior corpus radii
o Insertio : basis phalanges proximal pollex
o Persarafan : ramus profundus nervi radialis
o Fungsi : extentio articulatio metacarpophalangea pollex
Muskulus Ekstensor Pollicis Longus
o Origo : permukaan posterior corpus ulnae
o Insertio : basis phalanges distal pollex
o Persarafan : ramus profundus nervi radialis
o Fungsi : extentio phalanges distal pollex
Muskulus Ekstensor Indicis
o Origo : permukaan posterior corpus ulnae
o Insertio : expansi extensor index
o Persarafan : ramus profundus nervi radialis
o Fungsi : extentio articulatio metacarpophalangea index
23
Saraf ruang fascial posterior lengan bawah
Ramus profundus nervi radialis. Ramus profundus nervi radialis dipercabangkan dari
nervus radialis di depan epicondylus lateralis humeri di fossa cubiti. Saraf ini menembus
musculus supinator dan membelok di sekitar permukaan lateral collumn radii di dalam
substansia otot untuk mencapai ruang posterior lengan bawah. Saraf turun di dalam celah di
antara kelompok superficial dan profunda otot-otot. Kadang-kadang saraf ini sampai pada
permukaan posterior articulatio radiocarpalis.
Cabang-cabang :
Rami musculares, untuk musculus extensor carpi radialis brevis dan supinator,
ekstensor digitorum, ekstensor digiti minimi, ekstensor carpi ulnaris, abductor pollicis
longus, ekstensor pollicis brevis, ekstensor pollicis longus dan ekstensor indicis.
Rami articulares untuk sendi pergelangan tangan dan sendi-sendi telapak tangan.
24
Gambar 6. Sisi posterior antebrachii.
CARPAL
Anterior1
Struktur berikut ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum dari
medial ke lateral.
1. Tendo musculus flexor carpi ulnaris, berakhir pada os pisiforme.
2. Nervus ulnaris, terletak lateral terhadap os pisiforme.
3. Arteria ulnaris, terletak lateral terhadap nervus ulnaris.
4. Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris
5. Tendo musculus palmaris longus, berjalan ke insertionya pada retinaculum
musculorum flexorum dan aponeurosis palmaris
6. Ramus cutaneus palmaris nervi medianus
Struktur berikut ini berjalan di bawah retinaculum muscularum flexorum dari medial ke
lateral.
1. Tendo musculus flexor digitorum superficialis, posterior terhadap tendo-tendo ini
terdapat tendo musculi flexor digitorum profundus; kedua kelompok tendo ini
mempunyai sarung sinovial yang sama
2. Nervus medianus
3. Tendo musculus flexor pollicis longus, dibungkus oleh selubung sinovial
25
4. Tendo musculus flexor carpi radialis, terbagi dua di retinaculum musculorum
flexorum. Tendo ini dibungkus oleh selubung sinovial.
Posterior
Struktur berikut ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum extensorum dari
medial ke lateral.
1. Ramus cutaneus dorsalis (posterior) nervi ulnaris
2. Vena basilica
3. Vena cephalica
4. Ramus superficialis nervi radialis
Struktur berikut ini berjalan di bawah retinaculum muscularum extensorum dari medial ke
lateral.
1. Tendo musculus extensor carpi ulnaris
2. Tendo musculus extensor digiti minimi
3. Tendo musculus extensor digitorum dan extensor indicis
4. Tendo musculus extensor pollicis longus
5. Tendi musculus extensor carpi radialis longus dan brevis
6. Tendo musculus abductor pollicis longus dan musculus extensor pollicis brevis
26
Gambar 7. Regio wrist.
ARTICULATIO
Articulatio Cubiti1
Articulatio : terdapat di antara trochlea dan capitulum humeri serta incisura trochlearis
ulnae dan caput radii. Facies articularis ditutupi oleh tulang rawan hyalin.
Tipe : sendi engsel sinovial
Capsula : di anterior, capsula melekat di atas pada humerus sepanjang pinggir atas
fossa coronoidea dan fossa radii, di depan pada epicondylus medialis dan lateralis,
dan di bawah melekat pada pinggir processus coronoideus ulnae dan ligamentum
annulare yang mengelilingi caput radii. Di posterior, capsula melekat ke atas pada
pinggir fossa olecranii dan di bawah melekat pada pinggir atas dan sisi-sisi processus
olecranii ulnae dan ligamentum annulare.
Ligamentum : ligamentum collateral lateral berbentuk segitiga dengan apex melekat
pada processus lateralis humeri, dan dasarnya melekat pada pinggir atas ligamentum
annulare. Ligamentum collateral medial juga berbentuk segitiga dan terdiri atas tiga
27
pita utama yang kuat : pita anterior yang terbentang dari epicondylus medialis humeri
ke pinggir medial prosesus koronoideus, pita posterior yang berjalan dari epicondylus
medialis humeri ke sisi medial olecranon, dan pita transversal yang berjalan di antara
perlekatan ulna dari kedua pita lainnya.
Membrana sinovial : melapisi capsula dan menutupi bantalan lemak pada dasar fossa
coronoidea, fossa radii, dan fossa olecranii; membrana ini berhubungan ke distal
dengan membrana sinovial articulatio radioulnaris proksimal.
Pergerakan
Articulatio cubiti dapat melakukan flexio dan extentio. Flexio dibatasi oleh
bertumbuknya permukaan anterior lengan bawah dan lengan atas. Extentio dibatasi
oleh teregangnya ligamentum anterior dan muskulus brachialis. Flexio dilakukan oleh
muskulus brachialis, biceps brachii, brachioradialis, dan pronator teres. Extentio
dilakukan oleh muskulus triceps brachii dan anconeus.
Articulatio cubiti adalah sendi engsel yang stabil karena bentuk ulir incisura
trochlearis yang sesuai dengan bentuk katrol dari trochlea humeri. Sendi juga
diperkuat oleh ligamentum collaterale mediale dan laterale yang kuat.
28
Tipe : sendi pivot sinovial
Capsula : capsula membungkus sendi tetapi tidak sempurna di bagian atas
Ligamentum : ligamentum anterior dan posterior yang lemah berfungsi memperkuat
capsula
Discus articularis : berbentuk segitiga dan dibentuk oleh fibrokartilago. Apexnya
melekat pada sisi lateral basis prosesus styloideus ulnae dan dasarnya ke pinggir
bawah incisura ulnaris radii. Discus ini memisahkan articulatio radioulnaris distal
dengan articulatio radiocarpalis serta memperkuat hubungan radius dan ulna.
Membrana sinovial : melapisi capsula dan berjalan dari pinggir facies articularis yang
satu ke sisi yang lain.
Persarafan : nervus interosseus anterior dan ramus profundus nervi radialis.
Pergerakan
Pergerakan pronatio dan supinatio lengan bawah meliputi rotatio di sekitar sumbu
vertikal pada articulatio radioulnaris proksimal dan articulatio radioulnaris distal.
Sumbu gerak berjalan dari caput radii di sebelah atas sampai perlekatan apex diskus
articulare triangularis di bawah.
Pada gerakan pronatio, caput radii berputar dalam ligamentum annulare, sementara itu
ujung distal radius beserta tangan bergerak ke depan, incisura ulnaris radii bergerak di
sekitar circumferentia articulare ulnae. Selain itu, ujung distal ulna bergerak ke lateral,
sehingga tangan tetap berada dalam satu garis dengan extremitas superior dan tidak
bergeser ke medial. Pronatio dilakukan oleh musculus pronator teres dan musculus
pronator quadratus. Supinatio dilakukan oleh musculus biceps brachii dan supinator.
Supinatio merupakan gerakan yang lebih kuat daripada pronatio karena kekuatan
muskulus biceps brachii.
Articulatio Radiocarpal
Articulatio : di antara ujung distal radius dan discus articularis di sebelah atas (lekuk
sendi) dengan os scaphoideum, os lunatum, dan os triquetrum di bagian bawah
(kepala sendi).
Tipe : sendi elipsoidea sinovial.
Capsula : capsula membungkus sendi dan di atas melekat pada ujung distal radius dan
ulna dan di bawah melekat pada deretan proximal ossa carpalia.
29
Ligamentum : ligamentum anterior dan posterior yang memperkuat sendi.
Ligamentum mediale melekat pada prosesus styloideus ulnae dan os triquetrum.
Ligamentum laterale melekat pada prosesus styloideus radii dan os scaphoideum.
Membrana sinovial : melapisi capsula dan mekelat pada pinggir-pinggir facies
articularis. Cavum articulatio tidak berhubungan dengan articulatio radioulnaris distal
atau dengan cavum articulare articulatio intercarpalia.
Persarafan : nervus interosseus anterior dan ramus profundus nervi radialis.
Pergerakan
Gerakan-gerakan yang mungkin dilakukan adalah flexio, extentio, abductio, adductio,
dan circumdictio.
Flexio dilakukan oleh muskulus flexor carpi radialis, flexor carpi ulnaris, dan
palmaris longus. Otot-otot tersebut dibantu oleh muskulus flexor digitorum
superficialis, flexor digitorum profundus, dan flexor pollicis longus.
Extentio dilakukan oleh muskulus extensor carpi radialis longus, extensor carpi
radialis brevis, dan extensor carpi ulnaris. Otot-otot ini dibantu oleh muskulus
extensor digitorum, extensor indicis, extensor digiti minimi, dan extensor pollicis
longus.
Abductio dilakukan oleh muskulus flexor carpi radialis, extensor carpi radialis longis
dan extensor carpi radialis brevis. Otot-otot ini dibantu oleh muskulus abduktor
pollicis longus, extensor pollicis longus, dan extensor pollicis brevis.
Adductio dilakukan oleh muskuli flexor dan extensor carpi ulnaris.
30
1. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).
2. Ligamentum Carpaeum dorsale.
3. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.
4. Ligamentum Collateral.
Sendi radioulnar distal adalah sendi antara ‘cavum sigmoid radius’ (yang terletak
pada bagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat ‘fibrocartilago
triangular’ dengan basis melekat pada permukaaan inferior radius dan puncaknya pada
prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah, di
mana dalam keadaan normal gerakan ini membutuhkan kedudukan sumbu sendi radioulnar
proksimal dan distal dalam keadaan ‘coaxial’.2
Adapun nilai maksimal rata-rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai
berikut :
1. Pronasi = 80 - 90ᵒ
2. Supinasi = 80 - 90ᵒ
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup
sendi ini, siku harus dalam posisi fleksi 90ᵒ sehingga mencegah gerakan rotasi pada
humerus.5,6
Sendi Radiocarpalia merupakan suatu persendian yang kompleks, dibentuk oleh
radius distal dan tulang carpalia ( os navikulare dan lunatum ) yang terdiri dari ‘inner dan
outer facet’.
Dengan adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah volar, dorsal, radial dan
ulnar secara sirkumdiksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin karena bentuk permukaan
sendi ellips. Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan adalah sebagai berikut :
1. Fleksi dorsal = 50 – 80ᵒ
2. Fleksi volar/palmar = 60 – 85ᵒ
3. Deviasi radial = 15 - 29ᵒ
4. Deviasi ulnar = 30 - 46ᵒ
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup
sendi ini dilakukan dengan memakai goniometer, dalam posisi pronasi secara normal sendi
radio carpalia ini mempunyai sudut 1 – 23ᵒ ke arah palmar polar, jadi fraktur yang mengarah
pada volar akan mempunyai prognosa baik.2,7,5
3.3 Definisi
Secara umum yang dimaksud dengan fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas
struktur tulang. 8 Sedangkan fraktur lengan bawah adalah fraktur yang dapat terjadi di dekat
31
pergelangan tangan di ujung tulang belakang yang paling jauh (distal), di tengah lengan
bawah, atau di dekat siku di ujung atas (proksimal) tulang.9
Fraktur radius distal adalah fraktur paling umum yang terlihat di bagian gawat
darurat; fraktur ini mewakili sekitar 3% dari semua luka ekstremitas atas, dengan kejadian
lebih dari 640.000 setiap tahun di Amerika Serikat saja.10
3.4 Etiologi
Secara umum, fraktur dapat disebabkan oleh 3 mekanisme umum yaitu: Trauma,
Pemakaian Berlebih (stress fracture), atau Fraktur Patologis.
a. Trauma
Kebanyakan fraktur terjadi karena hantaman gaya yang tiba-tiba dan terlalu besar,
walaupun dapat secara langsung maupun tidak. Pada gaya langsung, tulang retak pada
titik hantaman; jaringan lunak juga terkena dampaknya. Hantaman langsung biasanya
membagi tulang secara transversal atau membuat retak seperti fragmen “butterfly”.
Pada gaya tidak langsung, tulang retak pada jarak dari dimana hantaman tersebut
terjadi, kebanyakan fraktur terjadi karena kombinasi gaya tersebut.8
b. Stress Fracture
Tipe fraktur ini terjadi sebagai akibat dari berulangnya aktivitas berat pada tulang
tersebut. Contoh yang paling umum ditemukan pada atlet, penari, atau personel
militer. Aktivitas berat ini membuat deformasi yang menstimulus terjadinya
remodeling, sehingga apabila dilakukan terus menerus, maka resorpsi akan menjadi
lebih cepat daripada replacement sehingga daerah tersebut lebih rentan terjadi fraktur.
32
Kondisi ini juga ditemukan pada individu dalam pengobatan suatu penyakit inflamasi
kronis.10
c. Fraktur Patologis
Fraktur yang disebabkan oleh pelemahan struktur tulang atau lesi seperti
osteomalacia, osteoporosis dan defisiensi vitamin D.11
33
Gambar 2. Klasifikasi Frykman
Klasifikasi Melone terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe I terjadi pergeseran minimal, tipe II
pergeseran carpal, tipe III spike volar, dan tipe IV rotasi fragmen volar.3
Klasifikasi AO terdiri dari 3 tipe, yaitu tipe A fraktur distal radius yang tidak
melibatkan permukaan intra-artikular, tipe B fraktur radius yang melibatkan permukaan
articular, dan tipe C fraktur distal radius yang melibatkan kerusakan komplit permukaa
artikuar. Dari masing-masing tipe dibagi lagi menjadi subtype lainnya seperti pada gambar
berikut :4
34
Gambar 4. Klasifikasi AO
35
Gambar 5. Mekanisme fraktur colles
Kelainan klinis yang khas dari fraktur colles sering disebut sebagai “dinner-fork
deformity”, dengan penonjolan punggung tangan dan depresi didepan.13
Diagnosa
Diagnosa fraktur colles didapatkan fraktur radius melintang pada sambungan
kortikokanselosa dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius bergeser dan
36
miring ke belakang, bergeser dan miring ke radial, dan terimpaksi. Kadang-kadang fragmen
distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat.2
Fraktur Colles terdiri atas :15
Fraktur radius 1 inci di atas sendi pergelangan tangan
Angulasi dorsal fragmen distal
Pergeseran ke dorsal dari fragmen distal
Fraktur prosesus stiloideus ulna
Tatalaksana
Fraktur tanpa pergeseran diobati dengan pemasangan gips sirkuler di bawah siku,
lengan bawah dalam keadaan pronasi, deviasi ulna serta fleksi. Pada fraktur dengan
pergeseran fragmen dilakukan reposisi dengan pembiusan umum atau lokal. Imobilisasi
dengan gips dilakukan selama enam minggu dan dilanjutkan dengan fisioterapi yang
intensif.15
Reduksi tertutup dan immobilisasi dapat dilakukan dengan syarat : kemiringan palmar
(palmar tilt) < 10o, pemendekan radial < 2 mm, perubahan angle radial < 5 mm, dan artikular
step-off < 1-2 mm.4
Komplikasi
Atrofi Sudeck
Trauma nervus medianus
Ruptur tendo ekstensor polisis longus
Malunion
Gangguan pergerakan sekitar sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi, fleksi
palmar, pergerakan serta ekstensi14
Malunion sering memberikan gangguan nyeri. Untuk menanggulangi nyeri dapat dilakukan :
Prosedur Baldwin, yaitu eksisi 2 cm distal ulna serta periost (operasi Darroch)
Osteotomi radius
Fraktur Smith
Selain fraktur colles, fraktur pada pergelangan tangan yang paling sering adalah
fraktur smith, yang kadang-kadang secara akurat disebut sebagai fraktur "reverse colles".
Fraktur smith ialah fraktur dari distal-end radius dengan fragmen distal bergeser kearah volar.
Fraktur smith terjadi terutama pada pria muda (tersering) dan wanita tua, dimana fraktur ini
37
adalah cedera pronasi, yang disebabkan oleh jatuh atau pukulan di bagian belakang
pergelangan tangan yang tertekuk.13
Pasien dengan fraktur smith sering didapatkan deformitas yang dinamakan garden-
spade deformity.4
Diagnosis
Pada foto rontgen, didapatkan fraktur pada metafisis radius distal. Foto lateral
menunjukkan bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior (sangat berlawanan
dengan fraktur Colles).2
Tatalaksana
38
Reduksi dengan posisi supinasi dari pergelangan tangan, namun biasanya diperlukan reduksi
terbuka dengan internal fiksasi. Imobilisasi dalam gips sampai dengan atas siku dalam posisi
supinasi diperlukan selama 6 minggu.
Tatalaksana tergantung dari tipe fraktur, stabilitas, dan kemampuan untuk reduksi fraktur.
Sebagian besar kasus dapat dilakukan reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips.
Apabila fraktur dapat direduksi namun tidak stabil, atau tidak dapat direduksi, maka
diperlukan fiksasi operatif.2
Komplikasi
Malunion, dengan pergeseran volar residual, dapat menyebabkan deformitas kosmetik yang
disebut sebagai Garden Spade Deformity. Dapat juga menekan carpal tunnel, yang
menyebabkan carpal tunnel syndrome.13
39
tulang yang masih tersusun atas jaringan fibrosa dan belum mengalami
mineralisasi/ tulang primer (woven) sehingga masih relatif lunak.
Konsolidasi/ Pembentukan Kallus Keras
Aktivitas osteoblastik dan osteoklastik terus terjadi sehingga mulai terbentuk
tulang lamellar/ tulang sekunder yang terus mengalami mineralisasi/ kalsifikasi.
Hubungan antarfragmen tulang saat ini sudah menjadi rigid, namun masih belum
cukup kuat untuk menerima beban secara normal hingga beberapa bulan.
Remodeling
Pada tahap ini, antarfragmen tulang telah dijembatani oleh tulang yang solid. Dalam
waktu beberapa bulan-tahun berikutnya akan terjadi resorbsi pada tulang yang mengalami
penyembuhan sehingga menjadi lebih ‘rapi’. Medulla osseum sudah terbentuk dan kekuatan
tulang berangsur kembali normal.17
40
dipastikan akan terjadi abnormalitas pemulihan fraktur. Berikut ini kondisi perbaikan/ repair
fraktur yang dapat terjadi:16
Union
Union merupakan kondisi perbaikan fraktur di mana kallus telah terbentuk. Apabila
berjalan normal, kallus akan mengalami konsolidasi dan akhirnya akan mengalami
remodeling.
Non-Union16
Non-union merupakan suatu kondisi di mana proses perbaikan tulang tidak terjadi
sehingga sama sekali tidak terjadi penyatuan fragmen tulang. Non-union dapat terjadi
karena tarikan fragmen, gerak berlebihan pada garis fraktur, cedera berat yang
merusak jaringan sekitar, kurangnya vaskularisasi dan gangguan mikrovaskular (misal
penderita DM), dan karena adanya infeksi.
Mal-Union16
41
Mal-union merupakan suatu kondisi di mana telah terjadi proses pembentukan kallus
pada awal union, namun proses penyembuhan tidak berjalan normal sehingga jaringan
kallus tidak mengalami konsolidasi lebih lanjut. Mal-union paling sering ditandai oleh
terbentuknya persendian dari kallus lunak antara kedua fragmen fraktur.
(pseudoarthrosis) atau penyatuan tulang yang tidak tepat posisinya.
3.8 Diagnosis
Anamnesis untuk pasien dengan kecurigaan fraktur yang utama adalah riwayat trauma.
Perlu diketahui posisi dan mekanisme trauma yang terjadi untuk memperkirakan
keparahannya. Usia pasien dan riwayat trauma lampau juga perlu ditanyakan untuk
memastikan faktor resiko. Keluhan pasien yang sering adalah nyeri, bengkak, memar, dan
deformitas. Keluhan lain yang mungkin adalah sesak napas, kulit yang menjadi dingin dan
pucat, dan BAK bercampur darah pada trauma pelvis. Apabila terjadi trauma/ fraktur tulang
tengkorak, keluhan dapat mengarah ke nyeri kepala atau defisit neurologis. Apabila terdapat
perdarahan yang masif dapat ditemukan keluhan lemas atau syok.15
Dalam pemeriksaan terhadap pasien, awalnya tetap harus dilakukan prinsip manajemen
trauma ABC (airway, breathing, circulation, c-spine control). Setelah dipastikan, dapat
dilakukan pemeriksaan pemeriksaan lokal. Pemeriksaan lokal ortopedi meliputi:15
a. Look
Pemeriksa mengamati adanya tanda-tanda bengkak, memar, deformitas, dan tanda
keutuhan kulit untuk menentukan adanya fraktur terbuka. Selain itu perlu diamati kondisi
kulit (adanya pucat atau membiru) terutama di bagian distal ekstremitas yang mengalami
masalah untuk menilai adanya gejala kerusakan syaraf dan gangguan vaskular.
b. Feel
42
Pemeriksa melakukan palpasi pada bagian yang mengalami cedera dan sekitarnya secara
hati-hati untuk menentukan tanda-tanda seperti nyeri tekan. Selain itu dilakukan palpasi
nadi dan juga memeriksa sensibilitas kulit di bagian distal bagian yang cedera untuk
memastikan fungsi syaraf dan perfusi jaringan.
c. Move
Pemeriksa dapat membuat gerakan secara hati-hati untuk menilai adanya gerakan
abnormal dan krepitasi. Hal tersebut kurang nyaman bagi pasien karena akan memicu
nyeri. Pasien diminta untuk menggerakkan bagian distal dari cedera untuk menilai
gangguan fungsi syaraf.
Pemeriksaan selanjutnya yang diperlukan adalah pencitraan/ radiologi. Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan antara lain adalah foto x-ray polos, CT-Scan, hingga MRI.
Akan tetapi foto x-ray polos sudah cukup untuk memastikan diagnosis pada sebagian besar
kasus. Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengankecurigaan
trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupunbeberapa diantaranya sangat
rentan.Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :
Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau
menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada frakturminor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view. Posisi
ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi lengan
bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar datang dari arah depan
sehingga disebut AP (Antero-Posterior).12
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk menilai
sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP bertujuan untuk menilai
kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi
distal radius pada posisi normal volar (posisi anatomis).13
Terdapat tiga pengukuran radiologi yang sering dipakai untuk melakukan evaluasi
radiologis dari distal radius. Pengukuran dilakukan dengan mengacu kepada axis longitudinal
dari radius. Pada foto AP dan lateral, garis ini ditentukan sebagai garis yang menghubungkan
dua titik pada jarak 3 cm dan 6 cm proksimal dari permukaan sendi yang terletak di garis
tengah. Ketiga pengukuran tersebut terdiri dari :
1. Volar Angle / Dorsal Angle
43
Diukur dari foto lateral, merupakan sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
tepi dorsal dan tepi volar radius dengan garis yang tegak lurus pada axis longitudinal :
Nilai rata-rata : 11 – 120
Range : 1 – 210
Standar deviasi : 4,3
2. Radial Angle / Radial Inklinasi
Diukur dari foto antero posterior (AP), merupakan sudut yang dibentuk antara garis yang
menghubungkan ujung radial styloid dengan sudut ulnar dari distal radius dengan garis
yang tegak lurus pada axis longitudinal :
Nilai rata-rata : 230
Range : 13 – 300
Standar deviasi : 2,2
3. Radial Length
Diukur dari foto AP, merupakan jarak antara dua garis yang tegak lurus pada axis
longitudinal, garis pertama melalui tepi ujung dari radial styloid, garis kedua merupakan
garis yang melalui permukaan sendi ulna :
Nilai rata-rata : 12 mm
Range : 8 – 18 mm
Standar deviasi : 2,3
Skema Volar Angle, Radial Angle dan Radial Length
44
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat padafraktur radius dan ulna :
a. Fraktur Kaput Radius
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampirtidak pernah
ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyerisaat lengan bawah
dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberipetunjuk
untuk mendiagnosisnya.12
b. Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan
mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak
atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada
leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini
kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi.
Fraktur Diafisis Radius : Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan sinar-X
Fraktur Distal Radius : Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
1. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi
kearah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur
iniakibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam
keadaanpronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan
tangan bagiandorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi
daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan
tanda yangmencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris,
yang sering terjadi.
45
Gambar 12. Fraktur Galleazi
2. Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular.
Fragmendistal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan
gambaran deformitas “dinner-fork deformity” . Kemungkinan dapat disertai
dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna.2
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan
angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke
radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid
ulna. Fraktur colles dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga
dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran
posterior dari fragmen distal.1,6
3. Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan
tangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal
dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan
diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas “garden-
46
spade deformity”
Berikut rule of two yang merupakan syarat suatu foto x-ray baik/ adekuat untuk
mendiagnosis fraktur:
a. Two Views
Fraktur atau dislokasi dapat tidak nampak pada satu proyeksi foto. Maka dari itu
seharusnya dilakukan foto dengan setidaknya 2 proyeksi, yakni anteroposterior dan lateral.
b. Two Joints
Pada angulasi, bisa jadi tulang lain juga mengalami fraktur atau dislokasi. Maka dari itu
diperlukan foto x-ray yang setidaknya meliputi 1 sendi di bagian proksimal dan 1 sendi di
bagian distal deformitas yang diperiksa.
c. Two Limbs
Gambaran lempeng epifisis yang belum menutup pada anak-anak dapat membingungkan.
Maka dari itu pemeriksaan x-ray sebaiknya dilakukan pada dua ekstremitas sebagai
perbandingan.
47
d. Two Injuries
Cedera dengan kekuatan yang besar bisa jadi tidak mencederai satu tulang saja. Maka dari
itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan x-ray pada tulang lain (misal cedera parah pada
femur sebaiknya juga memeriksa coxae dan sakrum).
e. Two Occasions
Beberapa jenis fraktur biasanya sulit dideteksi pada awal cedera, justru menjadi jelas
setelah beberapa minggu. Misalnya pada fraktur undisplaced dan fraktur pada garis
epifiseal.
CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan
menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,burst fraktur atau fraktur
dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma
jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya pendarahan.
48
3.7 Tatalaksana Fraktur Tertutup
Pada periode akut setelah terjadi kecelakaan, tindakan yang harus dilakukan adalah
mempertahankan jalan nafas, mengatasi perdarahan dan memperbaiki sirkulasi darah serta
cairan tubuh. Survey awal digunakan untuk melihat kondisi sistemik pasien dan prioritas
perawatan pasien berdasarkan luka, tanda-tanda vital, dan mekanisme terjadinya luka.8,2
A. Airway maintenance with cervical spine control/protection
1. Memeriksa patensi jalan nafas, lakukan suction atau pasang guedel jika terindikasi
2. Evaluasi apakah terdapat suara nafas abnormal
3. Lakukan cervical spine control/protection
B. Breathing and adequate ventilation
1. Memeriksa laju nafas look, listen, feel
2. Berikan oksigen nasal kanul 3 lpm
C. Circulation with control of hemorrhage
1. Memeriksa nadi, tekanan darah, capillary refill time
2. Menemukan dan menangani sumber perdarahan
3. Pasang 2 jalur intravena large bore
D. Disability: neurologic examination
1. Status neurologis evaluasi glasgow coma scale (GCS), pupil
E. Exposure/ enviromental control
1. Membuka pakaian
2. Log roll
3. Menjaga suhu tubuh
Selain tatalaksana akut, tindakan konservatif yang dapat dilakukan berupa: 8,2
1. Tetanus profilaksis (jika terindikasi)
2. Antibiotik (jika fraktur terbuka)
3. Manajemen nyeri (NSAID atau Opioid)
Tatalaksana khusus
Reduction
Reduction memiliki tujuan dalam penyembuhan fraktur seperti aposisi yang adekuat dari
fraktur dan fragmen tulang yang sejajar. Akan tetapi, terdapat beberapa kasus fraktur dimana
reduksi tidak dilakukan seperti apabila tidak ada/ sedikit perpindahan posisi dari tulang dan
apabila reduksi sulit dilakukan (fraktur kompresi pada vertebra). Terdapat 2 jenis reduksi
yaitu tertutup (closed reduction) dan terbuka (open reduction).18
49
a) Closed Reduction
Reduksi tertutup digunakan pada fraktur yang sedikit malposisi, pada kebanyakan fraktur
di anak-anak, dan pada fraktur yang cukup stabil. Setelah dilakukan reduksi tertutup,
dapat dilakukan splint atau cast. Fraktur yang tidak stabil dapat pula dilakukan reduksi
tertutup ditambah dengan stabilisasi menggunakan fiksasi internal atau eksternal. Hal ini
dapat dilakukan guna mengurangi proses invasif yang dimiliki reduksi terbuka. Traksi
juga dapat dilakukan untuk mengurangi ligamentosis, menggunakan papan fraktur, atau
bone distractor. 18,19
b) Open Reduction
Indikasi dari reduksi terbuka adalah: 18,19
- Reduksi tertutup gagal, dapat dikarenakan sulit dalam mengontrol fragmen, atau
karena terdapat jaringan lunak diantara fragmen
- Terdapat Fragmen Artikular besar yang membutuhkan koreksi posisi akurat
- Pada fraktur avulsi
Hold Reduction
Prinsip dari hold reduction adalah membuat daerah yang mengalami fraktur tidak dapat
bergerak bebas. Sehingga digunakan beberapa metode untuk mencapai hal tersebut. Metode
yang digunakan pada hold reduction adalah: 18,19
- Continous Traction
- Cast Splintage
- Functional Bracing
- Internal Fixation
- External Fixation
a) Continous Traction
Traksi dilakukan pada bagian distal dari ekstremitas yang mengalami fraktur. Traksi tidak
dapat menahan fraktur karena dapat menarik tulang ke distal, sehingga posisi yang akurat
kadang sulit didapat, sementara pasien dapat menggerakkan sendi dan otot. Traksi
dianggap cukup aman, namun memiliki kelamahan yaitu lamanya proses penyembuhan,
lama yang dimaksud bukanlah proses penyatuan tulang, tetapi lamanya pasien di rumah
sakit, karena untuk memastikan bahwa traksi tetap. Apabila fraktur sudah dianggap
menempel, maka traksi dapa digantikan dengan bracing. Contoh dari traksi: 18,19
50
- Traksi dengan Gravitasi: dilakukan pada trauma ekstremitas atas
- Skin Traction: Dilakukan apabila beban <5 kg
- Skeletal Traction: Dimasukkan pin pada bagian distal fraktur, biasanya pada
ekstremitas bawah
- Fixed Traction
- Balanced Traction
- Combined Traction
b) Cast Splintage
Sampai saat ini, Plaster masih digunakan sebagai sebagai splint, terutama untuk fraktur
ekstremitas bawah dan fraktur pada anak-anak. Komplikasi dari teknik ini adalah
pemasangan cast yang terlalu kencang, nyeri karena tekanan cast, laserasi pada kulit
karena cast, dan pemasangan cast yang longgar.18
c) Functional Bracing
Functional bracing dapat menggunakan plaster atau materi termoplastik yang lebih
ringan. Bagian dari cast dilakukan hanya pada bagian tulang yang mengalami fraktur,
sehingga meninggalkan sendi bebas dan segmen antara cast dibuat menyatu dengan metal
atau plastik. Teknik ini membuat splint lebih fungsional bagi pergerakan sendi karena
sendi lebih dapat bergerak bebas. Functional bracing biasa digunakan pada fraktur femur
atau tibia, tetapi karena brace tidak terlalu kokoh, maka biasa dilakukan pada fraktur yang
sudah akan menyatu (3-6 minggu setelah traksi atau plaster). 4 hal yang perlu
diperhatikan pada pemasangan functional bracing:18
- Held: Fraktur dapat ditahan dengan baik oleh bracing
- Moved: Sendi dapat digerakkan
- Speed: Waktu penyembuhan fraktur dalam waktu normal/ lebih cepat
- Safe: Tanpa membuat pasien di rumah sakit dan metode dirasa cukup aman
51
d) Internal Fixation
Fragmen tulang dapat difiksasi menggunakan sekrup, plat besi yang ditahan
menggunakan sekrup, long intramedullary rod (nail), circumferential bands, atau
kombinasi diantaranya. Terdapat 4 karakteristik yang dimiliki oleh metode ini yaitu hold,
speed, move, dan safety, dengan safety sebagai komponen yang paling lemah diantara
yang lain. Indikasi dari teknik ini adalah:18
- Fraktur tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi
- Fraktur tidak stabil dan rentan malposisi apabila direduksi
- Fraktur lama menyatu
- Fraktur patologis
- Fraktur multipel
- Fraktur pada pasien dengan perhatian lebih
Jenis dari fiksasi internal adalah:
- Interfragmentary screws
- Wires transfixing, cerclage, tension-band
- Plates and screws
Fungsi dari plates:
o Neutralization
o Compression
o Buttressing
o Tension-band
o Anti-glide
- Intramedullary nails
Komplikasi dari Fiksasi Internal adalah:
- Infeksi: Infeksi iatrogenik menjadi penyebab utama osteomyelitis
- Non-Union: Penyatuan antara frgmen tulang tidak cukup kuat
- Implant Failure: Dikarenakan aktivitas yang cukup berat dilakukan oleh
penderita
- Refracture: Pengambilan kembali implan yang terlalu cepat dapat
meningkatkan risiko fraktur berulang
e) External Fixation
Indikasi dari fiksasi eksternal adalah:18
- Fraktur diikuti dengan trauma jaringan lunak yang berat
52
- Pasien dengan trauma multipel
- Fraktur yang tidak dapat menyatu
- Fraktur yang sudah infeksi
Komplikasi dari fiksasi eksternal adalah:
- Kerusakan pada struktur jaringan lunak
- Overdistraction
- Infeksi pada tempat pin
Exercise
Setelah pasien diterapi untuk menyembuhkan fraktur, tidak lupa dilakukan pengembalian
fungsi ekstremitas seperti sebelumnya. Fungsi dari latihan adalah mengurangi edema, melatih
pergerakan sendi, mengembalikan kekuatan otot, dan memandu pasien kembali ke aktivitas
sehari-hari. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan merupakan komponen dari latihan
adalah: 18
- Pencegahan edema
- Elevasi
- Latihan aktif
- Bantuan pergerakan kembali
- Aktivitas fungsional
3.9 Komplikasi Fraktur
Komplikasi awal:18
Cedera visceral
Fraktur di sekitar dada dapat menimbulkan komplikasi pada organ visceral seperti
pneumothorax pada paru. Kerusakan ini membutuhkan penanganan segera.
Cedera vaskuler
Fraktur dapat menyebabkan kerusakan pada arteri mayor, terutama pada fraktur lutut dan
siku, serta caput humeri dan caput femoris.
Cedera saraf
Cedera saraf cukup banyak kejadiannya pada fraktur jumerus atau cedera sekitar siku dan
sendi. Cedera saraf yang dapat terjadi:
- Cedera saraf tertuutup
- Cedera saraf terbuka
- Kompresi saraf akut
53
Compartment Syndrome
Fraktur pada lengan atau kaki dapat menimbulkan iskemik, walaupun tidak terdapat
kerusakan pada pembuluh darah besar. Pendarahan, edema, dan inflamasi dapat terjadi
dengan peningkatan tekanan dalam salah satu kompartemen osseofacial; penurunan aliran
darah kapiler dapat menimbulkan iskemik pada otot, sehingga menjadi edema, hal yang
berulang selama 12 jam dapat menimbulkan nekrosis dari saraf dan otot. Cedera yang
memiliki kemungkinan besar mengalami komplikasi ini adalah fraktur pada siku,
pergelangan tangan, proksimal tibia, dan fraktur multiple. 5 karakteristik dari iskemik
adalah 5P:
- Pain
- Paresthesia
- Pallor
- Paralysis
- Pulselessness
Haemarthrosis
Fraktur yang melibatkan sendi dapat menimbulkan haemarthrosis akut.
Infeksi
Fraktur terbuka dapat menimbulkan infeksi.
Gas Gangrene
Luka kotor dengan jaringan otot yang mengalami nekrosis yang telah ditutup tanpa
debridement yang adekuat dapat menimbulkan komplikasi ini karena daerah yang
anaerob ini menjadi media bagi pertumbuhan kuman Clostridium. Gejala klinis yang
ditimbulkan dapat berlangsung 24 jam setelah cedera seperti; nyeri dan bengkak pada
daerah luka, serta keluar cairan kecoklatan dan tercium gas. Apabila tidak ditangani
secara cepat, pasien dapat mengalami toxaemia dan manimbulkan kematian.
Komplikasi Lanjut:18
Delayed Union
Terdapat 3 faktor yang menyebabkan fraktur yang telat menyatu yaitu:
- Biological
o Aliran darah yang inadekuat
o Kerusakan hebat jaringan lunak
o Pengelupasan jaringan periosteum
54
- Biomechanical
o Splinting yang tidak sempurna
o Fiksasi yang terlalu kaku
o Infeksi
- Patient-Related
o Immense
o Immoderate
o Immovable
o Impossible
Non-Union
Komplikasi ini merupakan lanjutan dari fraktur yang telat menyatu. Pada kasus fraktur
yang gagal menyatu, perlu ditanyakan 4 pertanyaan dengan akronim CASS:20
- Contact (apakah terdapat cukup kontak antara fragmen tulang?)
- Alignment (apakah fraktur diselaraskan secara baik?)
- Stability (apakah fraktur disanggah dengan penyangga yang cukup?)
- Stimulation (apakah fraktur cukup ‘dirangsang’?)
Disamping keempat pertanyaan tersebut, terdapat pula faktor berdasarkan pasien itu
sendiri seperti:
- Jaringan lunak sekitar yang buruk
- Infeksi lokal
- Ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang
- Immunosupresif
Malunion
Komplikasi ini terjadi apabila fragmen tulang menyatu pada posisi yang tidak seharusnya
(angulation, rotation, shortening).
Avascular Necrosis
Terjadi apabila terdapat iskemik pada tulang sehingga mengalami nekrosis. Bagian tulang
yang mungkin terjadi adalah:
- Caput femoris
- Proximal scaphoid
- Lunate
- Tallus
Gangguan Pertumbuhan
55
Terdapat pada anak-anak. Kerusakan pada physis dapat menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal.
Kompresi Saraf
Komplikasi ini dapat merusak nervus popliteal lateralis pada pasien usia lanjut yang terus
menerus dalam posisi kaki rotasi eksternal. Komplikasi ini terjadi akibat dari kurangnya
supervise dari tenaga medis.
Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi lanjutan dari compartment syndrome. Pasien dengan
kontraktur mengalami iskemik dari jaringan otot. Saraf yang terkena dampak dari iskemik
dapat pulih, setidaknya sebagian, akan tetapi pasien mengeluh terdapatnya deformitas dan
kaku, hilangnya rangsang sensorik juga kadang dikeluhkan.20
Joint Instability
Kerusakan pada sendi dapat menyebabkan komplikasi ini. Penyebabnya sendiri dapat
berupa:
- Ligamentous laxity
- Muscle weakness
- Bone loss
Joint Stiffness
Kaku pada sendi setelah fraktur dapat terjadi pada lutut, siku, bahu, bahkan sendi-sendi
pada jari. Sendi tersebut dapat mengalami cedera karena terdapat haemarthrosis yang
menyebabkan terjadinya adhesi. Kaku ini sendiri dapat terjadi karena edema dan fibrosis
pada kapsul, ligament, dan otot sekitar sendi tersebut.
Complex Regional Pain Syndrome
Algodystrophy merupakan kondisi dimana tangan mengalami nyeri seperti mengalami
osteoporosis. Kondisi ini juga terdapat pada beberapa fraktur ekstremitas dan muncul
beberapa tahun kemudian, yang kemudian dikenal sebagai Suddeck’s atrophy. Saat ini,
terminology yang umum dipakai adalah Complex Regional Pain Syndrome (CRPS). 2
tipe dari CRPS adalah:
- Tipe 1; distrofi reflex simpatis yang muncul setelah cedera
- Tipe 2; causalgia yang muncul setelah cedera saraf
Keluhan yang ada pada pasien biasanya nyeri terus menerus, seringkali disebutkan
seperti ‘terbakar’. Pada pemeriksaan ditemukan bengkak, kemerahan, dan terasa hangat,
56
begitu pula dengan kaku pada sendi. Beberapa minggu kemudian, kulit menjadi pucat
dan mengalami atrofi, pergerakan menjadi sedikit dan bahkan pasien dapat mengalami
deformitas.
Osteoarthritis
Fraktur pada sendi dapat menyebabkan cedera pada kartilago articular sehingga
menyebabkan osteoarthritis post traumatic. Bahkan apabila kartilago tersebut sudah
sembuh, permukaan yang tidak rata dari sendi dapat menimbulkan osteoarthritis sekunder
beberapa tahun kemudian.
57
BAB IV
KESIMPULAN
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa radiologi,
pasien Tn. D.C didiagnosis mengalami fraktur distal-end radius tipe fraktur smith dengan
komplikasi berupa fraktur mal-union. Penanganan fraktur baik tertutup maupun terbuka harus
dilakukan dengan segera untuk mencegah komplikasi baik akut maupun lanjut. Sehingga
pada pasien ini dilakukan tindakan operatif berupa ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
+ Osteotomi + Bone Graft dimana diharapkan dapat memperbaiki proses penyembuhan
tulang yang disebabkan oleh mal-union dan memfiksasi garis fraktur dengan fiksasi interna.
Prognosis bergantung pada beratnya fraktur yang dialami dan penanganan yang didapatkan.
Pada pasien ini, prognosisnya adalah dubia.
58
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi klinik. Ed 6Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 2000.
2. Apley AG, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Ed 7. Jakarta :
Penerbit Widya Medika; 1995.
3. Miller MD. Review of orthopaedics. 4th ed. Philadelphia : Saunders : 2004.
4. Elstrom JA, Virkus WW, Pankovich AM. Handbook of fractures. 3rd ed. New York :
McGraw-Hill; 2006.
5. Kaner JMG : Functional Anatomy of the Wrist. Clin Orthop. 149, 9-19, 1980
6. Kapanji JA : The physiology of the Joint.2nd ed. Vol 1 Upper Limb, Wong King
Tong Co, Ltd, 1983.
7. Brumfeeld RH, Champoux JA : A biomechanical study of normal functional wrist
motion Clin.Orthop. 187, 23-25, 1984.
8. Kleinlugtenbelt, Y.V, Groen, S.R, Ham, S.J, Kloen, P, Haverlag, R, Simons, M.P, et
al., 2017. Classification systems for distal radius fractures: Does the reliability
improve using additional computed tomography?. Acta orthopaedica, 88(6), pp.681-
687.
9. Wolfe. SW. Distal Radius Fractures. [disitasi tanggal 1 April 2018]. Tersedia dari :
https://www.scottwolfemd.com/pdf/distal-radius-fractures-chapter.pdf
10. Adult Forearm Fractures. [disitasi tanggal 1 april 2018]. Tersedia dari :
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/adult-forearm-fractures/
11. Black WS, Becker JA. Common forearm fractures in adults. American family
physician. 2009 Nov 15;80(10).
12. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5694815/pdf/iort-88-681.pdf
13. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system: An
introduction to orthopaedics, fractures, and joint injuries, rheumatology, metabolic
bone disease, and rehabilitation. Lippincott Williams & Wilkins; 1999.
14. Gitajn IL, Rodriguez EK. Biomechanics of musculoskeletal injury. InBiomechanics in
Applications 2011. InTech.
15. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Ed 3. Jakarta : Penerbit PT Yarsif
Watampone; 2012.
16. Richard Marsell. The biology of fracture healing. Injury. 2011;42(6):551–5.
17. Greene WB, editor. Netter's orthopaedics. Saunders Elsevier; 2006.
59
18. Gueorguiev B. Principles of fractures. In: Blom A, editor. Apley and Solomon’s
System of Orthopaedics and Trauma 10th Edition. 10th ed. United States: CRC Press;
2018. p. 711–54.
19. Thomas BJ. Orthopedic Surgery. In: Brunicardi FC, editor. Schwartz’s Principles of
Surgery 10th Edition. 10th ed. United States: McGraw-Hill; 2015. p. 1755–814.
20. The American College of Surgeons. Advanced trauma life support (ATLS): the ninth
edition. J Trauma Acute Care Surg. 2013;1–392.
60