Anda di halaman 1dari 5

* Ensiklopedi Teknologi Nuklir*

*Home* <https://www.batan.go.id/ensiklopedi/index.html>

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI (PROSES DASAR)

Ringkasan

Jika partikel bermuatan listrik menembus ke dalam materi, maka atom


materi tersebut akan tereksitasi dan atau terionisasi. Karena pengaruh
medan listrik inti atom maka arah partikel bermuatan akan berbelok
dengan tiba-tiba dan kecepatannya berkurang, sehingga kemudian energinya
habis. Arah gerak elektron, yaitu partikel bermuatan, berbelok dengan
tajam pada saat bertumbukan dengan atom, sebaliknya energi partikel
berat bermuatan listrik tidak begitu berkurang sewaktu bertumbukan
dengan atom dan tidak mengalami perubahan arah, sehingga dapat melaju
dengan lurus. Oleh karena itu untuk partikel berat bermuatan listrik,
pengurangan laju radiasi karena menembus materi tak perlu
diperhitungkan. Peristiwa bergabungnya positron dan elektron dan berubah
menjadi 2 foton yang masing-masing berenergi 0,51 MeV disebut anihilasi
elektron. Semakin pendek panjang gelombang foton, kekuatan menembusnya
ke dalam materi semakin besar. Pada saat menembus materi, radiasi g
dapat kehilangan energi karena adanya efek fotolistrik dan efek Compton.
Pada saat berinteraksi dengan materi, foton yang energinya lebih besar
daripada 1,02 MeV dapat membentuk satu pasang elektron yang terdiri dari
positron dan negatron. Dalam reaksi inti yaitu penyerapan neutron oleh
inti, inti atom dapat memancarkan bermacam-macam partikel misalnya
proton, deuteron, partikel a, neutron dan radiasi g.

Uraian

1. Interaksi radiasi b dan elektron dengan materi.

1.1. Pengurangan energi.

Jika menembus materi, radiasi b berenergi tinggi akan kehilangan


energinya menurut 2 tahap sebagai berikut:

1.

atom tereksitasi atau terionisasi oleh energi radiasi b,

2.

sewaktu melaju di dekat inti atom materi, radiasi b dibelokkan


arahnya oleh medan listrik inti atom dan kecepatannya berkurang,
dengan hilangnya energi tersebut menyebabkan terjadinya atenuasi
radiasi (Bremstrahlung).

Setiap kali partikel b bertumbukan dengan atom, arah geraknya mengalami


pembelokan yang besar dan pergerakannya zigzag seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 1
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/01.gif>. Penyerapan
radiasi b di dalam materi dihitung menurut rumus eksponensial.

Jika energi elektron menjadi lebih besar dari beberapa MeV, ada
kemungkinan inti atom dapat tereksitasi, tetapi persentasenya sangat kecil.

Pada proses Bremstrahlung energi elektron (E) berbanding dengan kuadrat


nomor atom (Z) dibagi massa elektron (E = (Z/m)^2 ).

1.2. Daya perlambatan.

Energi partikel bermuatan listrik yang hilang per satuan jarak pada
waktu menembus materi disebut daya perlambatan linear (S). Perbandingan
S dan kerapatan materi (r) disebut daya perlambatan massa (S_m = S/r),
artinya energi yang hilang pada materi bermassa 1 g dengan luasan 1 cm^2
. Meskipun materinya berbeda, daya perlambatan massa terhadap radiasi b
atau elektron hampir sama, karena S_m tidak berubah secara drastis.

1.3. Kurva serapan dan jangkauan radiasi b

Pada Gambar 2 <https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/02.gif>


diperlihatkan kurva serapan radiasi b dari P-32 oleh aluminium. Jarak
yang dilalui partikel sampai energi geraknya habis disebut jangkauan
maksimum radiasi b.

1.4. Hamburan.

Hamburan partikel b disebabkan oleh interaksinya dengan inti atom atau


elektron orbital materi. Untuk memperkecil hamburan digunakan materi
dengan nomor atom yang kecil. Pada pengukuran radioaktivitas radiasi b,
dapat terjadi hamburan radiasi b oleh materi pendukung sumber. Peristiwa
ini disebut hamburan balik dan akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Besarnya hamburan balik bergantung pada nomor atom dan tebal materi
penghambur, makin tebal materi hamburan balik makin besar, sampai
mencapai nilai konstan, dan disebut hamburan balik jenuh. Koefisien
hamburan balik berubah berdasarkan nomor atom dan tebal materi
pendukung, energi radiasi b, dan faktor lain. Jika materi cukup tebal,
maka nilai koefisiennya konstan, hal ini disebut koefisien hamburan
balik jenuh.

Hubungan antara hamburan balik jenuh dengan nomor atom materi penghambur
diperlihatkan pada Gambar 3
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/03.gif>.

1.5. Anihilasi pasangan elektron-positron.

Pada interaksi positron dengan materi, energi geraknya dapat berkurang


hingga habis seperti halnya pada interaksi antara elektron dengan
materi. Positron yang kehilangan energi geraknya bergabung dengan
elektron dan berubah menjadi 2 buah foton yang dipancarkan ke arah yang
berlawanan. Peristiwa ini disebut anihilasi pasangan. Dalam hal ini,
karena seluruh massa pasangan menjadi energi foton, maka energi
masing-masing foton adalah 0,51 MeV.
2. Interaksi partikel berat bermuatan listrik dengan materi.

Partikel bermuatan listrik selain elektron disebut partikel berat


bermuatan listrik. Pada saat menembus materi, partikel berat bermuatan
listrik mengionisasi dan atau mengeksitasi atom, sama seperti halnya
elektron, dan karena massanya lebih besar daripada elektron, maka
partikel tersebut tidak kehilangan banyak energinya sewaktu bertumbukan
dengan elektron, dan juga cenderung tidak mengalami perubahan arah
sehingga mampu menembus dengan arah lurus (Gambar 1
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/01.gif>). Pengurangan
energi partikel berat bermuatan listrik pada saat interaksi, umumnya
dapat diabaikan, sehingga perlambatannya tidak dipengaruhi oleh materi.
Jika partikel a, yang merupakan partikel berat bermuatan listrik,
menembus materi, maka jumlah pasangan ion per satuan jarak (ionisasi
spesifik) bertambah bersamaan dengan berkurangnya kecepatannya. Di
udara, ionisasi spesifik menunjukkan energi maksimal sebesar 370 keV,
yaitu 3 milimeter dari akhir lintasan. Gambar 4
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/04.gif> memperlihatkan
kurva yang menunjukkan ionisasi spesifik sepanjang lintasan radiasi a,
dan disebut "kurva Bragg". Peristiwa ini juga berlaku untuk partikel
berat bermuatan listrik lain misalnya proton dan deuteron.

3. Interaksi foton dengan materi.

3.1. Koefisien atenuasi.

Jika radiasi g atau radiasi-X menembus materi, maka akan terjadi


interaksi dengan materi dan mengalami pengurangan energi. Atenuasi
karena interaksi adalah proses pengurangan energi foton atau perubahan
arah foton. Rasio atenuasi foton dalam materi yang tebalnya 1 cm disebut
koefisien atenuasi (m). Pada umumnya, semakin besar energi foton,
semakin besar juga nilai m-nya. Oleh karena itu, daya tembus foton dalam
materi semakin besar bila panjang gelombangnya semakin pendek. Pada
materi tertentu, koefisien atenuasi dapat berubah berdasarkan rapat
jenis materi tersebut, disebut koefisien atenuasi massa (m_m ). Untuk
materi tertentu, koefisien atenuasi massa yang hanya berhubungan dengan
panjang gelombang foton, dan merupakan rasio atenuasi foton dengan
luasan 1 cm^2 dan massa 1 g. Pada Gambar 5
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/05.gif> diperlihatkan
atenuasi foton oleh timbal.

3.2. Efek fotolistrik.

Peristiwa terlepasnya elektron orbital suatu atom karena interaksi


dengan radiasi g dinamakan efek fotolistrik. Elektron yang dilepaskan
pada peristiwa tersebut disebut fotoelektron, dan energi geraknya adalah
selisih antara energi ionisasi elektron orbital dan energi radiasi g.
Pada saat energi radiasi g kecil, kebanyakan fotoelektron terlepas
dengan arah tegak lurus pada arah radiasi, tetapi bila energinya besar
maka fotoelektron terpancar ke arah depan dalam jumlah yang banyak.
Secara teori, semakin besar ikatan antara elektron dan inti atom maka
semakin besar persentase terjadinya efek fotolistrik; untuk elektron
pada kulit K akan terjadi efek fotolistrik sebesar kira-kira 80%.

3.3. Efek Compton.


Peristiwa terjadinya tumbukan antara foton dan elektron dalam suatu atom
yang mengakibatkan sebagian energi foton menjadi energi gerak elektron
dan sebagian energi hamburan foton disebut efek Compton (Gambar 6
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/06.gif>). Bila energi
foton cukup besar, efek Compton dapat terjadi pada elektron orbital yang
energi ikatnya dapat diabaikan. Selanjutnya, seperti diperlihatkan pada
Gambar 6 <https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/06.gif>,
elektron dianggap sebagai elektron bebas, energi dan momentumnya sama
besar sebelum dan sesudah bertumbukan. Dalam hal ini terjadi tumbukan
elastis sempurna antara foton dan elektron. Koefisien atenuasi pada efek
Compton ialah jumlah dari perbandingan energi gerak elektron
/antibonding/ dan perbandingan energi hamburan foton. Koefisien atenuasi
pada efek Compton sebanding dengan nomor atom materi.

3.4. Produksi pasangan.

Pada waktu foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV menembus materi dan
mendekati inti atom, karena pengaruh medan listrik yang kuat dari inti
atom, foton berubah dan membentuk satu pasangan yaitu positron dan
elektron yang masing-masing berenergi sebesar 0,51 MeV. Peristiwa ini
disebut produksi pasangan. Energi sebesar 1,02 MeV ini disebut nilai
batas ambang produksi pasangan. Jumlah koefisien atenuasi radiasi g pada
produksi pasangan makin bertambah bersamaan dengan bertambahnya energi
foton, di sisi lain juga sebanding dengan Z (Z+1) dari materi. Jumlah
koefisien atenuasi efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan
disebut koefisien atenuasi linear. Pada Gambar 5 diperlihatkan koefisien
atenuasi foton oleh timbal.

4. Interaksi neutron dengan materi.

Karena neutron tidak bermuatan listrik, seperti halnya foton, maka jarak
lintasannya menembus materi lebih panjang daripada jarak tembus partikel
bermuatan listrik. Dan meskipun tidak berenergi tinggi, neutron dapat
masuk dengan mudah ke dalam inti atom. Oleh karena itu neutron mempunyai
peran penting dalam interaksinya dengan inti atom.

Dalam reaksi inti yang berupa penyerapan neutron, akan dipancarkan


partikel misalnya proton, deuteron, partikel a, neutron, radiasi g dan
kombinasi sejumlah partikel tersebut. Reaksi penyerapan neutron oleh
inti dapat mengakibatkan reaksi pembelahan inti atom menjadi 2 atau
lebih inti hasil belah. Pada umumnya, makin kecil energi neutron maka
semakin besar probabilitas terjadinya reaksi inti.

Dengan neutron yang berenergi kurang dari 500 keV, terjadi hamburan
elastis dan tangkapan neutron, reaksi seperti ini memperlihatkan
hamburan elastis dan tangkapan resonansi terhadap energi spesifik. Bila
energi neutron kecil, probabilitas tangkapan berbanding terbalik dengan
kecepatan neutron yaitu ^1 /_v (hukum ^1 /_v ). Dengan neutron yang
mempunyai energi sekitar 500 keV hingga 10 MeV, selain hamburan elastis
dan tangkapan elektron, dapat juga terjadi hamburan inelastis dan
transformasi inti. Dengan energi sekitar 10 MeV hingga 50 MeV, mungkin
terjadi pancaran lebih dari 2 partikel. Akibat hamburan elastis,
sebagian energi neutron dapat dipindahkan menjadi energi inti atom.
Semakin kecil massa inti atom, maka semakin besar energi neutron yang
hilang akibat tumbukan. Berdasarkan hal ini, inti atom hidrogen dapat
menurunkan energi neutron secara efisien karena massanya sama.
Gambar/Tabel

Gambar 1. Interaksi partikel bermuatan listrik dengan materi.


<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/01.gif>
Gambar 2. Kurva serapan radiasi b dari P-32 oleh aluminium.
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/02.gif>
Gambar 3. Koefisien hamburan balik jenuh radiasi b dari P-32.
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/03.gif>
Gambar 4. Kurva Bragg radiasi a dari RaC di udara.
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/04.gif>
Gambar 5. Kurva atenuasi foton oleh timbal.
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/05.gif>
Gambar 6. Hamburan Compton.
<https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/06.gif>

------------------------------------------------------------------------

*Home* <https://www.batan.go.id/ensiklopedi/index.html>

Anda mungkin juga menyukai