Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang
menimbulkan hipotensi dan anemia. Apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh
dalam keadaan syok. Perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai
predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu
ada.
a) Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir disertai dengan
penyulit seperti syok, bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan menghambat aliran darah ke
luar. (atonia uteri)
b) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dan keras, plasenta
lengkap. Hal ini disertai dengan penyulit seperti pucat, lemah, dan menggigil. (robekan jalan lahir)
c) Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras.
Ditemukan penyulit seperti tali pusat putus akibat retraksi yang berlebihan, inversio uteri akibat tarikan
dan terjadi perdarahan lanjutan. (retensio plasenta)
d) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap, terjadi perdarahan
segera. Disertai dengan penyulit seperti uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
(tertinggalnya sebagian plasenta)
a) Perdarahan yang bersifat merembes dan berlangsung lama serta mengakibatkan kehilangan darah
yang banyak.
b) Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di
dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar.
c) Sub-involusio uterus