Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KPD (KETUBAN PECAH DINI)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada


Mata Kuliah Keperawatan Maternitas I
yang diampu oleh Sri Lestari Dwi Astuti,S.Kp,Ns,MKes

Disusun Oleh:

Arsida Ulfa Aulia (P 27220015137)


Luthfi Darmalia Puspita (P 27220015 )

PRODI D IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
SURAKARTA
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan
merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan
kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal
(Puspasca.2004).
Pada sebagian besar kasus, penyebab KPD belum ditemukan. Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok,
dan perdarahan selama kehamilan (Rahma.2010). Penanganan ketuban pecah dini
memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin
dan adanya tanda-tanda persalinan. Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD
dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau
harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan
memanjang, yang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan
harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup. (Kamisah.
2009).
Ketuban pecah dini merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan
penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini yaitu dengan pemberian
antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur kehamilan sudah aterm
tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan ini dilaksanakan dengan tujuan
agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan normal dan tanpa adanya
komplikasi. Pada proses persalinan ini membutuhkan asuhan yang optimal dan
dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang terampil agar
proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga dapat
menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ketuban pecah dini?
2. Bagaimana tanda dan gejala ketuban pecah dini?
3. Apa konsep dasar ketuban pecah dini?
4. Apa penyebab ketuban pecah dini?
5. Apa pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini?
6. Bagaimana phatofisiologi pada ketuban pecah dini?
7. Bagaimana komplikasi pada ketuban pecah dini?
8. Bagaimana penanganan ketuban pecah dini?

2
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ketuban pecah dini
2. Mengetahui tanda dan gejala ketuban pecah dini
3. Mengetahui konsep dasar ketuban pecah dini
4. Mengetahui penyebab ketuban pecah dini
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
6. Mengetahui pathofisiologi ketuban pecah dini
7. Mengetahui komplikasi ketuban pecah dini
8. Mengetahui penanganan ketuban pecah dini

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan (Manuaba,2002). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan (ilmu kebidanan,
penyakit kandungan, dan KB,2010).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan.
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki
fungsi untuk proteksi janin, untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion, agar
janin dapat bergerak dengan bebas, regulasi terhadap panas dan perubahan suhu,
untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing janin dan meratakan tekanan intra – uterin dan
membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.

B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan
oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu
kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium
uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi
(Manuaba, 2009).
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, dan amniosintesis.
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung

4
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi
teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah (Winkjosastro, 2006).
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi
secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat
tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang dan letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalopelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaran organisme vagina ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting
adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang
terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan : Ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik.
8. Riwayat ketuban pecah dini sebelumya.
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
11. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan
ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia
untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di
bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan
persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan
mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah
mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima
kehamilan.
12. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan
yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status
kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan (BPS, 2005).

5
13. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu
atau lebih. Multipara adalah mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia
kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali
atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah
melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita
yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini
lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen,
2008).
14. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya
pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami
anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-
kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin
antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir
rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis
dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan
his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
(Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia,
(2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.
15. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat
kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguan- gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
16. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini
kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan
kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban
pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD
pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya
akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan

6
kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

C. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada
infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu
sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating
factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam
cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin
yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang dihasilkan
netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia
juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin, potensial, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.

D. Tanda Ketuban Pecah Dini


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban secara tiba-tiba dari liang
vagina dalam jumlah sedikit maupun banyak, tak dapat ditahan atau dihentikan.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak. Cairan ketuban bisa
warna putih agak keruh, mirip air kelapa muda karena bercampur dengan lanugo atau
rambut halus pada janin dan mengandung verniks caseosa, yaitu lemak pada kulit
bayi. Umumnya, ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit, pegal-pegal,
mulas, dan sebagainya. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu hamil duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

E. Anatomi Air Ketuban


Normalnya volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia 10 – 20 minggu,
sekitar 50 – 250 ml. Ketika memasuki minggu 30 – 40, jumlahnya mencapai 500 –
1500ml (Artikel Ayah Bunda,2010).
Menurut Winkjosastro, 2005 ciri-ciri kimiawi dari air ketuban adalah: Air
ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya
agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air. Sisanya
albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan

7
garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Terdapat lesitin dan sfingomielin amat penting untuk mengetahui apakah janin
mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi. Dengan peningkatan kadar
lesitin permukaan alveolus paru-paru diliputi oleh zat yang dinamakan surfaktan dan
merupakan syarat untuk berkembangnya paru-paru dan untuk bernapas. Menilai hal
ini dipakai perbandingan antara lesitin dan sfingomielin. Kadang-kadang, pada partus
warrna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur mekonium (kotoran
pertama yang dikeluarkan bayi dan yang mengandung empedu).
Peredaran air ketuban cukup baik. Dalam 1 jam didapatkan perputaran lebih
kurang 500 ml. Cara perputaran ini terdapat banyak teori, antara lain bayi menelan air
ketuban yang kemudian dikeluarkan melalui air kencing. Apabila janin tidak menelan
air ketuban ini janin dengan stenosis akan didapat keadaan hidramnion.

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.
2. Panduan mengantisipasi
Menjelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa
mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
a. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali
pusat
1) Letak kepala selain vertex
2) Polihdramnion
b. Herpes aktif
c. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
3. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban
b. Bila robekan ketuban tampak kasar:
1) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina
2) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan
pervagina menggunakan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan pekulum steril.
1) Kaji nilai bishop serviks.
2) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2,
rujuk ke dokter.

8
4. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan
kevagina, kecuali spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari, bila suhu meningkatkan secara
signifikan, dan/atau mencapai 380C, berikan macam antibiotik dan
pelahiran harus diselesaikankan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan
apa pun
5. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)
dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter.
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons.
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada
tanda, mulai pemberian pitocin.
d. Berikan cairan per IV, pantau janin.
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di
indikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau
induksi dimulai.
g. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi.
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi.

G. Pengaruh Ketuban Pecah Dini


1. Terhadap Janin
Ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan
morbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu
Jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau
nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi
cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

H. Komplikasi Ketuban Pecah Dini


Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko
infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature
sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada
korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi

9
pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm. Kejadiannya
mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 23 minggu. (buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)
Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
A. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah
dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
B. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat.
C. Syndrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BERSALIN PADA NY M
DENGAN KETUBAN PECAH DINI

NO .Med : 659XXX
Tgl Msk : 07-2-2017
Jam Pengkajian : 22.00 WIB

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. Anamnesa (data sujectif)
1. Biodata/Identitas
Nama Istri : Ny M Nama Suami : Tn.I
Umur : 21 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Talawi
No telp : 082387478XXX

2. Keluhan utama (pukul 19.15 wib)


Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Dari vagina keluar air.
3. Tanda-tanda persalinan
Ibu datang pukul 19.15 WIB, his jarang tiap ½ jamdurasi 2 menit, air ketuban
sudah tidak ada.
4. Pengeluaran pervagina
Darah : ada
Air ketuban : ada
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 01-5-2016
b. TP : 08-2-2017
c. Hamil muda
1) Keluhan : mual dan muntah
2) ANC : 7 kali, teratur

11
3) Penyuluhan yang pernah didapat: makan sedikit tetapi sering dan istirahat
yang cukup
d. Hamil tua
1) Keluhan : ibu sering BAK
2) ANC : 3 kali, teratur
3) Terapi : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
e. Pergerakan anak pertama kali : 16 minggu
6. Riwayat KB : tidak ada
7. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita atau yang sedang diderita
a. Penyakit jantung : tidak ada
b. Penyakit ginjal : tidak ada
c. Penyakit asma : tidak ada
d. Penyakit hepatitis : tidak ada
e. Penyakit DM : tidak ada
f. Epilepsy : tida ada
8. Riwayat operasi : tidak ada
9. Riwayat penyakit keturunan
a. DM : tidak ada
b. Epilepsy : tidak ada
c. Asma : tidak ada
d. Hemophilia : tidak ada
e. Kelainan jiwa : tidak ada
10. Keturunan kembar : tidak ada
11. Kebiasaan sehari hari
Mandi : 2 kali sehari
Istirahat : 8 jam/24 jam
Makan : 3 kali sehari (nasi, ikan, sayur)
BAB/BAK : BAB 1 kali, BAK 8 kali
Merokok : tidak

12
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TD : 120/80 mmHg
d. Suhu : 36o C
e. Nadi : 76 X/menit
f. Respirasi : 24 X/menit
g. BB Sebelum hamil : 48 kg
h. BB sekarang : 59 kg
i. Tinggi badan :157 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
1) Kepala
Rambut : warna hitam, bersih, tidak rontok
Mata : tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat
Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
Hidung : tidak ada pembesaran polip
Mulut dan gigi : tidak ada caries, keadaan mulut bersih, tidak ada
stomatitis
Telinga : keadaan bersih, fungsi pendengaran baik
2) Leher
Kel.gondok (tyroid) : tidak ada pembesaran
umor : tidak ada
Pembesaran kel.getah bening : tidak ada pembesaran.
3) Dada dan axilla
Mammae
Membesar : ya
Tumor : tidak ada
Simetris : ya
Areola : mengalami hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Kolostrum : belum keluar

13
Axilla
Tumor : tidak ada
Nyeri : tidak ada nyeri
4) Perut
Membesar : ya, dengan arah memanjang
pelebaran vena : tidak
linea alba/nigra : linea nigra
5) Anogenital
Kebersihan : bersih
Oedema : tidakada
Varises : tidakada
Pengeluaran cairan : ada
Lender : ada
Darah : ada
6) Ekstremitas
Oedema pada jari dan tangan : tidak ada oedem
Oedema pada kedua tungkai : tidak ada oedema
Varices : tidak ada varices
Bentuk bagian atas/ lengan : simetris
Bentuk bagian bawah/kaki : simetris
b. Palpasi
1) Kontraksi : baik
Frekuensi : 1 x dalam ½ jam
Intensitas : 10-20 detik
2) Leopold I : TFU: 29 cm, Teraba bulat,lunak, tidak melenting
3) Leopold II :
Kanan : teraba bagian bagian terkecil janin
Kiri : teraba keras, memanjang
4) Leopold III : teraba bulat, kera, melenting
5) Leopold IV : teraba 4/5 bagian, konvergen
6) Tafsiran berat janin (TBJ) : (29-11) x 155 = 2790gram
c. Auskultasi
1) DJJ :+
2) Tempat : terdenggar jelas dibawah pusat sebelah kiri ibu
14
3) Frekuensi : 134 x/menit, teratur

d. Pemeriksaan dalam
1) Dinding vagina : tidak ada benjolan
2) Portio : tipis,
3) Pembukaan : 2 cm
4) Ketuban : tidak ada
5) Presentasi : kepala
6) Posisi : UUK kiri melintang
7) Penurunan : hodge I, 4/5

e. Perkusi
Reflex patella : +/+ kiri/kanan

C. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Darah : HB : 11 gr% gol.darah :B
Urine protein : (-) reduksi : (-)

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnose
Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini
Data Subjektif :
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,
HPHT 01-05-2016
Data Objektif :
Pembukaan 2 cm
Ketuban pecah.
Janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala terdengar jelas DJJ 134
x/menit, dan teraba 3 bagian besar janin.

III. MASALAH POTENSIAL


Infeksi, gawat janin.

15
IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spOg

V. RENCANA
a. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b. Anjurkan ibu untuk tirah baring dengan posisi kaki lebih tinggi daripadakepala.
c. Berikan terapi obat ampisilin/amoxilin atas anjuran dokter
d. Beritahu Ibu akan dilakukan induksi
e. Lakukan induksi oksitosin 1 ampul atas anjuran dokter
f. Laporkan setiap perkembangan kepada dokter
g. Persiapan alat
h. Observasi DJJ, HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam
kemudian

VI. TINDAKAN PELAKSANAAN


a. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwakehamilan ibu
berumur 39 minggu, ketuban sudah tidak ada
b. Menganjurkan ibu untuk tirah baring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
c. Memberikan ibu terapi obat amoxilin atas anjuran dokter
d. Memberitahukan Ibu akan dilakukan induksi
e. Melakukan induksi oksitosin 1 ampul setiap 1 jam dinaikkan 4 tetes
f. Melaporkan setiap perkembangan kepada dokter
g. Mempersiapkan alat
h. engobservasi DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam
kemudian

VII. EVALUASI
a. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu bersedia untuk tidur dengan kaki lebih tinggi dari kepala
c. Ibu bersedia untuk meminun obat sesuai anjuran dokter
d. Induksi sudah dilakukan
e. Dokter mengetahui setiap pekembangan ibu dan janin.
f. Alat sudah disiapkan.
g. Hasil observasi DJJ 140 x/menit, HIS 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 menit, nadi
16
80 x/menit, TD 120/80 mmHg, suhu 36,5 ºC, Pukul 22.00 pembukaan 4 cm,
portio menipis, ketuban (-), preskep, UUK kiri depan, Hodge II Pukul 23.00
pembukaan 8-9 cm, portio menipis, ketuban (-), preskep, UUK kiri depan, Hodge III

KALA II (pukul 23.15 wib)


S :Ibu mengatakan mulas semakin sering dan ibu ingin meneran
O : keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu : 36,5°C
His : 5x/10menit lamaya 45 detik
Djj : 145x/menit puki, teratur
Pemeriksaan dalam :
Dinding vagina : tidak ada kelainan
Portio : tidak teraba
Pembukaan : lengkap
Ketuban :-
Presentasi : kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan : H IV
A : Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II
Data Subjektif :
Ibu mengatakan hamil pertama
HPHT tanggal 07-03-2013
Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dan sering
Data Objektif:
VT pembukaan lengkap
Portio tidak teraba
Ketuban (-)
UUK kiri depan
Hodge IV

17
P :
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Hadirkan pendamping
3. Dekatkan alat partus set
4. Pakai APD
5. Pimpin persalinan sesuai anjuran dokter
Bayi lahir pukul 23.55 wib jenis kelamin perempuan, menangis kuat, warna kemerahan,
gerakan aktif.
Keringkan dan hangatkan bayi

KALA III (pukul 00.10 wib)


S : Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan ibu tidak merasa mules
O : keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TFU :sepusat
Kontraksi :tidak baik
Kandung kemih : kosong
Tidak ditemukan janin kedua
A : Ibu P1A0 partus kala III dengan retensio plasenta
P :
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu.
2. Memastikan bahwa tidak ada janin ke dua.
3. Melakukan manajemen aktif kala II.
4. Memberikan injeksi oksitosi 10 ui pada 1/3 paha bagian luar.
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali : plasenta belum lahir (01.10 WIB)
6. Injeksi aksotosin ke 2 (10 IU) IM.
7. Melakukan penegangan tali pusar terkendali sambil masase fundus uteri oleh
dokter kandungan.
8. Melakukan manual plasenta

Plasenta lahir lengkap pukul 01.20 WIB


1. Melakukan masase fundus uteri 15 kali selama 15 detik setelah plasenta lahir :
kontraksi uterus baik.
2. Melakukan injeksi methergin 0,2 mg (IM).
18
3. Memeriksa kelengkapam plasenta :
Plasenta lengkap dan segar, panjang 20 cm, lebar 18 cm, tebal 2cm, berat 400 gr,
insersi tali pusar marginalis, panjang tali pusat 50 cm.
4. Memeriksa laserasi jalan lahir : perinium rufture derajat 1
5. Mengobservasi pendarahan, TFU, kontraksi uterus dan kandung kemih selama 2
jam setelah melahirkan.

KALA IV (pukul 01.30 wib)


S : Ibu masih merasakan nyeri pada perutnya.
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/m
Respirasi : 18x/m
Suhu : 37°C
Kontraksi : Baik
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kandung kemih :Kosong
A : ibu P2A0 partus kala IV
P :
1. Informasikan pemeriksaan kepada ibu
2. Melakukan IMD
3. Membuat ibu merasa nyaman dengan membersihkan ibu dengan air DTT,
memakaikan ibu pembalut, dan mengganti pakaian ibu
4. Merendam alat-alat kelarutan klorin
5. Membersihkan APD, mencuci tangan dan melepas APD
6. Mengucapkan selamat kepada ibu dan keluarga
7. Observasi kontrasi, TFU, TTV, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit
pertama, dan setiap 30 menit kedua
8. memberitahukan kepada ibu tanda –tanda bahaya setelah persalinan seperti
perdarah yang berlebihan, sakit kepala yang berlebihan, kontraksi uterus lemah
9. melakukan antopometri pada bayi, hasil BB 2750 gram, PB 46 cm
10. penyuntikan vit k, dan 1 jam kemudian hepatitis B

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan (Manuaba,2002). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.

B. Saran
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu ibu hamil dalam mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis.
Seorang bidan harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan pelayanan
kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah yang di hadapi pasiennya
agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jauhari, R. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan KPD. Sumber Internet :


(http://ryanjauhari-blackon.blogspot.com/2011/06/ketuban-pecah- dini.html).
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Referat Obstetry dan Gynecology. (2009). Prolaps Tali Pusat (Occult Prolase). Sumber
Internet : (http:// referat-obstetry-dan-ginecology-prolaps-tali- pusat-occult-
prolapse.html/2009.
Razimaulana. (2008). Infeksi Intrauterine dan Persalinan Prematur. Sumber
Internet:(http://razimaulana.wordpress.com/2008/12/26/infeksi- intrauterine-dan-
persalinan-prematur).
Walsh. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai