Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami
peningkatan, rata-rata 11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut,
di antaranya terjadi seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya
Pendapatan Domestik Rasio Bruto Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran
Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono mengatakan, peredaran uang keluar
(outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek, dengan kontribusisekitar
30% lebih dari total outflow secara nasional.
Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di
wilayah Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar
lain diIndonesia, seperti Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan
jumlah outflow rata-rata berkisar antara Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “
Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober mencapaiRp 2,7 triliun.
Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi ketimbang bulan
biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.
Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi
masyarakat, korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan,
pengalaman di tahun-tahun sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan
outflow di akhir tahun. Peningkatan itu karena perayaan Natal dan Tahun Baru,
diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan perusahaan, dan realisasi
proyek pemerintah.
“Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun
atau meningkat 150% dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-
rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini, secara kumulatif bulan Januari-
Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya. Dari jumlah
tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang
masyarakat dan perbankan.

1
Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya
sistem moneter dan perbankan di Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Apa Definis Jumlah Uang Beredar ?
2. Bagaimana Neraca Bank Sentral ?
3. Apa yang di maksud tentang Permintaan dan Penawaran ?
4. Apa yang di maksud Multilier Uang?
5. Apa saja Faktor Mempengaruhi Jumlah Uang yang Beredar?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Definis Jumlah Uang Beredar ??
2. Mengetahui Neraca Bank Sentral ?
3. Mengetahui maksud tentang Permintaan dan Penawaran ?
4. Mengetahui maksud Multilier Uang?
5. Mengetahui Faktor Mempengaruhi Jumlah Uang yang Beredar?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. UANG DAN JUB


Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima didalam
pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, atau utang. Fungsi uang :
 Alat tukar-menukar
 Satuan pengukur nilai/sebagai satuan hitung
 Sebagai alat/cara untuk menyimpan kekayaan/daya beli.
 Standar (ukuran) pembayaran masa depan.
1. Kriteria uang:
a) syarat utama dari uang adalah diterimanya secara umum dan diketahui
secara umum.
b) Nilainya stabil atau berfluktuasi secara kecil.
c) Jumlah uang yang beredar harus mencukupi dunia
usaha/perekonomian. Jadi kemampuan bank dan lembaga-lembaga
keuangan dalam penyediaan uang harus dijamin dengan baik (elastis).
d) Uang harus mudah dibawa untuk urusan setiap hari (transaksi dalam
jumlah yang besar dapat dilakukan dengan uang yang berjumlah kecil
“phisiknya”, tetapi nilai nominalnya besar.
2. Jumlah Uang Beredar (JUB):
a. Dalam arti sempit/narrow money: adalah seluruh uang kartal dan uang
giral yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat. Uang kartal
adalah uang tunai yang berupa uang kertas/logam yang dikeluarkan
oleh Bank Sentral (pemerintah) dan yang berada di luar bank-bank
umum dan Bank Sentral (BS). Uang giral (demand deposits) adalah
seluruh nilai saldo rekening koran (giro)yang dimiliki masyarakat pada
bank-bank umum. Saldo rekening koran (giro) milik suatu bank pada
bank lain bukan uang giral. JUB dalam arti sempit ini sering disebut

3
sebagai M1.Dapat juga dirumuskan : Ms = K + D, (dimana K adalah
uang kartal, D = demand deposit atau uang giral )
b. Dalam arti yang luas (=M2) : adalah seluruh uang kartal + uang giral +
uang quasi/kwasi/near money. M2 ini sering disebut dengan likuiditas
perekonomian. Bila dirumuskan : Ms* = K + D + T ( T adalah saldo
deposito dan tabungan ) Uang kwasi dapat berupa deposito
berjangka/time deposits, tabungan, dan rekening valuta asing milik
swasta domestik. Banyaknya uang logam dan uang kertas ditentukan oleh
kebijaksanaan pemerintah sehubungan dengan:
 Kredit kepada perusahaan (pemerintah dan swasta)
 Jumlah barang dan jasa yang diproduksikan
 Tingkat harga d. inflasi Untuk deposito, tabungan dan valuta asing
dipengaruhi oleh pemerintah lewat tingkat bunga. Uang beredar =
Supply uang = likuiditas perekonomian, merupakan konsep stock
(persediaan), artinya jumlah itu menggambarkan posisi satu titik
waktu tertentu, misalnya satu tahun, triiwulan, atau bulan.
Contohnya adalah : pendapatan nasional, produk nasional, atau
dalam perusahaan: laporan pendapatan. Perkembangan JUB dan
likuiditas perekonomian dari tahun ke tahun dapat dilihat
MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 2 pada Laporan
Keuangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, atau oleh BPS. 5.
Uang inti (Reserve Money) Uang inti = reserve money = base
money = high powered money  merupakan “inti” dari proses
penciptaan uang  a. Saldo rekening koran (giro) milik bank-bank
umum atau masyarakat pada BI b. Uang tunai yang dipegang bank
umum maupun masyarakat umum.  a+b merupakan “hutang
lancar” BI kepada sektor perbankan Dalam Negeri dan kepada
masyarakat. Jadi uang tunai = hutang lancar Bank Sentral kepada
masyarakat. H = K + R H = uang inti K = uang kartal R = cadangan

4
/ reserve bank-bank umum pada BI (uang tunai & saldo rekening
koran) Uang inti (Reserve money) Uang yang dikeluarkan Saldo
rekening koran Pemerintah (BS) (giro) pada BS Di tangan Di
bank2 Milik Bank2 Masyarakat umum Uang kartal Cadangan bank
Sbg jaminan Saldo rek. Koran (giro) pada bank2 Milik masyarakat
JUB Uang Giral.
Sebab-sebab terciptanya uang inti :
1. Eksportir menerima pembayaran dalam mata uang asing (misalnya $)
dan menukarkannya dalam mata uang rupiah. MakroEkonomika
Pengantar, NAY-2010
2. Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.
Menambah uang tunai dalam masyarakat. Menambah uang inti.
3. Kredit langsung BI kepada badan-badan resmi tertentu. Menciptakan
saldo rekening koran pada BI Menambah uang inti.
4. Kredit likuiditas BI kepada bank-bank umum (dalam rangka kredit
prioritas). Menciptakan saldo rekening koran pada BI Menambah
uang inti. Uang inti yang tersedia dalam masyarakat dapat berkurang
karena sebaliknya (yang tersebut di atas) Jika dirumuskan : H = (X-
M) +A +B1 + B2 H = perubahan jumlah uang inti yang tersedia A =
defisist APBN B1 = kenaikan kredit langsung BI B2 = kenaikan
kredit likuiditas BI. X = penerimaan ekspor, M = penerimaan impor.
H = K + R bentuk uang inti : tambahan uang tunai saldo rekening
koran pada BI 6 Perputaran Uang Nilai uang diukur dengan
kemampuannya untuk dapat membeli (atau ditukarkan dengan)
barang dan jasa (internal value) serta valuta asing (external value).
Dengan demikian besarnya nilai uang ditentukan oleh harga barang
dan jasa. Jadi, nilai uang berbanding terbalik dengan barang dan jasa.
Jika harga barang dan jasa naik maka nilai uang turun dan sebaliknya
jika harga turun maka nilai uang naik. Biasanya ada 3 metode untuk
mengukur nilai uang, yakni dengan menggunakan : indeks biaya

5
hidup (IBH), indeks harga barang-barang perdagangan besar, dan
GNP deflator (GNP deflator = GNP nominal dibagi GNP riil pada
harga konstan). GNP deflator pada tahun dasar sama dengan
1. Uang yang sama berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain.
Banyaknya pergantian tangan rata-rata sejumlah uang tertentu
memberi gagasan laju perputaran uang atau turn over yang ikut
menentukan tingkat harga dibandingkan dengan jumlah barang dan
jasa. Kecepatan berpindah tangan uang (velocity of money = V)
adalah banyaknya berpindah tanganan uang selama setahun untuk
menutup transaksi pendapatan (GNP). Rumus: GNP p1t1 + p2t2 +
……… pntn PT MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 4 V = ---
------ = -------------------------------------- = ------- M M M M =
jumlah uang beredar = suply uang P = harga, t = barang-barang dan
jasa.Permintaan Uang Uang diminta orang karena dapat digunakan
untuk berbagai maksud menguasai harta benda yang dapat dibeli
dengan uang itu. Motif permintaan uang (menurut Keynes): a.
motif transaksi = Lt b. motif berjaga-jaga = Lj c. motif spekulasi =
Ls Di antara ketiga motif tersebut yang paling banyak dibicarakan
adalah permintaan uang untuk spekulasi. Ls ini terutama ditujukan
untuk memperoleh keuntungan jika ramalannya terhadap tingginya
tingkat bunga betul, sebab Ls = f (r). Kuncinya terletak pada
perhitungan atau gerakan harga surat-surat berharga seperti obligasi
negara. Setiap obligasi mempunyai nilai nominal yang tertera pada
obligasi itu dan memberikan bunga pada tanggal-tanggal tertentu
yang jumlahnya tetap, dan karena itu persentase dari nominal juga
tetap. Obligasi dapat diperjual belikan, jadi harganya dapat naik
turun sesuai dengan permintaan dan penawaran. Misalnya: harga
obligasi (nilai nominal) Rp 1 juta, tingkat bunga 15 % = Rp
150.000,00 yang diberikan pada tanggal-tanggal tertentu. Kalau
harganya naik di atas Rp 1 juta, maka persentase bunga akan sesuai

6
dengan gerakan konjungtur. Kalau ramalan spekulan terhadap
tingkat bunga tepat, maka dia akan memperoleh banyak
keuntungan dan sebaliknya jika salah dia dapat mendapat kerugian
yang besar. Kalau harganya naik di atas Rp 1 juta, maka persentase
bunga dari harga pasar akan turun. Naik turunnya harga obligasi,
serta persentase bunga akan sesuai dengan gerakan konjungtur
(naik turunnya keadaan perekonomian). Pada waktu harga obligasi
tinggi dan persentase bunga rendah, orang cenderung menanggap
bahwa bahwa harga itu akan turun.  maka mereka akan segera
menjual obligasinya dan memegang uang tunai. Kalau harga benar-
benar turun maka orang akan beramai-ramai menjual sehingga
harga sangat rendah. Jika harga terlalu rendah dan persentase bunga
sangat tinggi orang menduga bahwa bunga akan naik lagi.
Spekulan akan membeli obligasi selagi harga rendah. Harga akan
mulai naik dan persentase bunga mulai turun. Jadi pada waktu
harga obligasi rendah dan bunga tinggi orang lebih suka
melepaskan uang dan memegang obligasi. Pada waktu harga
obligasi tinggi dan persentase bunga rendah orang banyak
memegang uang tunai. Kalau digambar dalam grafik , gambarnya
adalah sebagai berikut: MakroEkonomika Pengantar, NAY-2010 5
r r’ Ls r = persentase bunga Ls = permintaan uang untuk spekulasi
r' = bunga terendah yang tidak mungkin turun lagi (= perangkap
likwiditas) 8. Pelipat Uang (money multiplier) Uang inti terdiri dari
(atau bisa berbentuk) dua unsur yaitu :uang kartal dan cadangan
(reserve bank). H = K + R Ms = K + D Jika ada H, misalnya berupa
uang kartal  Menambah Ms Jika ada H dan berupa R  akan
“melipatkan diri” dan menimbulkan uang giral (dalam jumlah >
dari pada H ) Bank dapat menciptakan uang giral karena : Bank-
bank umum diperkenankan untuk mengelola rekening koran

7
nasabahnya tanpa harus menyediakan jaminan uang tunai sebesar
saldo rekening koran tersebut. Oleh karena itu, apabila suatu bank
umum menyalurkan dananya kepada masyarakat, JUB di dalam
masyarakat akan bertambah berlipat-lipat. Hubungan antara jumlah
uang beredar (Ms) dengan uang inti (H) dapat dinyatakan dalam
persamaan seperti berikut :Ms dibagi dengan H = K + R, maka
akan diperoleh: Ms = Ms H K + R Bila pembilang dan penyebut
pada sisi kanan persamaan dibagi dengan Ms maka diperoleh: Ms =
______1_________ atau H (K/Ms)+(R/Ms) Ms =
______1___________ H (K/Ms)+(R/D)(D/Ms) MakroEkonomika
Pengantar, NAY-2010 6 Jika u = K /Ms ; v = R/D, maka persamaan
menjadi: Ms 1 = H u+ v (1-u) atau 1 Ms = H u+ v (1-u) Bila
dinyatakan dalam perubahan ( ), maka : 1 Ms = H u+ v (1-u) 1
koefisien pelipat uang (nilainya > 1) u+ v (1-u) Keterangan: Ms =
tambahan JUB u = K / Ms = persentase dari uang beredar yang
dipegang oleh masyarakat dalam bentuk uang kartal. v = R/D =
persentase “jaminan” (berapa uang tunai atau inti ) yang dipegang
bank-bank umum bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang
dikelola mereka. (misal : 15%, 20%, dsb) Yang menentukan v : a.
Besarnya cash ratio / reserve requirement yang diwajibkan Bank
Sentral. b. Besarnya Excess Reserve : besarnya reserve yang ingin
dipegang bank di atas jumlah wajib tersebut.

Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi


dua, yaitu:
1. .jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1),
yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2. uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari
M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).

8
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2
ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank.
Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang
beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).
Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas
tersebut, penting dijelaskan disini tentang uang primer atau uang inti (reserve
money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti merupakan cikal-bakal lahirnya
uang kartal dan uang giral.

Uang Primer atau Uang Inti (M0).


Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal:
76) merupakan kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas
uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekening
giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta (perusahaan maupun
perorangan) di Bank Indonesia.
Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk
kas pemerintah atau kas negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank
Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari uang primer.
Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1) Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh
uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang
kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum
atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.
Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro)
masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang
beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk
melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank yang
terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2).

9
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang
beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money
adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka
(time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar,
dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan
menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang
dilakukan. Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini
(M2) sering disebut dengan likuiditas perekonomian.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR.


Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar
adalah karena adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya
uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia.
Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang
masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah uang
beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran mengalami
defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada
pengurangan terhadap jumlah uang beredar.
2. Keadaan APBN (surplus atau defisit);
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah
dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah
uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara mengalami surplus,
maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah
uang beredar semakin kecil.
3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan
kredit kepada bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit
langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang lain seperti

10
Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan
besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
jumlah uang beredar.
4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada
bank-bank umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak
tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam rangka mengatasi
krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan
trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.
Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga
dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.[1]

C. NERACA BANK SENTRAL


Kegiatan bank sentral di dalam perumusan dan pelaksanaan
kebijakan moneter tercermin pada bentuk umum neraca yang disusun. Secara
singkat pos-pos atau rekening utama pada neraca bank sentral adalah sebagai
berikut :
1. Kekayaan (Assets)
a. Cadangan, yang meliputi :
 Sertifikat Emas
 Special Drawing Rights (SDR)
 Valuta Asing
b. Pinjaman yang diberikan (loans), terutama kepada bank umum.
c. Surat berharga (sebagian besar adalah surat berharga milik pemerintah).
d. Kekayaan lain-lain, dapat berupa tanah, gedung atau peralatan-
peralatan,
2. Hutang (Liabilities)
a. Uang kertas
b. Deposito, yang merupakan bagian terbesar adalah deposito bank umum.

11
c. Surplus diperoleh dari : bunga surat berharga yang ditahan, bunga
pinjaman yang diberikan dan dari kegiatan lain.
d. Lain-lain (misalnya: pengeluaran yang belum dibayar).
Dari uraian di atas jelas tampak bahwa pada dasarnya kekayaan
bank sentral diperoleh dengan menciptakan hutang terhadap dirinya
sendiri. Seperti pada contoh pembelian surat berharga, kekayaan yang
berupa surat berharga ini dapat diperoleh dengan menciptakan hutang
berupa deposito bank umum.[2]

D. UANG PRIMER SISI PENAWARAN DAN PERMINTAAN


Teori permintaan uang klasik
Teori ini di kenalkan oleh irving visher dengan teori kuantitas
uangnya. Pandangan klasik mengenai faktor yang menentuan permintaan
uang dapat di jelaskan denga teori kuantits dan sisa tunai. Ada dua
pendekatan dalam teori permintaan uang klasik, yaitu :
1. Pendekatan persamaan fisher
Analisis irving fisher dimulai dengan suatu identitas sederhana
bahwa di dalam setiap transaksi terdapat pembeli dan penjual. Kemudian
ekonomi agregat menunjukan bahwa nilai jual harus sama dengan nilai
yang di terima.
2. Pendekatan cambridge
Pendekatan ini di kembangkan oleh A. Marshall dan A. C pigou dari
cambridge university, pendekatan ini seperti hal nya pendekatan fisher
dan teori klasik lainnya didasarkan pada pandangan bahwa fungsi uang
yang utama adalah sebagai suatu media pertukaran.[3]
Dalam dunia pertukaran modern, para produsen emas tidak
mempunyai peranan moneter lagi karena dalam system standar uang kertas,
sumber dari terciptanya uang beredar adalah otoritas moneter ( Pemerintah ,
Bank Sentral ( supplier uang inti) dan Lembaga keuangan/ perbankan
(supplier uang sekunder).

12
Pasar uang itu terdiri dari 2 sub-pasar yaitu sub-pasar uang
primer dan sub-pasar uang sekunder. Masing-masing mempunyai permintaan
dan penawarannya, namun kedua sub tersebut sangat erat berhubungan satu
sama lain. Sub-pasar uang primer bersifat lebih fundamental karena uang
sekunder (giral) hanya bisa tumbuh karena ada uang primer. Uang sekunder
(giral) diciptakan oleh bank berdasarkan atas uang primer yang dipegang
bank (cadangan bank). Tanpa ada uang primer tersebut tidak akan bisa
diciptakan uang Sekunder. Jadi kedua sub-pasar tersebut bisa dibedakan
secara konsepsi tetapi jelas kiranya bahwa dalam kenyataan keduanya tidak
terpisahkan satu sama lain
Karena ke dua sub-pasar tersebut sangat erat terkait satu sama
lain, maka para pelaku tersebut baru berhenti melakukan tindakan-tindakan
penyesuaian hanya apabila permintàan dan penawaran di masing-masing sub-
pasar mencapai keseimbangan secara bersarna-sama (simultan). Apabila pada
suatu saat, katakan, sub-pasar uang inti mencapai ke seimbangan tetapi sub-
pasar uang sekunder belum, maka keseimbangan yang sebenarnya belum
tercapai. Di sub-pasar uang sekunder akan terjadi tindakan-tindakan
penyesuaian yang mempengaruhi permintaan dan penawarannya. Perubahan
pada permintaan dan penawaran uang sekunder (giral) pasti akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran uang inti.
Jadi sub-pasar uang inti yang tadinya sudah seimbang menjadi tidak
seimbang, dan tentu kemudian akan ada tindakan-tindakan penyesuaian di
sub-pasar ini. Proses penyesuaian ini akan terus terjadi (di kedua sub-pasar
tersebut) sampai kedua sub pasar tersebut mencapai keseimbangan secara
bersama-sama (simultan). Baru apabila keadaan ini tercapai, maka pasar uang
secara keseluruhan mencapai keseimbangan yang sesungguhnya (equilibrium
).[4]

13
E. MULTILIER UANG DAN FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
a) Money Multiplier (Pelipat Uang)
Proses pelipatan uang atau money multiplier merupakan proses
pasar ( penyesuaian antara permintaaan dan penawaran uang ).Proses
pelipatan itu dimungkinakan karena adanya lembaga yang disebut
bank,yang tidak harus menjamin secara penuh uang giral yang
diciptakannya dengan uang tunai.Seandainya cash ratio yang dipegang
bank adalah 100%,maka proses pelipatan uang tidak akan terjadi.
Uang Giral ( demand deposit,time deposit dan saving deposit)
tidak harus dijamin secara penuh dalam bentuk uang tunai pada bank.Uang
giral sebesar Rp.10.000 misalnya bank hanya perlu menyimpan uang tunai
(cadangan bank) sebesar Rp.500 ( jika cash ratio yang berlaku 5 %
).Artinya dengan memegang uang inti sebesar Rp.500 bank bias
menciptakan uang giral sebesar Rp.10.000.Jadi bank menciptakan uang
giral Rp.9.500 (Rp.10.000 – Rp. 500) .Oleh karena itu setiap tambahan
uang inti sebesar Rp.1 akan dapat menciptakan tambahan uang beredar
yang lebih besar daripada Rp.1.Dalam kenyataanya uang yang diciptakan
bank,tidak hanya bergantung pada kemauan bank semata,tetapi tergantung
pula pada hasil interaksi para pelaku pasar. Secara ringkas proses pelipatan
uang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
M1 = B ; dimana c = C/M1 dan r = R/DD
Persamaan tersebut menunjukkan bagaimana uang inti B dilipatkan
menjadi uang beredar M1,Sedangkan 1/c+r(1-r) adalah koefisien pelipat
uang (money multiplier).Nilai koefisien pelipat uang biasanya lebih dari
satu. Semakin kecil nilai c dan r,akan semakin besar nilai koefisien pelipat
uang.Nilai c yang rendah artinya,masyarakat lebih suka menyimpan uang
tunainya di bank daripada dirumah dan bank memiliki banyak uang inti
yang akan dilipatkan.Sedangkan nilai r yang rendah artinya,lebih banyak
uang giral yang bias diciptakan dari setiap rupiah uang inti yang dipegang

14
olah bank. Nilai c dan r mencerminkan perilaku masyarakat dan bank.
Besarnya uang beredar yang dipegang oleh masyarakat dalam bentuk tunai
mencerminkan keinginan dan perilaku masyarakat .[5]
Multiplier Uang (Money Multiplier) - Multiplier uang (Money
Multiplier) adalah perlipatgandaan oleh simpanan yang dapat naik dari
setiap rupiah cadangan yang mengalami kenaikan.

Jika dikehendaki rasio cadangan 10% dan penambahan di dalam cadangan


Rp 1 dapat mengakibatkan kenaikan simpanan Rp 10 dapat diartikan tidak
terjadi kebocoran di dalam sistem.

b) Fungsi-Fungsi Bank Sentral


Bank sentral mempunyai fungsi penting untuk perbankan yaitu
meliputi:
1. Pembayaran klearing antar bank.
2. Regulasi dalam sistem perbankan.
3. Memberikan bantuan kepada bank yang mengalami kesulitan posisi
keuangan.
4. Mengelola nilai tukar dan cadangan mata uang asing.

Bank sentral seperti di negara-negara maju memiliki fungsi penting


lainnya seperti:
1. Pengawasan merger antar bank.
2. Menguji bank-bank saat terjadi persoalan keuangan perbankan
dibawahnya.
3. Menentukan cadangan yang harus ditahan untuk seluruh lembaga
keuangan.
4. Pemberi kredit terakhir pada bank-bank umum.

15
F. FAKTOR MEMPENGARUHI JUMLAH UANG YANG BEREDA

Pada keseimbangan pasar uang, kita melihat bahwa tingkat suku


bunga sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang. Berikut
ini, kita akan melihat bagaimana jumlah uang beredar berubah oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pendapatan.
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dalam
jangka waktu tertentu. Semakin tinggi penda-patan masyarakat, semakin
besar pula uang yang beredar dalam masyarakat. Sebaliknya, semakin
rendah pendapatan masyarakat, semakin sedikit uang yang beredar dalam
masyarakat.
2. Tingkat Suku Bunga.
Tingkat suku bunga akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Bila
tingkat suku bunga rendah, masyarakat akan enggan menyimpan uang di
bank. Oleh karena itu, jumlah uang yang beredar akan meningkat.
Sebaliknya, jika tingkat suku bunga tinggi, jumlah uang yang beredar
menurun karena banyak orang yang menyimpan uangnya di bank.
3. Selera Masyarakat.
Selera masyarakat akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar.
Misalnya, peningkatan permintaan terhadap mode pakaian baru akan
mempengaruhi uang yang beredar.
4. Harga Barang.
Harga barang mempengaruhi uang yang beredar. Misalnya, jika harga
barang naik, maka jumlah dan peredaran uang akan semakin cepat.
5. Kemudahan dan Kepastian Mendapatkan Kredit.
Fasilitas Kredit (cara pembayaran) dengan menggunakan kartu kredit atau
cara angsuran akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Misalnya, jika seseorang melakukan pembelian dengan

16
menggunakan kartu kredit, maka permintaan uang tunai akan semakin
menurun.
6. Kekayaan yang Dimiliki Masyarakat.
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat semakin besar apabila ragam
(variasi) bentuk kekayaan sedikit. Sebaliknya, bila ragam bentuk kekayaan
semakin banyak atau luas (misalnya tabungan, surat berharga, dan maka
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat akan menurun.

7. Uang Dan Inflasi


Sebagaimana telah dijelaskan pada bab mengenai inflasi, uang dan
inflasi sangat berkaitan erat. Teori kuantitas menjelkan dengan baik
bagaimana jumlah uang beredar mempengaruhi besarnya inflasi sebuah
negara.

Teori kuantitas menyatakan bahwa permintaan uang dalam


masyarakat dipengaruhi oleh kecepatan uang beredar, tingkat harga, dan
jumlah transaksi perekonomian. Untuk memperjelas kaitan tersebut, kita
dapat menggunakan persamaan dari teori kuantitas sebagai berikut.

17
permintaan uang kecepatan peredaran uang atau kecepatan uang berpindah
dan satu tangan ke tangan lainya harga barang jumlah barang yang
diperdagangkan. Pada persamaan di atas, seringkali besarnya jumlah
transaksi ekonomi (T) digantikan dengan besarnya output sebuah negara,
sehingga persamaan di atas menjadi:

M x V= P x Y

Dengan mengasumsikan bahwa tidak terjadi pertumbuhan kecepatan


transaksi (V) dan output (Y), pertumbuhan jumlah uang beredar (M)
menentukan secara langsung pertumbuhan tingkat harga (P) atau inflasi
dengan tingkat besaran yang sama.

Artinya, pertumbuhan jumlah uang beredar sebesar dua kali lipat akan
direspon dengan pertumbuhan tingkat harga sebesar dua kali lipat. Atas
dasar ini, teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral sebagai
otoritas pengontrol penawaran uang, memiliki kekuatan penuh dalam
mengontrol tingkat inflasi. Bila bank sentral menjaga penawaran uang
tetap stabil, maka tingkat harga akan stabil pula. Sebaliknya, bila bank
sentral menaikkan jumlah uang beredar secara cepat, maka tingkat harga
akan naik dengan cepat pula.

18
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang
beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money
adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka
(time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar,
dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan
menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang
dilakukan.

Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
 Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)
 Keadaan APBN (surplus atau defisit)
 Perubahan kredit langsung Bank Indonesia

19
DAFTAR PUSTAKA

http://widi007.blogspot.co.id/2013/02/makalah-jumlah-uang-beredar.html
http://rifkyandriyanto.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-peran-bank-
sentral.html
Etty lestari, Ekonomi moneter, (universitas terbuka:2012) hal: 3.25)
https://ekanurulaisah.wordpress.com/2014/05/14/pengertian-uang-beredar-
penawaran-tanpa-bank-penawaran-uang-modern-dan-money-multiplier

[1] http://widi007.blogspot.co.id/2013/02/makalah-jumlah-uang-
beredar.html (diakses pada tangga 16 oktober 2017 pukul 15.30 wib)
[2] http://rifkyandriyanto.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-peran-bank-
sentral.html (diakses pada tangga 16 oktober 2017 pukul 15.43 wib)
[3] Etty lestari, Ekonomi moneter, (universitas terbuka:2012) hal: 3.25)
[4] https://ekanurulaisah.wordpress.com/2014/05/14/pengertian-uang-beredar-
penawaran-tanpa-bank-penawaran-uang-modern-dan-money-multiplier (diakses
pada tangga 16 oktober 2017 pukul 14.05 wib)
[5] Ibid

20

Anda mungkin juga menyukai