Anda di halaman 1dari 23

UPAYA PENDEKATAN KELUARGA Tn.

T
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA
TONSILOFARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

Disusun untuk memenuhi tugas kepanitraan klinik Ilmu Kedokteran Keluarga


Klinikita Kalipancur

Disusun Oleh :
Mohammad Hasvian Ahda
H2A012003

KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

i
UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Tn. T
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA
TONSILOFARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama kepala keluarga : Tn. T (37 tahun)
Alamat : Jl. Candi Penataran Rw 10 Rt 03 Kalipancur
Bentuk keluarga : Nuclear family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan
1. Tn. T Kepala L 37 th SI Pelaut Pasien TFK
keluarga
2. Ny. R Istri P 32 th SI Rumah Tangga - -
3. An. T Anak L 10 th SD Siswa - -
4. An. P Anak P 8 th SMA Siswa - -
5. An. A Anak P 3 th SI - - -
Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Tn.T berbentuk Nuclear family didapatkan pasien atas nama Tn.T
usia 37 tahun, pendidikan terakhir SI , bekerja sebagai Pelaut dengan penyakit
Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut.

TAHAP II. STATUS PASIEN


A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. T
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Pelaut
Pendidikan : SI
Agama : Islam
Alamat : Jl. Candi Penataran Rw 10 Rt 03 Kalipancur
Suku : Jawa

1
Tanggal periksa : 10 April 2018

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Klinikita Kalipancur dengan keluhan demam sejak tiga
hari sebelum diperiksakan ke klinik. Keluhan dirasakan setelah pasien berpegian
keluar kota. Demam dirasakan terus menerus. Pasien belum mengkonsumsi obat
selama sakit ini. Pasien juga mengeluhkan batuk, batuk dirasakan muncul
bersamaan dengan demam, batuk dirasa tidak terlalu sering. Pasien juga
mengeluhkan tenggorokan sakit, sakit terutama dirasakan saat menelan. Pada
tanggal 10 April 2018. Karena keluhannya tersebut, pasien memeriksakan diri ke
klinikita. Buang air kecil dan buang air besar tidak terdapat keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya : diakui (Riwayat keluhan serupa diakui
sekitar dua bulan yang lalu)
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit telinga : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asam urat tinggi : disangkal
Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal

2
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat sakit ISPA : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai Pelaut di kapal kargo
dengan penghasilan sekali melaut Rp.12.000.000,-. Pasien tinggal serumah
dengan istri dan ketiga anaknya. Pendidikan terakhir pasien SI, kesan ekonomi
cukup.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan 3 kali sehari dengan menu makanan berganti-ganti, kadang
suka membeli makanan diluar. Pasien jarang makan buah dan sayur. Terutama
apabila sedang bekerja, pasien kadang menjadi lupa makan. Jadwal makan
pasien tidak teratur.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 75 kali permenit
Frekuensi nafas : 18 kali permenit
Suhu : 37,7°C

3
2. Status Gizi
BB = 78 kg
TB = 174 cm
IMT = 25,76 kg/𝑚2 (normoweight)
3. Mata : dalam batas normal
4. Leher : dalam batas normal
5. Jantung : dalam batas normal
6. Pulmo : dalam batas normal
7. Abdomen : dalam batas normal
8. Ekstremitas : dalam batas normal
9. Status neurologis : dalam batas normal
10. Status lokalis
1) Telinga
Telinga AD AS

Preaurikula Fistel (-) Fistel (-)

Retroaurikula Dbn Dbn

Aurikula Nyeri tarik (-), Nyeri tarik (-),


kelainan congenital (-) kelainan congenital (-)

Tragus pain Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Mastoid Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)

2) Hidung
Hidung luar
Bentuk Dbn

4
Massa (-)

Deformitas (-)

Radang (-)

Kelainan congenital (-)

Nyeri tekan (-)/(-)

Sinus paranasal
Sinus Frontal Sinus Maxilla Sinus Etmoid
Hiperemis (-)/(-) (-)/(-) (-)/(-)
Bengkak (-)/(-) (-)/(-) (-)/(-)
Nyeri Tekan (-)/(-) (-)/(-) (-)/(-)
Nyeri Ketok (-)/(-) (-)/(-) (-)/(-)
Transluminasi Tidak dilakukan

3) Rongga mulut dan orofaring


Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa Tenang
Mulut Bersih
Lidah Tidak ada deviasi

5
Palatum Reflek muntah (+)
Hiperemis (-) permukaan
licin, warna sama dengan
kulit sekitar, konsistensi
kenyal, berbatas tegas,
tidak mobil, nyeri tekan (-).
Caries (-)
Ditengah, dalam batas
Gigi geligi normal
Uvula
Tonsil Permukaan Tidak rata
Ukuran T2 – T2
Warna Hiperemis (+)
Kripta Melebar
Detritus (-)
Faring Mukosa Hiperemis (+)
Granulasi (+)
Post Nasal Drip (-)

D. RESUME
Pasien datang ke Klinikita Kalipancur dengan keluhan demam sejak tiga hari
sebelum diperiksakan ke klinik. Keluhan dirasakan setelah pasien berpegian keluar
kota. Demam dirasakan terus menerus. Pasien belum mengkonsumsi obat selama
sakit ini. Pasien juga mengeluhkan batuk, batuk dirasakan muncul bersamaan
dengan demam, batuk dirasa tidak terlalu sering. Pasien juga mengeluhkan
tenggorokan sakit, sakit terutama dirasakan saat menelan. Pada peemriksaan
didapatkan pembesaran tonsil dan hiperemis, faring hiperemis disertai granulasi.

6
Jadwal makan pasien tidak teratur, terutama apabila sedang bekerja pasien kadang
lupa makan. Pasien jarang makan buah dan sayur.
PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosis Holistik
Tn. T usia 37 tahun Nuclear family, Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut,
keluarga cukup harmonis dan anggota masyarakat biasa.
2. Diagnosis Biologis
Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut
3. Diagnosis Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga akrab dan saling mendukung.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Penderita merupakan anggota masyarakat biasa dan hubungan dengan
masyarakat sekitar berjalan baik.

PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
 Mengurangi stres
 Menghindari makanan makanan pencetus keluhan seperti minuman dingin,
makanan tidak higien.
 Istirahat cukup.
 Makan bergizi dan teratur.
2. Medikamentosa
Amoxcilin 500 mg setiap 8 jam peroral
Paracetamol 500 mg setiap 8 jam peroral
FOLLOW UP
Kunjungan : 11 April 2018
o Subyektif : batuk masih dirasakan
o Obyektif : keadaan umum baik, composmentis

7
o Tanda vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 90 kali permenit
RR : 21 kali permenit
Suhu : 36,7°C
o Assesment : Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut
Planning : Terapi medikamentosa berupa Amoxcilin 500 mg setiap 8 jam
peroral, Paracetamol 500 mg setiap 8 jam peroral dilanjutkan, terapi non
medikamentosa berupa istirahat cukup, makan makanan bergizi dan olahraga
teratur.
FLOW SHEET
Nama : Ny. R (39 tahun)
Diagnosis : tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut
Tabel 2. Flowsheet penderita
Tanggal Tanda Vital Keluhan Rencana Terapi Target
11/04/18 Tensi : 130/80 Demam (+) Medikamentosa : Perbaikan
mmHg Amoxcilin 500 mg setiap 8 jam peroral keluhan pasien
Nadi : Paracetamol 500 mg setiap 8 jam peroral (demam, batuk,
90x/menit Non medikamentosa : nyeri telan
RR : 21x/menit  Mengurangi stres berkurang)
Suhu : 37,7°C  Menghindari makanan makanan
pencetus keluhan seperti minuman
dingin, makanan tidak higien.
 Istirahat cukup
 Makan bergizi dan teratur

8
TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Tn.T 37 tahun), istri (Ny. R 32 tahun),
tiga orang anaknya (An.T 10 tahun, An.P 8 tahun, dan An.A 3 tahun) tinggal
bersama dalam satu rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian
satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan cukup aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai pedagang di pasar.
Pasien tinggal serumah dengan suami, kedua anaknya, menantu dan cucunya.
Pendidikan terakhir pasien SI, kesan ekonomi cukup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan bersama-sama.

9
2. FUNGSI FISIOLOGIS
Tabel 3. APGAR score keluarga Ny.R
Kode APGAR Tn.T Ny.R An.T An.P An.A
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila 2 2 2 2 2
saya mendapat masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan 2 1 2 2 1
membagi masalah dengan saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan 2 2 1 1 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan 1 2 2 1 2
kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi 1 1 1 1 2
waktu bersama-sama.
Total (kontribusi) 8 8 8 7 9

Rata-rata APGAR score keluarga Tn.P = 8 + 8 + 8 + 7+9 = 8


4
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.T = baik

3. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn.T
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang -
masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah -
cukup baik
Economic Penghasilan keluarga cukup ( di atas UMR) -
Education Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 12 tahun) -
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera -
berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.
Kesimpulan : keluarga Tn.T tidak memiliki fungsi patologis.

10
4. GENOGRAM

Tn.T Ny.R

An.T An.P An.A

Diagram 1. Genogram keluarga Tn.T


Keterangan :

: laki-laki : keluarga sakit sama

: perempuan Tn.T : Pasien

: laki-laki, perempuan meninggal : tinggal serumah

Kesimpulan Genogram :
Berdasarkan genogram di atas, penyakit Tonsilofaringitis tidak diturunkan dari
keluarga Tn. T

11
5. POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn. T Ny.R

An. An.A
T

An.P

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Tn.T


Kesimpulan : Pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga berjalan baik dan
harmonis.

6. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Pendidikan keluarga penderita cukup , pasien lulusan SI dan istri lulusan SI.
Anak yang pertama berusia 10 tahun masih duduk di bangku SD kelas V, anak
kedua masih duduk di bangku SD kelas III, dan anak ketiga berusia 3 tahun belum
bersekolah. Keluarga menyadari arti penting kesehatan tetapi memiliki pengetahuan
yang kurang tentang Tonsilofaringitis kronik, bahayanya dan pengobatannya.
b. Sikap
Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya kurang
positif karena penderita tidak rutin mengontrolkan dan mengobati penyakitnya.
Penderita sering mengalami sakit tenggorokan, dan dokter sebelumnya
menyarankan agar pasien istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi, tetapi
pasien selalu melanggar pantangan tersebut.

12
c. Tindakan
Penderita dan keluarga cukup menyadari pentingnya arti hidup sehat karena
setiap ada
anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan ke dokter praktek atau puskesmas.
7. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn.T sudah cukup memadai. Keadaan
di dalam dan di luar rumah cukup bersih, sampah dibuang pada tempat sampah,
sumber air terjaga kebersihannya, sanitasi baik, pencahayaan dan ventilasi
cukup. Kondisi rumah juga rapi dan di halaman terdapat beberapa pot tanaman
hias dan pepohonan yang rindang.
b. Keturunan
Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit penderita.
c. Pelayanan Kesehatan
Unit pelayanan kesehatan tersedia dengan baik. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit langsung berobat ke puskesmas atau dokter yang praktek di
sekitar tempat tinggal penderita.

8. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga Tn.T tinggal di sebuah rumah berukuran 18x15 m2 dengan posisi
rumah menghadap ke barat. Rumah tertata rapi terdiri atas ruang tamu yang cukup
luas, empat kamar tidur, ruang keluarga yang dilengkapi TV, ruang makan, dapur,
dan dua kamar mandi. Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah dicat.
Lantai rumah semuanya telah dilapisi keramik. Atap rumah terbuat dari genteng dan
ditutupi langit-langit.. Masing-masing kamar sudah memiliki ranjang dan kasur
yang layak. Perabotan rumah tangga cukup. Secara keseluruhan kebersihan rumah
cukup baik. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas. Sumber air
berasal dari sumur.

13
KT
KM KM
GRS

D,RM

U RT RK

HDP KT
2

KT KT

Keterangan:

: Pintu KT : Kamar tidur

RT : Ruang tamu KM : Kamar mandi

D,RM : Dapur dan Ruang makan HDP : Halaman Depan

RK : Ruang keluarga HB : Halaman Belakang

GRS : Garasi T : Tangga

9. LINGKUNGAN OUTDOOR
Rumah penderita terletak di desa dengan halaman yang luas. Di sebelah kanan
dan kiri berdekatan dengan rumah tetangga, sedangkan sebelah depan rumah pasien
adalah jalan.

14
RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : tidak ada
4. Fungsi Genogram Keluarga : tidak ada
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : cukup
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : baik

DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut
2. Masalah Nonmedis
a. Diet dan gaya hidup tidak sehat yaitu makanan yang tidak teratur, jarang
konsumsi buah dan sayur, jarang olahraga,.
b. Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarganya tentang tonsilofaringitis
bahayanya, dan pengobatannya.

15
PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Diet dan gaya hidup tidak sehat yaitu 5 5 4 3 4 4 4 19.200 (II)
makanan yang tidak teratur, jarang
konsumsi buah dan sayur, jarang
olahraga,.

2. Kurangnya pengetahuan penderita dan 5 5 5 3 4 4 4 24.000 (I)


keluarganya tentang tonsilofaringitis
bahayanya, dan pengobatannya.

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)

16
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

I. Diet dan pola hidup


tidak sehat

Tn. T 37 tahun dengan


Tonsilofaringitis kronik

II. Kurangnya pengetahuan penderita


tentang tonsilofaringitis kronik,
bahayanya, dan pengobatannya

Diagram 3. Diagram permasalahan pasien

17
TAHAP IV. HUBUNGAN DIET DAN GAYA HIDUP TIDAK SEHAT
KURANGNYA PENGETAHUAN DENGAN TONSILOFARINGITIS KRONIK
EKSASERBASI AKUT

Tonsilofaringitis kronis adalah radang kronis pada tonsila palatina dan dinding
faring. Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat didalam rongga mulut, yaitu
: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring/gerlanch’s tonsil). Hipertrofi
dari tonsil bisa menyebabkan tidur ngorok, nafas melalui mulut, gangguan tidur, dan
sleep apnoe syndrom, selama pasien berhenti bernafas dan pasokan oksigen dalam darah
berkurang, tonsilektomi bisa menjadi pengobatan. Penyebaran infeksi melalui udara (air
borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur.1,2
Faktor predisposisi tonsillitis kronis adalah rangsangan kronis (rokok, makanan),
pengaruh cuaca, pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat, higiene mulut yang
buruk, dan kelelahan fisik. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif. Gejala dan
tanda yang dapat terjadi sebagai gambaran klinik adenotonsilitis kronik diantaranya
adalah anak sering panas, terutama panas yang disertai pilek dan batuk, sering sakit
kepala, lesu, mudah ngantuk, tenggorok terasa mengganjal, tenggorok sering berdahak,
tenggorok terasa kering, Dari anamnesis, Tn. T mengeluhkan adanya demam, batuk dan
nyeri tenggorkan, Hal ini sudah memenuhi kriteria diagnosis Tonsilofaringitis kronik
eksaserbasi akut.1,2
Pasien beberapa bulan sebelum dipriksakan ke klinik juga mengeluhkan hal
yang sama seperti ini. Sudah diberi obat dan nasehat oleh dokter untuk mengurangi
kebiasaan tidur , memperbanyak istirahat dan menjaga kebersihan makanan. Tetapi
pasien tetap kurang untuk beristirahat, sehingga serangan sakitnya muncul kembali.
Dari hasil anamnesis, Tn.T mengaku belum sepenuhnya paham mengenai penyakitnya,
penyebab dan komplikasinya. Tn.T perlu di edukasi kembali bahwa tonsilofaringitis
kronik eksaserbasi akut dapat dengan mudah ditangani, tetapi harus diingatkan bahwa

18
kekambuhan sering terjadi bahkan jika terapi berhasil, jadi terapi lainnya mungkin
dibutuhkan. Selain itu untuk menjaga dari kekambuhan serangan sakitnya Tn.T
sebaiknya merubah kebiasaan makannya, untuk sering mengkonsumsi sayur dan buah
secara teratur dan memperbanyak istirahat.

TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN

V-A. SIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Diagnosis Biologis
Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut
2. Diagnosis Psikologis
Penderita tidak memiliki beban pikiran maupun mental akan penyakitnya.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis dan saling mendukung.
3. Diagnosis Sosial
Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik, kondisi lingkungan dan
rumah cukup sehat, pendidikan penderita dan keluarganya cukup baik,
penderita menyadari arti pentingnya kesehatan, dan penderita mampu
memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya dengan baik.
V-B. SARAN
Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah sebagai
berikut:
1. Promotif
Edukasi kepada keluarga mengenai Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut
yang diderita Tn.T dan juga komplikasinya sehingga keluarga dapat
membantu mengawasi pola makan dan aktivitas istirahat Tn.T
2. Preventif
 Mengurangi stress

19
 Menghindari makanan makanan pencetus keluhan seperti minuman
dingin, makanan tidak higien.
 Istirahat cukup
 Makan bergizi dan teratur
3. Kuratif
Amoxcilin 500 mg tiap 8 jam peroral
Paracetamol 500 mg tiap 8 jam peroral

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono dan Soepardi, EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid.


Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, et al., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6. Jakarta. FKUI, 2009: p. 217-225

2. Vetri RW, Sprinkle PM., Ballenger JJ. Etiologi Peradangan Saluran Nafas Bagian
Atas Dalam : Ballenger JJ. Ed. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan
leher. Edisi 13. Bahasa Indonesia, jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara

20
LAMPIRAN

Gambar 1. Halaman depan Gambar 2. Ruang tamu

Gambar 3. Ruang tengah Gambar 4. Meja makan

21
Gambar 5. dapur Gambar 6. Kamar mandi

Gambar 7. Kamar mandi gambar 8. Kamar tidur

22

Anda mungkin juga menyukai