Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan
rentang hidup, wilayah pembahasannya tidak terbatas pada perubahan
perkembangan selama masa anak-anak dan remaja saja, tetapi juga masa dewasa,
tua, hingga meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan manusia tidak
akan berakhir, tetapi terus berkesinambungan. Perubahan-perubahan badaniah
yang terjadi sepanjang hidup, memengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku
individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami
perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.
Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi tentang
kedewasaan tidaklah mudah. Apalagi di setiap kebudayaan yang ada, masing-
masing memiliki ketentuan sendiri untuk menetapkan kapan seseorang mencapai
status dewasa secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini
tercapai jika pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidaknya sudah mendekati
selesai, atau jika organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu
berproduksi. Di Indonesia sendiri, seseorang dianggap mencapai status dewasa
jika sudah menikah.
Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status
kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan usia 20-an sebagai
awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan
masa dewasa berlangsung dari usia 40-45 hingga usia 65-an, serta masa dewasa
lanjut/masa tua berlangsung dari usia 65-an sampai meninggal, demikian
pandangan dari Robert S. Feldman, penulis buku "Understanding Psychology".

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan dewasa ?
2. Bagaimana perkembangan fisik di masa dewasa ?
3. Bagaimana perkembangan kognitif di masa dewasa ?

1
4. Bagaimana perkembangan psikososial di masa dewasa ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dewasa.
2. Untuk mengetahui perkembangan fisik di masa dewasa.
3. Untuk mengetahui perkembangan kognitif di masa dewasa.
4. Untuk mengetahui perkembangan psikososial di masa dewasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEWASA
Menurut Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa apabila orang itu
bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan
khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa seseorang
dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung jawab terhadap segala
tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari.
Dengan demikian orang dewasa dituntut untuk mempertanggung jawabkan
semua yang dilakukan bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan kehidupan
keluarga sebagai wujud cinta terhadapp istri dan anak-anaknya. Orang dewasa
yang matang tidak takut terabaikan kepentingan dirinya sendiri dalam memproses
mempertanggung jawabkan cinta yang diikrarkan.
Dalam kebudayaan Amerika, seorang anak dipandang belum mencapai status
dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaan
Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah
menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun. Dalam perkembangannya,
manusia dewasa memiliki cirri khas sebagai berikut
 Masa yang ditakuti
Adanya perubahan yang menuju kemunduran
 Masa transisi
Masa dewasa merupakan transisi mengalami kemunduran.
 Masa penyesuaian
Adanya penyesuaian terhadap kondisi yang berubah
 Masa keseimbangan dan ketidakseimbangan
Keseimbangan dialami oleh mereka yang berusia setengah umur namun
masih mengalami kegoncangan dalam penyesuaian diri

3
B. PERKEMBANGAN FISIK DI MASA DEWASA
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan
fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami masa penurunan. Adapun
beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa,
antara lain kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.
1. Kesehatan badan.
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya
kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun,
individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka
sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka.
Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun
selama periode ini mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik. Sejak
usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-
perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara
berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih
mudah terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa
pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi,
menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama
masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda
fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.
2. Perkembangan sensori
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran
mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat
adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.
3. Perkembangan otak.
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang.
Akan tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang
yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini
membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap
aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih

4
banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas demikian pada
tahun-tahun selanjutnya.
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf
menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu
diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Tetapi,
penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit.
Menurut Santrock (1995), diperkirakan bahwa 5 hingga 10 % dari neuron
kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu,
hilangnya neuron akan semakin cepat. Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah
orang dewasa di antaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil,
tumor otak, atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol.
Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi
mental, yang sering disebut dengan kepikunan (senility). Bahkan, juga dapat
menimbulkan penyakit otak yang lebih menakutkan lagi, yaitu penyakit
Alzheimer (kepikunan), yang diderita 3 % dari populasi dunia berusia 75
tahun. Alzheimer dapat merusak kecerdasan pikiran. Pertama-tama
Alzheimer menyebabkan memori berkurang, kemudian penalaran dan
bahasa memburuk. Sebagai penyakit yang menjalar cepat, setelah 5 hingga
20 tahun, penderita menjadi kehilangan arah, kemudian tidak dapat
mengendalikan diri, dan akhirnya kosong secara mental, hidup menjadi
merana (Myers, 1996).

C. PERKEMBANGAN KOGNITIF DI MASA DEWASA


Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang
perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang
dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang
percaya bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan inteligensi -- mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang
menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga
tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan

5
proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya
hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
1. Perkembangan pemikiran postformal.
Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-
individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin
merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti
remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai
orang dewasa. D.P. Keating, penulis buku "Adolescent Thinking",
mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis
daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu
permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran
operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam
buku "Understanding Human Behavior", karya McConnell dan Philipchalk),
menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan
yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan
pragmatis.
Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas.
Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari
pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang
diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan
tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada
peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif
mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun
demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif
yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali
melalui serangkaian pelatihan.
2. Perkembangan memori.
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang
dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah
bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti

6
terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan
stereotip budaya.
3. Perkembangan inteligensi.
Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua
berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh
sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses
penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum.
Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada
usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus
mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational
Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran
kemampuan belajar dewasa.
a. Ketiadaan kapasitas dasar.
Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia
mudanya juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai.
b. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang
bersifat intelektual.
Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang
"berat" dan berhenti melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat
bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.
c. Faktor budaya.
Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang
memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan
prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha
untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan
yang kuat.

D. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DI MASA DEWASA


Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih
luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa
dewasa, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah

7
laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa
kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini,
orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan, dan hidup
berkeluarga. Menurut E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth and Crisis",
perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala
penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
1. Perkembangan keintiman.
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang
lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson,
pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi
oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-
orang sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain.
Mereka mendambakan hubungan yang intim/akrab, dilandasi rasa
persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus
berkorban.
2. Nilai-nilai cinta.
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W
Santrock, penulis buku "Child Development", mengklasifikasikan cinta
menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta yang romantis/bergairah, dan cinta
yang penuh perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa ini lebih dari
sekadar gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh
perasaan dan kasih sayang. Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam
bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih
mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama -- hubungan saling
berbagi hidup dengan orang lain yang intim.
3. Pernikahan dan keluarga.
Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan
seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan
lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan

8
duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong
orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang
sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai.
Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas pada
penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan
akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap,
maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat
diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu
hubungan kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan
keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan.
4. Perkembangan generativitas.
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu
selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah
perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan pembentukan, serta penetapan
garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial
ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial
kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka
kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.
5. Perkembangan integritas.
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir.
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai
seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk,
dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan
kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65
tahun.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial Pada Masa Dewasa :
1. Mobilitas Sosial
Orang dewasa yang memiliki keinginan untuk meningkatkan status
sosialnya, cenderung akan giat untuk mengikuti organisasi-organisasi
masyarakat yang dapat membantu untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Status Sosio-Ekonomi

9
Dengan status sosial-ekonomi yang lebih baik, orang dewasa cenderung
dapat berperan dalam berbagai kegiatan sosial, baik itu untuk orang dewasa
yang telah menikah atau pun yang belum menikah.
3. Lamanya Tinggal dalam Suatu Kelompok Masyarakat
Banyak pula orang dewasa yang pindah dari satu lingkungan ke lingkungan
lainnya untuk dapat menemukan teman baru melalui partisipasi aktif dalam
kegiatan sosial atau organisasi masyarakat.
4. Kelas Sosial
Orang dewasa yang memiliki kelas sosial lebih tinggi dan menengah sering
aktif dalam berbagai organisasi masyarakat dibandingkan dengan yang kelas
sosialnya rendah.
5. Lingkungan
Lingkungan perkotaan dan pedesaan membawa dampak bagi orang dewasa
muda. Contohnya, bila orang dewasa muda yang hidup di kota cenderung
memusatkan sesuatu pada keluarga dan sanak saudara, sedangkan orang
dewasa muda yang hidup di desa, mereka lebih mengenal keakraban antar
tetangga dan keramah tamahan.
6. Jenis Kelamin
Jika pria yang telah menikah lebih aktif berkecimpung dalam organisasi
masyarakat dibanding saat mereka lajang, berbeda halnya dengaan wanita
yang justru lebih aktif saat mereka masih lajang dan belum berumah tangga.
7. Umur Kematangan Seksual
Pria yang lebih cepat dewasa lebih aktif dalam kegiatan masyarkat
dibanding dengan pria yang terlambat dewasa. Sedangkan wanita yang cepat
dewasa dapat tetap aktif di bidang sosial apabila memungkinkan.
8. Urutan Kelahiran
Anak pertama sering memiliki perasaan tidak aman, dan setelah dewasa
cenderung menjadi “pengikut” dan lebih aktif kegiatan-kegiatan masyarakat
dibandingkan anak yang lahir belakangan.
9. Keanggotaan Gereja

10
Orang-orang yang menjadi anggota gereja lebih aktif dalam kegiatan gereja
dan organisasi lainnya dibandingkan dengan orang yang tidak memliki
hubungan dengan gereja.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa apabila orang itu
bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan
khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa seseorang
dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung jawab terhadap segala
tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari. Seperti halnya pada
anak-anak dan remaja, di masa dewasa juga terjadi perkembangan fisik, kognitif
dan psikososial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Hurlock, Elizabeth B. 1980. Development Psychology A Life-Span Approach.
New York: McGraw-Hill.
Sri Setyawati. 2011. “Perkembangan Masa Dewasa”.
http://c3i.sabda.org/perkembangan_masa_dewasa. Di Akses pada Tanggal
25 Maret 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai