Anda di halaman 1dari 11

ANALISA PROXIMATE

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat


menghitung kadar abu pada sampel batubara.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :


 Muffle furnace
 Cawan porcelain
 Neraca analitik
 Desikator
 Penjepit

Bahan yang digunakan :

 Batubara 60 dan 170 mesh

III. DASAR TEORI

Ash Content

Batubara sebenarnya tidak mengandung abu,melainkan


mengandung mineral matter. Namun mineral matter dapat dianalisa dan
dinyatakan sebagai kadar abu atau Ash Content. Mineral matter atau ash
dalam batubara terdiri dari inherent dan extraneous. Inherent ash ada
dalam batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan
dalam batubaraterikat secara kimia dalam stuktur molekul batubara.
Sedangkan extraneous ash berasal dari dilusi atau sumber abu lainnya
yang berasal dari luar batubara.

Sifat-sifat Ash content :


 Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis
mineral matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal
dari inherent atu dari extraneous.
 Kadar abu relative lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh
karena itu ash sering dijadikan parameter penentudalam beberapa
kalibrasi alat preparasi maupun alat sampling.
 Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin
rendah nilai kalorinya.
 Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai HGI batubara.

Ash adalah istilah parameter dimana setelah pembakaran batubara


dengan sempurna, material yang tersisa dan tidak terbakar adalah ash atau
abu sebagai sisa pembakaran.jadi ash atau abu merupakan istilah umum
sebagai sisa pembakaran. Pada material lain mugkin ash ini dapat
mencerminkan langsung mineral matter yang terkandung dalam mineral
yang dibakar tersebut. Akan tetapi, di dalam batubara, hal tersebut tidak
selamanya terjadi karena terjadinya reaksi-reaksi kimia selama
pembakaran atau insinerasi batubara tersebut, sehingga nilai ash yang
didapat akan relative lebih kecil disbanding dengan mineral matter yang
sebenarnya. Adapula yang menggolongkan mineral dalam batubara ke
dalam tiga kategori, yaitu :

 Mineral matter
 Inherent ash
 Extraneous ash

Mineral matter adalah unsure-unsur yang terikat secara organic


dalam rantai karbon sebagai kation pengganti hydrogen. Unsure ini
biasanya ada dalam batubara pada saat pembentukan batubara yang berasal
dari tumbuhan atau pohon pembentuk batubara tersebut. Unsure yang
biasanya ditemukan sebagai mineral matter ini adalah kalsium, sodium dan
juga ditemukan besi dan alumina pada low rank coal.
Inherent ash adlah superfine discrete mineral yang masih dapat
tertinggal dalam partikel batubara setelah dipulverize. Dan yang ketiga
adalah extraneous ash, yang termasuk ke dalam kategori ini adalah tanah
atau pasir yang terbawa pada saat penambangan batubara dan mineral yang
keluar dari partikel batubara pada saat dipulverize. Ketiga jenis ash
tersebut sangat tergantung pada lingkungan pada saat pembentukan
batubara serta bahan pembentuk batubara sehingga memiliki sifat-sifat
termal masing-masing, akibatnya juga setiap tipe ash tersebut memiliki
kontribusi yang berbeda terhadap slagging dan fouling. Penentuan di
laboratorium yaitu dengan membakar batubara pada temperature 750 atau
800⁰C sampai dianggap pembakaran telah sempurna. Dalam prosedur
tergantung kepada standar masing-masing. Penentuan secara prosedur di
atas untuk batubara tertentu yang mengandung banyak pyrite dan carbonat,
menjadi tidak begitu teliti karena selama pembakaran terjadi beberapa
reaksi. Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi selama pembakaran :

 Dekomposisi Pyrite
4FeS2 + 15O2 → 2Fe2O3 + 8SO3

 Dekomposisi Karbonat
CaCO3 + CaO + CO2

 Penetapan dari Sulfur


CaO + SO3 → CaSO4
Na2O + SO3 → Na2SO4

Dalam basis dry mineral matter free basis (dmmf) untuk penentuan
rank batubara di ASTM, ash yang digunakan adalah hasil kalkulasi dimana
ash dinyatakan sebagai ash bebas sulfat. Dalam utilitasnya, batubara yang
digunakan sebagai fuel murni ash tinggi tidak diharapkan karena selain ash
merukan material yang incombustible, juga akan menambah beban dalam
pengolahan limbahnya. Namun untuk keperluan tertentu, ash tinggi justru
dibutuhkan asalkan kalori yang dibutuhkan juga terpenuhi. Dari tipe
batubara yang sama semakin tinggi nilai ash, maka semakin kecil nilai
kalorinya dalam basis adb, dan ash received karena antara ash cv memiliki
korelasi yang jelas. Inherent ash yang tinggi akan sulit sekali dipisahkan
dari batubara, akan tetapi extraneous ash masih bisa dikurangi dengan
memperkecil dilusi yang terjadi pada saat penambangan atau suatu proses
pencucian.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menimbang 4 buah cawan porselen.


2. Memasukkan batubara berukuran 60 mesh pada 2 cawan dan 170
mesh pada cawan yang lain, masing-masing 1 gram.
3. Menghidupkan oven dan mengatur suhunya (400⁰C).
4. Memasukkan cawan yang berisi batubara ke dalam oven.
5. Mengatur suhu oven menjadi 750⁰C.
6. Pemanasan dilakukan sampai semua sampel batubara menjadi abu (±3
jam).
7. Mendinginkan cawan berisi batubara tersebut dengan membuka pintu
oven sampai suhunya turun menjadi 400⁰C.
8. Menimbang masing-masing cawan dan menghitung kadar abunya.
V. DATA PENGAMATAN

No. Cawan Kosong Cawan + Cawan + Berat


Cawan (m1) Batubara Abu Batubara
(m2) (m3)
1 23,3152 gr 24,3192 gr 23,3439 gr 1,0040 gr
2 23,5191 gr 24,5203 gr 23,5500 gr 1,0012 gr
3 21,8702 gr 22,8717 gr 21,8909 gr 1,0015 gr
4 20,7326 gr 21,7336 gr 20,7572 gr 1,0010 gr

VI. PERHITUNGAN

1. Cawan 1 (60 mesh)

m3 − m1
A (%) = ×100%
m2 − m1

(23,3439−23,3152)gr
= ×100%
(24,3192− 23,3152)gr

0,0287 gr
= ×100%
1,0040 gr
= 2,8586 %

2. Cawan 2 (60 mesh)

m3 − m1
A (%) = ×100%
m2 − m1

(23,5500−23,5191)gr
= ×100%
(24,5203− 23,5191)gr

0,0309 gr
= ×100%
1,0012 gr
= 3,0863 %
3. Cawan 3 (170 mesh)

m3 − m1
A (%) = ×100%
m2 − m1

(21,8902−21,8702)gr
= ×100%
(22,8717− 21,8702)gr

0,02 gr
= ×100%
1,0015 gr
= 1,997 %

4. Cawan 4 (170 mesh)

m3 − m1
A (%) = ×100%
m2 − m1

(20,7572−20,7326)gr
= ×100%
(21,7336− 20,7326)gr

0,0246 gr
= ×100%
1,0010 gr
= 2,4575%
VII. ANALISA DATA

Praktikum penentuan kadar abu pada sampel batubara ini


dilakukan untuk mengetahui kualitas batubara dan efisiensi proses
pembersihan. Abu merupakan bahan-bahan yang tidak terbakar setelah
pembakaran. Abu dalam batubara tersebut bersumber dari mineral matter
dalam batubara dan unsur pengotor dari batu pasir, tanah dan sebagainya
yang berasal dari penutup, dasar, atau parting pada lapisan batubara.
Batubara yang digunakan sebagai sampel adalah batubara
berukuran 60 dan 170 mesh. Berdasarkan teori, semua proses preparasi
baik pengurangan ukuran, pembagian dan pemanasan khusus tidak akan
mengurangi atau menambah kadar abu pada batubara yang diproses. Dan
hal tersebut akan dapat diketahui kebenarannya melalui praktikum ini.
Dalam proses pemanasan batubara, suhu yang digunakan adalah
750⁰C dalam waktu 3 jam, berdasarkan standar ASTM. Hal ini dilakukan
agar batubara dapat menyerap kalor dari dalam oven dengan sempurna.
Selain itu, pada kondisi tersebut, semua zat organic teroksidasi menjadi
CO2 dan H2O, sedangkan zat anorganiknya akan menjadi abu yang tersisa
setelah pembakaran.
Ketika batubara dalam porselen dipanaskan, porselen harus dalam
keadaan terbuka supaya panas yang dihasilkan oven mengenai batubara
secara langsung dan dapat terjadi transfer panas secara sempurna, sehingga
menghasilkan pembakaran sempurna pula. Sementara itu, pada proses
pendinginan, oven harus dalam keadaan terbuka supaya proses
pendinginan barjalan lebih cepat karena suhu dalam oven akan
dipengaruhi oleh lingkungan sehingga suhu akan turun lebih cepat.
Kadar abu pada batubara yang dihasilakn antara batubara 60 dan
170 mesh, diperoleh nilai yang lebih besar pada batubara 60 mesh. Hal ini
dikarenakan luas permukaannya lebih luas, namun bongkahannya masih
lebih besar dari 170 mesh. Sehingga pembakarannya lebih sempurna pada
batubara 170 mesh dan kadar abunya pun menjadi sedikit lebih rendah dari
batubara 60 mesh.
Kadar batubara yang tinggi akan menyebabkan nilai kalornya
rendah. Hal ini dikarenakan kecilnya kandungan fixed carnon (karbon
padat) yang berpengaruh terhadap besarnya pembentukan energi pada
porses pembakaran batubara.
VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


 Ash adalah mineral batubara yang masihtersisa setelah proses
pembakaran.
 Penentuan kadar abu batubara dilakukan untuk menentukan
kualitas batubara.
 Kadar abu di dalam batubara dipengaruhi oleh banyaknya jenis
mineral matter yang dikandung oleh batubara tersebut, baik yang
berasal dari inherent maupun extraneous.
 Semakin tinggi kadar abu dalam batubara maka nilai kalornya akan
semakin rendah, begitupun dengan kualitas dan harga jualnya.
 Berdasarkan luas permukannya, kadar abu pada batubara 60 mesh
lebih besar daripada kadar abu 170 mesh.
DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet Praktikum Analisis Batubara, Penentuan Kadar Abu pada


Batubara.2014-2015.POLSRI.
 See-around-theworld.blogspot.com/2011/11/v.html
 SetiawanOIS.blogspot.com/2012/04/analisis-batubara.html
 Chemistrydrizzle.blogspot.com/2012/09/penentuan-kadar-abu.html
GAMBAR ALAT

Neraca Analitik Muffle Furnace


Desikator Penjepit Cawan porselen

Anda mungkin juga menyukai