Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah perkotaan terbagi atas 2 (dua) yakni sampah basah dan
sampah kering (Artiningsih, 2008). Sampah basah adalah sampah yang
mempunyai komposisi kimia mudah terurai oleh bakteri (biodegradable)
misalnya sisa makanan, sayur-sayuran, dedaunan, kayu dan lain-lain.
Sedangkan sampah kering adalah sampah yang mempunyai komposisi kimia
sulit untuk diuraikan atau membutuhkan waktu yang lama
(nonbiodegradable) misalnya sampah plastik, kaleng, kaca, besi dan lain-lain.
Pada tahun 2010 Penduduk Kota Mataram berjumlah 364.968 jiwa
dan pada tahun 2015 diperkirakan berjumlah 372.667 jiwa mengalami rata-
rata 1,44% pertahun (Kota Mataram Dalam Angka, 2010), sedangkan jumlah
penduduk Kabupaten Lombok Barat berjumlah 758.954 jiwa pada tahun 2010
dan mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata 1,0% pertahun (Kabupaten
Lombok Barat Dalam Angka 2010) pada tahun 2015 berjumlah 773.413
jiwa. Semakin bertambahnya tahun, semakin bertambah pula jumlah
penduduk, sedangkan Daerah pelayanan TPA Regional Gapuk menampung
sampah untuk Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat.
Konsekuensi atas semakin bertambahnya jumlah penduduk akan
berdampak pada peningkatan aktivitas kegiatan masyarakat. Akibat laju
timbulan sampah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat semakin
meningkat pula. Berdasarkan besaran sampah untuk kota sedang (SNI 19-
3983-1995) yaitu 3,25 ltr/hr/org, maka jumlah timbulan sampah untuk Kota
Mataram pada tahun 2015 yaitu 931.667 lt/hr, sedangkan jumlah timbulan
sampah pada tahun 2015 di Kabupaten Lombok Barat diprediksikan yaitu
1.933.532 lt/hr.
Sistem pembuangan sampah di TPA Regional Gapuk adalah sistem
pemrosesan akhir sistem sanitary landfill yang terletak di desa Sukamakmur,
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. TPA Regional Gapuk dibangun pada tahun 1994, direncanakan pada
awalnya hanya melayani Kota Mataram dan dalam perjalananya melayani
sebagian Kabupaten Lombok Barat sehingga terbentuknya TPA Regional
Gapuk, sehingga tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi
sanitary landfill untuk kota metropolitan dan kota besar, serta controlled
landfill untuk kota sedang dan kota kecil menurut Kebijakan dan Strategis
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (Permen PU,
2006 dan UU No. 18 Tahun 2008), serta mewujudkan TPA integrasi untuk
Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram mengingat keterbatasannya
Lahan untuk TPA.
Pada tahun 2007 Pemerintah Kota Mataram memperoleh bantuan
teknis dari Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
Prasarana Lingkungan Permukiman (SNVT-PLP) Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan sistem pengolahan
sampah di TPA Gapuk, dari sistem open dumping menjadi sanitary landfill.
Perencanaan Peningkatan TPA Gapuk tersebut telah disusun pada tahun 2007
dan direncanakan pembangunannya dimulai pada tahun 2008, dan dibagi
dalam 3 tahap.
Pada tahap operasional dan pemeliharaan diperlukan perhatian yang
sangat besar oleh pemerintah dalam hal TPA Regional Gapuk ini yaitu
pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat untuk
memperpanjang usia TPA Regional Gapuk atau minimal sesuai dengan umur
rencananya. Pola operasional di TPA Regional Gapuk merupakan salah satu
mata rantai dalam pengelolaan sampah masing-masing daerah pelayanan
untuk mendapatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan saat
ini perlu dibenahi terlebih dahulu. Kendala yang dihadapi antara lain
operasional dan pengelolaan TPA Gapuk tidak sesuai dengan perencanaan
dan SOP, teketerbatasan tanah penutup, rendahnya anggaran/biaya
operasional pemeliharaan TPA, kualitas SDM aparatur pengelola
persampahan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan
peranserta masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka di coba diangkat ide
penelitian “Optimalisasi Sistem Pengoperasian dan Pengelolaan TPA
Regional Gapuk
Kabupaten Lombok Barat sebagai Aset Daerah” sebagai topik penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolahan sampah?
2. Bagaimana cara pengelolahan sampah?
3. Apa saja yang perlu diketahui dalam permasalahan mitral?
4. Permasalahan apa saja yang timbul akibat sampah?
5. Solusi apa saja yang harus dilakukan untuk pengolahan sampah?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian pengolahan sampah
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan sampah
3. Untuk mengetahui permasalahan mitral dalam pengolahan sampah
4. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul akibat sampah
5. Untuk mengetahui solusi dalam pengolahan sampah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
1. Sampah
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika
mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah
setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk yang sangat
menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di
sekitarnya. Dalam proses alam, sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses
alam itu berlangsung.
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi
kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau
ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan
berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang
dibiarkan begitu saja akan mendatangkan serangga (lalat, kecoa, kutu, dan
lai-lain) yang membawa kuman penyakit.
Pengelolaan sampah adalah Pengumpulan, Pengangkutan,
Pemrosesan, Pendaur-ulangan atau Pembuangan dari Material Sampah.
Pengolahan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metode dari keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
2. Jenis-Jenis Sampah
Sampah terbagi menjadi menjadi dua bagian :
a. Sampah organik
Sampah Organik atau sering disebut sampah basah merupakan
sampah yang dapat terurai seara alami, artinya bahan sampah tersebut
dapat membusuk tanpa harus didaur ulang. Organik adalah proses
yang kokoh dan relatif cepat. Sampah organik adalah sampah yang
bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan
yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik
seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan
lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan
manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah,
atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa
sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang
berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara
umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik.
Jenis-Jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan, Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
1. Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran.
2. Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah
bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah
organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan
dedaunan kering.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui
seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa
dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium.
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam
waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,
misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
3. Prinsip pengolahan sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam
pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
1. Mengurangi (reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin
banyak sampah yang dihasilkan.
2. Menggunakan kembali (reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang
(disposable)
3. Mendaur ulang (recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur
ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini
sudah banyak industri tidak resmi (informal) dan industri rumah
tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Mengganti (replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang
yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

4. Alternatif pengelolaan sampah


Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu
dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan
alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan
menimbulkan masalah lingkungan. Alternatif-alternatif tersebut harus
bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara
mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi
masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap
sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam
pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah
sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan
prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat
dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke
sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan
industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk
memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku
untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi
nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan
yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan
kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur
limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang
tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar
sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi
setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota
lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang
seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil
dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi
fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang
sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam
sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja
mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan
sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah
zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem
pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/
memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan
40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk
penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting
dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik
seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan
cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan
nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan
yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan
kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang
sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah
dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran
material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara
secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda
organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti
bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos.
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan
mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur
ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan,
sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses
dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-
kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses
dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara
yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati,
dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka
produk akhirnya adalah kompos.
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang
melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak
bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil
perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan
sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak
berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan
kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi
Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan
kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah
berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah
menciptakan ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan
pabrik sehingga membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos
memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh
pupuk kimiawi, yaitu :
1) Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga
memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam
penyerapan hara.
2) Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga
tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya
kekeringan pada tanah.
3) Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.
4) Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad
penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah.
5. Cara Pengolahan Sampah
6. Kelebihan mengolah sampah organik
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan
sampah rumah tangga.
1) Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah
lingkungan.
2) Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar
tempat tinggal.
3) Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
4) Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan
akhir (TPA).
5) Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir
(TPA).
6) Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa
bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang
ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
7. Kekurangan mengolah sampah organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan
sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur
hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat
dalam skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-
hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.

2.2 Permasalahan Mitral


A. Permasalahan Akibat Sampah
1. Tingginya Produksi Sampah
Tingginya jumlah penduduk berkorelasi positif dengan jumlah
sampah yang diproduksi. Sampah timbul akibat aktivitas dan pemenuhan
kebutuhan manusia. Sampah sendiri merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah (wastes) juga sering
diistilahkan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
2. Budaya Buang Sampah Sembarangan
Kehidupan masyarakat tradisional tidak terlalu banyak
berpengaruh terhadap meningkatnya volume sampah. Artinya, meskipun
sampah yang dihasilkan tetap ada, tetapi jenis sampah yang ada lebih
dominan bersifat organik. Hal ini terjadi karena masyarakat belum banyak
dipengaruhi oleh sentuhan dunia industri. Pada tingkatan tertentu; cara,
kebiasaan, atau budaya buang sampah sembarangan pada masyarakat
tradisional masih dapat dimaklumi. Namun apabila budaya tersebut
diterapkan pada kehidupan teknologi tinggi atau kehidupan yang banyak
tergantung pada produk dunia industri, akan berakibat buruk. Efek buruk
dari perbuatan demikian akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan,
kepuasan warga yang umumnya menyenangi keindahan, kerapiaan, dan
ketertiban.
3. Produksi Emisi Karbon (C)
Sadar akan sampah yang tidak henti dan terus muncul maka
berbagai cara untuk mengurangi sebaran sampah organik maupun sampah
non-organik pun terus dilakukan. Berbagai proses penanganan sampah
yang dilakukan berujung pada upaya penghancuran berikutnya yang tidak
dapat dilakukan oleh alam, yaitu dengan cara membakar sampah. Oleh
karena alasan kepraktisan dan kemudahan dalam proses pembakaran
sampah, berbagai mesin pembakar sampah, incinerator, dan big garbage-
burner sering digunakan di beberapa daerah. Belum lagi tumpukan
sampah yang melapuk sendirinya karena proses biokimiawi ketika proses
pelapukan terjadi (dekomposisi). Zat polutan yang mengudara akibat
proses dekomposisi maupun pembakaran secara sengaja untuk
menghancurkan sampah menyebabkan penebalan gas karbon di lapisan
atmosfir, yang mengakibatkan efek rumah kaca (green house effect).
Terjadinya efek rumah kaca dalam jangka waktu yang panjang dapat
membawa malapetaka pada kehidupan alam semesta, khususnya umat
manusia.
4. Perubahan Iklim
Pembakaran sampah menimbulkan polusi sepanjang waktu,
membuat lapisan di atmosfer yang sangat kuat menyerap radiasi
inframerah. Radiasi infranerah merupakan pemantulan panas dari sinar
matahari yang bila terus tertahan akan menyebabkan bumi lebih panas
sehingga terjadi pemanasan global. Akibatnya,
Pemanasan global (global warming) juga menyebabkan terjadinya
perubahan iklim (climate change), gejala el nino, dan gejala la nina.
Peningkatan curah hujan lebih dari biasanya menunjukkan suatu gejala
alam yang perlu diwaspadai. Hal ini terjadi setelah uap air diatas
permukaan laut terus bertambah luas dan volumenya terus membesar.
Perbedaan tekanan udara di beberapa wilayah yang disebabkan oleh panas
maupun dingin yang berbeda jauh menjadi prinsip terjadinya aliran angin
kencang, berupa badai, topan, atau angin ribut.
5. Lahan Resapan Air berkurang
Perkembangan kehidupan yang terus berlangsung menuntut
terjadinya perubahan penggunaan lahan daratan yang terus meluas.
Perluasan lahan untuk pemukiman penduduk menyebabkan berkurangnya
lahan terbuka hijau yang semula berfungsi untuk meresapkan air hujan.
Perumahan yang didirikan beserta bangunan lain berupa prasarana jalan
(aspal, semen, paving blok, dan konblok) serta saluran air merupakan
bidang kedap yang tidak dapat meresapkan air.
Selain itu kehadiran lumut di permukaan tanah, ternyata
menghalangi peresapan air hujan ke dalam tanah. Pada dasarnya, upaya
peresapan air hujan ke dalam tanah bertujuan untuk memelihara
kelembapan tanah di bawah bangunan. Tujuan lainnya yaitu menambah
cadangan air tanah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi
kehidupan dan berbagai keperluan air domestik, seperti untuk sanitasi dan
kebutuhan rumah tangga yang lain. Fenomena keamblesan atau penurunan
permukaan tanah dan intrusi air laut di wilayah pantai serta berkurangnya
sumber air tanah dan keretakan bangunan menunjukkan berkurangnya air
yang diresapkan dibandingkan air yang disedot dari dalam tanah.
6. Banjir dan Kekeringan
Banjir selalu terjadi di beberapa daerah rawan banjir ketika musim
hujan. Jika curah hujan kecil, mungkin air dapat meresap ke dalam tanah
dan bermanfaat untuk memelihara kelembapan tanah. Namun, ketika curah
hujan yang turun begitu besarnya, air yang tidak meresap atau limpasan
(aliran) permukaaan terbuang melalui saluran drainase dan sungai. Bila
limpasan permukaan tidak tertampung oleh saluran-saluran tersebut, air
akan meluap membanjiri kawasan yang lebih rendah.
Jika banjir terjadi pada musim hujan, pada musim kemarau selalu
saja mendatangkan kekeringan. Air hujan yang tidak meresap ke dalam
tanah terbuang menjadi banjir, dapat mengurangi kesempatan untuk
menambah cadangan air tanah. Pada saat musim kemarau tiba, di mana
curah hujan semakin rendah, simpanan air tanah terus berkurang oleh
penguapan dan pemakaian air yang terus bertambah. Penyedotan air tanah
yang tidak diimbangi dengan penambahan kembali melalui upaya
peresapan air, lama kelamaan akan menyebabkan kelembapan tanah
berkurang dan akan menyebabakan tanah menjadi retak ketika musim
kemarau datang. Tanaman perdu dan semak pun tidak mau tumbuh karena
suplai air sebagai sumber kehidupan terhenti. Lebih dari itu, sumber air
bersih untuk kebutuhan manusia juga menjadi sulit.
B. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak
terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing
yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan
adalah sebagai berikut : Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan
cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak
tepat dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai. Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan, salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/ sampah.
Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira – kira
40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah
terkontaminasi oleh raksa ( Hg ). Raksa ini berasal dari sampah yang
dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2.3 Solusi
A. Untuk Perorangan Atau Individu :
1. Bangkitkan Kesadaran dan Kepedulian Anda Tentang Lingkungan
Kesadaran akan kebersihan lingkungan khususnya di tempat
tinggal kita harus ditingkatkan. Ini adalah FASE AWAL yang simpel
namun sulit seperti menegakan benang basah. Karakter "masa bodo"
dan "sok praktis" sudah mendarah daging pada diri masyarakat
Indonesia. Sosialisasi, program penyuluhan, himbauan sampai denda
sekalipun ternyata berbuah nol. Sekarang waktunya kita untuk sedikit
merenungkan hal ini, panggilah jiwa kita, demi kebaikan bersama, juga
anak-anak kita nantinya.

2. Mulailah dari Rumah


Mulailah kebiasaan membuang sampah pada tempatnya di
rumah. Sediakan tempat sampah di setiap ruangan rumah. Ada baiknya
dipisahkan antara sampah plastik dan non plastik, agar lebih mudah
dikelompokan di tempat pembuangan akhir nanti. Jangan melempar
kantong plastik berisi sampah ke sungai. Fokuskan perhatian ke bak
sampah. Jangan lupa ajarkan kebiasaan baik ini pada anak-anak kita
3. Cobalah Kurangi Pemakaian Plastik
Hampir semua minuman dan makanan yang dijual
menggunakan kemasan plastik seperti kresek. Semua toko, mini
market atau pasar umumnya menggunakan tas plastik untuk
membungkus atau mewadahi barang belanjaan. Plastik biasanya
terbuat dari PVC atau polysteren dengan beragam warna dan corak.
Penggunaan plastik untuk membungkus makanan yang langsung
santap contohnya kue, dapat mengakibatkan kanker karena zat-zat
kimia berbahaya dalam plastik dapat menempel pada makanan, dalam
jangka panjang, kebiasaan seperti ini bisa memicu kanker. Berhati-
hatilah ketika membeli makanan seperti itu, usahakan kue dibungkus
dulu dengan kertas atau daun.
Plastik juga punya andil besar dalam pencemaran lingkungan
khususnya tanah. Plastik termasuk jenis sampah non oraganik yang
sulit diuraikan. Membutuhkan waktu hingga 500 tahun agar bisa
terurai dengan sempurna. Sampah plastik akan mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah, dan pada akhirnya pohonlah yang terkena imbasnya.
Pohon punya peranan penting dalam penyerapan gas karbondioksida
dan pelepasan oksigen. Semakin banyak pohon, semakin baik kualitas
udara, dan tentunya jauh dari polusi.
4. Asah Kreatifitas
Untuk pribadi yang kreatif dan terdidik khususnya pelajar,
mahasiswa atau wiraswasta diharapkan terus berimprovisasi untuk
membantu proses pengolahan sampah daur ulang. Ada banyak contoh
figur inspiratif baik di televisi maupun media massa yang sukses dalam
proses daur ulang sampah menjadi komoditi berguna yang bernilai jual
kompetitif.

B. Untuk Pemerintah :
1. Permudah Akses Pembuangan
Akses pembuangan memegang peranan penting guna
menghindari bertumpuknya sampah. Pemerintah, dalam hal ini
diwakili oleh petugas kebersihan bisa meniru langkah yang diterapkan
di negara maju. Di hari pengambilan sampah petugas kebersihan akan
mendatangi komplek perumahan warga secara langsung. Warga
tinggal menaruh sampah di tong yang sudah disediakan, misalnya di
depan rumah, tetapi untuk kebanyakan pemukiman yang padat perlu
disediakan tempat/konsentrasi penampungan sampah yang banyak dan
merata. Warga bisa berswadaya untuk pembuatannya atau minta
bantuan pihak terkait, kemudian petugas tinggal mengangkut semua
sampah tersebut. Yang jelas kemudahan akses warga untuk membuang
sampah tentunya akan sangat membantu mereka untuk tidak
membuang sampah sembarangan.
2. Atur dan Maksimalkan Peran Petugas Kebersihan
Petugas Kebersihan adalah subyek utama untuk menangani obyek
bernama sampah. Bagaimana mereka bisa bekerja dengan baik tanpa
fasilitas memadai?? Armada mereka perlu ditambah, baik dalam
jumlah personil, jumlah mobil pengangkut atau alat-alat penunjang
yang lainnya.. Dinas Kebersihan juga harus mengatur sistem kerja
mereka sebaik mungkin demi hasil optimal. Misalnya mereka harus
rutin melakukan sweeping dan pengangkutan tiap beberapa hari sekali.
Kuantitas petugas akan sangat berpengaruh. Hendaknya mereka
memiliki perwakilan/cabang di tiap kelurahan atau kecamatan,
sehingga lebih terkoordinasi.
3. Berikan Para Petugas Apresiasi Lebih
Petugas Kebersihan umumnya berpenampilan tidak menarik.
Selain itu mobil sampah yang mereka operasikan juga terkesan jelek,
kotor dan kurang terawat. Ada baiknya pemerintah memberi mereka
apresiasi lebih agar mereka merasa dihargai, karena pada dasarnya
pekerjaan mereka termasuk pekerjaan terhormat dan mulia. Misalnya
mereka dibuatkan seragam khusus yang bagus dan rapi, mobil yang
mereka pakai diwarnai dengan warna cerah, agar tidak terkesan jorok.
Sehingga penampilan mereka seperti orang-orang tidak pernah
berurusan dengan kotoran. Pemerintah juga harus memberikan upah
yang masuk akal (tinggi) , supaya mereka tetap disiplin dalam bekerja.
4. Gencarkan Penyuluhan
Pemerintah harusnya tetap konsisten memberikan penyuluhan
pada warga tentang penanganan sampah yang benar berikut bahayanya
untuk lingkungan. Misal perbedaan sampah organik dan non organik,
bagaimana cara memperlakukan jenis sampah berbahaya seperti
baterai, botol obat, atau alat-alat rumah sakit dan lain-lain. Pemerintah
juga dituntut aktif menggandeng organisasi atau LSM yang peduli
lingkungan hidup seperti WWF misalnya untuk mensosialisasikan hal
ini pada warga, harapannya pemahaman masyarakat akan sampah bisa
menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk menjaga lingkungan
tetap bersih dan sehat.
5. Kembangkan Pengolahan di Tempat Penampungan Akhir
Semua sampah yang diangkut dari berbagai wilayah ujung-
ujungnya akan ditampung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Lahan
penampungan biasanya lebih sempit jika dibandingkan dengan
banyaknya sampah yang harus ditampung. Ini diperparah dengan
pengolahan yang berjalan lambat. TPA pun berubah menjadi gunung
sampah sementara pemerintah sendiri tidak punya lokasi alternatif
untuk pembuangan. Berton-ton sampah dari berbagai jenis menumpuk
di TPA. Alih-alih membuang sampah, tapi malah justru membuat
masalah baru.
Jika sampah kian menggunung tanpa dibarengi dengan
pengolahan/pemusnahan yang intens, maka bisa berdampak pada
timbulnya masalah kesehatan bagi warga sekitar.
Ada banyak teknik untuk mengolah sampah seperti insenerasi
(pembakaran) yaitu proses pembakaran langsung kandungan karbon
dalam sampah untuk dimanfaatkan menjadi energi, pembuatan pupuk
kompos yang berasal dari sampah-sampah organik, landfill
(penimbunan dalam tanah) dan teknik daur ulang. Keterbatasan sumber
daya dan biaya selama ini jadi alasan tersendatnya pengolahan sampah
di tempat itu. Sudah saatnya Pemerintah lebih getol dalam
menggandeng pihak swasta atau para wiraswasta yang berkecipung di
bidang daur ulang sampah untuk proyek pengolahan ini.

2.4 TARGET
1. Meningkatkan koordinasi masyarakat dan pelaku usaha untuk berperan
aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup serta penegakan peraturan
perundang undangan secara konsisten terhadap pencemaran lingkungan.
2. Meningkatkan koordinasi masyarakat dan pelaku usaha untuk berperan
aktif dala mengendalikan dan mengawasi pemanfaatan SDA.
3. Meningkatkan dan komunikasi lingkungan untuk membangun kepahaman
dan kesadaran masyarakat di bidsng lingkungan hidup.
4. Mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan.
5. Meningkatkan prasarana dan sarana persampahan serta eningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan persampahan.
2.5 Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Bahasan : Kebersihan Lingkungan


Sub Pokok Bahasan : Pengolahan Sampah
Sasaran : Masyarakat Dusun Rungkang Bengkel
Hari/Tanggal : Senin, 3 Desember 2013
Tempat : Aula Stikes Yarsi Mataram
Pukul : 08.00 WIB - selesai
Pemberi Materi : Mahasiswa Stikes Yarsi Mataram

A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
 Seluruh Masyarakat Dusun Rungkang Bengkel dapat menciptakan
lingkungan bersih dan mengetahui pengolahan sampah.
2. Tujuan Khusus :
 Masyarakat Dusun Rungkang Bengkel dapat menjelaskan tentang
pengertian sampah.
 Masyarakat Dusun Rungkang Bengkel dapat menyebutkan macam-
macam sampah.
 Mayarakat Dusun Rungkang Bengkel dapat mengetahui bagaimana
cara-cara pengolahan sampah.
 Masyarakat Dusun Rungkang Bengkel mampu menjelaskan tujuan
dan manfaat pengelolaan sampah.
 Masyarakat Dusun Rungkang Bengkel dapat menyebutkan dampak
negatif dari sampah yang tidak dikelola dengan baik.

B. Materi (terlampir)
1. Pengertian sampah.
2. Macam-macam sampah.
3. Cara pengelolaan sampah.
4. Tujuan dan manfaat pengelolaan sampah.
5. Dampak negatif dari sampah yang tidak dikelola dengan baik.
C. Media
 LCD
 Leaflet
 Pengeras Suara
D. Metode penyuluhan
 Ceramah dan Tanya Jawab
E. Pengorganisasian
 Moderator : Suci Hendra Lestari
 Penyuluh : Siti hadijah
 Fasilitator : Ramdina Eka Yanti
 Observer : Reza Wahyu ilhami

F. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
08.00 – 08.05 1. Memberi salam 11. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 12. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan 13. Memperhatikan
4. Kontrak waktu 14. Menyetujui
2. 30 menit Inti :
08.05 – 08.35 5. Menjelaskan materi 15. Memperhatikan
6. Bertanya 16. Menjawab
7. Menjawab 17. Bertanya
3. 15 menit Penutup :
08.35 – 08.50 8. Merangkum materi 18. Memperhatikan
9. Mengevaluasi 19. Menjawab
10. Mengakhiri kegiatan 20. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam
G. Evaluasi Lisan
1. Jelaskan pengertian sampah !
2. Sebutkan macam-macam sampah !
3. Bagaimana cara-cara pengolahan sampah !
4. Apa tujuan dan manfaat pengelolaan sampah !
5. Sebutkan dampak negatif dari sampah yang tidk dikelola dengan baik !

2.6 MATERI
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang dibuang atau terbuang
sebagai hasil dari aktivitas manusia maupun hasil aktivitas alam yang tidak
atau belum memiliki nilai ekonomis. Sampah merupakan material sisa
yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah
merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada
sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi padat, cair atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam
kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi
sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip
dengan jumlah konsumsi.
2. Macam - Macam Sampah
Sampah yang dihasilkan bermacam-macam bentuk dan jenisnya.
Secara garis besar sampah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Sampah kering atau sampah anorganik.
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,
perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
b. Sampah basah atau sambah organik.
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti
mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari
bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium.
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu
yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,
misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
c. Sampah berbahaya.
Sampah yang terdiri dari bahan-bahan berbahaya dan beracun.
Misalnya adalah bahan kimia beracun. Berdasarkan sumbernya, yaitu :
 Rumah tangga.
 Pertanian.
 Perkantoran.
 Perusahaan.
 Rumah Sakit.
 Pasar.
3. Cara-cara Pengolahan Sampah
4. Tujuan dan Manfaat Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan langkah-langkah yang dilakukan
dengan tujuan :
a. Mengubah sampah dari material yang tidak berguna menjadi material
yang memiliki nilai ekonomis.
b. Mengolah sampah menjadi material yang tidak membahayakan
lingkungan hidup.
Sedangkan manfaat dari pengelolaan sampah yaitu :
1) Menghemat sumber daya alam.
2) Mengehemat energi.
3) Mengurangi uang belanja.
4) Menghemat lahan TPA.
5) Lingkungan asri (bersih, sehat dan nyaman).
5. Dampak Negatif dari pengelolaan sampah yang tidak baik
a. Gangguan kesehatan.
b. Timbunan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat
mendorong penularan infeksi.
c. Timbunan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan
tikus.
d. Menurunnya kualitas lingkungan.
e. Menurunnya estetika lingkungan.
f. Timbunan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan
lingkungan tidak indah untuk dipandang mata.
g. Terhambatnya pembangunan negara.
h. Menurunnya kualitas dan estetika lingkungan
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan
pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata
tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi
tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan
menurun, yang berarti devisa negara juga menurun.
Contoh gambar :
Membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenisnya.

Pengelolaan atau pemanfaatan sampah.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sampah merupakan
konsekuensi yang ada karena aktifitas manusia. Akan tetapi, manusia tidak
menyadari bahwa setiap hari manusia menghasilkan sampah baik organik
maupun anorganik. Kebanyakan orang tidak mau untuk mengolah sampah
yang telah mereka hasilkan tersebut, karena mereka menganggap bahwa hal
itu sah-sah saja untuk dilakukan.
Oleh karena itu, peran serta setiap orang sangat diperlukan dalam
mengatasi masalah sampah yang tak ada hentinya ini. Kita sebagai generasi
muda diharapkan untuk dapat mengolah sampah dengan baik dan benar agar
tidak mencemari lingkungan.

3.2 Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca karya
tulis ini, antara lain :
1. Jagalah kebersihan. Kegiatan menjaga kebersihan ini dapat dimulai
dengan mengangkat sampah yang ada disekitar kita agar jumlah sampah
yang ada tidak meningkat dan membuangnya ketempat sampah.
2. Mendaur ulang sampah. Kegiatan mendaur ulang sampah ini merupakan
kegiatan yang cukup menarik. Karena kita tidak perlu membeli bahan-
bahan yang baru untuk membuat suatu kerajinan, kita dapat memanfaatkan
sampah yang dianggap masih dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu
kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi.
3. Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu
merupakan ancaman yang besar untuk masa depan bangsa. Untuk itu,
sebagai generasi muda kita harus menumbuhkan kreasi-kreasi baru dengan
memanfaatkan sampah. Dengan ini, tanpa kita sadari kita telah
menyelamatkan masa depan bangsa dari bayang-bayang sampah.

Anda mungkin juga menyukai