Anda di halaman 1dari 21

PEMBAHASAN

A. Teori Audit Sektor Publik

Definisi audit sektor publik

Auditing merupakan suatu invetigasi independen terhadap aktivitas khusus.


Mekanisme audit merupakan suatu mekanisme yang menggerakkan akuntanbilitas dalam
pengelolaan sektor pemerintah, BUMN atau instan pengelola aset negara, serta organisasi
sektor publik lainnya sperti yayasan, LSM, dan partai politik.

“Suatu proses sistematik yang secara objektif terkait evaluasi bukti-bukti


berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat
atau tingkat hubungan anatara asersi tersebut dengan kriteria yang ada, serta
mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah “jasa penyelidikan
bagi masyarakat atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai.”
Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai
berikut: “Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk
membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”

Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit
sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui
pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat (public money)
yang bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan
pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan
Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur
prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.

Dari definsi tersebut, beberapa bagian perlu mendapatkan perhatian yaitu :

1. Proses sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu


urutan yang logis.
2. Objektivitas – Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan serta
kualitas orang yang melakukan audit.

3. Penyediaan dan evaluasi bukti – Hal ini berkaitan dengan pengujian yang
mendasari dukungan terhadap asersi ataupun representasi.

4. Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi – Hal ini merupakan deskripsi yang
luas tentang subyek permasalahn yang diaudit.

5. Derajat hubungan kriteria yang ada – Hal ini berarti suatu audit memberikan
kecocokan antara asersi dan kriteria yang ada.

6. Mengkomunikasikan hasil – Agar bermanfaat hasil audit perlu dikomunikasikan


kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Regulasi dalam audit sektor publik

Untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan organisasi sektor publik,


keuangan organisasi harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang – undang,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan serta kepatutan.

Keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan serta kepatuhan.

Audit sektor publik dan Sektor Bisnis

Audit sektor publik dan audit sektor bisnis berbeda atau sektor swasta. Audit
sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat niralaba seperti
Pemda, BUMN, BUMD, instan lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan
negara, dan organisasi sektor publik lainnya seperti yayasan, LSM, serta partai politik.

Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang
berorientasi laba. Audit sektor publik dan sektor bisnis sama-sama terdiri dari audit
keuangan, audit kinerja, dan audit untuk tujuan tertentu.

1) Persamaan sektor publik dengan sektor swasta

a. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi.


b. Mengikuti prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang diterima umum;
Objectivity, Cosistency, Materiality, Full Disclosure.

c. Merupakan bagian integral sistem ekonomi di suatu negara.

d. Menghadapi masalah kelangkaan sumber daya (scarcity of resources).

e. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan;


membutuhkan informasi yang handal dan releven untuk melaksanakan
fungsi manajemen.

f. Terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum.

2) Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta

a. Segi kegiatan dan tujuan.

b. Dalam Akuntansi Pemerintahan terdapat perkiraan anggaran (budgetary


accounting) yang tidak ada dalam akuntansi komersial.

c. Akuntansi pemerintahan menggunakan akuntansi dana. Dalam akuntansi


komersial, semua aset, kewajiban dan ekuitas merupakan bagian dari satu
dana.

d. Dalam akuntansi pemerintahan, pengeluaran modal dilaporkan dalam


laporan operasional maupun neraca yang dalam akuntansi komersial tidak
dilaporkan dalam laporan operasional.

e. Akuntansi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh peraturan-peraturan


pemerintah sehingga bersifat lebih kaku (kurang fleksibel) dibandingkan
dengan akuntansi komersial.

3) Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan sektor swasta

Perbedaan Sektor publik Sektor swasta

Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motive

Sumber pendanaan Pajak, retribusi, Pembiayaan internal: modal


utang,obligasi pemerintah, sendiri, laba ditahan,
laba BUMN/BUMD, penjualan aktiva
penjualan aset negara, dsb
Pembiayaan eksternal: utang
bank, obligasi, penerbitan
saham

Pertanggungjawaba Pertanggungjawaban kepada Pertanggungjawaban kepada


n masyarakat (publik) dan pemegang saham dan
parlemen (DPR/DPRD) kreditor

Struktur organisasi Birokratis, kaku, dan Fleksibel: datar, piramid,


hierarkis lintas fungsional, dsb

Karakteristik Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik


anggaran

Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting

Laporan keuangan Neraca, aliran kas dan Neraca, aliran kas, laporan
laporan realisasi anggaran, rugi laba dan laporan
catatan atas laporan perubahan modal
keuangan

Standar akuntansi Pernyataan standar akuntansi Pernyataan standar akuntansi


pemerintah keuangan

Auditor Auditor sektor publik Kantor akuntan publik

Standar audit Standar pemeriksaan Standar pemeriksaan akuntan


akuntansi sektor publik publik
Jenis-jenis audit sektor publik

Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin
dalam APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai
politik. Penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta
standar audit yang harus diikuti oleh auditor merupakan awal.

Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu:

1. Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan adalah
audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan
secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.

2. Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. audit kinerja
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan
efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan
terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian
antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Perbandingan antara audit kinerja dengan audit keuangan adalah sebagai berikut:

Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja

Audit Keuangan Audit Kinerja

Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program, aktivitas/


kegiatan, atau fungsi

Menguji kewajaran laporan keuangan dari Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan
salah saji yang material dan kesesuaiannya efektivitas dalam penggunaan sumber daya
dengan prinsip akuntansi yang diterima umum untuk mencapai tujuan

Lebih bersifat kuantitatif – keuangan Lebih bersifat kualitatif

Tidak terlalu analitis Sangat analitis

Tidak menggunakan indikator kinerja, standar, Membutuhkan indikator, standar, dan target
dan target kinerja kinerja untuk mengukur kinerja

Biasanya tidak mempertimbangkan analisis Biasanya mempertimbangkan analisis biaya-


biaya manfaat manfaat (cost-benefit analysis)

Waktu pelaksanaan audit tertentu (biasanya Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu


pada akhir periode akuntansi)

Audit dilakukan untuk peristiwa keuangan Mempertimbangkan kinerja masa lalu,


masa lalu (post event) sekarang, dan yang akan datang

Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi


melakukan alokasi sumber daya secara optimal sumber daya secara optimal dan
memperbaiki kinerja

Tidak terdapat rekomendasi audit dan follow- Terdapat rekomendasi audit dan follow-up
up audit audit

3. Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan
audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit
dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau
prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit dengan tujuan tertentu
mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas
sistem pengendalian internal.

Audit keuangan sektor publik

Secara spesifikasi pendefinisian audit atas laporan keuangan dapat ditemukan sbb:

Tujuan penguji atas laporan keuangan oleh auditor adalah

a. Ekspresi suatu opini secara jujur tentang posisi keuagan.

b. Hasil operasi.

c. Arus kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi.

Laporan auditor merupakan media mengepresikan opini auditor atau dalam kindisi
tertentu dalam mrnyangkal opini.

Perbandingan antara definis audit laporan keuangan tersebut dengan definis audit
secara umum dapat mengungkapkan aspek esensial audit keuagan sbb:

a. Proses sistematik secara objektif.

b. Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi.

c. Derajat atau tingkat hubungan.

d. Hasil audit atas laporan keuangan dikomunikasikan dalam suatu pelaporan


audit.
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan meliputi sbb:

a. Segmen laporan keuangan

b. Pengendalian internal

c. Pengendalian atau pengawasan internal

d. Ketaatan terhadap peraturan UU yang berlaku.

2. Sistem Audit Keuangan Sektor Publik

A. Pemeriksaan Siklus Pendapatan

Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya salah saji
yang material dalam proses Pendapatan Daerah/Organisasi, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain-lain yang sah.

Jenis koreksi pembukuan yang harus dilakukan atas pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa


perhitungan anggaran tahun lalu.

2. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian pendapatan daerah.

3. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo akhir tahun anggaran sisa


perhitungan anggaran tahun perhitungan.

4. Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran tahun anggaran


perhitungan.

5. Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas:

a. Kesalahan pembukuan (kekeliruan pencatatan).

b. Kesalahan pembebanan.

c. Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka (aritmatika).

B. Pemeriksaan Siklus Belanja

Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing
asersi yang signifikan, yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja.
1. Berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik. Dua kelompok transaksi utama
dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Kedua transaksi
tersebut mempengaruhi berbagai akun berikut:

a. Kas,

b. Persediaan barang habis pakai,

c. Aktiva tetap,

d. Aktiva lain-lain,

e. Utang.

Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi sangatlah
tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus belanja ini,
yaitu:

a. Volume transaksi yang selalu tinggi,

b. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otoritasi yang dapat terjadi,

c. Pembelian aset yang tidak perlu,

d. Masalah akuntansi yang berkembang.

1. Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji.


Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan
transaksi tersebut. Disamping itu, juga ada kemungkinan bahwa organisasi sektor
publik melakukan pembelian aset yang tidak perlu.

2. Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor publik
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus belanja untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji. Seperti siklus pendapatan, pengujian
pengendalian umumnya tidak mengurangi risiko pengendalian asersi hak dan
kewajiban. Jadi, auditor dapat menggunakan kombinasi strategi risiko pengendalian
yang ditetapkan lebih rendah dan pengujian subtantif.

3. Pengujian pengendalian tergantung pada pertimbangan biaya manfaat. Auditor harus


membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian internal degnan
penghematan yang diperoleh akibat berkurangnya pengujian substantif.

C. Pemeriksaan Aktiva Tetap


Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor publik
yang digunakan dalam kegiatan operasi organisasi. Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk
memperoleh bukti tentang setiap asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan
saldo aktiva tetap. Audit atas aktiva tetap sangat penting karena biasanya aktiva tetap
merupakan aset/kekayaan terbesar yang dimiliki oleh suatu organisasi sektor publik.

D. Pemeriksaan Jasa Personalia

Siklus jasa personalia sangat penting karena masalah gaji, pajak penghasilan pegawai,
dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya utama di hampir semua
entitas.

E. Pemeriksaan Siklus Investasi (Pembiayaan)

Investasi ini pada umumnya merupakan bagian dari strategi jangka panjang suatu
organisasi sektor publik. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode
akuntansi. Risiko salah saji pada transaksi investasi organisasi sektor publik umumnya
rendah karena jarangnya transaksi yang terjadi.

F. Pemeriksaan Siklus Saldo Kas

Saldo kas berasal dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan
siklus jasa personalia. Tujian audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang
masing-masing asersi yang signifikan, ynag berkaitan dengan transaksi dan saldo kas.
Tujuan audi ditentukan berdasarkan kelima kategori asersi laporan keuangan:

a. Asersi keberadaan dan keterjadian

b. Asersi kelengkapan

c. Asersi hak dan kewajiban

d. Asersi penilaian dan pengalokasian

e. Asersi pelaporan dan pengungkapan

3. Siklus Audit Keuangan Sektor Publik

Terdapat 17 siklus dalam audit keuangan sektor publik:


A. Perencanaan audit keuangan

Standar pertama dari GAAS (General Accepted Auditing Standard) di Indonesia


SPAP untuk audit lapangan adalah perencanaan yang memadai. Berikut adalah tiga alasan
utama mengapa seorang auditor harus mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat
sehingga (1) auditor dapat memperoleh cukup bukti kompeten untuk kondisi yang ada,
(2) membantu menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar, (3) serta
menghindari kesalah pahaman dengan klien.

Perencanaan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya harus dilakukan
terlebih dahulu dalam audit. Keempatnya adalah sebagai berikut: (1) Auditor harus
memutuskan apakah akan menerima seorang klien baru atau melanjutkan pelayanan
untuk klien yang telah ada sekarang, (2) Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien
menginginkan atau membutuhkan audit, informasi ini akan mempengaruhi bagian lain
dari proses perencanaan, (3) Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara
penugasan untuk menghindari kesalahpahaman. (4) Dipilihnya staf untuk penugasan,
termasuk bila dibutuhkannya spesialis audit.

Merancang pendekatan audit

1) Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal,

2) Memahami bisnis dan industri klien,

3) Menilai resiko bisnis klien,

4) Menetapkan meterialitas, dan menilai resiko akseptabilitas audit serta resiko


inhern,

5) Memahami pengendalian intern, dan menilai resiko pengendalian,

6) Menyusun seluruh rencana serta program audit.

Tahap selanjutnya dalam suatu laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian


audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tahap
terakhir dari suatu audit adalah laporan temuan. Pada tahap ini harus dilaksanakan
standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing.

Tahap perencanaan audit menurut Indra bastian (2010):

1. Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik.


Hal ini sangat penting karena saat ini audit sektor publik tidak lagi berfokus pada
laporan realisasi anggaran saja tetapi juga laporan keuangan lainnya.

2. Penentuan tujuan dan lingkup audit

Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup, auditor harus memastikan bahwa
tujuan dan ruang lingkup audit yang ditetapkan telah sesuai dengan mandat serta
wewenang lembaga audit dan pengawas yang bersangkutan.

3. Penilaian resiko

Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai pengujian yang mengandung resiko


kesalahan, sehingga penilaian risiko pengendalian (control risk), risiko bawaan
(inherent risk), dan risiko deteksi (detection risk) harus dilakukan.

4. Penyusunan rencana audit

Suatu rencana audit harus disusun berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit.

B. Penetapan regulasi audit keuangan

Bagian ini penting dalam proses audit karena dibutuhkan aturan untuk memberikan
arahan yang jelas, dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit laporan keuangan bisa
memberikan opini yang tepat.

C. Penyusunan perencanaan audit tahuann oleh lembaga auditor

Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah selanjutnya adalah menyusun


perencanaan. Perencanaan audit yang matang akan sangat menentukan kesuksesan audit.

D. Temu rencanaan audit tahunan

Setelah lembaga auditor selesai menyusun perencanaan audit tahunan, kemudian mereka
bertemu dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik untuk membicarakan
perencanaan audit yang sudah disusun.

E. Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan


Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini menyangkut tim atau personel yang akan
melakukan audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi dalam menjalankan
proses audit.

F. Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit

Kemudian regulasi yang telah diterbitkan tersebut akan diterima oleh lembaga pemeriksa
sehingga bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi sektor publik.

G. Survei awal karakter industri/organisasi yang akan diaudit

Tahapan selanjutnya dalam siklus audit audit sektor publik ini adalah survei awal
terhadap karakter industri/organisai yang akan diaudit.

H. Pembuatan program audit

Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah audit yang akan
dilakukannya. Langkah-langkah ini tertuang dalam program audit. Suatu program audit
akan berisi:

 Tujuan audit untuk setiap area

 Prosedur audit yang akan dilakukan

 Sumber bukti audit

 Deskripsi mengenai kesalahan (error).

I. Penerbitan surat tugas audit

Pihak organisasi sektor publik segera mengeluarkan surat tugas kepada lembaga
pemeriksa untuk melaksanakan audit.

J. Pelaksanaan audit keuangan

Dalam melaksanakan audit keuangan, auditor melakukan hal-hal berikut:

a) Menilai Pengendalian Internal

Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif didesain untuk memberikan keyakinan
yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:
1. Keandalan atau reliabilitas laporan kkeuangan.

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dirancang oleh organisasi sektor publik
untuk menjaga aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan
penyalahgunaan. Hal inilah yang disebut sebagai pengendalian internal.

Jenis-jenis pengendalian internal:

1. Organisasi

2. Pemisahan tugas

3. Fisik

4. Persetujuan dan Otorisasi

5. Akuntansi

6. Personalia

7. Supervisi

8. Manajemen

b) Melakukan Prosedur Analtis

Prosedur analisis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dilakukan


dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis akan membantu auditor dengan mendukung dan
meningkatkan pemahamannya tentang operasi organisasi yang diaudit. Prosedur
analitis juga membantu auditor dalam mengidentifikasi hubungan yang tidak
sewajarnya dan fluktuasi data yang tidak diharapkan. Ada enam langkah yang harus
dilakukan auditor dalam melakukan prosedur analitis, yaitu:

1. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat

2. Mengembangkan ekspektasi

3. Melakukan perhitungan dan perbandingan

4. Menganalisi data
5. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan

6. Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap perencanaan audit.

K. Pembuatan daftar temuan

Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan-


temuan terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut kemudian didaftar
sebagai bukti dalam penyampaian pendapat nantinya.

L. Pembicaraan awal tentang daftar temuan

Berdasarkan temuan-temuan di lapangan , kemudian auditor melakukan


pembicaraan dengan pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-temuan tersebut.
Dalam tahapan ini, auditor akan melakukan cross-check atas hasil temuannya dengan
fakta yang terjadi di lapangan.

M. Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan

Setelah hasil temuan hasil auditor di bicarakan atau melakukan cross-check


dengan pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draft laporan hasil
pemeriksaan.

N. Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang diaudit

Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah di susun di dalam draft
laporan hasil pemeriksaan sudah selesai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

O. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan

Setelah melakukan pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dan di pastikan


kellengkapan serta kesepakatan mengenai draft tersebut sudah tercapai, kemudian akan
di lakukan penyelesaian atau finalisasi draft tersebut menjadi laporan hasil pemeriksaan
akhir.

P. Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan


Berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak
lanjut atau dengan kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada organisasi
sektor publik.

Q. Penerbitan laporan hasil pemeriksaan

Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil
pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi yang
telah di audit tersebut.

4. Tekhnik Audit Keuangan Sektor Publik

a. Prosedur analitis (Analitycal Procedures)

Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantra data. Prosedur
ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal, atau
laporan persentase, perbandingan jumlah yang sederhana dengan data historis atau
anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.

b. Inspeksi (Inspecting)

Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevalusai bukti, baik
bottom-up mapun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom –up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas.

c. Konfirmasi (Confirming)

konfirmasi adalah bentuk kegiatan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh


informasi secara langsug dari sumber independen di luar organisasi sektor publik yang di
audit. Dalam kasus yang lazim, klien (organisasi yang di audit) mengajukan permintaan
kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang mengirimkan permintaan
keterangan tersebut.

d. Permintaan keterangan (Inquiring)

Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis oleh auditor.
Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada manajemen atau karyawan
organisasi sektor publik, yang umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang timbul
setelah dilaksanakannya prosedur analitis. Auditor juga dapat secara langsung meminta
keterangan kepada pihak external.

e. Perhitungan (Counting)

Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1) perhitungan
fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan (2)
akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered). Hal
pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada.
sementara yang ke dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi
pengendalian internal organisasi melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan
akuntansi.

f. Penelusuran (Tracing)

Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen
yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang
diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi
(jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke
catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem
akuntansi.

g. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)

Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi,
dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal
tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam
melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam
penelusuran. Prosedur pemeriksaan bukti pendukung digunakan secara luas untuk
mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang sebenarnya dalam
pencatatan akuntansi.

h. Pengamatan (observing)

Pengamatan berkaitan dengan memerhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa


kegiatan atau proses. Kegiatannya berupa pemrosesan rutin atau jenis transaksi tertentu,
seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas
yang telah diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur organisasi sektor publik.
Pengamatan sangat terutama untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.

i. Pelaksanaan ulang (Reforming)


Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan
rekonsiliasi ynag dilakukan oleh organissasi sektor publik yang di audit. Contohnya
adalah menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat
melakukan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal sudah sesuai dengan pengendaliaan internal yang sudah dirumuskan.

j. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui media


elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik ini untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.

k. Pengujian pengendalian

Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:

1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan desain


kebijakan atau posedur dan apakah benar–benar digunakan dalam kegiatan
organisasi

2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan


prosedur serta bagaiman pengaplikasiannya, konsistensinya dengan aplikasi
terdahulu dan oleh siapa aplikasi itu dilaksanakan selama satu periode.

l. 12) Pengujian substansif

Dua kateegori umum pengujian substansif adalah:

1. Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam penyediaan bukti–bukti tentang


validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya tentang
kesalahan atau ketidak beresan yang terjadi;

2. Pengujian terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian untuk menyediakan
bukti-bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca atau
sebaliknya atas kesalah dan ketidak beresan yang terjadi.

5 Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik

1) Pemerintah Pusat

Audit atas pemerintah pusat ditujukan pada perolehan bukti audit yang cukup dan tepat.

Sebagai contoh, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari reformasi
akuntansi dan administrasi sektor publik. Untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan keuangan
pemerintah yang telah dilakukan aparatur pemerintah , maka fungsi akuntabilitas dan audit atas
pelaporann keuangan sektor publik harus berjalan dengan baik. Seiring dengan tuntutan
masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme dan
akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit yang tidak hanya terbatas
pada keuangan dan kepatuhan saja, tetapi perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap
kinerja sektor publik.

2) Pemerintah Daerah

Audit yang diselenggarakan atas kegiatan pemerintah daerah dapat dibagi menjadi audit
keuangan dan audit kinerja. Audit dapat mempunyai gabungan tujuan audit keuangan dan audit
kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas pada beberapa aspek dari masing-
masing jenis audit tersebut.

Sebagai contoh, pelaksanaan audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan
Pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam itu sering kali
mencakup baik tujuan audit keuangan maupun tujuan audit kerja.

Pemeriksaan atas pos pendapatan asli daerah mencakup:

 Melakukan pengujian terhadap nilai realisasi pos

 Melakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan

 Melakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak

 Mengetahui adanya kesalahan atau tidak atas penyetoran pendapatan

 Melakukan koreksi

 Melakukan pengujian.

3) Di Indonesia ada dua jenis LSM. Pertama, LSM yang melakukan fungsi kontrol
masyarakat. Kedua, LSM yang melaksanakan program entitas. Menjamurnya LSM terutama
dipicu oleh persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh lembaga-lembaga keuangan
internasional.

Sebagai contoh, bank dunia yang mensyaratkan perlunya entitas bekerja sama dengan LSM
dalam proyek yang akan dikucurkan dananya.

Dalam organisasi LSM dilakukan dua jenis audit:


 Audit kinerja keuangan

 Audit kinerja nonkeuangan

4) Yayasan

Contohnya pelaksanaa audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan pemerintah
kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam ini sering kali mencakup baik
tujuan keuangan maupun tujuan audit kinerja. Audit semacam ini umunya disebut audit kontrak.

5) Partai Politik

Sama seperti organisasi-organisasi sektor publik lainnya, audit dalam organisasi partai politik
juga dibedakan menjadi dua, yaitu audit kinerja keuangan dan audit kinerja nonkeuangan.

KESIMPULAN

Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal sektor publik merupakan
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari
masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara
pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money dalam
menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Akan
tetapi, audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan saja, namun
perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian


ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar
dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas
dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum
yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut.

Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah


sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan
timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai
ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor publik dipengaruhi oleh kapabilitas
teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan. Untuk
meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka kedudukan auditor sektor publik
harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah, baik secara
pribadi maupun kelembagaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Erlangga

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

http://www.google.com

http://id-jurnal.blogspot.com

http://suhardi.uap.ac.id

Anda mungkin juga menyukai