Anda di halaman 1dari 163

KARYA TULIS ILMIAH

Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013-2016

Penulis:

Apriliana Puspitasari

NIM. 011411131038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
PROFIL PASIEN BARU INFEKSI KANDIDIASIS DI DIVISI MIKOLOGI

UNIT RAWAT JALAN KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD DR.

SOETOMO SURABAYA TAHUN 2013-2016

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi Persyaratan Modul Penelitian

Program Studi Pendidikan Dokter

pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Penulis:

Apriliana Puspitasari

NIM. 011411131038

Pembimbing:

Arthur Pohan Kawilarang, dr., M.Kes., Sp.MK (K)

Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian yang berjudul

“Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Tahun 2013-2016”. Laporan akhir

penelitian disusun sebagai persyaratan akademis untuk menyelesaikan mata kuliah

modeul penelitian pada program studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga.

Terdapat beberapa pihak yang turut berperan dalam penyusunan laporan

akhir penelitian ini. Karena itulah, penulis bermaksud untuk menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya:

1. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga beserta jajarannya atas kesempatan yang telah diberikan kepada

penulis untuk mengikuti program studi pendidikan dokter.

2. Arthur Pohan Kawilarang, dr., M.Kes., Sp.MK (K) selaku dosen pembimbing

pertama yang telah rela membimbing dan meluangkan waktu serta pikiran di

sela kesibukannya demi tersusunnya laporan akhir penelitian ini.

3. Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV selaku dosen pembimbing

kedua yang telah rela membimbing dan meluangkan waktu serta pikiran di

sela kesibukannya demi tersusunnya laporan akhir penelitian ini.

4. Dr. Pudji Lestari, dr., M.Kes selaku penanggung jawab mata kuliah modul

penelitian atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk

iv
mengasah, melatih, dan melibatkan diri di bidang penelitian hingga

tersusunnya laporan akhir penelitian ini.

5. Orangtua dan keluarga atas segala dukungan, semangat, doa, dan motivasi

yang senantiasa diberikan kepada penulis, terutama ketika penulis berada di

titik terendah, sehingga penulis mampu bangkit untuk segera menyelesaikan

laporan akhir penelitian ini.

6. Para sahabat atas segala dukungan, semangat, doa, dan inspirasi yang sangat

berarti bagi penulis demi terselesaikannya penyusunan laporan akhir penelitian

ini.

7. S. R. Bintarti selaku staff di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan rekan yang telah membimbing

peneliti dalam pengambilan data pasien sebagai sampel penelitian.

8. Sejawat Amygdala 2014 atas segala dukungan, motivasi, kritik, dan saran

yang diberikan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah turut

membantu dan meluangkan waktu demi kelancaran penyusunan laporan akhir

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

demi kesempurnaan penulisan laporan akhir penelitian ini. Sebagai penutup, izinkan

penulis menuliskan kata semangat untuk para pejuang skripsi. “Terus semangat untuk

teman-teman yang sedang berjuang menyelesaikan laporan akhir. Jangan pernah

menyerah hanya karena berkali-kali disalahkan oleh dosen pembimbing. Ingatlah!!

Sesungguhnya setelah kesulitan akan datang kemudahan”. Penulisan berharap kalimat

tersebut dapat menjadi semangat bagi siapapun yang saat ini sedang berjuang untuk

v
menyelesaikan laporan akhir penelitiannya. Akhir kata, penulis berharap laporan akhir

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama di bidang

pengembangan ilmu kedokteran.

Surabaya, 6 April 2018

Penulis,

Apriliana Puspitasari

vi
RINGKASAN

Kandidiasis merupakan salah satu infeksi jamur yang terjadi di Indonesia.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Oleh karena itu, karakteristik tersebut

menjadi faktor yang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur, sehingga menjadikan

Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus penyakit infeksi jamur terbanyak,

salah satunya adalah infeksi kandidiasis. Kandidiasis adalah infeksi jamur yang

bersifat opportunistik yang disebabkan oleh Candida sp. Gejala kandidiasis sangat

bervariasi tergantung daerah tubuh yang terinfeksi dan dapat terjadi pada semua jenis

umur dengan banyak manifestasi klinis. Sayangnya, banyak masyarakat Indonesia

yang belum memahami faktor risiko dan karakteristik dari infeksi tersebut.

Penelitian dengan judul “Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Tahun

2013-2016” ini merupakan penelitian descriptive retrospective study untuk

mengetahui gambaran umum infeksi kandidiasis, dari segi epidemiologi, manifestasi

klinis dan diagnosis dari infeksi kandidiasis dengan menggunakan metode total

sampling dalam proses pengambilan sampelnya.

Dari jumlah sampel, didapatkan Jumlah kunjungan pasien mengalami

penurunan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 dan sedikit mengalami peningkatan

pada tahun 2016. Kandidiasis intertriginosa sebagai diagnosis terbanyak dari infeksi

kandidiasis dari tahun 2013 hingga tahun 2016. Prevalensi pasien baru infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2016 di dominasi oleh pasien berjenis

kelamin perempuan dan kelompok umur terbanyak yang menderita kandidiasis, yaitu

45 – 65 tahun. Pasien baru infeksi kandidiasis paling banyak berdomisili di surabaya.

Penyakit penyerta dan kondisi khusus terbanyak yang ditemui pada penelitian ini
vii
adalah mempunyai riwayat diabetes mellitus. Keluhan utama terbanyak pasien

kandidiasis pada tahun 2013 sampai dengan 2016 adalah gatal. Efloresensi terbanyak

adalah satelit papul. Hasil pemeriksaan laboratorium didominasi oleh hasil yang

positif untuk bentukan blastospora+hifa. Dan hasil kultur sebanyak 12 kasus dari

keseluruhan kasus yang dilakukan kultur dengan spesies terbanyak adalah Candida

sp. Dan sebanyak 286 kasus dari keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur.

viii
ABSTRACT

CLINICAL PROFILE OF NEW PATIENTS WITH CANDIDA INFECTION IN

OUTPATIENT CLINIC OF DERMATOVENEREOLOGY DR. SOETOMO

GENERAL HOSPITAL SURABAYA IN 2013-2016

Background: The prevalence of candidiasis in Indonesia is about 20-25% can invade

hair, skin, nail, mucous membrane and systemic. But, the information about its risk

factor and characteristic is still limited.

Objective: To evaluate the incidence and characteristics of candidiasis infection

among new patients of Mycology Division, Outpatient Unit of Dermatovenerology

Departement, Dr. Soetomo General Hospital Surabaya in 2013-2016.

Methods: This is a descriptive retrospective study and was performed by evaluating

medical record of candidiasis infection patients.

Result: The study showed that of a total of 4.541 visits in the years 2013–2016 there

were 298 (6,56%) new cases of candidiasis. Most types of candidiasis is candidiasis

intertriginosa (50,5%). Candidiasis was common in female in years 2013-2016

(62,4%), mostly in the 45-64 age group (31,5%) who domiciled in Surabaya (86,6%).

Diabetes mellitus was the most comorbid in this case. The most major complaint in

candidiasis infection is itching with the efflorescence of papular satellites. Based on

laboratory examination, there were 30,2% patients showed positive result for

blastospora and blastospora+hifa. And isolation of yeast in culture confirms infection

is candida sp.

ix
Conclusion: It can be conclude that candidiasis infection is quite often found and the

number of incidence each year were fluctuate in Mycology Division, Outpatient Unit

of Dermatovenerology Departement, Dr. Soetomo General Hospital Surabaya.

Keywords: Clinical profile, Opportunistic fungal infection, Candida infection.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................. iv

RINGKASAN ....................................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 4

1.3 Tujuan penelitian ................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan umum .............................................................................. 4

1.3.2 Tujuan khusus.............................................................................. 5

1.4 Manfaat penelitian ................................................................................. 6

1.4.1 Manfaat akademis........................................................................ 6

1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

2.1 Kandidiasis ............................................................................................ 7

2.1.1 Epidemiologi ............................................................................... 8

2.1.2 Etiologi ........................................................................................ 10

2.1.3 Patogenesis .................................................................................. 12

2.1.4 Manifestasi klinis ........................................................................ 14

xi
2.1.4.1 Kandidiasis orofaringeal (sariawan, glossitis, stomatitis,

dan angular cheilitis)………………………………..... 15

2.1.4.2 Kandidiasis kutaneous (kandidiasis intertrigo, kandidiasis

diapers, kandidiasis paronikia, kandidiasis onimikosis)

……………………………………............................... 16

2.1.4.3 Kandidiasis vulvovagina dan balanitis atau balanopostitis

kutaneous…………………………............................... 18

2.1.4.4 Kandidiasis mukokutan kronis dan kandidiasis

granulomatosa............................................................... 19

2.1.4.5 Kandidiasis neonatal dan kongenital…........................ 20

2.1.4.6 Kandidiasis esofageal ……………............................... 21

2.1.5 Faktor Risiko. .............................................................................. 21

2.1.6 Pemeriksaan penunjang dan diagnosis. ....................................... 23

2.1.7 Penatalaksanaan........................................................................... 28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................... 30

3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................ 30

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual .......................................................... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 32

4.1 Jenis dan rancangan penelitian .............................................................. 32

4.2 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel ............................... 32

4.2.1 Populasi penelitian ................................................................ 32

4.2.2 Sampel penelitian .................................................................. 32

4.2.2.1 Kriteria penerimaan sampel ............................................ 33

4.2.2.2 Kriteria penolakan sampel .............................................. 33

4.2.2.3 Kriteria pengambilan sampel .......................................... 33

xii
4.3 Variabel penelitian................................................................................. 33

4.4 Definisi operasional ............................................................................... 33

4.5 Instrumen penelitian .............................................................................. 37

4.6 Lokasi dan waktu penelitian .................................................................. 37

4.6.1 Lokasi penelitian ......................................................................... 37

4.6.2 Waktu penelitian.......................................................................... 37

4.7 Prosedur penelitian dan pengumpulan data ........................................... 37

4.8 Alur penelitian ....................................................................................... 38

4.9 Etika penelitian ...................................................................................... 38

4.10 Pengolahan dan analisis data ............................................................... 39

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 40

5.1 Prevalensi kandidiasis .......................................................................... 40

5.1.1 Prevalensi jenis kandidiasis ......................................................... 41

5.1.2 Prevalensi kandidiasis berdasarkan jenis kelamin dan usia ........ 43

5.1.3 Prevalensi kandididasis berdasarkan domisili ............................. 48

5.2 Data klinis ............................................................................................. 49

5.2.1 Penyakit lain yang menyertai dan kondisi khusus....................... 49

5.2.2 Keluhan utama pasien baru infeksi kandidiasis .......................... 51

5.3 Pemeriksaan .......................................................................................... 54

5.3.1 Pemeriksaan fisik lesi (efloresensi) ............................................. 54

5.3.2 Pemeriksaan penunjang ............................................................... 56

5.3.2.1 Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10% ................. 56

5.3.2.2 Pemeriksaan kultur.......................................................... 62

BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................... 64

6.1 Prevalensi kandidiasis ........................................................................... 64

xiii
6.2 Data klinis.............................................................................................. 69

6.3 Pemeriksaan ........................................................................................... 72

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79

7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 79

7.2 Saran ...................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82

LAMPIRAN .......................................................................................................... 89

Lampiran I Jadwal penelitian ...................................................................... 89

Lampiran II Anggaran dana penelitian ........................................................ 90

Lampiran III Keterangan kelaikan etik........................................................ 91

Lampiran IV Nota dinas .............................................................................. 92

Lampiran V Data Penelitian ........................................................................ 96

Data penelitian Tahun 2013 ................................................................. 96

Data penelitian Tahun 2014 ................................................................. 108

Data penelitian Tahun 2015 ................................................................. 122

Data penelitian Tahun 2016 ................................................................. 133

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran tentang mekanisme patogenisitas ............................... 14

Gambar 2.2 Kandidiasis oral pada bayi baru lahir (kiri) dan pada pasien

imunosupresi (kanan)........................................................................................16

Gambar 2.3 Kandidiasis intertrigo diantara sela-sela jari ................................ 17

Gambar 2.4 Onychia kronis dan paronikia disebabkan oleh Candida albicans

.......................................................................................................................... 18

Gambar 2.5 Pertumbuhan C. albicans ............................................................. 24

Gambar 2.6 Pseudohifa pada pewarnaan KOH (mata anak panah) dan Budding

yeast cells (anak panah) ................................................................................... 26

Gambar 2.7 Blue green fluoresence under Wood’s Lamp ............................... 27

Gambar 2.8 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur ................... 28

Gambar 3.1 Skema kerangka konseptual ......................................................... 30

Gambar 4.1 Skema alur penelitian ................................................................... 38

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur.........................28

Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional.....................................35

Tabel 5.1 Distribusi diagnosis pasien baru infeksi kandidiasis........................38

Tabel 5.2 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2013..................................................................................................................43

Tabel 5.3 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2014..................................................................................................................44

Tabel 5.4 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2015..................................................................................................................45

Tabel 5.5 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2016..................................................................................................................46

Tabel 5.6 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan domisili........................48

Tabel 5.7 Distribusi kandidiasis berdasarkan penyakit penyerta dan kondisi

khusus..............................................................................................................49

Tabel 5.8 Distribusi keluhan utama pasien baru infeksi kandidiasis...............51

Tabel 5.9 Distribusi efloresensi lesi pasien baru infeksi kandidiasis..............54

Tabel 5.10 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2013........................57

Tabel 5.11 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2014........................58

Tabel 5.12 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2015........................59

Tabel 5.13 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2016........................60

Tabel 5.14 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% kultur......................62

Tabel 6.1 Hasil identifikasi Candida albicans pada kultur.............................77

xvi
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

C : Celcius

Dll : Dan lain-lain

KOH : Kalium Hidroksida

pH : Potential of Hydrogen

SDA : Saboraud’s Dextrose Agar

Spp. : Menunjukkan spesies

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kandidiasis merupakan salah satu infeksi jamur yang terjadi di Indonesia.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Oleh karena itu, memiliki

karakteristik berupa suhu udara dan kelembaban yang cukup tinggi. Dengan

karakteristik tersebut, ditambah dengan kondisi kulit yang mudah berkeringat dan

lembab, kebersihan diri yang tidak terjaga dan kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan merupakan faktor yang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur,

sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus penyakit

infeksi jamur terbanyak. Infeksi jamur tersebut dapat terjadi pada kulit, rambut,

dan kuku hingga diperkiran menyerang 20-25% populasi dunia karena

merupakan masalah infeksi yang umum ditemui sehari-hari (Ulfa dan Zulkarnain,

2016). Prevalensi infeksi jamur telah meningkat sejak tahun 1980an pada

berbagai kelompok pasien. Candida adalah penyebab paling umum ketiga dari

infeksi jamur pada anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa. Suatu infeksi hasil

dari kolonisasi endogen dan menimbulkan transmisi nosokomial dan strain

resistan terhadap agen antijamur yang dapat menyebabkan masalah baru (R.

Mohamadi, PhD dan B. Ataei, MD., 2016).

Infeksi kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur,

baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen penyebab utama adalah Candida

sp., namun transmisi dapat terjadi melalui kontak langsung maupun fomites.

(Sandra Widaty, 2016). Di Indonesia, di laporkan dari Departemen Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, bahwa dalam kurun waktu

1
2

tahun 2011-2013 didapatkan 137 pasien baru, yaitu 114 pasien dengan infeksi

pada kulit dan 23 pasien dengan infeksi pada kuku. Distribusi jenis kelamin yang

paling banyak adalah perempuan, 2011 (54,3%), 2012 (80%) dan 2013 (56,6%).

Jenis kelainan kulit paling banyak adalah kandidiasis intertriginosa (62,2%) dan

kelainan pada kuku sebesar (91,3%) (Soetojo S. dan Atsari L, 2016). Candida

albicans adalah spesies yang paling umum di seluruh dunia, mewakili rata-rata

global 66% dari semua Candida Sp. Angka kejadian infeksi kandidiasis di Asia

dari beberapa studi epidemiologi di Hong Kong menyebutkan bahwa C. albicans

adalah spesies yang paling sering diidentifikasi dengan rata-rata 56% pada kasus

kandidiasis. C. albicans masih merupakan penyebab tertinggi Candida

bloodstream infection di Singapura (33,3%), Taiwan (55,6%), dan Jepang (41%).

Namun, di Thailand, C. parapsilosis memiliki angka kejadian yang sedikit lebih

tinggi yaitu sebesar 45% dibandingkan C. albicans sebesar 44,5%. C.

parapsilosis dan C. tropicalis di Malaysia menjadi agen etiologi utama, diikuti

oleh C. albicans dengan hanya 11,76% kasus kandidemia. Frekuensi kejadian C.

albicans sebagai spesies dominan dari 37% di Amerika Latin sampai 70% di

Norwegia sebagai akibat dari kejadian kandidiasis invasif yang meningkat

dengan meningkatnya populasi individu yang rentan, dan pengobatan terhambat

oleh resistensi antijamur (Lim et al, 2012).

Jamur Candida sp. hidup sebagai saprofit, terutama di traktus

gastrointestinal, selain itu juga terdapat di vagina, uretra, kulit dan di bawah

kuku. Dapat juga ditemukan di atmosfir, air dan tanah. Agen penyebab tersering

untuk kelainan di kulit, genital dan mukosa oral adalah C. albicans, sedangkan

spesies non-albicans yang sering menimbulkan kelainan adalah C. dubliniensis,

C. glabrata, C. gullermondii, C. krusei, C. lusitaniae, C. parapsilosis, C.


3

pseudotropicalis, dan C. tropicalis (Sandra Widaty, 2016). Infeksi kandidiasis

dapat terjadi di lipatan tubuh yaitu bagian tubuh yang lembab dan hangat seperti

lipatan aksila, selangkangan, dan lipatan kulit lainnya. Hal ini paling sering

terjadi pada individu obesitas dan pada pasien diabetes melitus. Daerah yang

terinfeksi menjadi merah dan lembab serta dapat mengalami vesikula (Jawetz et

al, 2013).

. Dalam buku Medical Microbiology Twenty-Sixth Edition Jawetz et al

(2013) bahwa Candida sp. termasuk dalam endogenous opportunists, seseorang

dengan pertahanan host yang terganggu atau pada seseorang dengan

immunocompremised rentan terhadap infeksi jamur. Dalam banyak kasus, jenis

jamur dan riwayat alami dari infeksi mikobia ditentukan oleh kondisi predisposisi

yang mendasari host. Kemampuan yeast yang berubah bentuk menjadi hifa

dianggap sebagai mekanisme patogen primer dan terbukti bila bentuk dari hifa

melekat lebih kuat pada permukaan epitel, namun, sekarang diketahui bahwa

bentuk dari yeast mampu invasi dan tidak lagi dianggap hanya sebagai komensal

(Dwi Murtiastutik, 2016).

Kandidiasis sering didiagnosis sebagai dermatitis, sehingga sering diobati

sendiri dan menyebabkan gambaran penyakit ini menjadi tidak jelas. Seringkali

sulit untuk menetapkan diagnosis dini dari kandidiasis sistemik dikarenakan

tanda klinis yang tidak pasti, dan kultur seringkali negatif. Selain itu, tidak ada

rejimen profilaksis yang pasti untuk pasien yang dengan resiko tinggi (Jawetz et

al, 2013). Kendala lainnya, yaitu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis utama

hanya tersedia di 6 dari 12 rumah sakit universitas di negara ini (Siregar RS,

2012). Oleh karena itu, penelitian secara retrospectif descriptive bertujuan untuk

mengetahui profil infeksi kandidiasis dengan mengevaluasi rekam medis di


4

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo tahun 2013-2016. Dari penelitian ini, maka akan dievaluasi tentang

jumlah kasus baru, data dasar (umur dan jenis kelamin), dan akan

mendeskripsikan gambaran umum dari infeksi kandidiasis berdasarkan jumlah

kasus baru yang terjadi pada tahun 2013-2016 di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan ringkas pada sub bab latar belakang, maka rumusan

masalah yang diangkat pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran profil dan evaluasi pasien baru infeksi kandidiasis

dari anamnesis, diagnosis, klinis, dan pemeriksaan laboratorium di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada tahun 2013-2016?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

profil pasien dan evaluasi pasien baru infeksi kandidiasis dari anamnesis,

diagnosis, klinis, dan pemeriksaan laboratorium di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

pada tahun 2013-2016.


5

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengevaluasi jumlah kasus baru pasien infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

2. Untuk mengevaluasi data dasar yang terdiri dari umur, jenis kelamin,

pekerjaan dan domisili pada pasien infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

3. Untuk mengevaluasi anamnesis pasien infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4. Untuk mengevaluasi pemeriksaan klinis pasien infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

5. Untuk mengevaluasi gambaran penegakan diagnosis pasien infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

6. Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan laboratorium jamur penyebab

infeksi kandidiasis pada pasien di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2014-2015?


6

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman terhadap gambaran umum infeksi kandidiasis, dari segi

epidemiologi, manifestasi klinis dan diagnosis dari infeksi kandidiasis.

1.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai

infeksi kandidiasis sehingga dapat meningkatkan upaya preventif

maupun kuratif terhadap kasus infeksi kandidiasis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Ada

lebih dari 20 Candida sp. yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, yang

paling umum adalah Candida albicans. Candida albicans merupakan flora

normal yang biasanya berada di saluran usus dan dapat ditemukan pada selaput

lendir dan kulit tanpa menyebabkan infeksi. Namun, pertumbuhan berlebih dari

organisme ini dapat menyebabkan gejala menjadi lebih berkembang. Gejala

kandidiasis sangat bervariasi tergantung daerah tubuh yang terinfeksi.

Kandidiasis yang berkembang di mulut atau tenggorokan disebut "sariawan" atau

kandidiasis orofaringeal. Kandidiasis di vagina sering disebut sebagai kandidiasis

vulvovagina. Kandidiasis invasif terjadi saat Candida sp. memasuki aliran darah

dan menyebar ke seluruh tubuh (Center for Disease Control and Prevention,

2017).

Spesies Candida adalah penyebab paling umum infeksi jamur pada orang

yang immunocompromised. Kandidiasis merupakan infeksi jamur sistemik yang

masuk ke dalam aliran darah terutama ketika ketahanan fagositik host menurun.

Respons imun cell-mediated terutama sel CD4 penting dalam mengendalikan

Candida sp. (seperti pada kandidiasis), seringkali muncul beberapa bulan

sebelum munculnya infeksi oportunistik yang lebih berat. Kandidiasis mukokutan

pada orang dengan HIV-AIDS/ODHA merupakan salah satu indikator

progresivitas HIV dapat muncul dalam tiga bentuk, yaitu kandidiasis

vulvovagina, orofaring, dan esofagus (belum digolongkan infeksi oportunistik

7
8

kecuali jika sudah mengenai esofagus). Strain Candida sp. yang menginfeksi

ODHA tidak berbeda dengan pasien imunokompromais lainnya (tersering adalah

C. albicans). Strain lain yang pernah dilaporkan adalah C. glabrata, C.

parapsilosis, C. tropicalis, C. kruseii, dan C. dubliniensis. Reccurent Candida

dapat disebabkan oleh strain yang sama atau strain yang berbeda (Forbes BA et

al, 2007).

2.1.1 Epidemiologi

Infeksi kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang

semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen penyebab

utama adalah pasien, namun transmisi dapat terjadi melalui kontak

langsung maupun fomites. (Sandra Widaty, 2016).

Candida biasanya terbatas pada host manusia dan hewan, namun

saat ini Candida sudah mulai menginfeksi mulai dari lingkungan rumah

sakit seperti, meja, ventilasi pemanas, lantai, respirator, dan petugas

medis. Kolonisasi pada oropharyngeal dengan Candida diamati pada

hingga 50% individu sehat dan juga terdeteksi pada 40% -65% sampel

tinja normal. (Goldsmith, L., et al., 2012). Selain itu, C.albicans juga

sebagai organisme komensal pada mukosa vagina 20% -25% wanita tanpa

gejala dan sehat dan sampai 30% wanita hamil yang sehat. Dalam buku

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition (2012)

menjelaskan bahwa kandidiasis vulvovaginal (VC) adalah penyebab

vaginitis kedua yang paling umum pada wanita. Spesies Candida adalah

penyebab paling umum infeksi jamur pada orang yang

immunocompromised. Lebih dari 90% orang yang terinfeksi HIV yang


9

tidak menerima terapi antiretroviral (ART) akan sangat aktif

mengembangkan kandidiasis orofaringeal dan 10% pasien ini

mengembangkan kandidiasis esofagus. Spesies Candida sekarang

merupakan patogen keempat yang paling sering diisolasi dari kultur darah

pada pasien dengan infeksi sistemik.

Di Indonesia, prevalensi infeksi kandidiasis terhitung cukup tinggi.

Hal itu dipengaruhi oleh iklim di Indonesia dan sanitasi di lingkungan

masyarakat. Seperti telah diketahui, jamur mudah tumbuh pada

lingkungan yang memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi.

Lingkungan tersebut merupakan salah satu karakteristik dari wilayah

tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia, di laporkan dari Departemen

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, bahwa

dalam kurun waktu tahun 2011-2013 didapatkan 137 pasien baru, yaitu

114 pasien dengan infeksi pada kulit dan 23 pasien dengan infeksi pada

kuku. Distribusi jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan,

2011 (54,3%), 2012 (80%) dan 2013 (56,6%). Jenis kelainan kulit paling

banyak adalah kandidiasis intertriginosa (62,2%) dan kelainan pada kuku

sebesar (91,3%) (Soetojo S. dan Atsari L, 2016). Candida albicans adalah

spesies yang paling umum di seluruh dunia, mewakili rata-rata global

66% dari semua Candida sp. Angka kejadian infeksi kandidiasis di Asia

dari beberapa studi epidemiologi di Hong Kong menyebutkan bahwa C.

albicans adalah spesies yang paling sering diidentifikasi dengan rata-rata

56% pada kasus kandidiasis. C. albicans masih merupakan penyebab

tertinggi Candida bloodstream infection di Singapura (33,3%), Taiwan

(55,6%), dan Jepang (41%). Namun, di Thailand, C. parapsilosis


10

memiliki angka kejadian yang sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 45%

dibandingkan C. albicans sebesar 44,5%. C. parapsilosis dan C. tropicalis

di Malaysia menjadi agen etiologi utama, diikuti oleh C. albicans dengan

hanya 11,76% kasus kandidemia. Frekuensi kejadian C. albicans sebagai

spesies dominan dari 37% di Amerika Latin sampai 70% di Norwegia

sebagai akibat dari kejadian kandidiasis invasif yang meningkat dengan

meningkatnya populasi individu yang rentan, dan pengobatan terhambat

oleh resistensi antijamur. Pada kandidemia dan infeksi sistemik memiliki

tingkat kematian yang tinggi yaitu 46-75%. C. albicans infeksi

intraabdominal pada pasien transplantasi hati memiliki tingkat kematian

hingga 60% (Lim et al, 2012).

2.1.2 Etiologi

Candida sp. adalah penyebab paling umum infeksi jamur

oportunistik di seluruh dunia. Candida sp. adalah patogen jamur utama

manusia yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari infeksi mukosa

superficial sampai infeksi sistemik yang sering mengancam nyawa.

Dilihat dari patogenisitasnya, Candida sp. memiliki kemampuan untuk

tumbuh dalam bentuk yeast, pseudohifa dan hifa. Bentuk hifa memiliki

peran penting dalam menyebabkan penyakit, yaitu dengan menyerang sel

epitel dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Diantara seluruh jenis

Candida sp., C. albicans adalah agen infeksius yang paling umum. Yeast

dimorphic ini adalah komensal yang mengkolonisasi kulit, saluran

pencernaan dan saluran reproduksi. Selain C. albicans juga dapat

menyebabkan munculnya patogen dan juga bisa menginfeksi permukaan


11

mukokutan manusia. Patogenesis dan prognosis infeksi kandidiasis

dipengaruhi oleh status imun inang (Perveen SD, 2013). Jamur Candida

sp. hidup sebagai saprofit, terutama di traktus gastrointestinal, selain itu

juga terdapat di vagina, uretra, kulit dan di bawah kuku. Dapat juga

ditemukan di atmosfir, air dan tanah. Agen penyebab tersering untuk

kelainan di kulit, genital dan mukosa oral adalah C. albicans, sedangkan

spesies non-albicans yang sering menimbulkan kelainan adalah C.

dubliniensis, C. glabrata, C. gullermondii, C. krusei, C. lusitaniae, C.

parapsilosis, C. pseudotropicalis, dan C. tropicalis (Sandra Widaty,

2016). Infeksi kandidiasis dapat terjadi di lipatan tubuh yaitu bagian tubuh

yang lembab dan hangat seperti lipatan aksila, selangkangan, dan lipatan

kulit lainnya. Hal ini paling sering terjadi pada individu obesitas dan pada

pasien diabetes melitus. Daerah yang terinfeksi menjadi merah dan

lembab serta dapat mengalami vesikula (Jawetz et al, 2013).

. Sebagian besar infeksi kandidiasis bersifat mukokutan. Sementara

dalam beberapa kasus kandidiasis meningkatkan angka pada morbiditas,

infeksi ini tidak menyebabkan kematian. Namun, pasien dengan

immunocompromised termasuk pasien rawat inap, dapat menyebabkan

kandidemia semakin meluas dan disseminated candidiasis memiliki

tingkat kematian 30% -40%. Faktanya, kandidiasis sistemik menyebabkan

lebih banyak kasus kematian daripada penyakit mikosis lainnya

(Goldsmith, L., et al., 2012).


12

2.1.3 Patogenesis

Bertanggung jawab atas 50%-60% dari semua infeksi

kandidiasis, C. albicans adalah patogen candidal yang paling umum

diidentifikasi. C. albicans memiliki faktor virulensi sendiri termasuk

molekul adhesi yang memungkinkan pelekatan organisme ke struktur lain,

sekresi proteinase [aspartil proteinase (SAP1-9)] yang memungkinkan

untuk terjadi kerusakan pada develop cell, serta kemampuan untuk

mengubah bentuk hifa yang dianggap penting untuk virulensi C. albicans

(Goldsmith, L., et al., 2012).

Kandidiasis kutaneous adalah infeksi oportunistik yang timbul

pada kebanyakan kasus yang berasal dari blastospora Candida endogen

dan dari saprofitik yang secara selektif mengkolonisasi epitel oral,

gastrointestinal, vagina, dan kutaneous. Pada berbagai kondisi

lingkungan, blastospora Candida dapat mengalami transformasi menjadi

miselium, menyerang jaringan epitel, dan menimbulkan respons inflamasi

akut dan aktivasi neutrofil pada jalur komplemen. Reaksi awal pada

infeksi kandidiasis kutaneous adalah terjadi suatu kolonisasi permukaan

epitel dengan patogen. Prevalensi C.albicans pada isolat klinis relatif

menurun, dan spesies lain seperti Candida glabrata, Candida

parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, dan Candida

dubliniensis semakin banyak ditemui sebagai patogen. C. glabrata dan C.

albicans menyumbang sekitar 70% -80% spesies Candida yang

ditemukan dari pasien dengan kandidemia atau kandidiasis invasif. Infeksi

selektif ini diperkirakan dapat menyebabkan kolonisasi dari C. albicans

dan dapat menyebabkan infeksi pada manusia.


13

Sebagian besar spesies Candida dapat menghasilkan faktor

virulensi termasuk faktor protease. Berbagai bentuk dari yeast dalam

spesies Candida berperan penting dalam produksi hifa dan penetrasi pada

jaringan. Pada saat kekebalan tubuh inang terganggu, spesies Candida

dapat menyebabkan infeksi oportunistik pada kulit dan rongga mukosa.

Infeksi awal yang terjadi pada kandidiasis kutaneous, yaitu menempel dan

adhesi dari Blastoconidia ke permukaan sel epitel, proliferasi jamur dan

menyebabkan terjadinya kolonisasi, yang kemudian akan terjadi invasi

pada jaringan epitel (Pasteur A.R et all, 2011).

Kemampuan C. albicans dalam menginfeksi host memiliki

beragam proses yang didukung oleh berbagai faktor virulensi. Awalnya

yaitu terjadi suatu transisi morfologi antara bentuk yeast dan hifa,

kemudian terjadi attachment yang diikuti dengan invasi pada permukaan

sel. Kemudian terjadi proses tigmotropisme dan pembentukan biofilm

serta terjadi perpindahan phenotypic dan sekresi enzim hidrolitik dianggap

sebagai faktor virulensi (Mayer F et all, 2013). Gambaran tentang

patogenesis tersebut pada gambar 2.1.


14

Gambar 2.1 Gambaran tentang mekanisme patogenisitas

2.1.4 Manifestasi klinis

Kandidiasis adalah infeksi jamur primer atau sekunder yang

disebabkan oleh spesies Candida. Manifestasi klinis mungkin akut,

subakut atau kronis sampai episodik. Infeksi kandidiasis dapat menyerang

bagian beberapa tubuh yang terlokalisir yaitu pada mulut, tenggorokan,

kulit, kulit kepala, vagina, jari tangan, kuku, bronkus, paru-paru, atau

saluran gastrointestinal, atau menjadi sistemik seperti pada septikemia,

endokarditis dan meningitis. Infeksi kandidiasis sistemik biasanya terjadi

pada pasien dengan defisiensi imun atau pasien immunocompremised dan

pasien yang mendapat terapi kanker, terapi imunosupresi, atau terapi

pasca transplantasi (University of Adelaide, 2017).


15

2.1.4.1 Kandidiasis orofaringeal: termasuk sariawan, glossitis,

stomatitis dan angular cheilitis

Kandidiasis pseudomembranus akut atau sariawan adalah

bentuk paling umum dari kandidiasis oral (Goldsmith, L., et al.,

2012). Kandidiasis oral akut jarang terjadi pada orang dewasa

sehat tetapi dapat terjadi pada hingga 5% bayi baru lahir dan 10%

orang tua. Infeksi kandidiasis ini dapat terjadi akibat dari

penurunan kekebalan imun yang dikarenakan oleh beberapa

penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, yaitu karena

diabetes melitus, leukemia, limfoma, keganasan, neutropenia dan

infeksi HIV yang merupakan prediktor perkembangan klinis

terhadap infeksi kandidiasis. Penggunaan antibiotik spektrum luas,

seperti kortikosteroid, obat sitotoksik, dan terapi radiasi juga

merupakan faktor predisposisi. Lokasi yang paling umum adalah

di permukaan dorsal lidah. Secara klinis, terdapat gambaran

berupa plak putih yang menyerupai bentuk dadih susu pada

mukosa pada lidah, gusi, langit-langit atau faring. Gejala terkadang

bersifat asimtomatik dan mungkin ada rasa terbakar atau

kekeringan pada mulut, kehilangan rasa, dan rasa sakit saat

menelan (The University of Adelaide, 2017).

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition

(2012) menjelaskan bahwa kandidiasis cheilosis (angular cheilitis)

ditandai dengan eritema, fissuring, maserasi, dan nyeri pada sudut

mulut. Kondisi ini sering dijumpai pada pasien lansia dengan kulit

kendur pada komissura oral. Hilangnya gigi, gigi palsu yang


16

kurang pas, maloklusi, dan defisiensi riboflavin juga menjadi

faktor predisposisi untuk cheilosis. Cheilosis sering dikaitkan

dengan kandidiasis atrofik kronis pada pemakai gigi tiruan.

Gambar 2.2 Kandidiasis oral pada bayi baru lahir (kiri) dan pada
pasien imunosupresi (kanan).

2.1.4.2 Kandidiasis kutaneous ( kandidiasis intertrigo, kandidiasis

diapers, paronikia dan onikomikosis)

C. albicans memiliki predileksi untuk kolonisasi pada lipatan

kulit yaitu di zona intertriginous dikarenakan lingkungan lokal

yang lembab dan hangat. Lokasi kandidiasis intertrigo meliputi

area inframmaria genitocrural, gluteal, interdigital, dan di bawah

daerah pannus dan aksilaris (Goldsmith, L., et al., 2012).

Kelembaban, panas, gesekan dan maserasi kulit merupakan faktor

predisposisi utama, namun obesitas, diabetes melitus, dan

penggunaan antibiotik spektrum luas merupakan faktor tambahan.

(University of Adelaide, 2017). Lesi terdiri dari ruam eritematosa

dan dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul

kecil atau bula atau papulopustular yang bisa pecah meninggalkan


17

permukaan yang kasar dengan tepi yang erosif (Sandra Widaty,

2016).

Gambar 2.3 Kandidiasis intertrigo diantara sela-sela jari

Kandidiasis diapers dipicu oleh adanya kolonisasi yeast di

traktus gastrointestinal dan biasanya terjadi pada bayi yaitu pada

kondisi kelembaban kronis yang tidak higienis dan maserasi kulit

lokal yang terkait dengan iritasi amonitik akibat popok yang kotor.

Lesi berawal dari area perianal meluas ke perineum dan lipat

inguinal berupa eritema (Goldsmith, L., et al., 2012).

Infeksi pada kuku dan lipatan paronychial terjadi paling sering

pada mereka yang menderita diabetes melitus atau yang biasanya

membenamkan tangan mereka ke dalam air (yaitu, pembantu

rumah tangga, tukang roti, nelayan, dan bartender dan lain

sebagainya). Pada paronchia, ada kemerahan awal, pembengkakan

dan nyeri pada kuku proksimal dan lateral dengan retraksi kutikula

ke lipatan kuku proksimal. Nyeri dan eritema bisa terjadi di

sepanjang nail plate dan nail bed (Goldsmith, L., et al., 2012).

Kelainan kuku berupa onikolisis, yaitu terjadi penebalan kuku

sekunder, pengelupasan, kadang disertai kuku yang lepas, terdapat


18

lekukan transversal dan perubahan warna pada kuku menjadi

kecoklatan. Penyebab kandidiasis onikomikosis umumnya adalah

C. albicans dengan kelainan di kuku berupa distrofi total

menyerupai onikomikosis yang disebabkan oleh jamur golongan

dermatofita. (Sandra Widaty, 2016).

B
A

Gambar 2.4 Onychia kronis dan paronikia disebabkan oleh


Candida albicans. A. lipatan kuku edematous dengan beberapa
onycholysis. Hal ini sangat sering salah didiagnosis sebagai
paronikia stafilokokal. B. Ini adalah kondisi peradangan kronis
dengan pustulasi pada lipatan kuku yang juga bisa melibatkan nail
plate.

2.1.4.3 Kandidiasis vulvovagina dan balanitis atau balanopostitis

Candida sp. menyebabkan 30%-35% balanitis menular.

Faktor predisposisi terhadap kandidiasis balanitis meliputi diabetes

mellitus, keadaan yang tidak disunat, dan infeksi vagina candidal

pada pasangan seksual. Kadang-kadang, pasien dengan balanitis

mengeluhkan eritema transien dan terbakar yang terjadi sesaat

setelah hubungan seksual. Lesi berupa erosi, pustula dengan


19

dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus

koronarius glandis. Pada pasien diabetes atau imunosupresi,

balanitis ulseratif edematous yang parah dapat terjadi (Goldsmith,

L., et al., 2012). Kandidiasis vulvovaginal biasanya sering terdapat

pada penderita diabetes melitus karena kadar gula darah dan urin

yang tinggi dan pada perubahan hormonal (kehamilan dan siklus

haid). Rekurensi dapat terjadi juga karena penggunaan cairan

pembersih genital, antibiotik, imunosupresi. Keluhan utama ialah

gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas,

nyeri sesudah miksi, dan dispareunia. Pada pemeriksaan yang

ringan tampak hiperemia pada labia minora, introitus vagina dan

vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan

khas ialah bercak-bercak putih kekuningan.

Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia

minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar

introitus vagina. Flour albus pada kandidiasis vulvovagina

berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-

gumpalan berwarna putih kekuningan (Sandra Widaty, 2016).

2.1.4.4 Kandidiasis mukokutan kronis dan kandidiasis granulomatosa

Kandidiasis mukokutan kronis adalah bentuk kandidiasis

persisten, biasanya disebabkan oleh C. albicans pada kulit, kuku,

orofaring dan selaput lender dan bersifat kronis yang terjadi pada

pasien dengan berbagai gangguan metabolik terhadap imunitas

yang dimediasi oleh sel. Ini merupakan akibat dari disfungsi dari
20

leukosit atau kelainan endokrin seperti hipoparatiroidisme,

penyakit Addison, hipotiroidisme, diabetes, disfungsi tiroid dan

penyakit autoimun poliglandular. Kandidiasis granulomatosa

merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak. Lesi

berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning

kecoklatan yang melekat erat di bagian dasarnya. (Sandra Widaty,

2016). Lesi terlokalisasi di muka, kepala, kuku, badan, tungkai dan

laring yang dapat terjadi dengan atau tanpa endokinopati yang

ditandai dengan lesi granulomatosa hyperkeratic (University of

Adelaide, 2017).

2.1.4.5 Kandidiasis neonatal dan kongenital

Berat badan lahir rendah (BBLR) dan usia kehamilan yang

relative muda, kateterisasi intravaskular yang berkepanjangan dan

penggunaan obat antibiotik merupakan predisposisi pada infeksi

kandidiasis sistemik pada neonatus. Kandidiasis kongenital yang

didapat dalam rahim biasanya terbatas pada kulit dalam bentuk

ruam vesikular eritematosa. Kandidiasis intrauterin juga dapat

menyebabkan aborsi (University of Adelaide, 2017). Kandidiasis

ini ditemukan kelainan pada kulit dan selaput lendir bayi baru lahir,

lesi khas berupa vesikel atau pustul dengan dasar eritematosa pada

wajah, dada yang meluas generalisata (Sandra Widaty, 2016).


21

2.1.4.6 Kandidiasis esofageal

Kandidiasis esofageal sering dikaitkan dengan AIDS dan

imunosupresi berat setelah pengobatan leukemia atau tumor dan

biasanya diikuti dengan kandidiasis oral. Esofagitis juga dapat

menyebabkan septikemia dan kandidiasis diseminata. Gejalanya

meliputi rasa terbakar di daerah substernal, disfagia, mual dan

muntah. Diagnosis klinis berdasarkan temuan radiologis dan

endoskopi, yang biasanya terlihat gambaran berupa plak mukosa

putih dengan eritema yang menyerupai kandidiasis oral. Infeksi

herpes simpleks atau sitomegalovirus (CMV) mungkin juga dapat

menyebabkan kandidiasis oesophageal. Diagnosis klinis dari

kandidiasis esofageal perlu dikonfirmasi oleh pemeriksaan

histopatologi dan kultur (University of Adelaide, 2017).

2.1.5 Faktor risiko

Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang bersifat opportunistik.

Infeksi Candida dapat dengan mudah menyerang hospes tertentu. Faktor-

faktor risiko yang dapat memudahkan terjadinya infeksi kandida, antara

lain:

1. Jenis kelamin. Infeksi kandidiasis ditemukan banyak terdapat pada

perempuan, diduga karena perempuan lebih banyak melakukan

pekerjaan rumah tangga seperti kontak dengan air, kehamilan, dan

memakai pakaian ketat sehingga menyebabkan keringat dan

lembab.
22

2. Usia. Angka kejadian infeksi kandidiasis biasanya meningkat pada

bayi dan orang tua, hal itu disebabkan karena status imunologisnya

tidak sempurna. Infeksi kandidiasis juga disebutkan meningkat

pada anak-anak yang menderita dermatitis atopik atau dermatitis

seboroik. Infeksi kandidiasis terbanyak terjadi pada usia 1-4 tahun,

kemungkinan karena pendidikan masyarakat Indonesia yang

menengah kebawah kurang baik sehingga kurangnya pengetahuan

menjaga higiene pada anak-anak. Kondisi iklim Indonesia yang

tropis juga merupakan faktor eksogen, anak-anak berumur 1-4

tahun yang sedang aktif bermain, mudah berkeringat dan membuat

menjadi kulit menjadi lembap atau basah.

3. Pekerjaan. Riwayat pekerjaan infeksi kandida pada kulit dari tahun

2011-2013, 58 pasien (50,9%) belum bekerja atau masih pelajar,

yaitu usia 0-18 tahun, sedangkan 56 pasien berumur diatas 18

tahun (49,1%) tidak ada keterangan pekerjaan. Pada pasien infeksi

kandida pada kuku, tahun 2011 didapatkan 1 orang dengan riwayat

pekerja salon (14,28%) dan tidak ada data pekerjaan sebanyak 5

pasien (71,42%), pada tahun 2012 didapatkan 3 orang (60,0%)

tidak ada data pekerjaan, dan 2013 didapatkan 1 orang pekerja

tambak (9,09%) dan 1 pasien ibu rumah tangga (9,09%).

4. Penyakit yang sedang diderita. Riwayat sakit seseorang dapat

berperan penting sebagai faktor risiko infeksi kandida. Pasien

dengan riwayat HIV, Diabetes Mellitus, atau pada pasien lain

dengan immunocompremised memiliki risiko yang tinggi untuk

terinfeksi.
23

5. Riwayat konsumsi obat-obatan. Sebagian besar pasien dengan

infeksi kandida pada kulit sudah mengobati dengan kortikosteroid

topikal sedangkan infeksi kandida pada kuku sudah mengobati

dengan minyak tawon. Infeksi kandida ini sering didiagnosis

dengan dermatitis sehingga masyarakat sering berpikir bahwa ini

penyakit ringan dan dapat diobati sendiri. Hal itu membuat

gambaran infeksi kandida menjadi tidak jelas. Kendala lainnya

dokter umum juga sulit melakukan pemeriksaan, baik pemeriksaan

langsung dan kultur atau biakan karena keterbatasan skill dan alat

yang ada (Shinta dan Linda, 2016).

2.1.6 Pemeriksaan penunjang dan diagnosis

Media kultur yang dipakai untuk biakan C. albicans adalah

Sabouraud dextrose agar/SDA dengan atau tanpa antibiotik (Greenwood

D et al, 2007). Media tersebut ditemukan oleh Raymond Sabouraud

(1864-1938) seorang ahli dermatologi berkebangsaan Perancis.

Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil sampel cairan atau

kerokan sampel pada\ tempat infeksi, kemudian diperiksa secara

berturutan menggunakan Sabouraud’s dextrose broth kemudian

Sabouraud’s dextrose agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat

berguna untuk endokarditis kandidiasis dan sepsis. Kultur sering tidak

memberikan hasil yang positif pada bentuk penyakit diseminata lainnya

(Bhavan PS et al, 2010).

Sabouraud’s dextrose broth/SDB berguna untuk membedakan

C. albicans dengan spesies jamur lain seperti Cryptococcus, Hasenula,


24

Malaesezzia. Pemeriksaan ini juga berguna mendeteksi jamur kontaminan

untuk produk farmasi. Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau

plate dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam, setelah 3 hari

tampak koloni C. albicans sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari kemudian

koloni dapat dilihat dengan jelas. Koloni C. albicans berwarna putih

kekuningan, yang menimbul di atas permukaan media, dengan bau ragi

yang khas.

Pertumbuhan pada SDB baru dapat dilihat setelah 4-6 minggu,

sebelum dilaporkan sebagai hasil negatif. Jamur dimurnikan dengan

mengambil koloni yang terpisah, kemudian ditanam seujung jarum biakan

pada media yang baru untuk selanjutnya dilakukan identifikasi jamur

(Muetiawati V., 2016).

(1) (2)

Gambar 2.5 (1) Pertumbuhan C. albicans dan C. dublinensis pada


SDB. (2) Pertumbuhan C. albicans pada SDA berbentuk krim
berwarna putih, licin disertai bau yang khas (Manual of Clinical
Microbiology, 8th ed., 2013).

Dalam buku Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine

Eight Edition (2012) dijelaskan bahwa pemeriksaan mikroskopis langsung

pada spesimen untuk mengetahui adanya yeast atau isolasi yeast dalam
25

kultur mengkonfirmasi adanya infeksi. Pada infeksi kandida superfisial,

diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan kulit mikroskopik atau

bekas luka yang diperoleh dari permukaan kulit, kuku, atau mukosa yang

menunjukkan hifa, pseudohyphae, atau sel yeast. Potassium hydroxide

smear, atau Gram atau methylene blue stain berguna untuk pengecatan

langsung sel jamur. Kultur dari kuku yang terkena infeksi kandidiasis

dapat membantu mengidentifikasi agen etiologi yang menyebabkan

onikomikosis (dermatofit atau yeast). C.albicans menghasilkan koloni

mukoid berwarna keputihan dalam 2-5 hari pada SDA dengan antibiotik

tambahan. Pada kandidiasis sistemik dengan erupsi, diagnosis dapat

dikonfirmasi dari pemeriksaan histopatologis dan kultur jaringan kulit dari

lesi. Teknik yang lebih baru untuk mendeteksi antigen antiretroviral yang

beredar (misal, Mannan atau enolase) atau produk metabolik (misalnya,

arabinitol) menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik dalam

pengujian serial. Secara khusus, uji deteksi serum 1,3 β-D-glucan assay

(Glucatell, Fungitell) adalah uji nonkultur yang mengukur tingkat β-

glukan, komponen dinding sel jamur. Dalam sebuah penelitian multisenter

yang besar, uji tersebut menghasilkan sensitivitas tinggi (75% -100%),

spesifisitas (88% -100%) dan nilai prediksi positif dengan hasil yang

dapat diulang.

Pemeriksaan langsung dengan Larutan KOH dapat berhasil

bila jumlah jamur cukup banyak. Keuntungan pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan cara sederhana, dan terlihat hubungan antara jumlah dan

bentuk jamur dengan reaksi jaringan (Greenwood D et al, 2007).

Pemeriksaan langsung harus segera dilakukan setelah bahan klinis


26

diperoleh sebab C. albicans berkembang cepat dalam suhu kamar

sehingga dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan

klinis. Gambaran pseudohifa pada sediaan langsung/apus dapat

dikonfirmasi melalui pemeriksaan kultur, merupakan pilihan untuk

menegakkan diagnosis kandidiasis superfisial. Bentuk pseudohifa pada

pewarnaan KOH dapat dilihat pada gambar 2.6 (Bhavan PS et al, 2010).

(1) (2)

Gambar 2.6 (1) Pseudohifa pada pewarnaan KOH (mata anak panah). (2)
Budding yeast cells (anak panah). (Dikutip dari: Murray 20).

Wood’s lamp ditemukan oleh Robert Willams Wood pada

tahun 1903. Pertama digunakan dalam praktik dermatologis untuk

mendeteksi infeksi jamur rambut oleh Margarot dan Deveze pada tahun

1925. Pemeriksaan Wood’s lamp adalah tes yang berguna untuk

membantu dalam mendiagnosis kelainan dermatologis. Wood’s lamp

menghasilkan radiasi ultraviolet gelombang panjang yang tak terlihat pada

panjang gelombang 340-450 nm (maksimum pada 365 nm). Dermatosis

tersebut memiliki karakteristik fluoresensi tersendiri. Misalnya, tinea

versicolor menunjukkan putih kekuningan atau oranye tembaga. Tinea

capitis menunjukkan biru-hijau (kebanyakan Microsporum spesies) atau

kadang-kadang kuning kusam (Microsporum gypseum) dan biru kusam

(Trichophyton schoenleinii) (Ponka D dan Baddar F., 2012). Wood’s lamp


27

ini kecil, tahan lama, murah, aman dan sangat mudah digunakan. Ada

beberapa kondisi dermatologis umum yang dapat didiagnosis dengan

pemeriksaan Wood’s lamp. Wood’s lamp dapat menunjukkan hasil berupa

cahaya neon pada beberapa infeksi seperti tinea capitis, tinea versicolor

dan eritrasma. Tidak hanya bisa menghasilkan diagnosis yang akurat,

namun juga bisa menunjukkan lokasi yang tepat untuk mengumpulkan

specimen (Suraprasit, M.D, et al., 2016). Dapat disimpulkan bahwasanya

pemeriksaan penunjang dengan Wood’s lamp tidak menjadi pemeriksaan

wajib untuk infeksi kandidiasis.

Gambar 2.7 The blue-green


fluorescence under Wood’s
lamp examination.
dikutip dari Sirijaj Medical
Journal

Untuk menegakkan diagnosis infeksi kandidiasis dilakukan

melalui anamnesis dan gejala klinis yang khas yang dilihat dari

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

mikroskopik dengan menggunakan larutan KOH dan pengecatan gram

untuk melihat elemen jamur dan biakan untuk spesiesnya. Dan

pemeriksaan histopatologi dilakukan bila diagnosis meragukan. Namun,

bila hasil pemeriksaan penunjang negatif dan anamnesis serta

pemeriksaan klinis positif maka tidak menyingkirkan diagnosis (Dwi

Murtiastutik et al, 2016).


28

2.1.7 Penatalaksanaan

Meskipun obat anti jamur yang digunakan dalam perawatan

klinis tampaknya beragam dan banyak, hanya beberapa kelas agen

antijamur yang saat ini tersedia untuk mengobati infeksi mukosa atau

sistemik dengan Candida sp. (Claudia S. dan Darío L., 2013).

Gambar 2.8 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur.

Golongan Antifungal MOA Nama Obat


Azole Menghambat lanosterol Miconazole
14-𝛼-demethylase Clotrimazole
Econazole
Ketoconazole
Fluconazole
Itraconazole
Voriconazole
Posaconazole
Echinocardins Menghambat (1,3) β-D- Caspofungi
Glucan synthase Micafungi
Anidulafungin
Polyenes Binding Ergosterol Nystatin
Amphotericin B
Nucleosida Analogs Menghambat DNA/RNA Flucytosine
synthesis
29

Allynamines Menghambat squalene - Terbinafine


epoxidase Amorolfine
Naftifine
Thiocarbamates Menghambat squalene - Tolnaftate
epoxidase Tolciclate
Antibiotocs Interaksi dengan β- Griseofulvin
Tubulin
Tabel 2.1 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur.

Pengobatan secara umum yaitu dengan menguragi dan

mengobati faktor-faktor predisposisi dan mengobati infeksi

sekunder dengan kompres sol. Sodium chlorida 0,9% selama 3 hari

dan antibiotik yang tidak berspektrum luas, seperti eritromisin,

kotrimoksasol, linkomisin, klindamisin selama 5-7 hari. Pada

kandidiasis oral dapat diberikan obat topikal, yaitu menggunakan

nystatin oral suspensi sebanyak 4-6ml, 4 kali sehari sesudah makan

dan harus ditahan di mulut sebelum di telan. Pada bayi diberikan

nystatin sebanyak 2ml dan empat kali sehari. Dapat juga

menggunakan solusio gentian violet 1%, dioleskan dua kali sehari

selama 3 hari.

Tablet oral diberikan dengan indikasi resiko tinggi terjadi

disseminasi (kandidiasis sistemik) yaitu pada penderita

granulositopenia / immunocoprimised, pada penderita yang

mendapat terapi immunosupresif. Dan tablet oral diberikan juga

ketika terapi topikal hasilnya gagal atau tidak sembuh, yaitu

diberikan tablet ketokonazole 200 mg – 400 mg (1-2 tablet) per

hari selama 2-4 minggu (untuk infeksi kronis perlu 3-5 minggu dan

dapat juga diberikan kapsul itrakonazol 100 mg – 200 mg (1-2

kapsul per hari selama 4 minggu) (Dwi Murtiastutik et al, 2016).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka konseptual


4 Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Keterangan :

Variabel yang dikaji

Variabel yang tidak dikaji

30
31

3.2 Penjelasan kerangka konseptual

Pasien pada Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. terdiri dari berbagai kasus penyakit

kulit akibat infeksi jamur. Namun dalam hal ini, peneliti mengambil fokus

pada salah satu kasus mikosis opportunistik, yaitu kandidiasis. Prevalensi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya terhitung cukup tinggi. Hal tersebut dipengaruhi

oleh beberapa hal, antara lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, riwayat sakit saat

itu, dan riwayat konsumsi obat-obatan dan domisili.

Diagnosis kandidiasis ditegakkan oleh dua hal, yaitu manifestasi klinis

dan pemeriksaan laboratorium. Manifestasi klinis pasien kandidiasis, antara

lain kandidiasis esofageal, kandidiasis oral, kandidiasis kutaneus, kandidiasis

vulvovagina, kandidiasis balanitis, kandidiasis mukokutaneous kronik dan

granulomatosa, kandidiasis neonatal dan kandidiasis kongenital. Sedangkan

pemeriksaan laboratorium jamur penyebab kandidiasis dilakukan dengan

metode pewarnaan rutin dengan KOH, metode kultur untuk mengetahui

spesies jamur penyebabnya, dan metoda histopatologi.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan, penelitian ini merupakan

penelitian descriptive retrospective study untuk mengetahui gambaran umum

infeksi kandidiasis, dari segi epidemiologi, manifestasi klinis dan diagnosis dari

infeksi kandidiasis.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data pasien baru yang didiagnosis dengan infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling seluruh data dan rekam medis pasien baru yang didiagnosis

infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

32
33

4.2.2.1 Kriteria Penerimaan Sampel

Semua pasien baru dengan diagnosis infeksi kandidiasis

di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4.2.2.2 Kriteria Penolakan Sampel

Tidak ditemukannya data rekam medis pasien.

4.2.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel bersumber pada data

sekunder yakni data rekam medis elektronik dari Divisi Mikologi

Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini adalah diagnosis infeksi kandidiasis, data, dan

hasil rekam medis setiap pasien baru di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-

2016.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah:

1. Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh yeast yang

termasuk dalam genus Kandida. Ada lebih dari 20 spesies Kandida


34

yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, yang paling umum

adalah Candida albicans.

2. Jumlah kasus baru adalah jumlah pasien yang pertama kali berobat dan

didiagnosis infeksi kandidiasis yang ditemukan di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada tahun 2013-2016.

3. Diagnosis adalah diagnosis pada pasien baru infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016 sesuai dengan yang

tercantum di dalam rekam medis pasien.

4. Umur dan Jenis Kelamin adalah umur dan jenis kelamin pasien baru

yang berobat di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

5. Domisili adalah tempat yang ditinggali oleh pasien baru infeksi

kandidiasis yang berobat di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada

tahun 2013-2016.

6. Anamnesis adalah keluhan kasus baru infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

7. Penyakit penyerta adalah kondisi atau penyakit yang menyertai pasien

baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2013-2016.

8. Pemeriksaan laboratorium penunjang adalah hasil pemeriksaan

laboratorium berupa pemeriksaan mikroskop langsung dengan KOH


35

20% pada pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun

2013-2016.

9. Pemeriksaan kultur adalah hasil pemeriksaan kultur pasien baru infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2013-2016.

Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional


Skala
No. Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur

jumlah pasien
yang pertama
Melihat
Jumlah Kasus kali berobat dan Jenis Infeksi
1 rekam Nominal
Baru didiagnosis Kandidiasis
medis
infeksi
kandidiasis

tempat yang
ditinggali oleh
Melihat
pasien baru
2. Domisili rekam Nama Kota Nominal
infeksi
medis
kandidiasis yang
tengah berobat

Perbedaan
bentuk, sifat,
dan fungsi dari Melihat Laki-Laki
Jenis manusia yang rekam
3. atau Nominal
Kelamin dapat medis. Perempuan
menentukan
perbedaan risiko
terjangkitnya
36

suatu penyakit.

Lama hidup
Melihat
seseorang yang Angka
2. Usia rekam Interval
terhitung sejak (tahun)
medis.
lahir.

Jenis penyakit
yang tengah
Riwayat diderita sebelum Melihat
Jenis
4. penyakit atau saat pasien rekam Nominal
penyakit
penyerta menderita medis.
infeksi
kandidiasis.

hasil
pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan berupa Melihat Hasil
5. laboratorium pemeriksaan rekam pemeriksaan Nominal
penunjang mikroskop medis laboratorium
langsung dengan
KOH 20% pada
pasien baru

hasil
pemeriksaan Melihat Hasil
Pemeriksaan
6. kultur pasien rekam pemeriksaan Nominal
kultur
baru infeksi medis kultur
kandidiasis
37

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah data rekam medis pasien

baru yang didiagnosis infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013-2016

(mulai 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2016) dan aplikasi penghitung

statistika.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen/SMF Kesehatan Kulit

dan Kelamin FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan bagian rekam

medik Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

4.6.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Juni 2017.

4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data

Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian ini

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medis pasien baru

yang didiagnosis kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Kemudian data yang telah

diperoleh tersebut diolah menggunakan aplikasi penghitung statistika.


38

4.8 Alur Penelitian

Mengurus ijin untuk meneliti rekam medis pasien infeksi


kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Pengumpulan data pasien infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit


Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

Pengolahan dan analisis data

Penyajian data berupa hasil laporan penelitian

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian

4.9 Etika Penelitian

Persetujuan etik dari Komite Etik Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo

Surabaya untuk mendapatkan data rekam medis. Manfaat akademis dari

penelitian adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap

gambaran umum infeksi kandidiasis, dari segi epidemiologi, manifestasi klinis

dan diagnosis dari infeksi kandidiasis. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian

ini adalah diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai infeksi

kandidiasis sehingga dapat meningkatkan upaya preventif maupun kuratif

terhadap kasus infeksi kandidiasis. Risiko dari penelitian ini bersifat minimal,

yaitu terbukanya identitas pasien. Untuk itu, dilakukan deidentifikasi subjek dan

mengganti dengan nomer kode atau inisial. Setelah itu, data akan disimpan secara

rahasia.
39

4.10 Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan

Microsoft Power Point 2007.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Selama periode pengamatan, yaitu dimulai dari Desember 2017,

didapatkan data lengkap dari rekam medis tahun 2013 sampai tahun 2016 di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya. Dari rekam medis tersebut diambil data pasien baru yang

didiagnosis kandidiasis.

Terdapat sebanyak 1589 pasien yang terdaftar dalam rekam medis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya tahun 2013. Dari 1589 jumlah pasien tersebut, terdapat 99

pasien baru, setara dengan 6,23% yang didiagnosis kandidiasis. Pada tahun 2014,

terdapat 1266 pasien yang terdaftar dalam rekam medis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari

jumlah tersebut, terdapat 77 (6,08%) pasien baru yang didiagnosis kandidiasis.

Pada tahun 2015, terdapat 939 pasien yang terdaftar dalam rekam medis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya. Dari jumlah tersebut, terdapat 55 (5,85%) pasien baru yang didiagnosis

kandidiasis. Serta pada tahun 2016, terdapat 747 pasien yang terdaftar dalam

rekam medis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari jumlah tersebut, terdapat 67 (8,97%) pasien

baru yang didiagnosis kandidiasis. Data pasien kandidiasis tersebut selanjutnya

dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan variabel yang menjadi rumusan

masalah, yaitu gambaran profil dan evaluasi pasien baru infeksi kandidiasis

berdasarkan jenis infeksi kandidiasis, jenis kelamin, usia, penyakit lain yang

40
41

menyertai yang terjadi pada pasien, domisili atau tempat tinggal yang ditinggali

oleh pasien baru kandidiasis, anamnesis, yaitu keluhan utama pasien baru

kandidiasis yang dirasakan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan laboratorium

rutin, yaitu pemeriksaan KOH serta pemeriksaan kultur, yaitu pemeriksaan SDA

(Sabouraud dextrose agar). Berikut ini adalah hasil dari setiap variabel yang

diteliti sesuai rumusan masalah yang telah disusun yang disajikan dalam bentuk

tabel.

5.1 Prevalensi Kandidiasis

5.1.1 Prevalensi Jenis Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun

2013 – 2016.

Tabel 5.1 Distribusi Diagnosis Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi


Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 2013 - 2016
Kasus 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%) Jumlah (%)

Kandidiasis 21 (21,2) 22 (28,6) 14 (25,4) 30 (42,8) 87 (28,9)

Kutis

Kandidiasis 54 (54,5) 41 (53,2) 28 (50,9) 29 (41,4) 152 (50,5)


Intertriginosa

Kandidiasis 5 (5,05) 2 (2,6) 3 (5,5) 4 (5,7) 14 (4,7)


Interdigitalis

Kandidiasis oris 1 (1,01) 8 (10,4) 6 (10,9) 1 (1,4) 16 (5,3)

Kandidiasis 15 (15,1) 4 (5,2) 3 (5,5) 3 (4,3) 25 (8,3)


onikia

Kandidiasis 3 (3,03) 0 1 (1,8) 0 4 (1,3)


paronikia

Jumlah 99 (33,2) 77 (25,8) 55 (18,5) 67 (22,5) 298 (100)


42

Mayoritas kasus infeksi kandidiasis yang ditemui di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun

2013-2016 adalah kandidiasis intertriginosa 50,5%, diikuti oleh kandidiasis kutis

28,9% dan kandidiasis onikia 8,3%.


43

5.1.2 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Pada rekam medis pada tahun 2013 – 2016 di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya terdapat 298 kasus pasien baru infeksi kandidiasis.

Tabel 5.2 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013
Umur Jenis Kelamin
Kasus 0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%) Jumlah
Kandidiasis 8 3 1 1 3 3 2 9 (42,9) 12 (57,1) 21
kutis
Kandidiasis 4 7 1 8 9 20 5 18 (33,3) 36 (66,6) 54
Intertriginosa
Kandidiasis 0 0 0 0 1 4 0 2 3 5
Interdigitalis
Kandidiasis 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
oris
Kandidiasis 0 0 1 2 1 7 4 4 11 15
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 3 0 0 3 3
paronikia
Jumlah 12 (12,1) 10 (10,1) 3 (3,1) 11 (11,1) 14 (14,1) 38 (38,4) 11 (11,1) 34 (34,3) 65 (65,7) 99 (100)
44

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2013 terbanyak kelompok umur 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 38 pasien (38,4%), diikuti kelompok

umur 25 – 44 tahun sebanyak 14 pasien (14,1%). Sedangkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu mencapai 65 pasien

(65,7%) dibandingkan laki-laki dengan jumlah pasien sebanyak 34 (34,3%). Menurut jenis kandidiasis didapatkan sebanyak 66,6%

(36) kasus kandidiasis intertriginosa dan kandidiasis kutis dialami oleh perempuan dengan kelompok usia 45 – 64 tahun.

Tabel 5.3 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2014
Umur Jenis Kelamin
Kasus 0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%) Jumlah
Kandidiasis 9 5 0 1 0 7 0 5 (22,7) 17 (77,2) 22
kutis
Kandidiasis 13 6 1 3 6 7 5 17 (41,5) 24 (58,5) 41
Intertriginosa
Kandidiasis 0 0 0 0 0 2 0 1 1 2
Interdigitalis
Kandidiasis 1 1 0 1 3 2 0 3 5 8
oris
Kandidiasis 0 0 0 0 0 3 1 1 3 4
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
paronikia
Jumlah 23 (29,9) 12 (15,6) 1 (1,3) 5 (6,5) 9 (11,7) 21 (27,2) 6 (7,8) 27 (35,1) 50 (64,9) 77
(100)
45

Dari data yang didapat, pasien baru kandidiasis di Divisi Mikologi Umit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya periode 2014 terbanyak adalah kelompok umur 0 – <1 tahun yaitu sebanyak 23 pasien (29,9%) dengan jenis

kelamin yang terbanyak adalah perempuan, yaitu mencapai 50 pasien (35,1%) dibandingkan laki-laki. Jenis kelamin perempuan

juga didapatkan lebih banyak pada seluruh kasus kandidiasis intertriginosa dan kandidiasis kutis.

Tabel 5.4 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015

Umur Jenis Kelamin


Kasus Jumlah
0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%)
Kandidiasis 4 8 1 0 0 0 1 7 (50,0) 7 (50,0) 14
kutis
Kandidiasis 6 4 1 1 1 9 6 9 (32,1) 19 (67,8) 28
Intertriginosa

Kandidiasis 0 0 0 0 1 1 1 0 3 3
Interdigitalis

Kandidiasis 0 2 1 2 0 1 0 2 4 6
oris
Kandidiasis 0 0 0 0 1 2 0 2 1 3
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
paronikia
Jumlah 10 (18,2) 14 (25,4) 3 (5,5) 3 (5,5) 3 (5,5) 14 (25,4) 8 (14,5) 21 (38,2) 34 (61,8) 55 (100)
46

Dari data tersebut didapatkan pasien terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu mencapai 34 pasien (61,8%)

dibandingkan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 21 pasien ( 38,2%). Sedangkan berdasarkan usia, kelompok usia 1 –

4 tahun dan 25 – 44 tahun yaitu sebanyak 14 pasien (25,4%). Menurut jenis kandidiasis didapatkan sebanyak 19 pasien ( 67,8% )

kasus kandidiasis intertriginosa dan kandidiasis kutis dialami oleh perempuan.

Tabel 5.5 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2016

Umur Jenis Kelamin


Kasus 0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%) Jumlah
Kandidiasis 5 12 1 1 2 9 0 13 (43,3) 17 (56,6) 30
kutis
Kandidiasis 9 8 0 1 2 8 1 15 (51,7) 14 (48,3) 29
Intertriginosa

Kandidiasis 0 0 0 0 2 2 0 2 2 4
Interdigitalis
Kandidiasis 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1
oris
Kandidiasis 0 0 0 1 0 2 0 0 3 3
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
paronikia
Jumlah 14 (20,9) 20 (29,9) 1 (1,5) 3 (4,5) 7 (10,4) 21 (31,3) 1 (1,5) 30 (44,8) 37 (55,2) 67 (100)
47

Dari data tahun 2016, didapatkan kelompok umur terbanyak kasus infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya adalah 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 21 pasien (31,3%),

diikuti kelompok umur 1 – 4 tahun sebanyak 20 pasien (29,9%), dengan jenis

kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu mencapai 37 pasien (55,2%)

dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.

Dari jumlah keempat data tersebut, yaitu data mulai dari tahun 2013

hingga tahun 2016 adalah sebanyak 298 pasien, dapat disimpulkan bahwa pasien

baru infeksi kandidiasis terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak

186 pasien (62,4%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yang hanya

mencapai sebanyak 112 pasien (37,6%). Sedangkan prevalensi berdasarkan usia

didominasi oleh usia antara dekade keempat dan kelima serta awal dekade

keenam.
48

5.1.3 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Domisili di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.6 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Domisili di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
2013 2014 2015 2016
Diagnosis
Surabaya Luar Surabaya Luar Surabaya Luar Surabaya Luar
Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya
Kandidiasis kutis 19 2 21 1 12 2 25 5
Kandidiasis 47 7 34 7 27 1 26 3
Intertriginosa
Kandidiasis 4 1 1 1 3 0 3 1
Interdigitalis
Kandidiasis oris 0 1 5 3 5 1 1 0
Kandidiasis onikia 13 2 4 0 3 0 2 1
Kandidiasis paronikia 2 1 0 0 1 0 0 0
Jumlah (%) 85 (85,9) 14 (14,1) 65 (84,4) 12 (15,6) 51 (92,7) 4 (7,3) 57 (85,1) 10 (14,9)

Dari data tersebut didapatkan bahwa domisili pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013 – 2016 terbanyak adalah berasal dari Surabaya yaitu mencapai 84,4% - 85,9%.
49

5.2 Data Klinis

5.2.1 Penyakit Lain yang Menyertai dan Kondisi Khusus Pasien Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Kandidiasis tidak hanya berupa infeksi primer saja, tetapi terkadang terdapat penyakit lain yang menyertai infeksi

kandidiasis. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya seperti pasien yang memiliki kebiasaan menggaruk lesi

sehingga terjadi perluasan pada area tubuh lain, pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga menyebabkan

infeksi lain dapat timbul, serta efek samping dari penggunaan obat tertentu. Penyakit lain yang menyertai infeksi kandidiasis

berbeda pada setiap pasien.

Tabel 5.7 Distribusi Kandidiasis Berdasarkan Penyakit Penyerta dan Kondisi Khusus di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Penyakit Lain yang Tahun Jumlah


Menyertai
2013 2014 2015 2016
Diabetes Mellitus 8 5 8 9 30
Alergi 6 6 3 3 18
Hipertensi 7 2 1 2 12
Obesitas 3 2 1 0 6
Hamil / Menyusui 2 1 0 2 5
Dermatitis 1 0 1 3 5
50

Stroke 2 0 1 0 3
Herpes 0 2 0 1 3
Jantung 1 0 2 0 3
Bronchitis 0 1 1 1 3
Karsinoma 0 1 1 0 2
SLE 1 0 0 1 2
Skabies 1 1 0 0 2
TB Paru 0 0 1 1 2
Pityriasis versicolor 1 0 0 0 1
Epilepsi 1 0 0 0 1
Pemfigoid Bulosa 0 1 0 0 1
Pemphigus Vulgraris 0 1 0 0 1
Apert Syndrome 0 1 0 0 1
Tinea Pedis 0 0 1 0 1
HIV / AIDS 0 1 0 0 1
Gizi Buruk 0 0 0 1 1
Wilson Disease 0 0 0 1 1
Ulkus decubitus 0 0 0 1 1
Prurigo Von Hebra 0 0 0 1 1
Tidak ada Data 31 32 19 28 110
Tidak ada Penyakit yang 23 24 14 23 84
Menyertai

Keterangan : Pada satu orang pasien, dapat lebih dari satu penyakit penyerta
51

Berdasarkan data tersebut, didapatkan bahwa ada banyak penyakit lain yang menyertai infeksi kandidiasis, namun diabetes

mellitus merupakan kasus yang terjadi paling banyak diantara penyakit lain yang terjadi bersama dengan infeksi kandidiasis. Serta

berdasarkan tabel data diatas, sebanyak 84 pasien tidak disertai penyakit penyerta dan sebanyak 110 pasien tidak didapatkan data

dari keseluruhan jumlah pasien baru kandidiasis di Divisi Mikologi Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2013-

2016.

5.2.2 Keluhan Utama Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.8 Distribusi Keluhan Utama Pasien Baru Kandidiasis


di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
Keluhan 2013 2014 2015 2016 Jumlah
Gatal 74 64 45 61 244
Bercak merah 53 57 41 56 207
Plentingan 17 16 6 1 40
Nyeri 5 3 7 12 27
52

Bercak putih 8 7 7 3 25
Kuku berubah warna 11 4 3 2 20
Kuku rusak / rapuh 7 2 3 2 14
Ruam dan terasa 4 2 1 3 10
panas
Bengkak 3 1 1 2 7
Borok 2 2 1 1 6
Bernanah 2 1 2 1 6
Kulit bersisik 1 0 1 2 4
Lidah tebal 0 3 1 0 4
Bercak hitam / 1 0 1 1 3
kecoklatan
Lecet 2 0 1 0 3
Kulit mengelupas 1 1 0 1 3
Sariawan 0 1 1 1 3
Kuku menebal 3 0 0 0 3
Bibir kering dan 0 1 1 0 2
pecah-pecah
Ekstraksi kuku 3 1 0 1 2
Berbau 1 0 0 0 1
Keterangan : Pada satu orang pasien, dapat lebih dari satu keluhan
53

Mayoritas pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013-2016

memiliki keluhan utama berupa gatal yakni sebanyak 244 dengan bercak

kemerahan sebanyak 2017 dan plentingan 40 pada kandidiasis kulit, sedangkan

pada kandidiasis kuku keluhan utama kuku berubah warna sebanyak 20 dan kuku

rusak / rapuh sebanyak 14.


54

5.3 Pemeriksaan

5.3.1 Pemeriksaan Fisik Lesi (Efloresensi) Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.9 Distribusi Efloresensi Lesi Pasien Baru Kandidiasis


di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
Efloresensi 2013 2014 2015 2016 Jumlah
Satelit Papul 50 44 35 47 176
Skuama 41 42 25 35 143
Makula Eritema Batas 61 34 10 28 133
Jelas
Makula Eritema Batas 12 23 25 24 84
Tidak Jelas
Eritema 23 18 8 12 61
Papulo - pustular 12 24 8 12 56
Multiple Papul 7 8 9 14 38
Makula Hiperpigmentasi 17 10 5 5 37
Erosi 10 9 6 8 33
Makula Hipopigmentasi 5 4 2 6 17
55

Multiple Makula 0 7 1 7 15
White Plaque 1 3 7 3 14
Maserasi 8 1 3 0 12
Krusta 2 4 1 0 7
Central Healing 2 2 0 2 6
Vesikel 0 1 0 2 3
Ulkus 1 1 1 0 3
Edema 1 1 0 1 3
Hiperplasia 1 0 0 1 2
Fissura 0 0 1 1 2
Diskromia 15 2 4 1 22
Onikolisis 6 1 1 1 9
Distrofik 4 2 2 1 9
Tidak ada data 0 0 0 0 0
Keterangan : Pada satu orang pasien, dapat lebih dari satu efloresensi

Dari data yang didapat, efloresensi terbanyak adalah satelit papul, yaitu sebanyak 176 disusul dengan skuama sebanyak 143

dan makula eritematus batas jelas sebanyak 133. Efloresensi ini bisa didapatkan lebih dari 1 pada satu pasien.
56

5.3.2 Pemeriksaan Penunjang

5.3.2.1 Pemeriksaan Mikroskopis Langsung dengan KOH 10% Pasien

Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tahun 2013 – 2016

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk

menegakkan diagnosis kandidiasis bergantung pada tingkat

kesulitan yang dihadapi dalam proses pemeriksaan, seperti

banyaknya kemungkinan diagnosis banding. Umumnya diagnosis

kandidiasis sudah dapat ditegakkan dengan mengamati bentuk lesi

yang timbul. Hal ini disebabkan karena kandidiasis memiliki

karakteristik khas dari lesi yang ditimbulkan.

Terdapat dua jenis pemeriksaan laboratorium rutin yang

dikerjakan di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yaitu pemeriksaan KOH dan Wood’s

lamp. Pemeriksaan KOH dikerjakan pada hampir semua kasus

infeksi kulit. Sedangkan pemeriksaan dengan menggunakan Wood’s

lamp hanya dikerjakan pada kasus tertentu, seperti tinea kapitis

dengan dilakukan pengamatan lesi terlebih dahulu.


57

Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien Baru


Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah

kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia


Diagnosis

Blastospora 7 19 1 0 5 1 33 (33,3)

Pseudohifa 0 0 0 0 0 0 0

Hifa 1 4 0 1 0 0 6 (6,1)

Blastospora + 0 0 0 0 0 0 0
pseudohifa

Blastospora + 10 20 1 0 4 1 36 (36,4)
hifa

Negatif 3 11 3 0 3 0 20 (20,2)

Tidak ada 0 0 0 0 3 1 4 (4,0)


data

Jumlah 21 (21,2) 54 (54,5) 5 (5,1) 1 (1,0) 15 (15,2) 3 (3,0) 99 (100)


58

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2013 pada data pemeriksaan KOH 10% terbanyak adalah bentukan blastospora+hifa yaitu sebanyak 36

pasien (36,4%), diikuti dengan bentukan blastospora sebanyak 33 pasien (33,3%).

Tabel 5.11 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2014

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah


kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia
Diagnosis
Blastospora 5 10 1 0 2 0 18 (23,4)
Pseudohifa 0 0 0 0 0 0 0
Hifa 0 0 0 1 0 0 1 (1,3)
Blastospora 3 2 0 1 0 0 6 (7,8)
+ pseudohifa
Blastospora 11 16 1 3 0 0 31 (40,2)
+ hifa
Negatif 3 10 0 1 1 0 15 (19,5)
Tidak ada 0 3 0 2 1 0 6 (7,8)
data
Jumlah 22 (28,6) 41 (53,2) 2 (2,6) 8 (10,4) 4 (5,2) 0 77 (100)
59

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2014 pada data pemeriksaan KOH 10% terbanyak adalah bentukan blastospora+hifa yaitu sebanyak 31

pasien (40,2%), diikuti dengan bentukan blastospora sebanyak 18 pasien (23,4%).

Tabel 5.12 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah

Diagnosis kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia

Blastospora 7 8 0 1 2 0 18 (32,7)

Pseudohifa 0 1 0 0 0 0 1 (1,8)

Hifa 0 0 0 0 0 0 0

Blastospora + 3 4 1 2 0 0 10 (18,2)
pseudohifa

Blastospora + 3 9 1 2 0 1 16 (29,1)
hifa

Negatif 1 4 1 0 1 0 7 (12,7)

Tidak ada data 0 2 0 1 0 0 3 (5,5)

Jumlah 14 (25,4) 28 (50,9) 3 (5,5) 6 (10,9) 3 (5,5) 1 (1,8) 55 (100)


60

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2015 pada data pemeriksaan KOH 10% terbanyak adalah bentukan blastospora yaitu sebanyak 18

pasien (32,7%), diikuti dengan bentukan blastospora+hifa sebanyak 16 pasien (29,1%).

Tabel 5.13 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien


Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2016

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah

Diagnosis kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia

Blastospora 9 9 2 0 1 0 21 (31,4)

Pseudohifa 1 2 0 0 0 0 3 (4,5)

Hifa 0 2 1 1 0 0 4 (5,9)

Blastospora + 3 5 1 0 0 0 9 (13,4)
pseudohifa

Blastospora + 6 1 0 0 0 0 7 (10,4)
hifa

Negatif 11 8 0 0 2 0 21 (31,4)

Tidak ada data 0 2 0 0 0 0 2 (3,0)

Jumlah 30 (44,8) 29 (43,3) 4 (5,9) 1 (1,5) 3 (4,5) 0 67 (100)


61

Dari data pemeriksaan KOH 10% pada kasus kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya didapatkan 283 pasien (95,0%) dilakukan pemeriksaan KOH dengan

mikroskop. Gambaran terbanyak yang terlihat adalah blastospora+hifa dan

blastospora. Dan sebanyak 15 pasien (5,03%) tidak dilakukan pemeriksaan

KOH dengan mikroskop.


62

5.3.2.2 Pemeriksaan Kultur Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.14 Hasil Pemeriksaan Kultur Pasien Baru Kandidiasis di


Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
2013 2014 2015 2016
Diagnosis n = 99 n = 77 n = 55 n = 67
Tdk Dilakukan Ket. Tdk Dilakukan Ket. Tdk Dilakukan Ket. Tdk Dilakukan Ket.
dilakukan (-) (+) dilakukan (-) (+) dilakukan (-) (+) dilakukan (-) (+)
Kandidiasis 20 0 1 Candida 20 0 2 Candida 14 0 0 28 0 2 Candida
kutis sp. sp. sp.
Kandidiasis 53 0 1 Candida 41 0 0 27 0 1 Candida 27 0 2 Candida
Intertriginosa sp. sp. sp.
Kandidiasis 5 0 0 2 0 0 3 0 0 3 0 1 Candida
Interdigitalis sp.
Kandidiasis 1 0 0 6 0 2 Candida 6 0 0 1 0 0
oris Sp.
Kandidiasis 15 0 0 4 0 0 3 0 0 3 0 0
onikia
Kandidiasis 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
paronikia
Jumlah 97 (98,0) 0 2 73 (94,8) 0 4 54 (98,2) 0 1 62 (92,5) 0 5
(%) (2,0) (5,2) (1,8) (7,5)
n = 298
63

Dari data didapatkan, sebanyak 12 kasus (4,0%) dari keseluruhan kasus

pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013 – 2016 dilakukan

pemeriksaan kultur. Candida sp. merupakan spesies terbanyak yang ditemukan

yakni sebanyak 12 kasus (4,03%). Dan sebanyak 286 kasus (96,0%) dari

keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Prevalensi Kandidiasis

Adanya penurunan jumlah kunjungan pasien ke poli kulit dapat mungkin

disebabkan oleh adanya program asuransi kesehatan yang telah ditetapkan di

Indonesia (BPJS) yang mewajibkan seluruh warga Indonesia untuk menggunakan

asuransi tersebut, sehingga pasien terlebih dahulu ditangani di fasilitas kesehatan

tingkat satu, yaitu seperti puskesmas ataupun klinik terdekat. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Rahmadhani S dan Astari tahun 2011 – 2013 menyatakan

bahwa berdasarkan data epidemiologi yang ada bahwa infeksi kandida ini tidak

terlalu banyak jika dibandingkan dengan penyakit jamur lainnya. Hal itu

disebabkan antara lain karena: (1) Angka kejadian penyakit kulit dan infeksi

kandida pada kulit dan kuku yang memang menurun; atau (2) Tingkat kesadaran

yang cukup tinggi pada masyarakat untuk mencegah dan menghindari faktor-

faktor predisposisi; dan (3) Pasien lebih memilih untuk berobat di dokter swasta

karena mungkin mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik.

Jumlah kasus baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2013 sebanyak

99 pasien (6,23%), tahun 2014 sebesar 77 pasien (6,08%), tahun 2015 sebesar 55

pasien (5,85%), dan pada tahun 2016 yaitu sebesar 67 pasien (8,97%)

menunjukkan bahwa kasus kandidiasis meningkat secara presentase, namun

jumlah kunjungan pasien baru ke Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

selama 3 tahun sesungguhnya mengalami penurunan dan sedikit peningkatan

pada tahun 2016. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safira

64
65

Seru et al pada tahun 2009 – 2011 dan penelitian oleh Rian Wowor et al pada

tahun 2012 di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukkan bahwa

terdapat penurunan jumlah kunjungan pasien dapat disebabkan oleh karena

tingkat kesadaran yang cukup tinggi dalam masyarakat untuk mencegah penyakit

kulit dengan menghindari faktor-faktor predisposisi yang mungkin diperoleh.

Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya (Tabel 5.1) dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan distribusi diagnosis kasus baru infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya tahun 2013 sampai 2016 terbanyak adalah kandidiasis intertriginosa

yaitu sebanyak 50,5% dan kandidiasis kutis sebanyak 28,9%. Hal ini sesuai

dengan penelitian retrospektif oleh Soetojo Shinta dan Astari tahun 2011 – 2013,

menunjukkan hal serupa dimana kandidiasis intertriginosa merupakan kasus

terbanyak dari infeksi kandidiasis pada kulit di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya yakni sebesar 62,2%

diikuti oleh kandidiasis kutis sebanyak 23,7%. Pada penelitian Berhimpon juga

mengatakan bahwa kandidiasis intertriginosa merupakan jenis kandidiasis yang

paling banyak ditemukan. Kedua penelitian tersebut sama dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Tan di Singapura bahwa infeksi kandidiasis intertriginosa

memang paling tinggi diantara infeksi kandidiasis lainnya. Hal ini dapat

disebabkan karena jamur kandida memiliki predileksi daerah lipatan yang sering

maserasi, didukung oleh cuaca yang panas dan iklim tropis Indonesia yang dapat

membuat tubuh berkeringat dan menjadi lembab sehingga menyebabkan produksi

keringat yang banyak dan mengakibatkan lokasi lipatan kulit yang tertutup

pakaian menjadi lembab dan rentan terhadap infeksi kandidiasis intertriginosa.


66

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan (Tabel 5.2 sampai Tabel

5.5) pada infeksi baru kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya yaitu pada tahun 2013

didapatkan hasil yang didominasi oleh pasien yang berjenis kelamin perempuan,

yaitu sebanyak 65,7%. Pasien berjenis kelamin laki – laki berjumlah sebanyak

34,3%. Pada tahun 2014, prevalensi kandidiasis didominasi oleh pasien berjenis

kelamin perempuan, yaitu sebanyak 64,9% dan pasien berjenis kelamin laki –

laki sebanyak 35,1%. Pada tahun 2015, prevalensi juga didominasi oleh pasien

perempuan sebanyak 61,8% dan laki-laki sebanyak 38,2%. Serta pada tahun

2016 prevalensi infeksi kandidiasis didominasi oleh pasien perempuan sebanyak

55,2% dan laki – laki sebanyak 44,8%.

Dari jumlah keseluruhan data tersebut dapat disimpulkan bahwa infeksi

kandidiasis banyak menginfeksi populasi perempuan, yaitu sebanyak 62,4%.

Hasil ini sama dengan penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Soetojo

Shinta dan Astari, yang dilakukan di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2011 –

2013, dimana didapatkan jumlah terbanyak jenis kelamin kasus infeksi

kandidiasis adalah perempuan. Penelitian lain dari Irak, Bangladesh dan di

RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2009 – 2011 juga mendapatkan

kasus kandidiasis pada pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan laki – laki dengan presentasi 61,25%. Hal ini dapat terjadi

karena beberapa faktor risiko yang dimiliki oleh perempuan seperti melakukan

pekerjaan rumah tangga yang banyak kontak dengan air, kehamilan, dan

pemakaian pakaian yang ketat yang didukung dengan iklim tropis yang akan

menyebabkan produksi keringat yang banyak dan mengakibatkan lokasi


67

lipatan-lipatan kulit yang tertutup pakaian menjadi lembab dan rentan terhadap

infeksi. Hal lain yang kemungkinan berpengaruh pada hasil ini ialah populasi

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki atau lesi pada

kandidiasis mengakibatkan rasa tidak nyaman, biasanya perempuan lebih

memperhatikan penampilan, sehingga terdorong untuk memeriksakan diri ke

rumah sakit. Hal ini juga dapat disebabkan karena tidak seimbangnya

komposisi jenis kelamin sampel, dimana jumlah kunjungan pasien perempuan

lebih banyak dari laki – laki.

Menurut Tabel 5.2 hingga Tabel 5.5, kelompok umur terbanyak yang

menderita kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya sedikit bervariasi dari tahun ke

tahun, dimana pada tahun 2013 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 65

tahun yaitu sebesar 38,4%. Kemudian pada tahun 2014 kelompok umur

terbanyak adalah 0 - <1 tahun yaitu sebesar 29,9%. Pada tahun 2015 kelompok

umur terbanyak adalah kelompok usia 1 – 4 tahun dan 25 – 44 tahun yaitu

sebanyak 25,4%. Pada tahun 2016 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 64

tahun yaitu sebanyak 31,3%. Dalam disimpulkan bahwasanya kelompok umur

dari tahun ke tahun memiliki hasil yang bervariasi. Namun kelompok umur 45

– 64 tahun memiliki prevalensi cukup banyak dibandingkan kelompok umur

lainnya, hal ini dapat disebabkan faktor pertahanan tubuh yang menurun

seiring dengan pertambahan usia pada kelompok umur dan kemungkinan

adanya penyakit penyerta yang menyebabkan kondisi imunosupresi sehingga

memudahkan terjadinya infeksi jamur. Mengingat kelompok ini masih

termasuk usia bekerja, jika ditambah dengan faktor aktivitas yang

menghasilkan keringat dan tidak diimbangi dengan kebersihan diri maka akan
68

menyebabkan peningkatan resiko terkena kandidiasis (Wahyuningsih R, et al.,

2013).

Penelitian lain dari Soetojo Shinta dan Astari pada tahun 2011 – 2013 di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya menunjukkan hasil yang sama bahwa kelompok umur

terbanyak pada infeksi kandidiasis sedikit bervariasi dari tahun ke tahun.

Angka kejadian infeksi kandida biasanya meningkat pada bayi dan orang tua,

hal itu disebabkan karena status imunologisnya tidak sempurna. Selain itu,

orang-orang yang sudah tua rentan seseorang terhadap beberapa penyakit seperti

diabetes melitus, yang merupakan faktor risiko dari kandidiasis (Wowor Samuel

et al., 2012). Infeksi kandida juga disebutkan meningkat pada anak-anak yang

menderita dermatitis atopik atau dermatitis seboroik. Infeksi kandida di kulit

terbanyak usia 1-4 tahun kemungkinan karena pendidikan masyarakat

Indonesia yang menengah kebawah kurang baik sehingga kurangnya

pengetahuan menjaga higiene pada anak-anak. Kondisi iklim Indonesia yang

tropis juga merupakan faktor eksogen, anak-anak berumur 1-4 tahun yang

sedang aktif bermain, mudah berkeringat dan membuat menjadi kulit menjadi

lembap atau basah.

Pada penelitian yang dilakukan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

pada tahun 2012 memiliki hasil yang berbeda, bahwa tidak terdapat kasus pada

kelompok umur <1 tahun dan 1 – 4 tahun yang biasanya memiliki sedikit faktor

resiko, juga orang tua mungkin memeriksakan anaknya lebih sering pada bagian

Pediatri dibandingkan dengan bagian Kulit dan Kelamin. Namun, dalam buku

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition menyatakan bahwa


69

neonatus dan orang dewasa dengan usia >65 tahun lebih rentan sebagai tempat

untuk kolonisasi dari kandida dan kandidiasis mukokutaneus. pada Third

International Microbiology Congress di New York pada tahun 1938, dan

dibakukan pada Eight Botanical Congress di Paris pada tahun 1954 bahwa

penyakit ini dapat mengenai semua umur terutama bayi dan orang tua

(Greenwood D et al., 2007).

Pada Tabel 5.6, menunjukkan kasus kandidiasis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soeotmo Surabaya pada

tahun 2013 hingga 2016 terbanyak berasal dari Surabaya, yaitu sebanyak 85

pasien (85,9%) pada tahun 2013, 65 pasien (84,4%) pada tahun 2014, 51

pasien (92,7%) pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 57

pasien (85,1%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar pasien cenderung

mencari pertolongan ke sarana kesehatan terdekat sehingga sebagian besar

pasien berasal dari dalam kota.

6.2 Data Klinis

Kandidiasis dapat terjadi sebagai infeksi tunggal maupun disertai oleh infeksi

yang lain. Infeksi tersebut dapat berupa infeksi superficial maupun sistemik. Dari

data rekam medis pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun

2013 – 2016 didapatkan dua kelompok pasien, yaitu pasien yang mengalami

infeksi tunggal dan pasien yang mengalami infeksi penyerta dari diagnosis utama.

Pada Tabel 5.7 mengenai penyakit penyerta dan kondisi khusus yang ditemui

pada penelitian ini, didapatkan sebanyak 84 pasien tidak disertai penyakit


70

penyerta atau kondisi lainnya yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya

kandidiasis. Namun sebanyak 30 pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus.

Diabetes mellitus adalah gangguan endokrin yang umum dengan penurunan

kekebalan host terhadap infeksi. Pada orang-orang dengan diabetes mellitus,

infeksi oportunistik yang paling umum adalah kandidiasis, terutama kandidiasis

oral. Kandidiasis paling sering disebabkan oleh jamur seperti jamur Candida

albicans. Pada individu sehat, mikroorganisme ini diyakini sebagai komensal

tetapi pada pasien diabetes, Candida albicans membentuk kolonisasi yang sangat

banyak. Kolonisasi subklinis ini dapat membuat mereka lebih rentan untuk

mengembangkan kolonisasi mukosa yang lebih dalam dengan penyebaran lebih

lanjut melalui darah (Pallavan B et al., 2014). Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Pallavan B et al pada tahun 2014 menyatakan bahwa 70% dari individu

normal memiliki kolonisasi ringan yang menunjukkan sifat komensal normal

mereka. Tetapi 43,3% pasien diabetes mengalami kolonisasi yang parah yang

bisa disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa jaringan mereka, memfasilitasi

pertumbuhan Candida.

Selain diabetes mellitus, kehamilan juga dapat menjadi risiko untuk infeksi

kandidiasis. Pada wanita hamil tingkat estrogen yang lebih tinggi selama

kehamilan menyebabkan vagina menghasilkan lebih banyak glikogen, sehingga

memudahkan yeast untuk tumbuh (Sopian Lyla et al, 2015). Babic and Hukic

menyimpulkan bahwa estrogen dapat menyebabkan ragi tumbuh lebih cepat dan

menempel pada dinding vagina (Babic dan Hukic, 2010). Pada literatur lain

menyebutkan bahwa selain kelembapan, buruknya personal hygiene, tingkat

sosioekonomi, malnutrisi dan kondisi imunosupresi seperti diabetes mellitus,

infeksi HIV, kanker, merupakan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi


71

prevalensi dan keparahan infeksi kandidiasis (Sopian Lyla et al, 2015). Meskipun

faktor ini tidak secara langsung mempengaruhi terjadinya infeksi kandidiasis,

namun dapat mempengaruhi sistem imun dalam merespon eliminasi dari infeksi

yang masuk ke tubuh pasien.

Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa keluhan terbanyak pasien kandidiasis

pada tahun 2013 sampai dengan 2016 adalah gatal sebesar 244 pasien dan diikuti

dengan bercak kemerahan sebanyak 207 pasien pada kandidiasis kulit dan pada

kandidiasis kuku keluhan terbanyak yaitu terjadi perubahan warna pada kuku

sebanyak 20 pasien. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Soetojo

Shinta dan Astari tahun 2011 – 2013 di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa

keluhan terbanyak pada pasien kandidiasis kulit adalah gatal sebesar 72,8% dan

berak kemerahan sebesar 63,2% dan pada kandidiasis kuku yaitu terjadinya

perubahan warna pada kuku sebesar 56,6%. Namun, pada tabel ini tidak dapat

diakumulasikan dikarenakan seorang pasien biasanya mempunyai keluhan lebih

dari satu. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat di dalam buku Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine Eight Edition bahwa manifestasi klinis dari

infeksi kandidiasis dapat disertai dengan gatal dan bentuk plak berwarna

eritematosa (kemerahan) pada kandidiasis kulit dan pada kandidiasis kuku terjadi

perubahan warna kuku menjadi keputihan atau kekuningan yang sebelumnya

diawali dengan kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada kuku proksimal dan

lateral yang bisa meluas sepanjang nail plate dan nail bed dengan retraksi

kutikula ke arah lipatan kuku proksimal.


72

6.3 Pemeriksaan

Pada Tabel 5.9 yaitu tentang pemeriksaan fisik (efloresensi) pasien baru

kandidiasis tahun 2013 hingga 2016, didapatkan efloresensi terbanyak dituliskan

pada rekam medis adalah satelit papul yakni sebanyak 176 pasien, skuama

sebanyak 143 pasien, makula berbatas jelas sebanyak 133 pasien dan eritema

sebanyak 61 pasien. Efloresensi yang disebutkan bisa terdapat lebih dari 1 pada

satu orang pasien. Dari data yang telah didapatkan, sesuai dengan teori yang

terdapat di dalam buku Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight

Edition bahwa terdapat adanya pruritic eruption dan eritematosa dengan satelit

papul. Selain itu, infeksi oleh jamur menginduksi respon imun untuk

menghasilkan reaksi inflamasi yang menyebabkan warna kemerahan, tepi

annular, dan pertumbuhan jamur bersifat sentrifugal dengan tepi yang lebih aktif

sebagai satelit papul.

Tanda serta gejala yang ditimbulkan oleh infeksi kandidiasis memiliki

beberapa kesamaan dengan penyakit lain di bidang kulit. Selain itu, efloresensi

yang tampak juga memiliki kesamaan dengan penyakit di bidang kulit yang lain,

terutama infeksi yang disebabkan akibat infeksi jamur. Karena itulah,

pemeriksaan fisik secara inspeksi saja tidak cukup untuk bisa digunakan sebagai

sarana untuk menegakkan diagnosis. Untuk menyingkirkan beberapa diagnosis

banding, pemeriksaan laboratorium perlu untuk dilakukan. Pemeriksaan

laboratorium rutin yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis infeksi jamur

terdiri dari beberapa metode. Untuk menegakkan diagnosis kandidiasis, terdapat

pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yaitu

pemeriksaan KOH. Pemeriksaan KOH digunakan untuk mengetahui bentukan


73

atau struktur jamur dan diamati di bawah mikroskop, dalam hal ini adalah

bentukan blastospora, pseudohifa dan hifa.

Berdasarkan data pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan

pemeriksaan mikroskopis KOH 10%, elemen jamur yang paling banyak

ditemukan pada infeksi kandidiasis adalah berbentuk blastospora+hifa, yakni

sebanyak 36 pasien (36,4%), diikuti dengan bentukan blastospora sebanyak 33

pasien (33,3%) pada tahun 2013, pada tahun 2014 didapatkan bentukan paling

banyak yaitu blastospora+hifa sebanyak 31 pasien (40,2%), diikuti dengan

bentukan blastospora sebanyak 18 pasien (23,4%), pada tahun 2015 bentukan

terbanyak adalah blastospora yaitu sebanyak 18 pasien (32,7%), diikuti dengan

bentukan blastospora+hifa sebanyak 16 pasien (29,1%) dan 21 pasien 31,4% pada

tahun 2016 yaitu didapatkan bentukan terbanyak blastospora+hifa dan

blastospora. Penelitian yang sama dilakukan oleh Soetojo Shinta dan Astari tahun

2011 – 2013 di Surabaya, menemukan bahwa sebanyak 56,06% kasus kandidiasis

menunjukkan gambaran blastospora pada pemeriksaan menggunakan KOH.

Penegakkan diagnosis infeksi kandidiasis didasarkan pada gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan untuk

infeksi kandida adalah pemeriksaan mikroskopis langsung dengan menggunakan

KOH 20% dan tinta Parker. Pada pemeriksaan langsung, kerokan kulit atau kuku

diletakkan diatas object glass yang ditetesi KOH 20% atau dapat diwarnai dengan

pewarnaan Gram, dan dapat dilihat di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan di

bawah mikroskop, pembesaran 10x dan 40x akan tampak gambaran infeksi

spesies kandida yang ditandai dengan bentukan blastospora, hifa semu

(pseudohifa) (Malcolm D, et al., 2017).


74

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan

untuk menegakkan diagnosis infeksi kandidiasis. Hasil negatif pada pemeriksaan

ini tidak lantas menyingkirkan diagnosis, bukanlah sebagai penentu mutlak

bahwa pasien tersebut tidak sedang terinfeksi kandidiasis. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kurang adekuatnya pengambilan sampel

kerokan, sehingga jamur penyebab infeksi kandidiasis tidak terambil, faktor

reagen KOH, yaitu seperti reagen yang sudah expired, mutu reagen yang

kualitasnya rendah dan faktor mikroskop seperti lensa yang kotor, petugas

laboratorium yang kurang terampil dalam membaca hasil. Dapat juga disebabkan

karena pengobatan yang tidak adekuat sebelumnya, sehingga dapat berpengaruh

pada biasnya hasil penelitian karena terdapat kemungkinan saat pasien

memeriksakan diri, infeksi tersebut telah dalam tahap penyembuhan atau

kemungkinan lain yaitu pada pengambilan bahan pemeriksaan yang tidak pada

daerah yang mengandung elemen jamur.

Meski demikian, hasil positif untuk bentukan blastospora bukanlah penentu

mutlak pasien sedang terinfeksi kandidiasis. Dari data penelitian mulai dari tahun

2013 hingga tahun 2016, didapatkan 15 pasien yang tidak melakukan

pemeriksaan KOH. Hal tersebut mungkin dikarenakan dari pemeriksaan fisik

saja, diagnosis dari kandidiasis sudah dapat ditegakkan oleh pemeriksa karena

pada infeksi kandidiasis memiliki ciri khas lesi dan lokasi yang mudah untuk

dikenali. Begitupun dengan hasil negatif pada pemeriksaan KOH tidak

membuktikan bahwa pasien sedang tidak terinfeksi infeksi kandidiasis karena

apabila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan infeksi kandidiasis,

maka diagnosis dan terapi kandidiasis dapat tetap diberikan. Struktur jamur yang

dapat diamati di bawah mikroskop dengan teknik pemeriksaan KOH adalah


75

selain blastospora adalah hifa. Tetapi di dalam beberapa literatur disebutkan

bahwasanya hifa bukanlah struktur khas dari infeksi kandidiasis. Bentukan khas

blastospora merupakan bentukan mutlak yang didapatkan pada spesimen pasien

dengan diagnosis kandidiasis, terutama kandidiasis vulvovagina (Beckmann et

al., 2010). Hifa merupakan bentukan khas yang didapatkan pada Aspergillus dan

beberapa dermatofitosis, seperti tinea korporis (Ardakani M. E et al., 2016). Hal

tersebut mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa didapatkan dominasi hasil

negatif hifa pada pemeriksaan KOH.

Morfologi mikroskopis C. albicans menunjukkan adanya pseudohifa. Jamur

juga membentuk hifa semu/pseudohifa yang sebenarnya adalah rangkaian

blastospora yang bercabang, juga dapat membentuk hifa sejati. Pseudohifa dapat

dilihat dengan media perbenihan khusus (Bhavan PS et al., 2010). Gambaran

pseudohifa pada sediaan langsung/apus dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan

kultur, merupakan pilihan untuk menegakkan diagnosis kandidiasis superficial

(Greenwood D et al., 2007). Kandida dapat membentuk blastospora dan hifa,

baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Terjadinya kedua bentuk tersebut

dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu

percobaan di luar tubuh (Bhavan PS et al., 2010). Jha BK et al (2006)

mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi

pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan

proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidiasis akut biasanya hanya

terdapat blastospora, sedang pada yang menahun atau pada stadium lanjut

didapatkan hifa.
76

Kemampuan untuk berubah bentuk antara sel yeast uniseluler dengan sel

berbentuk filamen yang disebut hifa dan pseudohifa dikenal sebagai dimorfisme

morfologi. Transisi diantara bentuk morfologi yang berbeda ini merupakan

respon terhadap rangsangan yang beragam dan sangat penting bagi patogenisitas

jamur (Lestari, 2010). Sel yeast dianggap bertanggung jawab untuk penyebaran

ke dalam lingkungan dan menemukan host baru, sedangkan hifa diperlukan untuk

merusak jaringan dan invasi (Kuleta JK, et al., 2009).

Berdasarkan kasus – kasus kandidiasis pada penelitian ini, didapatkan data

sebanyak 12 kasus (4,0%) dari keseluruhan kasus pasien baru infeksi kandidiasis

di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 yang dilakukan

pemeriksaan kultur. Candida sp. merupakan spesies terbanyak yang ditemukan

yakni 2,35%. Sebanyak 286 kasus (96,0%) dari keseluruhan kasus tidak

dilakukan kultur. Penelitian juga diperlihatkan oleh Soetojo Shinta dan Astari

tahun 2011 – 2013, menemukan sebanyak 16,67% spesies penyebab infeksi

kandidiasis adalah Candida albicans. Penelitian yang dilakukan oleh Pallavan B

et al di India menyatakan bahwa kolonisasi jamur subklinis penyebab infeksi

kandidiasis adalah Candida albicans. Penelitian yang dilakukan di China, India

dan Malaysia oleh Sopian Lyla et al pada tahun 2015 juga menyatakan bahwa

infeksi kandidiasis disebabkan oleh Candida sp. terutama adalah Candida

albicans yaitu sebanyak 75% dari keseluruhan total sampling.

Dalam buku Rook’s Textbook of Dermatology Ninth Edition Volume 1

mengatakan bahwa Selain Candida albicans, genus Candida mencakup lebih dari

100 spesies. Spesies lain dari Candida antara lain C. tropicalis, C. dubliniensis,

C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaniae,


77

C. zeylanoides, C. glabrata yang sebagian besar bukan komensal atau parasit

yang berada di dalam tubuh manusia. Terkadang yang menyebabkan infeksi

kandidiasis, terutama dalam disseminated infections pada manusia. Epidemiologi

infeksi kandidiasis telah berubah dari Candida albicans yang merupakan spesies

dominan yang diisolasi dari sampel klinis, pada beberapa negara, spesies lain

sekarang sangat umum. Sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Babic dan

Hukic (2010) bahwa selain Candida albicans juga genus Candida lain dapat

menyebabkan kandidiasis, seperti dalam Tabel di bawah ini.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Babic dan Hukic dapat disimpulkan bahwa

penyebab infeksi kandidiasis bukan hanya dari Candida albicans, tetapi spesies

lain dari Candida juga mulai ditemukan banyak menyebabkan kandidiasis.

Hasil kultur yang didapatkan dari penelitian ini belum mencerminkan jumlah

yang sebenarnya dari masing-masing spesies tersebut, karena tidak semua kasus

infeksi kandidiasis yang ditemukan dilakukan pemeriksaan kultur dan

pemeriksaan kultur juga bukan merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
78

Soetomo Surabaya. Pemeriksaan kultur dilakukan hanya pada kasus-kasus

tertentu, misalkan apabila dijumpai kasus yang gambaran klinisnya meragukan

atau pada gambaran klinis yang menyerupai kandidiasis tetapi dengan

pemeriksaan KOH negatif atau untuk kepentingan penelitian maupun laporan

kasus, oleh karena itu hasil kultur ini belum dapat mencerminkan epidemiologi

spesies penyebab yang sebenarnya.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu 4

tahun, dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang

diangkat, antara lain :

1. Jumlah kunjungan pasien mengalami penurunan dari tahun 2013 hingga

tahun 2015 dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2016.

2. Kandidiasis intertriginosa sebagai diagnosis terbanyak dari infeksi

kandidiasis dari tahun 2013 hingga tahun 2016.

3. Prevalensi pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada

tahun 2013 – 2016 di dominasi oleh pasien berjenis kelamin perempuan

dan kelompok umur terbanyak yang menderita kandidiasis, yaitu pada

tahun 2013 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 65 tahun yaitu sebesar

38,4%. pada tahun 2014 kelompok umur terbanyak adalah 0 - <1 tahun

yaitu sebesar 29,9%. Pada tahun 2015 kelompok umur terbanyak adalah

kelompok usia 1 – 4 tahun dan 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 25,4%. Pada

tahun 2016 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 64 tahun yaitu

sebanyak 31,3%. Dalam disimpulkan bahwasanya kelompok umur dari

tahun ke tahun memiliki hasil yang bervariasi. Namun kelompok umur

79
80

45 – 64 tahun memiliki prevalensi cukup banyak dibandingkan kelompok

umur lainnya

4. Kasus kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soeotmo Surabaya pada tahun 2013 hingga 2016

terbanyak berasal dari Surabaya yaitu sebanyak 84,4% - 85,9%.

5. Penyakit penyerta dan kondisi khusus terbanyak yang ditemui pada

penelitian ini adalah sebanyak 30 pasien mempunyai riwayat diabetes

mellitus.

6. Keluhan utama terbanyak pasien kandidiasis pada tahun 2013 sampai

dengan 2016 adalah gatal sebesar 244 pasien dan diikuti dengan bercak

kemerahan sebanyak 207 pasien pada kandidiasis kulit dan pada

kandidiasis kuku keluhan terbanyak yaitu terjadi perubahan warna pada

kuku sebanyak 20 pasien. Keluhan utama yang disebutkan bisa terdapat

lebih dari 1 pada satu orang pasien.

7. Efloresensi terbanyak dituliskan pada rekam medis adalah satelit papul

yakni sebanyak 176 pasien, skuama sebanyak 143 pasien, makula

berbatas jelas sebanyak 133 pasien dan eritema sebanyak 61 pasien.

Efloresensi yang disebutkan bisa terdapat lebih dari 1 pada satu orang

pasien.

8. Hasil pemeriksaan laboratorium dari pasien baru infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2016 didominasi oleh hasil

yang positif untuk bentukan blastospora+hifa sebanyak 30,2%. Dan hasil

kultur sebanyak 12 kasus (4,0%) dari keseluruhan kasus yang dilakukan


81

kultur dengan spesies terbanyak adalah Candida sp. Dan sebanyak 286

kasus (96,0%) dari keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur.

9. Data pekerjaan tidak didapatkan pada rekam medis dan penyakit penyerta

tidak selalu dicantumkan saat pengisian rekam medis.

7.2 Saran

Dari penelitian ini, saran yang dapat diberikan, antara lain :

1. Pengisian data rekam medis elektronik yang lebih lengkap, terutama

menyangkut isian tentang pekerjaan pasien dan riwayat penyakit

penyerta.

2. Melakukan edukasi yang lebih baik kepada pasien berupa tata cara

bagaimana menjaga personal hygiene, sehingga dapat menurunkan

risiko penyebaran agen penyebab infeksi.

3. Waktu konfirmasi terkait surat kelaikan etik semakin diperjelas,

sehingga peneliti dapat menentukan waktu untuk memulai penelitian

sesuai dengan jadwal.


DAFTAR PUSTAKA

Ardakani, M., Ghaderi, N. and Kafaii, P. (2016). The Diagnostic Accuracy of

Potassium Hydroxide Test in Dermatophytosis. Journal of Basic and Clinical

Medicine, 5(2), pp.4-6.

Babic M, Hukic M. Candida albicans and non-albicans species as etiological

agent of vaginitis in pregnant and non-pregnant women. Bosn J Basic Med

Sci. 2010;10(1):89–97.

Beckmann, Charles R.B et al. (2010). Obstetrics and Gynecology. Ed. 6.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 243.

Berhimpon AM. Profil kandidosis pada penderita yang bekunjung ke Poliklinik

Kulit dan Kelamin di RSUP Manado periode Januari 1999-Desember 2001

[Skripsi]. Manado: Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi; 2003.

Bhavan PS, Rajkumar R, Radhakrishnan S. Culture and Identification of

Candida albicans from Vaginal Ulcer and Separatian of Enolase on SDS-

PAGE. International Journal of Microbiology. CCSE. Coimbatore. 2010:84-

93.

Cdc.gov. (2017). Candidiasis | Types of Diseses | Fungal Diseases | CDC.

[online] Available at: https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/.

(Diakses pada: 28 Mei 2017).

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology

12th ed. Mosby Elsevier. Chicago. 2007:631, 640-56, 700,703-4, 778,860.

82
Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Paller, A., Leffell, D. and Wolff, K.

(2012). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. The

McGraw-Hill Companies, Inc, pp.2298-2299.

Greenwood D, Slack R, Peutherer J, et al. Medical Microbiologi A Guide to

Microbial Infection: Pathonesis, Immunity, Laboratory Diagnosis and

Control. Churchill Livingstone Elsevier. Edinburgh. 2007:60, 596, 602-

4,614-16.

Hasan ASH, Al-Duliami AA, Al-Azawi NS. The Rate of Cutaneous Candidiasis

in Patients with Skin Mycoses in Baquba/Diyala Province Iraq. Iraqi J

Comm Med. 2008,3:242-5.

Jha BK, Dey S, Tamang MD. Characterization of Candida species isolated from

cases of lower respiration tract Infection. Katmandu University Medical

Journal. Kathamandu. Vol. 4, No. 3. Issue 15. 2006:290-4.

Keumala Mutiawati, V. (2016). Pemeriksaan mikrobiologi pada candida

albicans. Jurnal kedokteran syiah kuala, 16(1).

Kuleta, J.K., Maria R.K., and Andrzej K., Fungi Pathogenic To Humans:

Molecular Bases of Virulence of Candida Albicans, Cryptococcus

Neoformans and Aspergillus Fumigates, Act Biochim Pol,. 2009; 56: 211-

224.

Lestari, P. (2010). Peran Faktor Virulendi Pada Patogenesis Infeksi Candida

albicans. Stomatognatic (J. K. G Unej), 7(2), pp. 113-117.

83
L. Mayer, F., Wilson, D. and Hube, B. (2013). Candida albicans pathogenicity

mechanisms. 4(2), pp.119-128.

Lim, C., Rosli, R., Seow, H. and Chong, P. (2012). Candida and invasive

candidiasis: back to basics.

Mahon CR, Manuselis G. Textbook of Diagnostic Microbiology. 2nd ed. WB

Saunders. Philadelphia. 2000:191-208, 711-753.

Maria Ulfa, Iskandar Zulkarnain (2016). Epidemiologi dermatomikosis di

Indonesia. Dalam: Budimulya U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL,

Dwihastuti P, Widati S, editor. Dermatomikosis superfisialis. Edisi ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. h. 1–6.

Mohammadi, R., & Ataei, B. (2016). Candidiasis in Pediatrics; Identification

and In vitro Antifungal Susceptibility of the Clinical Isolates. Iranian

Journal of Pediatric Hematology and Oncology, 6(1), 43–51.

Murtiastutik, D., Ervianti, E., Agusni, I. and Suyoso, S. (2016). 1st ed.

Surabaya: Departemen/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo, pp.86-92.

Pallavan, B., Ramesh, V., Dhanasekaran, B., Oza, N., indu, S. and Govindarajan,

V. (2014). Comparison and correlation of candidal colonization in diabetic

patients and normal individuals. Journal of Diabetes and Metabolic

Disorders, 13.

84
Paul ME, Shearer WT. Evalutian of the Immunodeficient Patient. Dalam:

Fleisher TA, Shearer WT, Schroeder HW Jr. Clinical Immunology Principles

and Practise 3th ed. Mosby Elsevier. Philadelphia. 2008:463-91.

Ponka D, Baddar F. Wood lamp examination. Can Fam Physician 2012;58:976.

Rahmadhani Soetojo, S. and Astari, L. (2016). Profile of New Patients with

Candida Infection in Skin and Nail. BIKKK - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin - Periodical of Dermatology and Venereology, 28(1).

Rahman MH, Hadiuzzaman Md, Jaman MK, Bhuiyan, Islam N, Ansari NP, et al.

Prevalence of superficial fungal infections in the rural areas of Bangladesh.

Iran J Dermatol. 2011;14:86-91.

Rara SS, Pieter LS, Herry EJP (2013). Kandidiasis kutan dan mukokutan.

Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P,

Widaty S, editor. Dermatomikosis superfisialis (Edisi ke-2). Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 2004; p.58-74.

Rara SS, Pieter LS, Herry EJP (2013). Yeast infection: candidiasis and tinea

(pityriasis) versicolor. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine (Edisi ke-7). hal. 1822.

Raz-Pasteur, A., Ullmann, Y. and Berdicevsky, I. (2011). The Pathogenesis of

Candida Infections in a Human SkinModel: Scanning ElectronMicroscope

Observations.

85
Richardson, M. and Moore, C. (2017). Superficial and Subcutaneous Fungal

Pathogens. Infectious Diseases, pp.1710-1724.e1.

Rook, A., Barker, J., Bleiker, T., Chalmers, R., Creamer, D. and Griffiths, C.

(2016). Rook's textbook of dermatology. 9th ed. Chichester, West Sussex

(UK): Wiley Blackwell.

Safira Seru, R., E.J. Pandeleke, H. and Levinus Suling, P. (2013). Profil

Kandidiasis Kutis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado Periode 2009-2011. Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(1), pp.561-

565.

Schieke SM, Garg A. Superficial fungal Infection. In: Wolff K, Goldsmith LA,

Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill Companies; 2012.

P.2298.

Schieke, S., dan Garg, A. (2012). Superficial Fungal Infection. Fitzpatrick’s:

Dermatology in General Medicine, 4(8) pp.277-290.

Siregar RS. Penyakit jamur kulit. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2012. h. 44-61.

Sobel DJ, Vazquez AJ. Candidiasis. In: Dismukes EW, Pappas GP, Sobel DJ,

editors. Clinical mycologi. New York: Oxford University Press; 2003. p.

143-87.

86
Sopian, I., Ahmed, M., Lung, L., Sandai, D. and Shahabudin, S. (2016). Yeast

Infection and Diabetes Mellitus among Pregnant Mother in Malaysia. Malays

J Med Sci, 23(1), pp.27-34.

Spampinato, C. and Leonardi, D. (2013). Candida Infections, Causes, Targets,

and Resistance Mechanisms: Traditional and Alternative Antifungal

Agents. BioMed Research International.

Surain Dabas, P. (2013). An approach to etiology, diagnosis and management of

different types of candidiasis. Journal of Yeast and Fungal Research, 4(6),

p.Department of Microbiology, Kurukshetra University, Kurukshetra-

136119, Haryana, India.

Suraprasit, M.D.,, P., Bunyaratavej, M.D., S., Pattanaprichakul, M.D., P.,

Kobwanthanakun, M.D., W., Prasertworonun, M.D, N. and Leeyaphan,

M.D., C. (2016). Wood’s Lamp Examination: Evaluation of Basic

Knowledge in General Physicians. Sirijaj Medical Journal, 68.

The University of Adelaide. 2016. Clinical Grouping for Fungal Infections:

Skin Mycology. [online]. Diakses dari:

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/ (Diakses pada: 28 Mei

2017).

The University of Adelaide. 2016. Dermatophytosis. [online]. Diakses dari:

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/Cutaneous/. (Diakses pada:

28 Mei 2017).

87
Wahyuningsih R, Tsuboi R, Burhan E, Rusyati LMM, Ariwatin NL, Miranda E,

et al, editors. Programme and Abstract Book The 6th Asia Pacific Society for

Medical Mycology (APSMM) Congress. Bali: Indonesia Society for Human

and Animal Micology Indonesia; 2013. p.122.

Widaty, S. (2016). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Indonesia: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, pp.117-120.

Wowor, SR. Pandeleke H,. E. J and Kapantow, M., G. (2012). Profil

Kandidiasis Intertriginosa di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr.

R.D. Kandou Manado Periode Januari - Desember 2012. Jurnal e-Biomedik

(eBM).

88
LAMPIRAN I

JADWAL PENELITIAN

Tahun 2017-2018
Kegiatan
Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Pembuatan
proposal
Konsultasi
pembimbing
Pengumpulan
proposal
Persiapan
Penelitian
Penelitian
Pembuatan
laporan penelitian
Konsultasi
pembimbing
Penyerahan
laporan

89
LAMPIRAN II

ANGGARAN DANA PENELITIAN

1. Biaya untuk cetak proposal penelitian Rp 30.000,00

2. Biaya penelitian (rekam medis) Rp 455.000,00

3. Biaya untuk cetak laporan akhir penelitian Rp 150.000,00

TOTAL Rp 635.000,00

90
LAMPIRAN III

KETERANGAN KELAIKAN ETIK

91
LAMPIRAN IV

NOTA DINAS

92
93
94
95
LAMPIRAN V

DATA PENELITIAN
Data Penelitian Tahun 2013
Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama
Menyertai KOH Hasil
Kultur
Hifa Blasto WL (SDA)

SSPD P 69 Squamous Surabaya Gatal pada Makula erimatous Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn metaplasia kemaluan, batas jelas, papul +, dilakukan kutis
pada keputihan fluor +, skuama +
endocervix
SU P 45 Diabetes Gresik Gatal pada Makula erimatous Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus payudara dan batas jelas, skuama, dilakukan intertriginosa
selangkangan, satelit papul
kulit merah dan
bintik-bintik
IAF P 7 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bintil Makula erimatous, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada papul dilakukan kutis
leher,
punggung,
selangkangan,
bokong
MLO L 54 Tidak ada Surabaya Gatal pada sela Hiperpigmentasi, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan jari kaki berbatas jelas dilakukan intergititalis
SNIW P 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula eritema, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan pada satelit papul +, dilakukan intertriginosa
area kemaluan hiperpigmentasi,
dan sela paha berbatas jelas, central
healing
NAN P 30 Alergi Surabaya Gatal pada Hiperpigmentasi, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn badan, kaki, batas jelas, Floresensi dilakukan kutis
pangkal paha, – erosi, papul +,
nyeri, bercak satelit papul +,
merah skuama +
MW L 22 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, batas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah jelas, skuama dilakukan intertriginosa
pada
selangkangan
96
AD L 55 Tidak ada Surabaya Gatal di kaki, Hiperpigmentasi, Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan area kelamin, batas tegas, skuama, dilakukan intertriginosa
selangkangan papul dan satelit
papul
DTW P 1 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, batas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah jelas, satelit papul +, dilakukan intertriginosa
pada Makula Eritema,
selangkangan, Skuama
paha, lipatan
leher, ketiak
AF L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal, Erimatosa, batas Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan pada jelas, dilakukan intertriginosa
lipatan paha dan
lipatan leher
NH P 40 Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Papulopustular, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bintik-bintik makula eritema, dilakukan kutis
merah pada berbatas jelas, satelit
lipatan papul
payudara, kedua
ketiak, perut
RS L 66 Tidak ada Surabaya Borok, nyeri Hiperpigmentasi, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan papula, Floresensi – dilakukan intertriginosa
ulkus
TS L 56 Tidak ada LMG Ada luka/borok Efloresensi – krusta, Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan pada labialis Efloresensi – erosi dilakukan oris
inferior dan
covum oris
DA P 37 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa, batas jelas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah satelit papul +, dilakukan intertriginosa
kehitaman pada makula eritema,
sela paha hiperpigmentasi,
skuama,
RWW L 1 thn Tidak ada Surabaya Bintil-bintil Makula eritema- Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan gatal, bercak hipopigmentasi dilakukan intertriginosa
merah pada skuama tipis, satelit
lipatan leher dan papul
kedua ketiak
FK P 66 Tidak ada Sidoarjo Gatal, kuku jari Taa, dischromia Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis

97
thn keterangan tangan dilakukan onikia
kecoklatan dan
rusak
KR L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, makula Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan pada eritema, skuama, dilakukan intertriginosa
lipatan paha, satelit papul +
pantat
ABA L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula eritematus Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dengan batas jelas, dilakukan kutis
punggung, skuama + dan papul
ketiak, leher,
pantat dan
seluruh tubuh
YS P 40 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula eritematus Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak dengan batas jelas, dilakukan intertriginosa
kemerahan pada satelit papul +
selangkangan
PTN P 61 Hipertensi Surabaya Gatal pada Erimatosa, makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan selangkangan eritema, batas jelas dilakukan intertriginosa
Diabetes dan ketiak
melitus
TNN P 34 Tidak ada Surabaya Gatal pada Satelit papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan selangkangan dilakukan intertriginosa
CTG L 16 Tidak ada Surabaya Kuku terlihat Makula eritema Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kehitaman hiperpigmentasi dilakukan onikia
MSH P 52 Tidak ada Surabaya Kuku Dischromia Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kekuningan, dilakukan onikia
distrofi
DJH P 54 Tidak ada Surabaya Kerusakan kuku Tidak ada keterangan Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan tangan dan kaki, dilakukan onikia
kuku rapuh dan
kekuningan
MYO L 54 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas jelas, tepi aktif dilakukan intertriginosa
pada +, papul +
selangkangan
IYA P 21 Tidak ada Surabaya Gatal pada Makula erimatosa Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan selangkangan batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa

98
dan bokong, papul
bintik
kekuningan
pada bawah
mata, tidak
nyeri
MAM L 31 Tidak ada Surabaya Gatal dan Hiperpigmentasi, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak berbatas jelas, tepi dilakukan intertriginosa
kemerahan aktif, papul, skuama
pada
selangkangan
MSP P 75 Tidak ada Surabaya Gatal dan pada Erimatosa, Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan selangkangan Erimatosa, Papul, dilakukan intertriginosa
skuama
AAP L 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak putih Erimatosa, satelit Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan pada papul dilakukan intertriginosa
sela paha dan
pantat
FDZ P 1 thn Tidak ada Surabaya Bintik merah di Multiple papul, satelit Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan lipatan leher papul, skuama dilakukan intertriginosa
KSI P 63 Tidak ada Surabaya Gatal pada sela Hipopigmentasi batas Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan jari kaki jelas; efloresensi- dilakukan intergititalis
erosi
PSM P 11 Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple papul, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah erimatosa, skuama, dilakukan intertriginosa
pada sela paha makula
dan pantat hiperpigmentasi
RRU P 22 Tidak ada PMKN Gatal, bercak Makula Eritema Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada berbatas jelas Blastospora + dilakukan intertriginosa
selangkangan
TBR P 48 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Eritema Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada berbatas jelas dilakukan intertriginosa
selangkangan
BDI P 51 Alergi Surabaya Gatal dan Makula Eritema Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn udang kemerahan berbatas jelas, dilakukan intertriginosa
daerah efloresensi-erosi,
kemaluan satelit papul

99
MA L 4 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada satelit papul dilakukan kutis
ketiak dan
punggung
SSI P 66 Tidak ada Surabaya Tidak ada Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan keterangan satelit papul, dilakukan intertriginosa
maserasi +,
efloresensi-erosi
RFT L 59 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan pada efloresensi-erosi dilakukan intertriginosa
jari tangan, jelas, satelit papul,
selangkangan, makula eritema
dan bawah tertutup skuama
payudara
NNR P 11 Tidak ada Surabaya Banyak ruam, Multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan gatal, eritematosa batas dilakukan intertriginosa
kemerahan, tidak tegas
lipatan leher,
gluteus
IL P 10 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa, satelit Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan pada papul, dilakukan kutis
axilla hiperpigmentasi,
skuama tipis, makula
berbatas jelas
SHI P 51 Tidak ada Surabaya Kuku tangan Dischromia, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan menebal dan onicholisis dilakukan onikia
rusak
SVA P 34 Alergi Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn udara dan gatal pada satelit papul, multiple dilakukan intertriginosa
dingin dan ketiak papul eritema tertutup
sedang skuama
hamil 27
mgg
MAR L 19 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan satelit papul, central dilakukan intertriginosa
terasa perih healing + , makula
pada ketiak, eritema tertutup
selangkangan, skuama

100
dan bawah putih
SSTG P 87 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas tak Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak jelas tertutup skuama, dilakukan intertriginosa
keputihan pada maserasi positif
sela jari kaki
DYP P 46 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan satelit papul, makula dilakukan intertriginosa
terasa perih eritema tertutup
pada skuama tipis
selangkangan

SOI P 54 Hipertensi Surabaya Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan bintik batas jelas, maserasi dilakukan intertriginosa
kemerahan pada +, satelit papul
lipatan payudara
dan ketiak
MI L 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan putih batas jelas, dilakukan kutis
punggung, hipopigmentasi
leher, axilla,
inguinal
MA P 58 Tidak ada Surabaya Bercak, gatal Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan bersisik hipopigmentasi batas dilakukan kutis
pada telapak tidak jelas, skuama
kaki, badan dan tipis
selangkangan
AA L 10 Tidak ada Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan pada punggung, satelit papul, makula dilakukan kutis
selangkangan, eritema
gluteus
AMH P 53 Diabetes Surabaya Bercak merah, Makula erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Mellitus gatal pada batas jelas, skuama +, dilakukan intertriginosa
selangkangan, satelit papul
lipatan paha dan
ketiak
TSLN P 59 Hipertensi Surabaya Gatal dan kuku Paronochia Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn rusak di jari discromia, skuama dilakukan paronikia
tangan tipis, fisura +,

101
hiperplasia nail plate
BI L 3 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan bintik Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan pada satelit papul, dilakukan intertriginosa
lipatan leher, maserasi +
lipatan ketiak
dan
selangkangan
LM P 45 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah satelit papul, dilakukan intertriginosa
pada lipatan maserasi +, skuama
payudara halus
SRM P 24 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
H thn keterangan bercak merah satelit papul dilakukan intertriginosa
pada lipatan
payudara,
lipatan ketiak,
lipatan pantat
dan bintik-bintik
di punggung
MRSI P 45 Tidak ada Surabaya Bintik merah Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan terasa panas satelit papul, makula dilakukan intertriginosa
pada lengan eritema tertutup
atas, ketiak, skuama
dada
RSTK P 47 Tidak ada Surabaya Nyeri, bengkak Kuku rusak +, Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan ekstraksi discromia Tidak dilakukan dilakukan paronikia
kuku pada kuku
jari tangan dan
kaki
APA P 40 Diabetes Sidoarjo Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus bercak satelit papul dilakukan intertriginosa
kemerahan pada
lipatan bawah
payudara
SH P 50 Tidak ada Sidoarjo Kuku jari Discrhomia, edema +, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan tangan dan kaki nyeri +, eritema +, dilakukan paronikia
rusak, lepasnya kutikel
membengkak

102
dan gatal
MLY L 54 Hipertensi Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
O thn dan bercak satelit papul, skuama dilakukan intertriginosa
obesitas kemerahan pada tipis, Efloresensi –
selangkangan erosi
dan lipatan
ketiak
EW P 41 Dermatitis Surabaya Gatal dan plak Hiperpigmentasi Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn putih pada sela batas tegas, makula dilakukan Interdigitalis
jari kaki hipopigmentasi, plak
putih dan maserasi +
SDNI P 53 Diabetes Surabaya Gatal dan bintik Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus merah pada satelit papul dilakukan intertriginosa
dan selangkangan
obesitas
DS L 27 Alergi Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn makanan bercak merah satelit papul, makula dilakukan kutis
dan obat- pada dada, eritema tertutup
obatan punggung dan skuama tipis dengan
lengan tepi aktif
EK P 65 Tidak ada Tuban Kuku tangan Dischromia, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan rusak, berwarna onikolisis kulit dilakukan onikia
kuning dan kulit sekitar kuku tampak
sekitarnya erimatous
berwarna merah
disertai sedikit
gatal
SYI P 60 Tidak ada Surabaya Plentingan Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan lipatan payudara maserasi +, makula dilakukan intertriginosa
dan ketiak hiperpigmentasi,
satelit papul,
Efloresensi – erosi
NVTS P 17 Tidak ada Surabaya Gatal dan bintil Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan pada satelit papul, dilakukan intertriginosa
selangkangan Efloresensi – erosi
SS L 55 Tidak ada Surabaya Kuku kaki Melononikia, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan menebal dan dischromia, dilakukan onikia
berwarna onicholisis

103
kehitaman
YTH P 41 Diabetes Surabaya Gatal dan bintik Makula eritema batas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus merah pada jelas, skuama +, dilakukan intertriginosa
ketiak
LB P 13 Tidak ada Surabaya Gatal dan Hiperpigmentasi Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan berwarna batas tak jelas, dilakukan onikia
kuning kuku jari dischromia, skuama
tangan tipis
DWG P 50 Tidak ada Gresik Gatal dan Makula erimatosa Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas tak jelas dilakukan intertriginosa
pada lipatan tertutup skuama tipis,
bawah payudara satelit papul
dan pantat
AM L 72 Skabies Gresik Gatal dan merah Makula eritema Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan pada punggung berbatas jelas, dilakukan kutis
jantung multiple papul +
SW P 58 Hipertensi Pasuruan Bercak merah Makula eritema batas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan gatal pada tegas disertai plak dilakukan Interdigitalis
sela jari tangan putih,
MR L 41 Stroke LMG Bercak putih Makula eritematus Positif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn dengan batas jelas, satelit sp. intertriginosa
plentingan yang papul, krusta
bernanah pada hiperpigmentasi,
punggung, dada skuama tipis
dan ketiak
SOE P 85 Tidak ada Surabaya Kuku berubah Erimatosa batas tak Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan warna, jari jelas, onycholisis, dilakukan onikia
bengkak, nyeri makula erimatous,
dan gatal dischromia
HSL P 38 Alergi Surabaya Gatal dan Makula eritema Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn bercak merah berbatas jelas dengan dilakukan intertriginosa
pada satelit papul
selangkangan dikelilingi skuama
tipis di atasmya
GA P 59 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas tak Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan dan jelas, .makula eritema dilakukan intertriginosa
lecet pad batas jelas, satelit
alipatan papul, Efloresensi –

104
payudara erosi
SA P 65 Diabetes Gresik Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Mellitus, merah dan lecet batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
Hipertensi pada lipatan papul, Efloresensi –
dan payudara, ketiak erosi
obesitas dan
selangkangan
KSW L 51 Tidak ada Surabaya Gatal dan Maserasi +, makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
O thn keterangan mengelupas sela eritema tertutup dilakukan interdigitalis
jari kaki dan skuama
kadang berbau
tidak sedap
KSTN P 31 Tidak ada Surabaya Kuku semakin Dischromia, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan naik dari dasar dystropic dilakukan onikia
kuku dan gatal
IS L 60 Diabetes Surabaya Kuku rapuh dan Dischromia, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Mellitus, berwarna dystropic, kuku dilakukan onikia
Hipertensi kuning terkikis
dan stroke
NRI P 17 PV Surabaya Bercak merah Erimatosa berbatas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan gatal pada jelas, hipopigmentasi, dilakukan intertriginosa
lipatam satelit papul, makula
payudara, eritema tertutup
bercak putih skuama
gatal pada
punggung
SAD L 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa berbatas Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah jelas, satelit papul, dilakukan kutis
pada pantat, makula eritema
leher dan
punggung
MAR L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula eritematous Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
Z keterangan bercak merah batas tak tegas, satelit dilakukan intertriginosa
pada papul
selangkangan
NMS P 10 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Candida Kandidiasis
NBA bln keterangan bercak satelit papul, skuama albicans kutis
kemerahan pada tipis

105
daerah
kemaluan dan
pantat
MSLH L 51 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah hiperpigmentasi, dilakukan intertriginosa
pada ketiak dan papula eritema
selangkangan
NYLA P 21 SLE Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
hari pada kulit pada skuama tipis dilakukan kutis
hampir seluruh
badan dan
disertai nanah
RP L 29 Tidak ada Surabaya Gatal, panas dan Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah multiple papul, satelit dilakukan intertriginosa
pada ketiak dan papul, skuama
daerah
kemaluan
RRRY P 21 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah makula eritema batas dilakukan intertriginosa
pada lipatan jelas tertutup skuama
payudara tipis
DP P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah makula eritema batas dilakukan intertriginosa
pada labium jelas dan satelit papul
mayus dan
selangkangan
SMN P 66 Hipertensi Surabaya Bercak putih Dischromia, Tidak Kandidiasis
thn dan pada kuku kaki dystropic Tidak dilakukan dilakukan onikia
Diabetes
Mellitus
SPYH L 56 Surabaya Kuku tangan Dischromia, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn mengelupas dystropic nail dilakukan onikia
ADE P 2 thn Alergi Surabaya Ruam dan bintil Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
Telur merah pada hiperpigmentasi, dilakukan kutis
bokong, leher multiple papul diatas
dan sekitar bibir makula eritematus,
satelit papul
MRC L 1 thn Epilepsi Surabaya bercak merah Erimatosa batas tak Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis

106
L gatal di sekitar jelas, makula eritema dilakukan kutis
kemaluan batas tak tegas, papul,
skuama +
SHTN P 48 Tidak ada Surabaya bercak merah Erimatosa batas jelas, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal pada skuama dan satelit dilakukan intertriginosa
ketiak, papul
selangkangan
dan dada
APR P 11 Tidak ada Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan dan gatal pada skuama dan satelit dilakukan kutis
punggung dan papul
selangkangan
TMJS L 56 Tidak ada Surabaya Gatal dan merah Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan pada sela paha hiperpigmentasi batas dilakukan kutis
dan kedua kaki tidak tegas, skuama
tipis
SADI P 56 Tidak ada Surabaya Kuku jari Dischromia, Tidak Kandidiasis
thn keterangan tangan berwarna dystropic, subungal Tidak dilakukan dilakukan onikia
kuning dan hiperkeratotik
menebal
NPW P 9 bln Tidak ada Surabaya Merintis Multiple papul Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan berwarna merah eritema konfluen di dilakukan kutis
pada punggung tengan, satelit papul
di tepi, makula
eritema bentuk elips
LE P 54 Tidak ada Surabaya Gatal dan Eritematosa batas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak pada jelas, satelit papul, dilakukan kutis
selangkangan
EO P 20 Tidak ada Surabaya Kuku menjadi Dischromia Tidak Kandidiasis
thn keterangan berwarna lebih Tidak dilakukan dilakukan onikia
gelap

107
Data Penelitian Tahun 2014

Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnosis


Pasien Kelamin Sakit yang Utama Fisik Laboratorium
Menyertai KOH Hasil
Kultur
Hifa Blasto WL (SDA)

EA P 42 Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
pada jelas, erosi +,
selangkangan papula +,
RHU P 62 Hipertensi Surabaya Gatal pada Erimatosa batas Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan ketiak, leher, tidak jelas, dilakukan intertriginosa
Diabetes lipatan paha makula
Mellitus danlipatan hiperpigmentasi
payudara batas jelas dan
central healing
sebagian
tertutup skuama,
satelit papul +
MCN L 64 Tidak ada Surabaya Gatal dan Maserasi +, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak pada hipopigmentasi dilakukan interdigitalis
sela jari kaki tertutup skuama
tipis
STAH P 60 Tidak ada Surabaya Kuku tangan Dischromia, Tidak Kandidiasis
thn keterangan rusak, makula Tidak dilakukan dilakukan onikia
berwarna erimatosa batas
kuning tak jelas,
skuama tipis,
erosi -
INZ P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tegas, satelit
sekitar papul +, skuama
kemaluan +
dan pantat
108
ZFA P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan erimatosa agak dilakukan intertriginosa
gatal pada basah batas
sekitar anus jelas, satelit
papul, skuama
tipis +, erosi +
NYLA P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tak tegas, papul
sekitar +, skuama +
kemaluan
TJKN L 54 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan erimatosa Tidak dilakukan dilakukan oris
gatal pada dengan beberapa
mulut dan bagian
lidah hiperpigmentasi,
erosi positif
tertutup krusta
NNH P 19 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan erimatosa batas dilakukan kutis
perih pada jelas tertutup
kemaluan skuama, satelit
papul +
DBI L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula eritema Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan hiperpigmentasi dilakukan intertriginosa
gatal pada tertutup skuama,
selangkangan satelit papul
MRY P 44 Tidak ada Surabaya Bintil merah Papul Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal dilakukan intertriginosa
pada ketiak
KSTN P 54 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tegas, satelit
sela paha dan papula +

109
lipatan
payudara
NJSI P 58 Tidak ada Surabaya Kuku jari Lunula edema, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan hitam, dischromia, dilakukan onikia
bengaka dan makula
rusak hiperpigmentasi
batas tak tegas
AAP L 4 bln Alergi susu Surabaya Bintil merah Erimatosa batas Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
dan gatal jelas, makula dilakukan oris
pada skalp batas tegas,
belakang, satelit papul,
leher, lengan pustula dan
dan bercak makula eritema
putih di tertutup skuama
mulut
JZR P 8 bln Tidak ada Surabaya Bintil merah Erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal hiperpigmentasi dilakukan kutis
pada leher, batas tegas,
tangan, kaki, makula batas
bokong, tegas,
badan
DKP P 1 bln Tidak ada Surabaya Bintil merah Makula dan Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal papul erimatous dilakukan intertriginosa
pada ketiak, batas tak tegas,
selangkangan satelit paput
, papul +,
skuama.
SHY P 32 Tidak ada Surabaya Bercak Erimatosa batas Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan jelas, dilakukan intertriginosa
berbintil Efloresensi –
yang terasa papula, satelit
gatal dan papul, makula
perih pada eritema
selangkangan
DSYA P 37 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis

110
thn keterangan merah dan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tegas, satelit
selangkangan papul +, skuama
+
ATM P 53 Tidak ada Surabaya Gatal, Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
N thn keterangan kemerahan erimatosa batas dilakukan kutis
ketiak jelas, satelit
papul +
RT P 48 Tidak ada Surabaya Bercak Erimatosa batas Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan jelas, makula dilakukan kutis
gatal di dan satelit papul
bawah +
payudara
SNI P 8 bln Tidak ada Lamonga Bercak Erimatosa batas Positif Positif Negatif Candida Kandidiasis
keterangan n merah dan tak jelas, sp. kutis
gatal pada skuama tipis,
punggung, satelit papul +,
tangan dan multiple makula
kaki
WK L 71 Alergi obar Surabaya Gatal, bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn (gol. merah pada erimatosa batas dilakukan intertriginosa
Sulfametho ketiak dan tak jelas, satelit
xazole), selangkangan papul dan
alergi skuama tipis
makanan
(bandeng,
pindang,
susu sapi,
coklat) dan
asma
HZM L 2 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula papul Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada erimatosa, Tidak dilakukan dilakukan intertriginosa
leher skuama +
ADR P 7 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada erimatosa batas dilakukan intertriginosa

111
leher, tidak tegas,
punggung, skuama tebal,
pantat papul +
NSF P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada erimatous batas dilakukan kutis
leher, tegas dengan
punggung, skuama tipis,
dada satelit papul
MSY P 64 Hipertensi Sumenep Luka dan Ulkus +, pus -, Pseudo Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn bercak putih darah - hifa dilakuk dilakukan oris
di bibir dan an
lidah
SWH P 51 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas Pseudo Positif Negatif Tidak Kandidiasis
O thn keterangan merah pada jelas, hifa dilakukan kutis
ketiak, Efloresensi –
selangkangan papula, satelit
, perut, papul +
bokong,
kaki, tangan
SKLH P 59 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula eritema Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada batas jelas dilakuk dilakukan intertriginosa
selangkangan dengan tepi an
berupa papul,
skuama tipis +,
satelit papul +
MA L 70 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Pseudo Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada ermatous batas hifa dilakuk dilakukan intertriginosa
sela paha jelas, satelit an
papul +, makula
eritema tertutup
skuama,
Efloresensi –
papula
YS P 48 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada jelas, satelit dilakuk dilakukan intertriginosa

112
selangkangan papul + an
MPA P 6 bln Alergi susu Surabaya Gatal,, bintil Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
sapi merah pada erimatous batas dilakukan kutis
punggung tidak jelas,
papul +, pustula
-
EBA L 10 Tidak ada Surabaya Plentingan Papul eritematus Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
M bln keterangan pada tangan + vesikel dilakukan kutis
dan kaki, multiple diatas
gatal disertai makula
panas badan eritematus batas
dan bercak tidak jelas,
merah di krustal+pustul
pantat minimal,
makula erimatus
batas tak jelas,
satelit papul +,
skuama tipis +,
erosi -
SOER P 51 Tidak ada Surabaya Gatal dan makula Negatif Negatif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan bintil pada eritematus batas sp. kutis
wajah, leher, tidak jelas,
dada, lengan multiple pustula,
papula diatas
kulit yang
erimatous
LA P 55 Alergi Surabaya Bercak makula Pseudo Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn makanan merah dan eritematus batas hifa dilakuk dilakukan kutis
gatal pada tidak jelas,papul an
pantat dan +
kemaluan
ALFN L 10 Tidak ada Surabaya Plenting Papul Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritomatus, dilakukan kutis
gatal pada multiple
leher, ketiak, makula, satelit

113
selangkangan papul +
dan pantat
HAP L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
pada tegas, skuama
selangkangan tipis, satelit
papul +
SAM L 6 bln Tidak ada Tuban Bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan erimatosa batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tidak tegas,
wajah, leher, skuama tipis,
ketiak, satelit papul +,
tangan dan krusta +
selangkangan
TPA P 56 Tidak ada Lamonga Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan n bercak merah erimatosa batas dilakukan interdigitalis
pada sela jari tegas
kaki
SPM P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Pseudo Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan erimatosa batas hifa dilakuk dilakukan kutis
bintil pada tegas, skuama an
tangan, kaki tipis, multiple
dan pundak papul +, vesikel
+,
AHK L 3 bln Tidak ada Lamonga Gatal, bercak Makula Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan n merah dan eritematus dilakuk dilakukan intertriginosa
putih pada sebagian an
kedua ketiak, menjadi
punggung hipopigmentasi
dan batas tegas,
selangkangan skuama tipis +,
papul +, erosi +,
ADLA P 4 bln Tidak ada Surabaya Gatal pada Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan leher eritematus batas dilakuk dilakukan intertriginosa
tidak jelas, an

114
skuama tipis +,
papul +
WP P 28 Alergi Surabaya Bintil Makula Pseudo Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn makanan disertai eritematosa hifa dilakuk dilakukan intertriginosa
laut dan bercak merah batas tegas an
asma terasa panas dengan papul +
dan gatal diatasnya,
pada lipatan central healing
payudara, +, Efloresensi –
perut dan papula
selangkangan
AAN P 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada eritematosa dilakuk dilakukan kutis
badan, leher, batas tidak an
punggung, tegas, skuama
tangan, kaki tipis, papul +,
dan pantat pustula -
RRA L 11 Tidak ada Surabaya Bintil merah Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan dan gatal erimatosa batas dilakukan kutis
pada tak jelas,
punggung multiple papul
dan pantat +, skuama tipis
+
VAR L 11 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematus batas dilakuk dilakukan intertriginosa
gatal pada tak jelas dengan an
selangkangan satelit papul,
skuama halus +,
erosi minimal,
multiple makula
hipopigmentasi
batas tak jelas
PWTI P 45 Alergi pada Surabaya Gatal disertai Makula Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn kalung bercak merah eritomatosa dilakuk dilakukan kutis
logam dan beruntus batas jelas an

115
pada leher dengan papul +,
dan satelit papul,
punggung skuama +
SAH P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula erimatus Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas tegas, dilakukan kutis
gatal pada skuama tipis +,
kemaluan satelit papul +,
multiple papul
diatas makula
erimatus
FAA P 6 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus batas dilakuk dilakukan kutis
gatal pada tegas, skuama an
leher dan tipis, satelit
punggung papul +
NBLA P 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan hipopigmentasi dilakukan kutis
gatal pada multiple batas
leher dan jelas, satelit
punggung papul +
REW L 2 thn Tidak ada Gresik Bercak Makula Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus batas dilakuk dilakukan intertriginosa
gatal pada tegas, skuama an
lipatan halus +,
kemaluan multiple satelit
papul +
MSD L 58 Scabies dan Surabaya Bercak dan Eritematosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
G thn diabetes bintil merah hiperpigmentasi, dilakukan kutis
melitus gatal pada makula
hampir eritematus batas
seluruh tegas, satelit
badan dan papul +,
axilla Efloresensi –
papula
DAPS P 46 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis

116
thn keterangan merah dan eritematus batas dilakukan intertriginosa
gatal pada jelas, multiple
lipatan papul +, satelit
payudara papul +,
Efloresensi –
papula
TRR P 4bln Obesitas Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
merah dan eritematus batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tidak jelas,
lipatan leher tertutup skuama
tipis, satelit
papul +, erosi -,
MDJN P 37 Ca Cervix Surabaya Bercak putih Plak putih tebal, Positif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn pada lidah, kasar dan sp. oris
lidah terasa melekat erat
tebal pada lidah
MRY L 65 Diabetes Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
T thn melitus merah, gatal eritematus batas dilakukan intertriginosa
pada jelas, satelit
selangkangan papul +
AH P 23 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal eritematus batas dilakukan intertriginosa
pada perut, jelas tertutup
lipatan skuama tipis,
payudara dan satelit papul +
siku bagian
dalam
KKA P 9 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah, gatal eritematus batas dilakukan intertriginosa
pada leher, jelas, satelit
punggung, papul +
dada dan
selangkangan
DNN P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
A keterangan merah, gatal eritematus batas dilakukan intertriginosa

117
pada leher, jelas, satelit
ketiak dan papul +
selangkangan
LZPR P 3 thn Herpes Surabaya Bintil di Papul multiple Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
mulut dan +, sudut mulut dilakukan oris
rongga mulut terdapat skuama
tipis
ARR P 1thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah, gatal hiperpigmentasi dilakukan intertriginosa
pada lipatan batas tegas,
kemaluan satelit papul +
SRDI L 50 Herpes Sidoarjo Bercak Eritematosa Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn zooster merah dan batas tegas tipis, dilakukan intertriginosa
plentingan makula
pada lipatan eritemabatas
paha dan jelas diatasnya
nyeri pada ada skuama
luka herpes tipis, pada tepi
papul +, makula
hiperpigmentasi
batas jelas dan
satelit papul +
RMY P 35 Pemfigoid Surabaya Bercak putih Multiple makula Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
T thn bulosa dan tebal hiperpigmentasi dilakuk dilakukan oris
pada lidah an
ASO L 69 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal eritematus batas dilakuk dilakukan intertriginosa
pada lipatan jelas, multiple an
paha dan papul satelit di
ujung penis sekitar makula
eritematus,
skuama tipis +
SAA L 19 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan bintil eritematosa dilakuk dilakukan intertriginosa
merah pada batas jelas, an

118
selangkangan diatasnya
nampak basah
karena erosi,
skuama tipis
satelit papul +,
pustul -
DRNI P 38 Pemphigus Jombang Plak putih Makula Tidak Kandidiasis
thn vulgraris pada lidah hiperpigmentasi dilakukan oris
batas jelas Tidak dilakukan
diatasnya ada
skuama tipis,
erosi +, krusta
+, plak putih +
VDR P 3 bln Apert Surabaya Gatal, bercak Papul erimatous Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
syndrome dan bintil batas jelas dilakukan intertriginosa
merah pada diameter variasi
selangkangan terutama di
, lipatan daerah lipatan,
leher dan satelit papul +,
seluruh makula
tubuh eritematus
SH L 63 Tidak ada Surabaya Nyeri, bercak Distrofi nail +, Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan hitam pada makula dilakukan onikia
kuku tangan eritematosa
batas jelas
dengan skuama
+

NAH P 18 Diabetes Surabaya Bercak Makula Tidak Kandidiasis


thn melitus merah dan eritematus batas Tidak dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada tidak jelas,
ketiak dan satelit papul +,
selangkangan

119
SHT L 22 HIV/AIDS Lamonga Bibir kering, Erosi, krusta, Positif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn pecah-pecah skuama sp. oris
lalu
mengelupas,
borok kecil
di bibir,
eksudat
kekuningan
pada gigi
seri, maksila
dan
mandibula,
plak putih
pada bibir
STH P 65 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah erimatosa batas dilakukan intertriginosa
pada ketiak, jelas nampak Tidak dilakukan
lipatan basah, satelit
payudara dan papul +
selangkangan
RBV L 32 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah erimatosa batas dilakukan intertriginosa
pada lipatan tak jelas, erosi
paha +, skuama tipis
+, Efloresensi –
erosi
RHH P 2 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah erimatosa batas dilakukan kutis
pada dada, tak jelas dengan
pantat, multiple papul
punggung diatasnya, satelit
papul +, skuama
+
MIW L 6 bln Tidak ada Sampang Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah erimatosa batas dilakukan intertriginosa

120
pada tak jelas,
selangkangan skuama tipis +,
satelit papul +
RHI P 72 Tidak ada Surabaya Kuku Onikolisis, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan menguning distropik + dilakukan onikia
dan lepas
AWS L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus diatas dilakukan intertriginosa
pada makula
selangkangan eritematus batas
, leher, ketiakjelas, satelit
dan pantat papul +, skuama
tipis
US L 60 Obesitas Proboling Gatal dan makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn go bercak merah eritematus batas dilakukan intertriginosa
pada jelas, skuama
selangkangan tipis +, pustul
, lipatan minimal +
payudara,
lipatan perut
dan pantat
CO L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple satelit Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah papul + dilakukan kutis
pada dada
dan pantat

121
Data Penelitian Tahun 2015

Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama Fisik
Menyertai KOH Hasil
Kultur
Hifa Blasto WL (SDA)

NDS P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritema batas dilakukan kutis
pada pantat jelas tertutup
dan skuama, satelit
kemaluan papul +
KSNH P 63 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus bercak merah eritema batas dilakukan intertriginosa
pada ketiak jelas, erosi
dan minimal,
selangkangan satelit papul +,
skuama +,
Efloresensi –
papula
JCYN P 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak eritema batas dilakukan intertriginosa
merah, lecet tidak jelas,
pada sela skuama +,
paha satelit papul +,
maserasi +
ABO P 10 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada eritema batas dilakukan oris
leher, wajah, tidak jelas,
bibir dan plak putih +
bercak putih
pada mulut

122
SKJN P 60 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas jelas,
skuama tipis +,
satelit papul +
MRAH P 44 Diabetes Surabaya Gatal, nyeri Makula Pseudoh Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus dan bintil hiperpigmenta ifa dilakukan intertriginosa
merah pada si batas jelas,
ketiak skuama tipis
diatasnya,
satelit papul +,
papula
eritematous
MADT L 11 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Pseudoh Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan bercak merah eritematus ifa dilakukan intertriginosa
pada ketiak, batas jelas
sela paha dan dengan
leher skuama tipis
diatasnya,
satelit papul +
PSNH P 62 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas jelas tepi
dan lipatan aktif polisiklis
payudara +,
FAR L 6 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Papula Pseudoh Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus ifa dilakukan kutis
pada ketiak, batas tegas,
punggung, skuama +,
bokong satelit papul +
DMP P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Plak + pada Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak putih bagian ventrak ifa dilakukan dilakukan oris
pada lidah dan ujung
lidah
EN P 67 Obesitas Surabaya Gatal dan Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis

123
thn bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada lipatan batas tidak
payudara jelas, skuama
tipis putih
diatasnya,
satelit papul +
AIP L 1 Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada batas tidak
selangkangan jelas, multiple
, bokong dan papul, satelit
kemaluan papul +
SFA P 21 Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah papula dilakukan intertriginosa
dan di eritematous
atasnya ada disertai satelit
cairan putih papul
seperti nanh
pada
selangkangan
ARSA P 2thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah papula dilakukan intertriginosa
pada eritematous
selangkangan disertai satelit
, ketiak dan papul
leher
RM P 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada batas jelas,
kemaluan satelit papul +
dan pantat
RRR L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada leher batas tidak
jelaa, skuama

124
tipis +, erosi +,
satelit papul +
STOH P 75 Stroke Malang Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn bercak merah eritematus dilakukan kutis
pada batas tidak
punggung, jelas, skuama
tangan +, satelit
papul +
MDIH L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah makula ifa dilakukan dilakukan intertriginosa
pada sela eritematus
paha, leher batas tidak
dan kaki jelas, erosi
minimal
STWJ P 53 Tidak ada Surabaya Bengkak, Warna Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan nyeri dan kekuningan +, dilakuka dilakukan dilakukan onikia
berubah dischromia n
warna
kekuningan
pada kuku
tangan
DEPP L 1 thn Tidak ada Surabaya Bintil merah Multiple papul Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal et pustul dilakukan dilakukan kutis
pada eritematus,
punggung, erosi -, skuama
pantat dan -
sekitar
kemaluan
PSWT P 58 Tidak ada Surabaya Bintil merah Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gataleritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas tidak
jelas, skuama -
, satelit papul
+
ABR L 11 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis

125
bln keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan kutis
pada batas jelas,
punggung, skuama +,
ketiak, paha papul +, satelit
papul +
SHNI P 64 Tidak ada Surabaya Bercak putih Sela-sela jari Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan gatal dan kaki tampak dilakukan dilakukan interdigitalis
panas pada maserasi,
sela jari kaki bercak
berwarna putih
SDKO L 64 Tinea pedis Surabaya Gatal sela Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn dan alergi jari dan kuku eritematus dilakukan dilakukan paronikia
tetracycline jari kaki batas tidak
, gol. pecah-pecah, jelas, skuama
peniciline rusak dan +, nail
berubah distrophic,
warna dischromia,
menjadi maserasi
kekuningan minimal
MAP L 1thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak
selangkangan jelas, skuama
dan tipis, satelit
punggung papul +
IBK L 3 thn Tidak ada Surabaya Bercak Papul Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus +, dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +,
ketiak makula
eritema
HM P 51 Alergi obat Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn amoxicilin, merah berair eritematus dilakukan intertriginosa
alergi yang batas tidak
makanan kemudian jelas, makula
telur dan berubah hiperpigmenta

126
ikan kehitaman si +, papul +,
dan gatal skuama tipis +,
pada ketiak, erosi -,
selangkangan Efloresensi –
dan perut papula
MTMH P 51 Diabetes Surabaya Bercak Makula Tidak Pseudoh Tidak Candida Kandidiasis
thn melitus merah dan eritematosa dilakuka ifa dilakukan sp. intertriginosa
gatal pada batas tidak n
ketiak, dada jelas, satelit
dan payudara papul +
MCI L 9 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak
ketiak dan jelas, skuama
selangkangan +, erosi +,
satelit papul +,
likenifikasi +
SHMI P 81 Diabetes Surabaya Bercak Multiple papul Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus dan merah dan eritema dilakukan dilakukan intertriginosa
hipertensi gatal pada berbatas jelas,
ketiak dan satelit papul +
selangkangan
RDTY L 1 Tidak ada Surabaya Bintil merah Multiple papul Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal eritematus ifa dilakukan dilakukan kutis
pada batas jelas
punggung, dengan
wajah, leher skuama tebal
dan tampak diatasnya,
seperti sisik makula
pada hipopigmentas
kemaluan i batas tidak
jelas
TGL P 76 Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple fisura Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah tertutup ifa dilakukan dilakukan interdigitalis
pada sela jari skuama putih,

127
kaki bau +, makula
eritematosa
batas tidak
jelas
AFR P 3 bln Bronchitis Surabaya Bercak Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
merah pada eritematus dilakukan dilakukan kutis
leher batas tidak
jelas, skuama
tipis +, satelit
papul +,
AK L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
leher, lipatan batas tidak
paha, pantat, jelas, satelit
anus dan papul +
sekitar
kemaluan
MAB P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan kutis
pada batas tidak
punggung jelas, multiple
dan sela paha papul +, satelit
papul +
SMLN P 65 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada dada, batas tidak
lipatan jelas, satelit
payudara dan papul +, papul
ketiak +
SP P 58 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus Tidak dilakukan dilakukan intertriginosa
pada lipatan batas tidak
paha, ketiak jelas, satelit
dan bawah papul +
payudara

128
TSYN P 75 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas tidak
dan bawah jelas, satelit
payudara papul +
NC P 32 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan interdigitalis
pada sela batas tidak
jari tangan jelas, papul - ,
dan kaki skuama +
SBKN P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak putih Plak putih + Tidak Kandidiasis
keterangan di lidak Tidak dilakukan dilakukan oris
sehingga
susah makan
ABSZ P 2 thn Dermatitis Surabaya Gatal dan Multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
atopi bercak merah diatas makula dilakukan kutis
pada eritematus
punggung batas tegas,
satelit papul +
SAS L 66 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Tidak Kandidiasis
thn melitus + bercak merah eritematus Tidak dilakukan dilakukan intertriginosa
decom pada batas tidak
cordis selangkangan jelas tertutup
, pinggir skuama +,
anus dan satelit papul +
sekitar
kemaluan
NS P 57 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Psudohi Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus bercak merah hiperpigmenta fa dilakukan dilakukan intertriginosa
dan perih si batas tidak
pada ketiak jelas, papula
dan bawah eritematus
payudara diatas makual
eritematus,
satelit papul +

129
HEA L 24 Tidak ada Tulungag Bercak putih Stomatitis +, Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan ung dan sariawan erosi +, white dilakukan oris
pada bibir
plaque +,
dan lidah multiple ulkus
dasar putih
STDJ L 59 Penyakit Surabaya Kuku tangan Diskromia +, Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn jantung + berubah onikolisis + dilakukan dilakukan onikia
(OMI) dan warna
diabetes menjadi agak
melitus kekuningan
dan berubah
bentuk

As’ari L 21 Tidak ada Surabaya Muncul Plak putih Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan plentingan tebal pada dilakukan oris
dalam mulut, lidah,
nyeri, mual stomatitis +,
dan ada pseudomembr
bercak putih an +
di lidah
MAE P 6 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus ifa dilakukan dilakukan kutis
pada perut batas tidak
dan ketiak jelas tertutup
skuama tipis,
satelit papul +
BNA L 1thn TB Surabaya Gatal dan Multiple papul Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
bercak merah eritematous, dilakukan dilakukan kutis
pada skuama tipis +,
punggung, sateli papul +,
lengan dan makula
kaki eritema batas
tidak jelas
MBS L 1thn Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Makula Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus, dilakukan dilakukan kutis

130
pada seluruh satelit papul +
tubuh
terutama
punggung
LNA L 36 Adeno Ca Surabaya Bintil berisi Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn paru nanah eritema, dilakukan onikia
stadium sehingga hiperpigmenta
IIIB nyeri si, dischromia,
kemudian distropic +
kuku tangan
dan kaki
rusak
MFF L 2 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Multiple papul Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan dilakukan kutis
perih pada diatas makula
pantat dan eritematus,
ketiak skuama tipis +,
satelit papul +,
erosi +
LNK P 5bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Papul Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus, dilakukan dilakukan kutis
pada leher, makula
lengan dan eritematus,
pantat satelit papul +
WA P 50 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematosa dilakukan dilakukan intertriginosa
pada sela batas tidak
paha tegas tepi
polisiklik,
skuama tipis,
satelit papul +,
SK P 72 Alergi Surabaya Gatal dan Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn makanan bercak merah eritematosa dilakukan intertriginosa
laut, alergi pada ketiak batas tidak
obat dan bawah tegas dengan

131
tetracycline payudara papula
, asma + eritematosa,
satelit papul +,
skuama tipis +
KTNM P 46 Tidak ada Surabaya Timbul luka Krusta +, erosi Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan terasa +, makula ifa dilakukan dilakukan oris
perih pada hipopigmentas
bibir serta i, white plaque
ada bercak +,
putih pada
lidah

132
Data Penelitian Tahun 2016

Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama Fisik
Menyertai KOH Hasil
Kultur
Hifa Blasto WL (SDA)

AGF L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Papula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous dilakukan kutis
gatal pada sebagian
punggung tampak
dan leher makula, satelit
papul +
AP P 50 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematosa dilakukan intertriginosa
gatal pada batas jelas,
ketiak skuama tipis +,
satelit papul +
ME L 27 Seborok Surabaya Bercak Multiple Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dermatitis merah dan makula dilakukan intertriginosa
gatal pada hipopigmentas
selangkangan i batas jelas,
multiple papul
eritematous +,
makula
eritematous
minimal,
skuama, satelit
papul +
MAB L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous, dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +
leher
133
AC P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous dilakukan intertriginosa
gatal pada batas jelas,
leher satelit papul +,
skuama +
EBQ L 3 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous dilakukan kutis
gatal pada batas jelas tepi
leher aktif, satelit
papul +,
skuama tipis +
MAHR L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous dilakukan kutis
gatal pada batas jelas,
leher, perut skuama tipis
dan
punggung
DHR L 14 Wilson Surabaya Bercak Makula Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn disease dan merah dan eritematous dilakuka dilakuka dilakukan kutis
ulkus gatal pada batas jelas, n n
decubitus punggung satelit papul +,
sacrum
AF P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Pseudoh Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous ifa dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tak jelas,
selangkangan satelit papul +,
skuama tipis +,
multiple papul
MRBI L 53 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal hiperpigmenta dilakukan kutis
pada daerah si batas jelas,
yang gatal di hipertropik
dada scar +
MNW P 44 SLE Surabaya Bercak putih Erosi +, Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
H thn pada lidah stomatitis +, dilakukan oris

134
hilang spora suspect
timbul, candida +,
sariawan, white plaque +
dan nyeri
ALA L 1 thm Tidak ada Surabaya Bercak Multiple Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan makula dilakukan kutis
gatal pada eritematus
leher, ketiak, batas jelas,
badan, sela skuama tipis,
paha dan satelit papul +
pantat
ABAR P 2 thn Seborok Surabaya Bercak Makula dan Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
dermatitis merah dan papula dilakukan kutis
gatal pada eritematous
punggung, batas jelas,
ketiak dan satelit papul +
pantat
MA L 72 Kondyloma Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn accuminata merah dan eritematous dilakukan intertriginosa
gatal pada batas jelas,
sela paha satelit papul +,
skuama +
LPA P 45 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Pseudoh Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematous ifa dilakukan kutis
gatal pada batas jelas,
ketiak satelit papul +
AI L 48 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan kehitaman, hiperpigmenta albicans kutis
gatal pada si batas jelas,
leher, dada skuama tipis +,
dan kedua papul eritema
tangan
MS L 31 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Pseudoh Negatif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematous ifa albicans intertriginosa
gatal pada batas jelas,

135
selangkangan tepi meninggi
+, papula +
KKYA P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula dan Pseudoh Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan papula ifa dilakukan kutis
gatal pada eritematous
punggung, batas jelas,
leher, kaki satelit papul +,
dan pantat skuama tipis +
TRNI P 42 Tidak ada Surabaya Bercak putih Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal hipopigmentas dilakukan kutis
pada i multiple
punggung batas tidak
tegas
OEPP L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak Satelit papul Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan diatas makula dilakukan kutis
gatal pada eritematus,
punggung skuama +
dan pantat
SU P 60 Diabetes Surabaya Bercak Makula Positif Tidak Tidak Candida Kandidiasis
thn melitus dan merah dan eritematosa dilakuka dilakuka albicans intertriginosa
alergi obat gatal pada batas tidak n n
(penicilin) selangkangan tegas +, papul
+
DWP L 1thn Gizi buruk Surabaya Bercak Makula Tidak Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
dengan merah dan eritematosa dilakuka dilakukan kutis
crazy gatal pada batas tidak n
pavement badan dan tegas +, papul
kaki tipis +, lesi
satelit +
DAP L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematosa dilakukan kutis
gatal pada batas tegas,
punggung multiple papul
+, satelit papul
+, skuama +

136
RAR L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Multiple Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan makula dilakukan intertriginosa
gatal pada eritematus
selangkangan batas tidak
, pantat dan jelas, skuama -
lipatan , satelit papul
scrotum +
FAA P 10 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritematosa dilakukan kutis
gatal pada batas tegas,
selangkangan satelit papul +,
, leher, skuama +
ketiak, dada,
punggung,
dan sekitar
kemaluan
MS L 8 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak
selangkangan jelas, skuama -
, pantat dan , satelit papul
sekitar +
kemaluan
NAT L 11 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritematus dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak
selangkangan jelas, skuama
, pantat, +, satelit papul
sekitar +
kemaluan
dan leher
AAM P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak
leher jelas, satelit

137
papul +
FTRA P 46 Tidak ada Gresik Bercak Makula Positif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematus albicans kutis
gatal pada batas tidak
leher dan jelas, skuama
dada +, satelit papul
WHSH P 47 Diabetes Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus dan merah dan diatas makula dilakukan intertriginosa
hipertensi gatal pada eritematous
ketiak batas tegas,
satelit papul +
AA P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan diatas makula dilakukan kutis
gatal pada eritematous
leher dan batas tidak
punggung tegas, satelit
papul +
SPAT P 52 Diabetes Surabaya Bercak Multiple Tidak Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus dan merah dan makula dilakuka dilakukan intertriginosa
hipertensi gatal pada eritematus n
lipatan batas tidak
payudara jelas, skuama
tipis +, satelit
papul +
NP P 4 bln Tidak ada Lamonga Bercak Multiple Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan n merah dan makula dilakukan kutis
gatal pada eritematus
punggung, batas tidak
leher, ketiak, jelas, sebagian
pantat dan hipopigmentas
kemaluan i, skuama +,
satelit papul +
MSAJ L 2 thn Dermatitis Bojonego Bercak makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
atopi ro merah dan eritematus dilakukan kutis
gatal pada batas tidak

138
punggung jelas, satelit
papul +
LZT P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan kutis
gatal pada batas jelas,
punggung satelit papul +
dan pantat
AQL L 1 thn Asma Surabaya Bercak makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
merah dan eritematus dilakukan intertriginosa
gatal pada batas jelas,
sela paha satelit papul +,
erosi +
NWI P 51 Tidak ada Surabaya Bercak makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematus dilakukan kutis
gatal pada batas jelas,
ketiak dan satelit papul +,
perut skuama tipis +
FA P 30 Tidak ada Pasuruan Bercak Makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan hipopigmentas dilakukan interdigitalis
gatal pada i batas tidak
kedua tegas, skuama
telapak kaki +
BK L 32 Alergi Surabaya Gatal dan makula Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn makanan ( nyeri pada eritematus dilakuka dilakuka dilakukan interdigitalis
ikan laut, kedua sela batas tidak n n
bandeng jari kaki jelas, skuama
dan telur + dan lesi
ayam) dan eksudat
infektif minimal
dermatitif
JMYH P 46 Diabetes Surabaya Bercak makula Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan eritematus dilakukan kutis
gatal pada batas tidak
ketiak jelas, satelit
papul +

139
RDP P 32 Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal, dan makula dilakuka dilakuka dilakukan kutis
nyeri dan eritematosa n n
panas pada batas tidak
kedua tegas, erosi -,
lengan, satelit papul +,
perut, dada central healing
dan -
selangkangan
AAW L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak makula Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah daneritematus dilakuka dilakuka dilakukan intertriginosa
gatal padabatas jelas, n n
ketiak danskuama +,
selangkangan satelit papul +
MZ L 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak makula Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah daneritematus ifa dilakuka dilakukan intertriginosa
gatal padabatas tidak n
leher danjelas, satelit
lipatan paha papul +
AVRO L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah daneritematus dilakukan intertriginosa
gatal padabatas jelas,
bawah leher skuama tipis,
dan lipatan makula
ketiak eritematus
batas jelas,
tepi irreguler,
satelit papul +,
central healing
-
KAG P 1 thn Tidak ada Malang Bercak Multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus, dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +
selangkangan

140
KML L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakuka dilakuka dilakukan kutis
gatal pada batas tidak n n
selangkangan jelas, akuama
, leher, ketiak +, satelit papul
dan pantat +
BPS L 1 thn Alergi Sidoarjo Bercak makula Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
merah dan eritematus dilakuka dilakuka dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak n n
selangkangan jelas, satelit
, leher, dan papul +
ketiak
PAP L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak makula Positif Pseudoh Positif Tidak Kandidiasis
keterangan merah daneritematus ifa dilakukan intertriginosa
gatal padabatas tidak
leher jelas, satelit
papul +,
multiple papul
diaras makula
eritematus
ZJ L 11 Tidak ada Surabaya Bercak multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritematus, dilakukan intertriginosa
gatal pada skuama tipis
ketiak
SSI P 47 Diabetes Surabaya Bercak multiple papul Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah, gatal makula dilakukan kutis
dan perih eritematus
pada ketiak, batas tidak
leher dan jelas, satelit
payudara papul +,
skuama -, erosi
+
NI P 24 Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal, diatas makula dilakukan kutis
perih dan eritematus

141
panas pada batas jelas,
ketiak, leher skuama
dan tipis,eritemato
punggung sa
hiperpigmenta
si batas jelas,
satelit papul +,
Efloresensi –
papul
NAH P 18 DM Insulin Surabaya Bercak makula Tidak Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Dependent merah dan eritematus dilakuka dilakukan intertriginosa
gatal pada batas jelas, n
selangkangan skuama tipis +,
, satelit papul +
NAP L 3thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Pseudoh Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan diatas makula ifa dilakukan intertriginosa
gatal pada eritematus
ketiak batas jelas,
skuama tipis +,
satelit papul +
EJ P 48 Diabetes Sidoarjo Bercak makula Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan eritematus dilakukan kutis
gatal pada batas jelas,
sela paha, skuama tipis +,
badan dan multiple papul,
lengan pustul +, erosi
disertai +, Efloresensi
plentingan – pustula
bernanah
SMIH P 58 Tidak ada Sidoarjo Bercak makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematus dilakukan intertriginosa
gatal pada batas tidak
ketiak jelas, satelit
papul +, plak
eritematus

142
batas jelas
dengan tepi
meninggi,
central healing
+
EPA P 47 Tidak ada Surabaya Bercak makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, perih eritematus dilakukan intertriginosa
dan gatal batas jelas
pada lipatan tepi aktif,
ketiak, satelit papul +,
lipatan paha erosi +,
dan bokong skuama tipis,
Efloresensi –
pustula
HR P 21 Tidak ada Malang Bengkak, Warna Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan nyeri dan kekuningan +, dilakukan onikia
berubah dischromia
warna
kekuningan
pada kuku
tangan
SDTI P 58 Tidak ada Surabaya Luka makula Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan nyeri/perih eritematus dilakukan interdigitalis
dan gatal batas tidak
pada sela jari jelas, erosi +,
kaki skuama+,
fissura +
JWH P 56 Diabetes Surabaya Bercak makula Pseudoh Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah, perih eritematus ifa dilakukan intertriginosa
dan gatal batas tidak
pada ketiak, jelas, skuama
lipatan +, papul +,
payudara, hiperpigmenta
lipatan pantat si, vesikulae
NAFA P 10 Tidak ada Surabaya Bercak makula Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis

143
bln keterangan merah dan eritematus dilakukan kutis
gatal pada batas tidak
leher, ketiak, jelas, skuama
selangkangan +, satelit papul
dan badan +, pustula +,
serta ada vesikel +, erosi
plak putih di +
lidah
PWI P 51 Tidak ada Surabaya Nyeri dan Nail distrophy Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada +, eritema + dilakukan onikia
tepii kuku,
perubahan
warna kuku
AS P 47 Tidak ada Surabaya Bercak Multiple Positif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan makula dilakukan intertriginosa
gatal pada eritematosa
lipatan berbatas tegas,
bawah skuama tipis
payudara, berwarna putih
ketiak dan +, satelit papul
selangkangan +, di sekitar
makula ada
papula
eritematosa
HSDN L 51 Diabetes Lontar Bercak Multiple papul Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan diatas makula dilakuka dilakuka dilakukan kutis
gatal pada eritmatosa n n
selangkangan dengan batas
dan kelamin tegas, satelit
papul +,
skuama +,
erosi +
RQZR P 11 Tidak ada Surabaya Bercak makula Tidak Positif Tidak Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritmatosa dilakuka dilakuka dilakukan intertriginosa
gatal pada dengan batas n n

144
leher dan tidak tegas,
pantat satelit papul +
DM P 48 Alergi debu Surabaya Panas dan Onicholysis +, Tidak Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn nyeri pada makula dilakuka dilakukan onikia
kedua jari hiperpigmenta n
tangan, si +, edema +
merasa
kedua kuku
jari tangan
tidak tumbuh
selama 6
bulan dan
bengkak
pada kuku
jari tangan
FRH P 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak Multiple Pseudoh Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan makula dan ifa dilakuka dilakukan kutis
gatal pada papula n
leher, dada eritematosa
dan batas tegas,
punggung makula
hipopigmentas
i batas jelas,
satelit papul +,
makula
eritema
berbatas jelas
tertutup
skuama
STYO L 63 TB paru Surabaya Perih pada Makula Pseudoh Positif Tidak Candida Kandidiasis
thn sela jari kaki, hipopigmentas ifa dilakuka sp. interdigitalis
kering dan i dengan batas n
gatal pada jelas, skuama
kulit area halus+, plak
mata kaki, putih +

145

Anda mungkin juga menyukai