SKENARIO 4
YOGYAKARTA
2017
PENYUSUN
PENDAHULUAN
A. Penulisan kasus
Ners Zahida melakukan kunjungan rumah kepada keluarga Tn. B 40 tahun, Tn. B didiagnosa
menderita HIV sejak satu tahun yang lalu, Tn. B mengatakan mudah lelah setelah
beraktifitas, klien terlihat lemah, BB makin menurun dan sering diare satu bulan terakhir.
Klien mengatakan sudah putus asa dengan keadaan penyakitnya . Klien merasa masyarakat
sudah menjauhi dirinya. Sebelumnya Tn. B bekerja sebagai sopir bus antar provinsi. Namun
sekarang sudah tidak bekerja lagi. Akhir – akhir ini Tn. B sering mudah marah. Ny. B
mengeluh stress dengan kondisi yang dialami keluargganya karena ia harus bekerja ganda
sebagai merasa malu dengan penyakit yang yang di derita sauminya karen mendapatkan
negtive stigma dari masyarakat sekitar yang menganggap penyakit HIV adalah penyakit
kutukan.
C. Daftar pertanyaan
1. Penyebab terjadinya HIV pada Tn. B ?
2. Bagamaiana peran perawat pada keluarga ?
3. Bagaiaman cara menangani putus asa pasien ?
4. Bagaimana cara menghilangkan stigma negative yang di berikan masyarakat ?
5. Peran keluarga pada kasus ?
6. Bagaimana cara mendeteksi dini tanda tanda HIV ?
7. Bagaimana cara mengatasi stress pada Ny. B ?
BAB II
HASIL PEMBAHASAN
A. Klasifikasi istilah
1. Stigma
Tanda atau pandangan yang di berikn kepada masyarakat terhdapat pengaruh negative
2. HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dimana virus ini menyerang system
imun atau kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
dan penyakit
B. Jawaban pertanyaan
1. Penyebab terjadinya HIV pada Tn. B ?
Jawab :
- Factor keturunan,
- Transfuse darah,
- Free sex,,
- Berganti pasangan,
- Memakai barang pribadi yang bersifat negative,
- Ibu yang memberikan asi kepada anak,
- Bertemunya antara cairan
2. Bagamaiana peran perawat pada keluarga ?
- Edukasi,
- Memberikan support,
- Menangani koping stress keluarga,
- Melakukan home visit,
- Sebagai role model,
- Sebagai pembuat askep,
- Sebagai konselor,
- Sebagai penemu kasus,
- Sebagai fasiltator
3. Bagaiaman cara menangani putus asa pasien ?
- Meyakinkan bahwa penyakit pasti ada obatnya,
- Mendorong spiritual pasien agar lebih ditingkatkan,
- Memberikan support,
- Memberikan motivasi,
- BHSP,
- Perawatan kesehatan
4. Bagaimana cara menghilangkan stigma negative yang di berikan masyarakat ?
- Memberkan penkes,
- Memberikan rasa menghargai dan menerima,
- Memberikan informasi ilmiah,
- Melihat kebaikan pasien,
- Melakukan penyuluhan,
- Tunjukan kepada masyrakat bahwa perawat bernai mendekati pasien tersebut,
- Pendekatan kelompok
5. Peran keluarga pada kasus ?
- Memberikan dukungan/motivasi agar pasien tidak mengeluh,
- Meyakinkan kepada pasien setiap penyakit ada obatnya,
- Mengenal masalah,
- Melakukan perawatan di rumah pada keluarga yang sakit,
- Memanfaatkan fasilitas kesehatan,
- Memodifikasi lingkungan,
- Peran ayah dan peran ibu berbeda
6. Bagaimana cara mengatasi stress pada Ny. B ?
- Perbedaan perilaku,
- Infeksi kulit,
- Gangguan pernafasan,
- BB turun,
- Mengalami seriawan,
- Bibir memutih,
- Demam yang tak kunjung sembuh,
- Diare,
- Munculnya ruam
“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).
Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang
“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17)
Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang
tidak ada nilainya di sisi Allah.
c. Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan disri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan –keluhan yang semakin nyata dan mengganggu.
d. Tahap IV
Adapun gejala stres tahap IV yakni untuk bertahan sepanjang hari saja sudah
terasa sangat sulit karena ketidak mampuan berkegiatan sehari-hari. Adapun
gejala seperti gangguan pola tidur, konsentrasi daya ingat menurun, timbul
perasaan kecemasan ketakutan yang tidak jelas apa penyebabnya.
e. Tahap V
Bila keadaan berlanjut, seseorang akan jatuh pada tahap V, dengan tanda-tanda
kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidak mampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan ringan, gangguan system pencernaan semakin berat,
serta timbul perasaan ketakutan, kecemasan semakin meningkat, mudah bingung,
panic.
f. Tahap VI
Tahapan klimaks, dimana seseorang mengalami serangan panic dan perasaan
takut mati.
Serangan panic dapat diumpamakan sebagai bola salju dan menggelinding makin
lama makin besar.pasien yang akan mengalami serangan panic biasanya mulai
ada perubahan sediki pada tubuhnya. Dari sini timbul pikiran psikologis yang
negative. Biasanya pasien mulai merasa cemas dan bernafas cepat. Hal ini
mengakibatkan kadar CO2 darah meningkat dan PH darah menurun.akibat dari
semuanya itu akan makin menambah berat gejala bahkan menimbulkan gejala
baru.dari sini pasien merasa mengalami suatu serangan penyakit berat yang akut.
3. Macam macam strategi koping keluarga
Jawab :
A. Strategi koping keluarga internal
Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi
hubungan, kognitif dan komunikasi
a. Strategi hubungan
1) Mengandalkan kelompok keluarga
Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih
bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari proses
penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil melalui masalah
dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih besar dirumah dan
keluarga. Ketika keluarga menetapkan struktur yang lebih besar, hal ini
merupakan upaya untuk memiliki pengendalian yang lebih besar terhadap
keluarga mereka. Upaya ini biasanya melibatkan penjadwalan waktu anggota
yang lebih ketat, lebih banyak tugas per anggota keluarga, organisasi ikatan
yang lebih ketat, dan rutinitas ynag lebih kuku dan terprogram. Bersamaan
dengan lebih ketatnya batasan keluarga, menimbulkan kebutuhan pengaturan
dan pengendalian anggota keluarga yang lebih besar, disertai harapan bahwa
anggota lebih disiplin dan menyesuaikan diri. Jika berhasil, keluarga
menerapkan pengendalian yang lebih besar dan mencapai integrasi dan
kohesivitas yang lebih besar.
2) Kebersamaan yang lebih besar
Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta mengelola
tingkat stress dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah dengan berbagi
perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam pengalaman aktivitas keluarga.
Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi keluarga yang lebih
tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian yang luas sebagai atribut
keluarga inti (Olson, 1993). Hubungan yang paling penting membutuhkan
kohesivitas dan saling berbagi dalam system keluarga.kohesivitas keluarga
yang tinggi khususnya membantu saat keluarga pernah trauma, karena anggota
sangat memerlukan dukungan. Aktivitas anggota keluarga diwaktu luang
merupakan sumber koping yang sangat penting guna memperbaiki kohesi,
moral, dan kepuasaan kelurga. Seperti yang banyak dikatakan orang, peribahas
“sebuah kelurga yang berperan bersama, tetap barsama” mengandung banyak
sekali kebenaran. Strategi koping ini akhirnya bertujuan membangun integrasi,
kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar dalam keluarga.
3) Fleksibitas peran
Perubahan yang cepat dan pervasif dalam masyarakat serta dalam keluarga,
khususny pada pasangan, merupakantipe strategi keluarga yang sangat kuat.
Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankan bahwa fleksibitas peran
adalah satu dari dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu
beradaptasi terhadap perubahanperkembangan dan lingkungan. Ketika
keluarga berhasil mengatasi, keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan
dinamik antara perubahan dan stabilitas. Fleksibitas peran memungkinkan
kesimbangan ini berlanjut.
b. Strategi kognitif
1) Normalisasi
Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi
keluarga untuk normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka mengatasi
stressor jangka panjang yang cenderung mengganggu kehidupan keluarga dan
aktivitas rumah tangga. Normalisasi adalah proses terus menerus yang
melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga
sebagai kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki
anggota yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu yang
minimal, dan terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada orang lain
bahwa keluarga tersebut adalah normal. Keluara menormalkan dengan
memenuhi ritual dan rutinitas. Hal ini membantu keluarga mengatasi stress dan
meningkatkan rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat penting guna
menormalisasi situasi keluarga (Fiase, 2000).
2) Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian pasif
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat aspek
positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa penuh stress
menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga. Hal ini ditandai
dengan naggota keluarga yang memiliki rasa percaya dalam mengatasi
kekganjilan denga mempertahankan pandangan optimistic terhadap peritiwa,
terus memiliki harapan dan berfokus pada kekuatan dan potensi.
Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan sering kali
dipengaruhi oleh keyakinan keluarga. Keluarga memiliki persepsi bersama,
dan proses pembingkaian ulang akan dipengaruhi oleh persepsi ini. Rolland
menekankan bahwa keyakinan individu dan keluarga berfungsi sebagai peta
kognitif yang membimbing tindakan dan keputusan keluarga. Keyakinan
dapat sedemikian rupa, selaras dengan pandangan hidup, paradigm dan nilai
keluarga.
Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah dengan penilaian
pasif, kadang disebut sebagai penerimaan pasif. Pada cara kedua ini, keluarga
menggunakan strategi koping kognitif kolektif dalam memandang stressor atau
kebutuhan yang menimbulkan stres sebagai sesuatu yang akan selesai dengan
sendirinya sepanjang waktu dan tentang hal tersebut tidak ada atau sedikit
yang dapat dilakukan. Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif
dapat menjadi strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek,
khususnya dalam kasus saat tidak ada satu pun yang dapat dilakukan. Akan
tetapai jika strategi ini digunakan secara konsisten dan sepnjang waktu,
penggunaannya menghambat pemecahan masalah yang aktif da perubahan
dalam keluarga serta dapat menggangu adaptasi keluarga.
3) Pemecahan masalah bersama
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi
konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui
metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti keluarga (Klien, 1983;
Reis, 1981; Strauss, 1968) dan dalam lingkungan alami ( Chesler & Barbari,
1987). Pemecahan masalah keluarga yang efektif meliputitujuh langkah
spesifik :
Mengidentifikasi masalah
Mengkomunikasikan tentang masalah
Menghasilkan solusi yang mungkin
Memutuskan satu dari solusi
Melakukan tindakan
Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan
Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah
Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan
keluarga, keluarga dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss menyebutkan
keluarga yang menggunakan proses pemecahan masalah yang efektif sebagi
keluarga yang peka terhadapa lingkungan. Tipe keluarga ini seperti melihat
sifat masalah sebagi sesuatu “dia luar sana” dan tidak mencoba membuat
masalah menjadi internal.
4) Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan mencari
pengetahuan informasi berkenaan dengan stressor dan kemungkinan stressor.
Hal ini khususny terbukti dalam kasus masalah kesehatan berat atau yang
mengancaam hidup. Dengan mendapatkan informasi yang bermamfaat, dapat
meningkatkan perasaan memiliki beberapa pengendalan terhadap situasi dan
mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga
mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta
membantu keluarega menilai stressor ( maknanya) lebih akurat dan mengambil
tindakan yang diperlukan.
c. Strategi Komunikasi
1) Terbuka dan jujur
Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang jelas
dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa ini. Satir
mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional adalah langsung,
terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah komunikatif dalam berbagai ide
dan perasaan. Pemecahan masalah kolaboratif, yang dibahas sebagai strategi
koping kognitif, juga merupakan strategi koping kognitif, juga merupakan
strategi komunikasi, yang memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.
2) Menggunakan humor dan tawa
Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga nilainya
dalam mengatasi penderitaan (Walsh, 1998). Humor tidak hnya dapat
menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun seseorang
dalam mendorong penyembuhan. Demikian juga bagi keluarga, rasa humor
adalah sebuah aspek yang penting. Humor dapat dapat memperbaiki sikap
keluarga terhadap masalah dan perawatan kesehatan serta mengurangi
kecemasan dan ketegangan. Humor dan tawa dapat dipandang sebagai alat
perawatan diri untuk mengatasi stress karena kemampuan tertawa dapat
memberikan seseorang perasaan memiliki kekuatan terhadap situasi. Humor
dan tawa dapat menyokang sikap positif dan harapan bukan perasaan tidak
berdaya atau depresi dalam situasi penuh stress.
B. Strategi Koping Keluarga Eksternal
a. Strategi komunitas
Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka
panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk mengurangi
stressor khusus siapapun. Pada kasus ini, anggota keluarga ini adalah peserta aktif
(sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam klub, organisasi dan
kelompok komunitas. Hubungan komunitas yang kreatif dapat dibuat untuk
memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota keluarga lansia
yang kurang memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan disentra perawatan
anak yang kekurangan staf (Walsh, 1998).
b. Memamfaatkan sistem dukungan social
1) Dukungan social keluarga
Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan oleh
anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan social dapat atau tidak
digunakan, tetapi anggota keluarga dapat menerima bahwa orang pendukung
siap memberikan bantuan dan pertolongan jika jika dibutuhkan). Dukungan
sosial keluarga dapat dating dari dalam dukungan social keluarga seperti
dukungan pasangan atau dukungan subling atau dari luar dukungan social
keluarga yaitu dukungan social berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan
social keluarga).
2) Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber
ini terdiri atas jaringan informalyang spontan. Dukungan terorganisasi yang
tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional dan upaya terorganisasi
oleh professional kesehatan. Dari semua ini jaringan informal (diidentifikasi
diatas kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa
yang dibutuhkan. Caplan (1976) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi
pendukung meliputi:
dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar
informasi mengenai dunia)
dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem pembimbingumpan
balik, membimbing dan merantarai pemecahan masalahdan merupakan
sumber sera validator identitas anggota)
Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan konkret)
Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan emosional)
Meningkatkan moral keluarga
c. Dukungan spiritual
Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan
spiritual dan peningkatan kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi
stress dan penyakit. Agama adalah dorongan yang kuat dan pervasif dalam
membentuk keluarga (Miller,
2000). Cara koping yang berbasis spiritual bervariasi secara signifikan lintas
budaya. Penelitian mengenai koping keluarga dan individu serta resilience
secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan spiritual adalah penting dalam
mendukung kepercayaan keluarga sehingga mereka dapat mengatasi
penderitaan
4. Macam macam dukungan yang di berikan kepada keluarga
Jawab :
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:
a. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi
koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini
juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang
positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat
diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,
persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang
yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi
alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek
yang positif.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di
dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan
mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai
sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
c. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang
apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan
informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi
dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor.
Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan
memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga
sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
d. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan
dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman,
merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk
semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
Definisi
HIV/AIDS dan
tahap-tahap
stress
1. MUHAMMAD DAUD
2. MURDIONO
3. RASMAN
4. SAEPUL ALAM
5. SAMSUDIN
6. SEPTIANUR CAHYO
7. SUTIO
8. WIRA JAYADI
NO ITEM PENILIAN 5 4 3 2 1
1. Penulisan laporan sesuai format yang
diberikan
2. Menjelaskan kelengkapan data terkait
topik
3. Kesesuaian topic dengan data penunjang
4. Menjelaskan isi topic secara jelas dan rinci
5. Menampikan data baru
6. Menampilkan critical analisis terhadap
topic
7. Memberikan literature/ referensi yang
adekuat berdasarkan evidence
8. Menyimpulkan topic secara jlas dan rinci
9. Menggunakan penulisan yang benar
(EYD) dan kesalahan penulisan
10. Menampilkan konsistensi penulisan (topic,
tujuan dan evaluasi).
Total skor
Nilai akhir
Keterangan angka :
5 : Excelent
4 : Good
3 : averange
2 : Below averange
1 : Unsatisfied
Comment......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................
Instruktur