Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KELOMPOK 3E

MAKALAH TUTORIAL KEPERAWATAN KELUARGA I

SKENARIO 4

PROGRAM STUDI ILMU DASAR KEPERAWATAN

STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2017
PENYUSUN

1. MUHAMMAD DAUD 04.15.4279 ANGGOTA


2. MURDIONO 04.15.4280 ANGGOTA
3. RASMAN 0415.4281 ANGGOTA
4. SAEPUL ALAM 04.15.4282 SEKRETARIS
5. SAMSUDIN 04.15.4283 KETUA
6. SEPTIANUR CAHYO 04.15.4284 ANGGOTA
7. SUTIO 04154285 ANGGOTA
8. WIRA JAYADI 04.15.4286 ANGGOTA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penulisan kasus

“Jangan Jauhi Keluargaku, Jauhi Penyakitku”

Ners Zahida melakukan kunjungan rumah kepada keluarga Tn. B 40 tahun, Tn. B didiagnosa
menderita HIV sejak satu tahun yang lalu, Tn. B mengatakan mudah lelah setelah
beraktifitas, klien terlihat lemah, BB makin menurun dan sering diare satu bulan terakhir.
Klien mengatakan sudah putus asa dengan keadaan penyakitnya . Klien merasa masyarakat
sudah menjauhi dirinya. Sebelumnya Tn. B bekerja sebagai sopir bus antar provinsi. Namun
sekarang sudah tidak bekerja lagi. Akhir – akhir ini Tn. B sering mudah marah. Ny. B
mengeluh stress dengan kondisi yang dialami keluargganya karena ia harus bekerja ganda
sebagai merasa malu dengan penyakit yang yang di derita sauminya karen mendapatkan
negtive stigma dari masyarakat sekitar yang menganggap penyakit HIV adalah penyakit
kutukan.

B. Daftar kata sulit


1. Stigma
2. HIV

C. Daftar pertanyaan
1. Penyebab terjadinya HIV pada Tn. B ?
2. Bagamaiana peran perawat pada keluarga ?
3. Bagaiaman cara menangani putus asa pasien ?
4. Bagaimana cara menghilangkan stigma negative yang di berikan masyarakat ?
5. Peran keluarga pada kasus ?
6. Bagaimana cara mendeteksi dini tanda tanda HIV ?
7. Bagaimana cara mengatasi stress pada Ny. B ?
BAB II
HASIL PEMBAHASAN
A. Klasifikasi istilah
1. Stigma
Tanda atau pandangan yang di berikn kepada masyarakat terhdapat pengaruh negative
2. HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dimana virus ini menyerang system
imun atau kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
dan penyakit

B. Jawaban pertanyaan
1. Penyebab terjadinya HIV pada Tn. B ?
Jawab :
- Factor keturunan,
- Transfuse darah,
- Free sex,,
- Berganti pasangan,
- Memakai barang pribadi yang bersifat negative,
- Ibu yang memberikan asi kepada anak,
- Bertemunya antara cairan
2. Bagamaiana peran perawat pada keluarga ?
- Edukasi,
- Memberikan support,
- Menangani koping stress keluarga,
- Melakukan home visit,
- Sebagai role model,
- Sebagai pembuat askep,
- Sebagai konselor,
- Sebagai penemu kasus,
- Sebagai fasiltator
3. Bagaiaman cara menangani putus asa pasien ?
- Meyakinkan bahwa penyakit pasti ada obatnya,
- Mendorong spiritual pasien agar lebih ditingkatkan,
- Memberikan support,
- Memberikan motivasi,
- BHSP,
- Perawatan kesehatan
4. Bagaimana cara menghilangkan stigma negative yang di berikan masyarakat ?
- Memberkan penkes,
- Memberikan rasa menghargai dan menerima,
- Memberikan informasi ilmiah,
- Melihat kebaikan pasien,
- Melakukan penyuluhan,
- Tunjukan kepada masyrakat bahwa perawat bernai mendekati pasien tersebut,
- Pendekatan kelompok
5. Peran keluarga pada kasus ?
- Memberikan dukungan/motivasi agar pasien tidak mengeluh,
- Meyakinkan kepada pasien setiap penyakit ada obatnya,
- Mengenal masalah,
- Melakukan perawatan di rumah pada keluarga yang sakit,
- Memanfaatkan fasilitas kesehatan,
- Memodifikasi lingkungan,
- Peran ayah dan peran ibu berbeda
6. Bagaimana cara mengatasi stress pada Ny. B ?
- Perbedaan perilaku,
- Infeksi kulit,
- Gangguan pernafasan,
- BB turun,
- Mengalami seriawan,
- Bibir memutih,
- Demam yang tak kunjung sembuh,
- Diare,
- Munculnya ruam

C. Pertanyaan LO (Learning Objective)


1. IRK
Jawab :
Kehidupan seseorang di dunia ini dimulai dengan dilahirkan-nya seseorang dari
rahim ibunya. Kemudian setelah ia hidup beberapa lama, iapun akan menemui sebuah
kenyataan yang tidak bisa dihindari, kenyataan sebuah kematian yang akan
menjemputnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan
disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah
kehidupan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran: 185)
Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang apabila dibaca mata menjadi
berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila
didengar oleh seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa dirinya pasti
akan menemui kematian.
Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang.
Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita
memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu perjalanan
yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.
Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat. Karena keagungan perjalanan
ini, Rasulullah telah bersabda:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َواْأل َ ِخ َرة ُ َخي ٌْر َوأ َ ْبقَى‬

“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).

Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang

tidak ada nilainya di sisi Allah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

‫َواْأل َ ِخ َرة ُ َخي ٌْر َوأ َ ْبقَى‬

“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17)

Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang
tidak ada nilainya di sisi Allah.

2. Definisi HIV/AIDS dan tahap tahap stres


Jawab :
- HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang
sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
dan penyakit.
- AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya
• Tahap - Tahap Stres
a. Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, over acting, pengelihatan
tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih
dari biasanya namun tanpa disadari cadangan energy semakin menipis.
b. Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana
diuraikan tahap I diatas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energy yang tidak lagi cukup sepanjang 3 hari.

c. Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan disri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan –keluhan yang semakin nyata dan mengganggu.
d. Tahap IV
Adapun gejala stres tahap IV yakni untuk bertahan sepanjang hari saja sudah
terasa sangat sulit karena ketidak mampuan berkegiatan sehari-hari. Adapun
gejala seperti gangguan pola tidur, konsentrasi daya ingat menurun, timbul
perasaan kecemasan ketakutan yang tidak jelas apa penyebabnya.
e. Tahap V
Bila keadaan berlanjut, seseorang akan jatuh pada tahap V, dengan tanda-tanda
kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidak mampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan ringan, gangguan system pencernaan semakin berat,
serta timbul perasaan ketakutan, kecemasan semakin meningkat, mudah bingung,
panic.
f. Tahap VI
Tahapan klimaks, dimana seseorang mengalami serangan panic dan perasaan
takut mati.
Serangan panic dapat diumpamakan sebagai bola salju dan menggelinding makin
lama makin besar.pasien yang akan mengalami serangan panic biasanya mulai
ada perubahan sediki pada tubuhnya. Dari sini timbul pikiran psikologis yang
negative. Biasanya pasien mulai merasa cemas dan bernafas cepat. Hal ini
mengakibatkan kadar CO2 darah meningkat dan PH darah menurun.akibat dari
semuanya itu akan makin menambah berat gejala bahkan menimbulkan gejala
baru.dari sini pasien merasa mengalami suatu serangan penyakit berat yang akut.
3. Macam macam strategi koping keluarga
Jawab :
A. Strategi koping keluarga internal
Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi
hubungan, kognitif dan komunikasi
a. Strategi hubungan
1) Mengandalkan kelompok keluarga
Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih
bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari proses
penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil melalui masalah
dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih besar dirumah dan
keluarga. Ketika keluarga menetapkan struktur yang lebih besar, hal ini
merupakan upaya untuk memiliki pengendalian yang lebih besar terhadap
keluarga mereka. Upaya ini biasanya melibatkan penjadwalan waktu anggota
yang lebih ketat, lebih banyak tugas per anggota keluarga, organisasi ikatan
yang lebih ketat, dan rutinitas ynag lebih kuku dan terprogram. Bersamaan
dengan lebih ketatnya batasan keluarga, menimbulkan kebutuhan pengaturan
dan pengendalian anggota keluarga yang lebih besar, disertai harapan bahwa
anggota lebih disiplin dan menyesuaikan diri. Jika berhasil, keluarga
menerapkan pengendalian yang lebih besar dan mencapai integrasi dan
kohesivitas yang lebih besar.
2) Kebersamaan yang lebih besar
Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta mengelola
tingkat stress dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah dengan berbagi
perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam pengalaman aktivitas keluarga.
Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi keluarga yang lebih
tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian yang luas sebagai atribut
keluarga inti (Olson, 1993). Hubungan yang paling penting membutuhkan
kohesivitas dan saling berbagi dalam system keluarga.kohesivitas keluarga
yang tinggi khususnya membantu saat keluarga pernah trauma, karena anggota
sangat memerlukan dukungan. Aktivitas anggota keluarga diwaktu luang
merupakan sumber koping yang sangat penting guna memperbaiki kohesi,
moral, dan kepuasaan kelurga. Seperti yang banyak dikatakan orang, peribahas
“sebuah kelurga yang berperan bersama, tetap barsama” mengandung banyak
sekali kebenaran. Strategi koping ini akhirnya bertujuan membangun integrasi,
kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar dalam keluarga.
3) Fleksibitas peran
Perubahan yang cepat dan pervasif dalam masyarakat serta dalam keluarga,
khususny pada pasangan, merupakantipe strategi keluarga yang sangat kuat.
Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankan bahwa fleksibitas peran
adalah satu dari dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu
beradaptasi terhadap perubahanperkembangan dan lingkungan. Ketika
keluarga berhasil mengatasi, keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan
dinamik antara perubahan dan stabilitas. Fleksibitas peran memungkinkan
kesimbangan ini berlanjut.
b. Strategi kognitif
1) Normalisasi
Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi
keluarga untuk normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka mengatasi
stressor jangka panjang yang cenderung mengganggu kehidupan keluarga dan
aktivitas rumah tangga. Normalisasi adalah proses terus menerus yang
melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga
sebagai kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki
anggota yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu yang
minimal, dan terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada orang lain
bahwa keluarga tersebut adalah normal. Keluara menormalkan dengan
memenuhi ritual dan rutinitas. Hal ini membantu keluarga mengatasi stress dan
meningkatkan rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat penting guna
menormalisasi situasi keluarga (Fiase, 2000).
2) Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian pasif
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat aspek
positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa penuh stress
menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga. Hal ini ditandai
dengan naggota keluarga yang memiliki rasa percaya dalam mengatasi
kekganjilan denga mempertahankan pandangan optimistic terhadap peritiwa,
terus memiliki harapan dan berfokus pada kekuatan dan potensi.
Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan sering kali
dipengaruhi oleh keyakinan keluarga. Keluarga memiliki persepsi bersama,
dan proses pembingkaian ulang akan dipengaruhi oleh persepsi ini. Rolland
menekankan bahwa keyakinan individu dan keluarga berfungsi sebagai peta
kognitif yang membimbing tindakan dan keputusan keluarga. Keyakinan
dapat sedemikian rupa, selaras dengan pandangan hidup, paradigm dan nilai
keluarga.
Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah dengan penilaian
pasif, kadang disebut sebagai penerimaan pasif. Pada cara kedua ini, keluarga
menggunakan strategi koping kognitif kolektif dalam memandang stressor atau
kebutuhan yang menimbulkan stres sebagai sesuatu yang akan selesai dengan
sendirinya sepanjang waktu dan tentang hal tersebut tidak ada atau sedikit
yang dapat dilakukan. Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif
dapat menjadi strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek,
khususnya dalam kasus saat tidak ada satu pun yang dapat dilakukan. Akan
tetapai jika strategi ini digunakan secara konsisten dan sepnjang waktu,
penggunaannya menghambat pemecahan masalah yang aktif da perubahan
dalam keluarga serta dapat menggangu adaptasi keluarga.
3) Pemecahan masalah bersama
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi
konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui
metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti keluarga (Klien, 1983;
Reis, 1981; Strauss, 1968) dan dalam lingkungan alami ( Chesler & Barbari,
1987). Pemecahan masalah keluarga yang efektif meliputitujuh langkah
spesifik :
 Mengidentifikasi masalah
 Mengkomunikasikan tentang masalah
 Menghasilkan solusi yang mungkin
 Memutuskan satu dari solusi
 Melakukan tindakan
 Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan
 Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah
Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan
keluarga, keluarga dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss menyebutkan
keluarga yang menggunakan proses pemecahan masalah yang efektif sebagi
keluarga yang peka terhadapa lingkungan. Tipe keluarga ini seperti melihat
sifat masalah sebagi sesuatu “dia luar sana” dan tidak mencoba membuat
masalah menjadi internal.
4) Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan mencari
pengetahuan informasi berkenaan dengan stressor dan kemungkinan stressor.
Hal ini khususny terbukti dalam kasus masalah kesehatan berat atau yang
mengancaam hidup. Dengan mendapatkan informasi yang bermamfaat, dapat
meningkatkan perasaan memiliki beberapa pengendalan terhadap situasi dan
mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga
mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta
membantu keluarega menilai stressor ( maknanya) lebih akurat dan mengambil
tindakan yang diperlukan.

c. Strategi Komunikasi
1) Terbuka dan jujur
Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang jelas
dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa ini. Satir
mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional adalah langsung,
terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah komunikatif dalam berbagai ide
dan perasaan. Pemecahan masalah kolaboratif, yang dibahas sebagai strategi
koping kognitif, juga merupakan strategi koping kognitif, juga merupakan
strategi komunikasi, yang memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.
2) Menggunakan humor dan tawa
Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga nilainya
dalam mengatasi penderitaan (Walsh, 1998). Humor tidak hnya dapat
menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun seseorang
dalam mendorong penyembuhan. Demikian juga bagi keluarga, rasa humor
adalah sebuah aspek yang penting. Humor dapat dapat memperbaiki sikap
keluarga terhadap masalah dan perawatan kesehatan serta mengurangi
kecemasan dan ketegangan. Humor dan tawa dapat dipandang sebagai alat
perawatan diri untuk mengatasi stress karena kemampuan tertawa dapat
memberikan seseorang perasaan memiliki kekuatan terhadap situasi. Humor
dan tawa dapat menyokang sikap positif dan harapan bukan perasaan tidak
berdaya atau depresi dalam situasi penuh stress.
B. Strategi Koping Keluarga Eksternal
a. Strategi komunitas
Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka
panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk mengurangi
stressor khusus siapapun. Pada kasus ini, anggota keluarga ini adalah peserta aktif
(sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam klub, organisasi dan
kelompok komunitas. Hubungan komunitas yang kreatif dapat dibuat untuk
memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota keluarga lansia
yang kurang memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan disentra perawatan
anak yang kekurangan staf (Walsh, 1998).
b. Memamfaatkan sistem dukungan social
1) Dukungan social keluarga
Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan oleh
anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan social dapat atau tidak
digunakan, tetapi anggota keluarga dapat menerima bahwa orang pendukung
siap memberikan bantuan dan pertolongan jika jika dibutuhkan). Dukungan
sosial keluarga dapat dating dari dalam dukungan social keluarga seperti
dukungan pasangan atau dukungan subling atau dari luar dukungan social
keluarga yaitu dukungan social berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan
social keluarga).
2) Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber
ini terdiri atas jaringan informalyang spontan. Dukungan terorganisasi yang
tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional dan upaya terorganisasi
oleh professional kesehatan. Dari semua ini jaringan informal (diidentifikasi
diatas kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa
yang dibutuhkan. Caplan (1976) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi
pendukung meliputi:
 dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar
informasi mengenai dunia)
 dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem pembimbingumpan
balik, membimbing dan merantarai pemecahan masalahdan merupakan
sumber sera validator identitas anggota)
 Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan konkret)
 Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan emosional)
 Meningkatkan moral keluarga
c. Dukungan spiritual
Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan
spiritual dan peningkatan kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi
stress dan penyakit. Agama adalah dorongan yang kuat dan pervasif dalam
membentuk keluarga (Miller,
2000). Cara koping yang berbasis spiritual bervariasi secara signifikan lintas
budaya. Penelitian mengenai koping keluarga dan individu serta resilience
secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan spiritual adalah penting dalam
mendukung kepercayaan keluarga sehingga mereka dapat mengatasi
penderitaan
4. Macam macam dukungan yang di berikan kepada keluarga
Jawab :
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:
a. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi
koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini
juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang
positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat
diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,
persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang
yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi
alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek
yang positif.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di
dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan
mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai
sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
c. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang
apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan
informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi
dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor.
Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan
memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga
sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
d. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan
dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman,
merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk
semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

5. Sumber sumber stresor


Jawab :
Faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber internal ( yaitu diri sendiri)
maupun eksternal ( yaitu keluarga, masyarakat, dan lingkungan).
a. Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor individual dapt timbul dari
tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan
dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat
yang dimiliki, dsb.
b. Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam
keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami
kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal
dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.
6. Bagaimana cara merawat keluarga dalam merubah stigma negative yang ada di
masyarakat ?
Jawab :
a. Dukungan Bagi ODHA dan keluarga
ODHA mengalami proses berduka dalam kehidupannya sebuah proses yang
seharusnya mendorong pada penerimaan terhadap kondisi mereka. Namun,
masyarakat dan lembaga terkadang memberikan opini negatif serta memperlakukan
ODHA dan keluarganya sebagai warga masyarakat kelas dua. Hal ini menyebabkan
melemahnya kualitas hidup ODHA.
b. Tempat Layanan Kesehatan
Sering terjadi, lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan dukungan,
pada kenyataannya merupakan tempat pertama orang mengalami stigma dan
diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu perawatan medis yang kurang baik,
menolak memberikan pengobatan seringkali sebagai akibat rasa takut tertular yang
salah kaprah. Contoh dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi ini adalah: alasan
dan penjelasan kenapa seseorang tidak diterima di rumah sakit (tanpa didaftar berarti
secara langsung telah ditolak), isolasi, pemberian label nama atau metode lain yang
mengidentifikasikan seseorang sebagai HIV positif, pelanggaran kerahasiaan,
perlakuan yang negatif dari staf, penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang
negatif oleh pekerja kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas
rumah sakit
c. Akses untuk Perawatan
ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti masyarakat umum dan
kebanyakan dari mereka juga tidak mempunyai akses untuk pengobatan ARV
mengingat tingginya harga obat-obatan dan kurangnya infrastruktur medis di banyak
negara berkembang untuk memberikan perawatan medis yang berkualitas. Bahkan
ketika pengobatan ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin tidak bisa
mengaksesnya, misalnya karena persyaratan tentang kemampuan mereka untuk
mengkonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin terjadi pada kelompok pengguna
narkoba suntikan.
Sebagai respon, beberapa negara menetapkan Undang-Undang untuk melindungi
hak dan kebebasan ODHA dan untuk melindungi mereka dari diskriminasi.
Sesungguhnya hak ODHA sama seperti manusia lain, tetapi karena ketakutan dan
kekurangpahaman masyarakat, hak ODHA sering dilanggar.
Hak asasi manusia itu di antaranya adalah memiliki dan mendapatkan privasi,
kemerdekaan, keamanan serta kebebasan berpindah, bebas dari kekejaman,
penghinaan (tindakan menurunkan martabat atau pengucilan), bekerja (termasuk
terbukanya kesempatan yang sama), mendapatkan pendidikan serta menjalin mitra
jaringan, keamanan sosial dan pelayanan, kesetaraan perlindungan dalam hukum,
menikah dan berkeluarga, mendapatkan perawatan, dan masih banyak lagi. Selain
hak, ODHA juga mempunyai kewajiban seperti menjaga kesehatan, tidak
menularkan ke orang lain,mencari informasi dan lain-lain.
Satu upaya dalam menanggulangi adanya diskriminasi terhadap ODHA adalah
meningkatkan pemahaman tentang HIV & AIDS di masyarakat, khususnya di
kalangan petugas kesehatan, dan terutama pelatihan tentang perawatan. Ini pada
pokok menekankan pentingnya kewaspadaan universal, agar tidak ada kebingungan.
Tambahannya, lebih banyak konselor harus dilatih agar pelaksanaan tes dan
konseling HIV dapat berjalan sesuai prosedur. Pemahaman tentang HIV & AIDS
pada gilirannya akan disusul dengan perubahan sikap dan cara pandang masyarakat
terhadap HIV & AIDS dan ODHA, sehingga akhirnya dapat mengurangi tindakan
diskriminasi terhadap ODHA.
Semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS maka AIDS
akan bisa dihentikan melalui penghapusan stigma dan menghentikan diskriminasi
dengan memulainya dari diri kita sendiri. Beberapa tindakan keluarga dan
masyarakat yang diharapkan dalam membantu dan mendukung ODHA misalnya :
- Family concept, artinya lingkungan rumah atau suasana rumah diciptakan agar
pengidap HIV seperti merasa benar-benar berada di rumah, misalnya mendapat
kasih sayang, dan rasa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
- Role Model, adalah menggunakan orang yang pernah mengalami kejadian yang
serupa dengan pengidap HIV untuk menceritakan apa yang harus dikerjakan di
masa datang.
- Positive Peer Pressure, adalah saling bertukar pikiran dalam satu kelompok agar
saling menilai dan memotivasi diri, contohnya tidak kembali kepada
ketergantungan terhadap narkotika.
- Theurapeutic Session, yaitu konsultasi, penyuluhan dan terapi .
- Moral and Religius Session, yaitu mensyukuri anugerah Tuhan yang masih
menyayangi dengan memberikan ujian yang berat, agar lebih bisa mendekatkan
diri dengan-Nya.
Dengan memberikan perhatian terhadap ODHA, jangan pernah mengucilkan ODHA
dan ikut menyertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, dengan begitu
akan menambah semangat mereka untuk hidup dengan lebih baik. Contoh-contoh
kegiatan yang dapat dilakukan yaitu penyuluhan-penyuluhan kesehatan (dalam
kesempatan tersebut, ODHA diharapkan dapat menceritakan kisah mereka di masa
lalu dan mengingatkan bahaya AIDS supaya masyarakat tidak mengikuti jejak yang
telah mereka tempuh).\
7. Tindakan perawat pada pasien yang mengalami HIV/AIDS
Jawab :
a. Pengobatan
Pengobatan pada pengidapan HIV/AIDS ditujukan terhadap :
- Virus HIV
- Infeksi oportunistik
- Kanker sekunder
- Status kekebalan tubuh
- Simtomatis dan suportif
b. Obat Retrovirus
Yang biasa dipakai secara luas adalah :
1) Zidovudine (AZT) berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian
obat ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa
hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda
progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko
penularan perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal.
Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea, anemia, neutropenia,
malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut. Setelah
pemakaian jangka panjang dapat timbul miopati. Dosis yang sekarang dipakai
200mg po tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda
toksik.
2) Didanosine ( ddl ), Videx.
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau bisa
sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon terhadap
AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap AZT
menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik
hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer, pankreatitis
(7%), nausea, diare.
Dosis: 200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg)
Mulanya hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan
obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan
pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.
c. Obat-obat untuk infeksi oportunistik
- Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4 , 250 mm/mm3. Dengan
kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol pentamidine
300mg, dan dapsone atau fansidar.
- Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai
INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans
INH.
- Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 ,
200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral
kandidiasis, sebelumnya.
- Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat timbul
resistensi obat disamping biaya juga mahal.
d. Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma
Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi. Untuk limfoma
maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non HIV.
e. Immune restoring agents
Obat-obat ini diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, menambah jumlah
limfosit, sehingga dapat memperbaiki status kekebalan pasien. Bisa dengan
memakai:
1) -Interferon alpha -Ekstrak kelenjar thymus
-Interferron gamma -Loprinosin
-Interleukin 2 -Levamisol
2) Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan
transplantasi sumsum tulang.
f. Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang
yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller
minor, vitamin, dan transfusi darah.
g. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang
terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk :
- Memberikan dukungan mental-psikologis
- Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
- Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan
kondisi tubuh yang baik.
- Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah
pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.
h. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya
tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi
masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau
masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet,
menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok,
minuman keras. Narkotik, dsb.
8. Hak dan kewajiban suami dan istri dalam keluarga
Jawab :
a. Hak suami terhadap istri diantaranya:
1) Suami berhak untuk mendapatkan istri seutuhnya
2) Suami berhak untuk meminta hajatnya kepada istri kapan saja dia mau
3) Suami berhak untuk memberi izin dan melarang istri pergi
4) Suami berhak untuk menjaga dan melindungi istrinya
5) Suami berhak untuk memberi nasehat kepada istrinya
b. Kewajiban suami terhadap istri diantaranya:
1) Suami wajib membimbing istrinya dalam hal agama dan berumah tangga.
2) Suami wajib melindungi istrinya
3) Suami wajib memberikan nafkah lahir dan bathin kepada istrinya sesuai dengan
kemampuannya.
4) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya.
5) Suami wajib memuliakan istrinya.
c. Hak istri terhadap suami diantaranya:
1) Istri berhak menerima mahar dari suami
2) Istri berhak digauli dengan baik dan dimuliakan
3) Istri berhak menerima nafkah lahir dan batin dari suaminya
4) Istri berhak dibimbing dan diajarkan ilmu agama oleh suaminya
5) Istri berhak diberi keadilan diantara para istri apabila suaminya beristri lebih dari
satu
d. Kewajiban istri terhadap suami diantaranya:
1) Istri wajib untuk taat dan patuh kepada suami
2) Istri wajib untuk mengurus suami dan rumah tangganya
3) Istri wajib menjaga harta dan kehormatan suami saat suami tidak ada di rumah
4) Istri wajib untuk selalu berhias dan bersolek untuk suami agar tampil cantik
dihadapan suami
5) Istri wajib menghormati suami dan keluarga suami.
e. Hak dan kewajiban bersama suami istri diantaranya:
1) Suami dan istri berhak (dihalalkan) untuk melakukan hubungan seksual.
2) Suami dan istri berhak untuk saling menikmati satu sama lain.
3) Suami dan Istri berhak untuk saling mendapatkan waris akibat dari adanya ikatan
pernikahan yang sah.
4) Suami dan Istri wajib memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka aib
mereka kepada orang lain.
5) Suami dan istri wajib untuk Sabar dan rela atas kekurangan dan kelemahan
masing-masing.
6) Suami dan istri wajib untuk saling menghormati orang tua dan keluarga kedua
belah pihak.
BAB III

BAGAN/ SKEMA/ KONSEP SOLUSI

Definisi
HIV/AIDS dan
tahap-tahap
stress

Macam-macam Macam-macam Cara Mengubah


Sumber-sumber
strategi koping dukungan stigma negative
stressor
keluarga keluarga masyarakat

Tindakan perawat Asuhan Hak dan kewajiban


Pada pasien HIV/Aids keperawatan Suami dan istri
DAFTAR PUSTAKA
Bomar, P.J. (2004). Promoting health in families. Edisi 3. Sauders: Philadelphia
Keliat,B.A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Perry and Potter. Alih Bahasa
oleh Yasmin Asihdkk. 2005. Jakarta : EGC
Maramis, Willy F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga UniversitiPress
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Jakarta
:Salemba Medika
Stuart G.W dan Laraia.M.T.(1998).Principle and practice of pschiatric nursing.Edisi 8 St
Louis.Mosby year Book.
Dalami Ernawati.S.Kp.2009.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.jakarta:TIM
FORM PENILAIAN LAPORAN / PAPER

Nama Kelompok/ Kelas : E/KP/V


Hari/ tanggal :5 Desember 2017
Nama Mahasiswa : Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga I

1. MUHAMMAD DAUD
2. MURDIONO
3. RASMAN
4. SAEPUL ALAM
5. SAMSUDIN
6. SEPTIANUR CAHYO
7. SUTIO
8. WIRA JAYADI
NO ITEM PENILIAN 5 4 3 2 1
1. Penulisan laporan sesuai format yang
diberikan
2. Menjelaskan kelengkapan data terkait
topik
3. Kesesuaian topic dengan data penunjang
4. Menjelaskan isi topic secara jelas dan rinci
5. Menampikan data baru
6. Menampilkan critical analisis terhadap
topic
7. Memberikan literature/ referensi yang
adekuat berdasarkan evidence
8. Menyimpulkan topic secara jlas dan rinci
9. Menggunakan penulisan yang benar
(EYD) dan kesalahan penulisan
10. Menampilkan konsistensi penulisan (topic,
tujuan dan evaluasi).
Total skor
Nilai akhir
Keterangan angka :

5 : Excelent

4 : Good

3 : averange

2 : Below averange

1 : Unsatisfied

Comment......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................

Instruktur

Vita Purnama Sari, S.kep.,Ns

Anda mungkin juga menyukai