Reasoning Genitourinaria
Reasoning Genitourinaria
Dosen Pembimbing:
Ns. Henni Kusuma, M.Kep., Sp.Kep.MB
Disusun oleh:
1. Grahya Febriella MNP 220220115120039
2. Melinda Kumala Sari 220220115130082
3. Ayu Martha Puri 220220115120043
4. Rikarda Ogetai 22020113100053
5. Muliawati N 220220115120047
6. Verawati 220220115130085
7. Eko Joko P 220220115130110
8. Cici Melati N 220220115140065
9. Karina Setiawan 220220115120041
10. Putwi Marinesia Nur 220220115120037
Kelas A.15.1
Edema
Ekstremitas Paru-paru
Mual dan muntah
d. Mengambil kesimpulan
Berdasarkan analisa informasi dalam kasus tersebut dapat disimpulkan
bahwa pasien tersebut mengalami gagal ginjal. Kesimpulan ini didukung oleh
data klien pernah memiliki riwayat batu ginjal yang dapat berkomplikasi
menjadi gagal ginjal serta hasil pemeriksaan laboratorium yang ada, juga
menunjukkan tanda gejala gagal ginjal pada pasien.
e. Menyesuaikan dengan situasi saat ini dan situasi terakhir, dan sebaliknya
1) Klien mengalami masalah sesak napas.
Intervensi yang bisa digunakan yaitu pemberian posisi semi fowler yaitu
15°-45°. Posisi ini efektif karena dapat membantu dalam pengembangan
paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma. Menurut
Hermawan (2008) dalam Safitri dan Andriyani (2011) mengungkapkan
bahwa memberikan oksigen pada seseorang yang mengalami sesak napas
yaitu untuk memaksimalkan oksigen untuk penyerapan vaskuler,
pencegahan atau mengantisipasi hipoksia. Dongoes (2015) dalam Safitri
dan Andriyani (2011) mengatakan pemberian posisi semi fowler dalam
waktu 3x24 jam dapat menunjukkan adanya perubahan pola napas
menjadi efektif.
2) Klien mengalami masalah mual.
Intervensi yang bisa digunakan yaitu dengan pemberian terapi
komplementer, salah satu terapi tersebut dengan aromaterapi. Aroma
terapi yang dapat digunakan yakni aromaterapi lemon, bekerja melalui
proses penciuman. Di mana bau tersebut akan menimbulakn rasa tenang
yang akan merangsang daerah di otak yang disebut nucleus rafe untuk
memproduksi serotonin, mempunyai fungsi menimbulkan rasa nyaman,
sehingga mampu menurunkan intensitas mual (Primadiati, 2002 dalam
Widagdo dkk, 2014). Intervensi lain yang dapat dilakukan yaitu relaksasi
otot progresif, dengan menegangkan dan melemaskan sekelompok otot
secara berurutan dan memfokuskan perhatian pada perasaan yang dialami
antara saat otot tegang (Kozier et al, 2011 dalam Widagdo dkk, 2014).
Menurut sumber lain, dalam mengatasi mual yaitu dengan akupreser.
Stimulasi atau penekanan yang dilakukan pada titik P6 dan St36 diyakini
akan memperbaiki aliran energi di lambung sehingga dapat mengurangi
gangguan pada lambung termasuk mual muntah (Dibble et al, 2007 dalam
Syarif, 2017).
3) Klien mengalami gatal-gatal.
Kadar ureum yang tinggi pada klien dengan penyakit ginjal kronis dapat
menimbulkan gangguan integritas kulit, pada jurnal penelitian oleh
Alatriste dkk (2014) menunjukkan hasil adanya penurunan kadar ureum
darah pasien PGK pada stase 3 dan 4 lebih dari 10% dengan pemberian
6
Lactobacillus casei Shirota (LcS) dosis 16x10 CFU dan diberi diet
isocalorik (30 kcal/kg ideal BB) dan isoproteik (0,8 g/kg ideal BB) selama
2 bulan.
Intervensi lain yang dapat dilakukan yakni pemakaian krim kulit yang
berisi asam lemak berupa lamellar lipid dan endocannabidoid, yang
dipakai selama 3 minggu berturut-turut secara teratur dapat membantu
mengurangi gatal-gatal (Schartz dan Ialna, 2000 dalam Setyaningsih,
2014). Penggunaan 6 g ethyl ester dari minyak zaitun dapat memperbaiki
komposisi lemak esensial sehingga rasa gatal berkurang (Peck dan
Monsen, 1996 dalam Setyaningsih, 2014).
f. Memprediksi outcome yang ditargetkan
Outcome :
1. Mengatasi anemia
2. Mengatasi sesak nafas dan hiperventilasi
3. Mengatasi kerusakan integritas kulit
4. Mengatasi mual muntah
5. Mengatasi edema
6. Mengatasi hipertensi
4. Mengidentifikasi masalah maupun issues: menginsitesis fakta dan kesimpulan
untuk membuat diagnosis masalah klien
Klien mengeluh
keluar urin sedikit
sejak satu minggu
terakhir
Aningrum, M. (2015). Studi kasus pada pasien “Tn. S” umur 51 tahun yang
mengalami masalah keperawatan kelebihan volume cairan dengan diagnose
medis gagal ginjal kronik (GGK) di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran
Kota Kediri. Diakses pada 14 Maret 2018, dari:
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/12.2.05.01.0027.pdf
Biotek LIPI. (2015). Erythropoietin (EPO) dari ragi dan barley. Diakses pada 12
Maret 2018, dari:
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/publication/berita/biotek-dalam-
berita/1552-erythropoietin-epo-dari-ragi-dan-barley
Graham, B., & Burns, T. (2005). Acne Vulgaris. Dalam: Graham, B. Brown. Burns,
ed. Lecture Notes Dermatologi. Jakarta: Erlangga.
Haryanti, I. A. P., & Nisa, K. (2015). Terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal
sebagai penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik. Majority, 4(7), 49-54.
Hartini, S. (2016). Gambaran karakteristik pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa di RSUD Dr. Moewardi. Publikasi Ilmiah JK FIK UMS.
Ingrum, M. W. (2001). Profil cairan asites pada penderita gagl ginjal terminal
hemodialisis kronik. Tesis FK Undip.
Moorhead, S., et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC) edisi kelima.
USA: Elsevier.
Mugihartadi, dkk. (2014). Efektifitas self help group terhadap kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik. Penelitian Ilmiah Program Pasca Sarjana UMY.
Nurkamila & Hidayati, T. (2013). Gambaran darah rutin dan kualitas hidup domain
fisik penderita gagal ginjal kronik terminal. Mutiara Medika, 13(2), 111-117.
Pranandari, R., & Supadmi, W. (2015). Faktor resiko gagal ginjal kronik di unit
hemodialisi RSUD Wates Kulonprogo. Majalah Farmaseutik, 11(2), 316-320.
Putri, D. P. W. (2010). Evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien tukak
peptic (peptic ulcer disease) diinstalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta tahun 2008. Skripsi Fakultas Farmasi UMS.
Rahman, A. (2014). Optimalisasi pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
yang mendapatkan hemodialisis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusuma Jakarta.
[karya tulis ilmiah]. FIK UI Depok.
Safitri, R., & Andriyani, A. (2011). Kefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap
penurunan sesak napas pada pasien asma di ruang inak kelas III RSUD Dr.
Moerwardi Surakarta. Gaster, 8(2), 783-792.
Syarif, H. (2017). Pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah akut akibat
kemoterapi pada pasien kanker; A randomized clinical trial. Idea Nursing
Journal, 2(2), 137-142.
Verdiansyah. (2016). Pemeriksaan fungsi ginjal. CDK-237, 43(2), 148-154.
Widagdo, P. A., Kristiyawati, S. P., & Supriyadi. Pengaruh aroma terapi lemon dan
relaksasi otot progresif terhadap penurunan intensitas mual muntah setelah
kemoterapi pada pasien kanker payudara di Rumah Sakit Telogorejo
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 2(1), 24-33.
Yaswir, R., & Ferawati, I. (2012). Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium,
kalium, dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. Jurnal Kesehatan, 80-85,
1(2).
Yayasan Spiritia. (2007). Hasil tes lab normal. Diakses pada 12 Maret 2018, dari:
http://spiritia.or.id/li/pdf/LI120.pdf