Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia telah berubah. Dewasa ini kita hidup dalam era informasi/global.
Dalam era informasi, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh
batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda dengan era agraris dan
industri, kemajuan suatu bangsa dalam era informasi sangat tergantung pada
kemampuan masyarakatnya dalam memanfaatkan pengetahuan untuk
meningkatkan produktifitas. Karakteristik masyarakat seperti ini dikenal dengan
istilah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siapa yang
menguasai pengetahuan maka ia akan mampu bersaing dalam era global.
Oleh karena itu, setiap negara berlomba untuk mengintegrasikan media,
termasuk teknologi informasi dan komunikasi untuk semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegaranya untuk untuk membangun dan membudayakan
masyarakat berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global.
Bimbingan dan Konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu (siswa), dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Layanan tersebut
saat ini, pada saat jaman semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan
dengan tatap muka secara langsung, tapi juga bisa dengan memanfaatkan media
atau teknologi informasi yang ada. Tujuannya adalah tetap memberikan
bimbingan dan konsling dengan cara-cara yang lebih menarik,interaktif, dan tidak
terbatas tempat, tetapi juga tetap memperhatikan azas-azas dan kode etik dalam
bimbingan dan konseling.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bimbingan dan Konseling ?
2. Apa Media (Teknologi Informasi Komunikasi) ?
3. Apa Manfaat Penggunaan Media Dalam Konseling ?
4. Apa Kerugian Penggunaan Media dalam Konseling ?
5. Bagaimana Aplikasi Teknologi Informasi Dalam Pemeliharaan Bimbingan
Dan Konseling ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
1. Agar mahasiswa dapat memahami tentang aplikasi Teknologi Informasi
Dalam Pemeliharaan Bimbingan Dan Konseling
2. Dan sebagai salah satu tugas mata kuliah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone(1966) menemukakan
bahwa guidance berasal kata guideyang mempunyai arti to direct, pilot, manager,
or steer(menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan
menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai
hubungan dengan guiding : “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading
(memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan
petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving
advice (memberikan nasehat).
Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya
proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini
tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada
saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif
dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya
terhadap keputusan yang diambilnya.

B. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling


Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarang pun, dalam
prakteknya masih ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
cenderung bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan pendekatankuratif, yakni
hanya berupaya menangani para peserta didik yang bermasalah saja. Padahal
kenyataan di sekolah jumlah peserta didik yang bermasalah atau berperilaku
menyimpang mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta
didik paling banyak 5 hingga 10 (5% – 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak
memiliki masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan bimbingan
dan konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling memiliki citra buruk dan
sering dipersepsi keliru oleh peserta didik, guru bahkan kepala sekolah. Ada
anggapan bimbingan dan konseling merupakan “polisi sekolah”, tempat
menangkap, merazia, dan menghukum para peserta didik yang melakukan

3
tindakan indisipliner. Anggapan lain yang keliru bahwa bimbingan dan konseling
sebagai “keranjang sampah” tempat untuk menampung semua masalah peserta
didik, seperti peserta didik yang bolos, terlambat SPP, berkelahi, bodoh,
menentang guru dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti itu dapat
diantisipasi dan diatasi oleh para guru mata pelajaran atau wali kelas dan tidak
perlu diselesaikan oleh guru pembimbing.
Mengingat keadaan seperti itu, kiranya perlu adanya orientasi baru
bimbingan dan konseling yang bersifat pengembangan atau
developmental dan pencegahan pendekatan preventif. Dalam hal ini, Sofyan. S.
Willis (2004) mengemukakan landasan-landasan filosofis dari orientasi baru
bimbingan dan konseling, yaitu :
1. Pedagogis; artinya menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual
diantara peserta didik.
2. Potensial, artinya setiap peserta didik adalah individu yang memiliki
potensi untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara berangsur-
angsur akan diatasinya sendiri.
3. Humanistik-religius, artinya pendekatan terhadap peserta didik haruslah
manusiawi dengan landasan ketuhanan. peserta didik sebagai manusia
dianggap sanggup mengembangkan diri dan potensinya.
4. Profesional, yaitu proses bimbingan dan konseling harus dilakukan secara
profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang berpengetahuan dan
berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan konseling.

Dengan adanya orientasi baru ini, bukan berarti upaya-upaya bimbingan


dan konseling yang bersifat klinis ditiadakan, tetapi upaya pemberian layanan
bimbingan dan konseling lebih dikedepankan dan diutamakan yang bersifat
pengembangan dan pencegahan. Dengan demikian, kehadiran bimbingan dan
konseling di sekolah akan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh peserta didik,
tidak hanya bagi peserta didik yang bermasalah saja.

4
C. Media (Teknologi Informasi Komunikasi)
Istilah media berasal dari bahasa latin, yaitu medium yang memiliki arti
perantara. Dalam Dictionary of Education, disebutkan bahwa media adalah bentuk
perantara dalam berbagai jenis kegiatan berkomunikasi. Sebagai perantara, maka
media ini dapat berupa koran, radio, televisi bahkan komputer. Gagne (dalam
Sadiman, dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Lebih lanjut,
Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media
adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Lebih lanjut, dalam proses pembelajaran dikenal pula istilah media
pembelajaran. Suyitno (1997) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
suatu peralatan baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang
berfungsi sebagai belajar dan alat bantu mengajar. Sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran, maka media belajar ini akan disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing bahan ajar yang akan disajikan juga memperhatikan
karakteristik siswa.

D. Jenis-Jenis Media
Saat ini, dengan cepatnya teknologi komunikasi maka semakin banyak
pula media komunikasi yang muncul. Pada pembahasan ini, media komunikasi
yang dimaksud adalah media untuk membantu pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Beberapa media yang dimaksud adalah komputer (internet),
peralatan audio seperti tape recorder dan peralatan visual seperti VCD/DVD.
1. Komputer
Perkembangan perangkat komputer saat ini mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Hampir setiap bulan muncul genre-genre baru dalam dunia
komputer. Sebagai contoh adalah perkembangan prosessor sebagai otak dalam
sebuah komputer mulai dari Intel Pentium 1 sampai dengan Pentium 4. Sebagian
orang belum bisa menikmati kecanggihan Prosesor Pentium 4, saat ini sudah

5
muncul Centrino bahkan Centrino Duo Core. Belum lagi sebagian orang berpikir
kehebatan Centrino Duo Core, telah muncul pula AMD 690.
Pesatnya perkembangan teknologi komputer ini memang sebagai jawaban
untuk akses data atau informasi. Perubahan di masyarakat yang semakin cepat
pada akhirnya menuntut perkembangan teknologi komputer yang semakin
canggih. Saat ini dibutuhkan akses data yang cepat, sehingga pada akhirnya
prosesor yang ada juga semakin cepat
2. Peralatan Audio
Perkembangan peralatan audio saat ini juga mengalami perkembangan
yang pesat. Peralatan audio yang di pergunakan dalam proses bimbingan dan
konseling seperti tape recorder. Penggunaan tape recorder ini antara lain adalah
untuk merekam sesi konseling dan memutar kembali hasil-hasil yang diperoleh
selama sesi konseling.
Tape recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman.
Kaset memiliki pita magnetik yang berfungsi untuk menyimpan data atau
informasi percakapan.
Saat ini telah berkembang alat perekam yang tidak membutuhkan pita
perekam. Alat ini disebut MP3 dan MP4. Pada dasarnya alat ini berfungsi sebagai
player, dimana di dalam alat ini terdapat sebuah mini harddisk yang memiliki
kapasitas sampai dengan 4 Gb. Sebagai sebuah player, maka alat ini dapat
memainkan musik dan dapat dipergunakan untuk merekam suara.
Ukuran MP3 dan MP4 saat ini amat kecil jika dibandingkan dengan
sebuah mini tape recorder biasa. Seringkali kita jumpai, alat MP3 atau MP4
seukuran sebuah spidol atau ballpoint
3. Peralatan Visual
Alat visual dapat bermacam-macam ragamnya seperti video player dan
VCD/DVD player. Pada awalnya, penggunaan peralatan visual adalah dengan
mempergunakan projector. Penggunaan proyektor ini dipandang tidak efisien,
karena dalam proses produksinya membutuhkan tahapan-tahapan yang panjang.
Mulai dari merekam gambar sampai dengan menampilkan gambar. Bahkan
seringkali dijumpai mutu gambar yang tidak bagus dan bahkan mudah rusak.
Sehingga lambat laun peralatan ini mulai ditinggalkan.

6
Video player dulu merupakan peralatan yang lumayan banyak
dipergunakan orang. Hanya saja, saat ini sudah banyak ditinggalkan karena proses
produksinya tertalu berbelit. Untuk menghasilkan sebuah hasil rekaman yang
baik, dibutuhkan kamera perekam yang lumayan besar dan berat, selain itu kaset
yang dipergunakan juga relatif besar, sehingga dipandang tidak praktis. Terlebih,
hasil rekaman seringkali tidak begitu jernih.
Peralatan visual yang sering kita jumpai antara lain adalah video player
atau CD player. Peralatan ini banyak dijumpai karena memiliki tingkat
pengoperasian yang mudah dan memiliki harga yang relatif murah. Penggunaan
video player ini tidak akan bisa lepas dari keberadaan sebuah disc atau keping
VCD/DVD. Dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini, proses perekaman
gambar tidak perlu mempergunakan perangkat yang bermacam-macam. Saat ini
telah berkembang alat perekam (handycam) yang secara langsung dapat merekam
gambar langsung ke dalam keping VCD/DVD. Dengan kata lain, pengoperasian
VCD/DVD ke player akan semakin mudah.
Perkembangan teknologi informasi saat ini, pada akhirnya bertujuan untuk
memudahkan konsumen menikmati hiburan antau informasi dengan efisien. Hal
ini pada akhirnya memunculkan perangkat-perangkat multi media. Teknologi
multi media yang berkembang saat ini sudah demikian canggihnya, sehingga
sehingga seringkali konsumen bingun untuk memilih teknologi apa yang akan
dibeli.
Saat ini peralatan komputer yang dijumpai di pasaran pun sudah mempergunakan
teknologi multi media. Dulu, komputer hanya dipergunakan sebagai alat pengolah
data saja. Tetapi selanjutnya berkembang juga sebagai alat entertainment.
Komputer saat ini hampir bisa dipergunakan untuk membantu segala macam
permasalahan manusia, mulai dari mengolah data sampai dengan memproduksi
sebuah tayangan video yang baik.

E. Manfaat Penggunaan Media Dalam Konseling


Tidak dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi.
Hampir seluruh sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi,
terutama teknologi komunikasi. Bahkan, menurut Pelling (2002) ketergantungan
kepada teknologi ini tidak saja di kantor, tetapi sampai di rumah-rumah.

7
Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami
perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada
bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam
konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Komputer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh
konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa penggunaan
komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa dalam proses
pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan pilihan karir. Hal ini
sangat memungkinkan, karena dengan membuka internet, maka siswa akan dapat
melihat banyak informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan pilihan
studi lanjut atau pilihan karirnya.
Data-data yang didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai data yang
dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling 2002;
Hohenshill, 2000). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-
data yang sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena
data yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi. Sehingga
kecil kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data sampah.
Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan
tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja,
tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada
kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang
didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal
ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat
dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus
didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media
bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang
dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
1. Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan
memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih menarik;

8
2. Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan
dengan kebutuhan siswa;
3. Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi
yang diberikan;
4. Akan memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
5. Tidak akan memunculkan kebosanan;
6. Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website;
dan
7. Terdapat pengaturan yang baik
Selain penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat
dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software ini dapat
membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih
interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan
mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak membosankan.
Program software power point memberikan kesempatan bagi konselor untuk
memberikan sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi. Melalui
program ini, yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin
sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-
suara yang menarik yang tersedia dalam program power point. Melalui fasilitas
ini, konselor dapat pula memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point,
sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar yang disajikan melalui program power point tidak statis
seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat
memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor bisa melakukan
insert gambar-gambar yang ada di sebuah film.
Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling di
kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali dipergunakan
oleh konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Perilaku-perilaku
yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan oleh konselor untuk merubah
perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid & Hitchinson, 1977; Ivey, 1971,
dalam Baggerly 2002). Dalam proses pendidikan konselor pun, penggunaan video
modeling ini juga dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip

9
konseling yang akan dikembangkan bagi calon konselor (Koch & Dollarhide,
2000, dalam Baggerly, 2002).
Sebelum VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya
memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya
sebuah film. Hal ini sangat penting, sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan
film tersebut ditayangkan, maka siswa akan memiliki kerangka berpikir yang
sama. Setelah film selesai ditayangkan, maka konselor meminta siswa untuk
memberikan tanggapan terhadap apa yang telah mereka lihat. Tanggapan-
tanggapan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan
bersikap, yang kemudian diharapkan akan dapat merubah perilaku klien atau
siswa.

F. Kerugian Penggunaan Media dalam Konseling


Pelling (2002) menyatakan bahwa, walaupun saat ini masyarakat sangat
tergantung pada teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang
mengalami ketakutan untuk mempergunakan teknologi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita masih
percaya bahwa pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh orang tua atau orang
yang dituakan masih dianggap lebih baik. Hal ini tidak lepas dari budaya
paternalistik yang melingkupi masyarakat kita.
Sebaik apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir
masyarakat masih terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar, maka data
atau informasi yang didapat seakan-akan menjadi tidak berguna. Sebagai contoh,
seorang siswa akan memilih jurusan di perguruan tinggi. Mungkin mereka akan
mencari informasi sebanyak mungkin, dan konselor akan memfasilitasi keinginan
mereka. Tetapi, pada saat mereka dihadapkan untuk menentukan dan memilih
jurusan yang akan diambil, maka tidak jarang dari mereka akan berkata, “Saya
senang dengan jurusan A, tetapi nanti tergantung pada orang tua saya”.
Contoh lain, saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan
demikian pesat. Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi rentang ruang
dan waktu. Tetapi dalam budaya tertentu, alat komunikasi ini bisa menjadi “tidak
bermanfaat”. Restu orang tua merupakan hal yang dianggap sakral oleh sebagian
budaya tertentu, bahkan meminta restu ini akan lebih afdol jika dilakukan dengan

10
melakukan sungkem. Untuk menunjukkan perilaku ini, maka seringkali mereka
melupakan kecanggihan piranti komunikasi yang sudah canggih, walau jarak yang
ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal lain yang terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan dan
konseling adalah sasaran pengguna seringkali disamakan. Walaupun ragam media
sudah bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih belum bisa menyentuh
sisi afektif seseorang. Dalam bimbingan dan konseling dikenal istilah empati.
Penggunaan media, seringkali pula akan “menghilangkan” empati konselor, jika
konselor mempergunakan media sebagai alat bantu utama.
Klien datang ke ruang konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari
internet atau komputer, bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang ke ruang
konseling juga tidak membutuhkan bantuan dari konselor secara langsung melalui
proses konseling. Tetapi adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling
hanya ingin mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat
dari konselor.
Sebagai benda mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya bisa
bermanfaat jika dimanfaatkan oleh mereka yang memahami penggunaan masing-
masing alat tersebut. Artinya penggunaan teknologi ini akan memunculkan efek
yang baik jika dijalankan oleh mereka yang paham peralatan tersebut. Sebaliknya,
peralatan ini akan memberikan dampak negatif jika pelaksananya tidak
memahami dampak yang akan ditimbulkan. Banyak contoh kasus dampak negatif
penyalahgunaan teknologi informasi seperti beredarnya rekaman video porno di
ponsel, beredarnya video porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain
sebagainya.

G. Aplikasi Teknologi Informasi Dalam Pemeliharaan Bimbingan Dan


Konseling
1. Urgensi
Berkembangnya teknologi informasi menjadi sebuah alasan mengapa
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling perlu adanya pemeliharaan terhadap
data-data yang telah disusun ataupun dirancang sebagaimana tugas-tugas yang
telah dilaksanakan oleh seorang konselor dalam tugasnya membantu klien/konseli

11
menuju perkembangan yang optimal dengan proses-proses bimbingan dan
konseling.
Namun, di zaman yang syarat akan teknologi informasi yang canggih
ini, pemeliharaan data dalam bimbingan dan konseling perlu menjadi sebuah
pembelajaran yang wajib untuk dipelajari oleh seorang konselor. Karena sesuai
dengan kode etik seorang konselor yang harus menjaga data konseli sebagai suatu
kerahasiaan sebagaimana asas bimbingan dan data yang bersangkutan jika ingin
diberikan kepada orang-orang yang bersangkutan pula, harus ada persetujuan dari
klien/konseli tersebut. Sudah banyak hacker dan orang-orang yang memiliki
pemikiran jahil dalam membongkar sebuah data, tidak melalui virus, ataupun
internet saja. Banyak sekali jalan-jalan yang akan dilalui oleh para hacker dalam
membongkar data-data yang boleh jadi bersifat rahasia itu menjadi tidak rahasia
lagi karena sudah terbongkar.
Hal diatas menjadi sebuah gambaran begitu pentingnya menjaga data-
data konseli yang bersifat rahasia sesuai dengan asas-asas bimbingan dan
konseling. Oleh karena itu, dalam menjaga eksistensi, konsistensi, dan kompetensi
seorang konselor dalam profesionalisasinya terhadap unjuk kerja bimbingan dan
konseling khususnya terhadap aplikasi teknologi informasi dalam pemeliharaan
data bimbingan dan konseling.

2. Definisi dan Jenis Pemeliharaan


Pemeliharaan (Maintenance) adalah semua aktivitas yang berkaitan
untuk mempertahankan peralatan system dalam kondisi layak bekerja. Sebuah
system pemeliharaan yang baik akan menghilangkan variabilitas system. Taktik
pemeliharaan adalah :
1. Menerapkan dan meningkatkan pemeliharaan pencegahan
2. Meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan
Jenis pemeliharaan secara garis besar terbagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Pemeliharaan Tidak Terencana (Unschedule Maintenance)
2. Pemeliharaan Terencana (Schedule Maintenance)

12
Pemeliharaan Tidak Terencana (Unschedule Maintenance)
Aktivitas pemeliharaan jenis ini adalah mudah untuk dipahami semua orang.
Pemeliharaan jenis ini pula mengijinkan peralatan-peralatan beroperasi hingga
rusak (fail). Waktu pemeliharaanya pun tidak bisa ditentukan karena aktivitas ini
adalah dimana alat-alat mesin dioperasikan sampai rusak dan ketika rusak barulah
tenaga kerja diserahkan untuk memperbaiki dengan cara “penggantian”.

Pemeliharaan Terencana (Schedule Maintenance)


Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan diawali
sebuah pengorganisasia atau rencana-rencana terlebih dahulu, dan memiliki
pemikiran kemasa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.

Tentunya, jika melihat kedua jenis pemeliharaan diatas, Pemeliharaan Tidak


Terencana lah yang mudah dilakukan karena tidak memerlukan perencanaan
terlebih dahulu. Namun, dari segi keamanan dan kualitas, pemeliharaan
terencanalah yang lebih memiliki esensi “memelihara” dibandingkan dengan
pemeliharaan tidak terencana.

3. Sumber Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang objektif diperlukan sumber
data yang dapat memberikan keterangan data atau informasi yang dapat dipercaya
pula. Untuk itu data yang kita gali hendaknya bukan dari satu pihak saja, tetapi
dari berbagai pihak yang mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
di sekolah. Oleh karena itu, sumber data yang dapat kita hubungi dalam
memperoleh informasi mengenai program bimbingan dan konseling adalah :
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator BP;
3. Guru Matapelajaran;
4. Wali Kelas
5. Staf Sekolah lainnya seperti pegawai tata usaha;
6. Siswa dan teman terdekatnya;

13
7. Orang tua dan masyarakat, serta
8. Para ahli atau lembaga tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah.
Siapa sumber data yang perlu dihubungi? Tentunya disesuaikan dengan data atau
informasi yang diperlukan, sedangkan yang dapat bertindak sebagai evaluator
adalah terutama koordinator bimbingan dan konseling, kepala sekolah, penilik dan
pengawas sekolah.

4. Aplikasi Pemeliharaan Data Bimbingan dan Konseling


Dalam pemeliharaan data bimbingan dan konseling, aplikasi teknologi
informasi sangat mendukung dalam membantu proses pemeliharaan. Aplikasi
yang dibutuhkan pada pemeliharaan data bimbingan dan konseling tentunya yang
sesuai dengan kapasitas data dan stabilitas komputer beserta jaringan yang
digunakan. Ada beberapa aplikasi yang dapat membantu pemeliharaan data
bimbingan dan konseling diantaranya :
1. Hardware
2. Hardisk Eksternal
3. GHOST (General Hardwar Oriented System) Software
4. Backup Data
5. Antivirus
6. Tape Recorder
7. Video Recorder
Dari beberapa aplikasi diatas dapat kita gunakan sesuai dengan kapasitas sarana
dan prasarana yang dimiliki dan stabilitas komputer guna efisiensi dalam
menjalankan pemeliharaan data bimbingan dan konseling. Untuk menggunakan
aplikasi tersebut, sebaiknya kita menggunakan pemeliharaan terencana (Schedule
Maintenance). Karena dengan begitu, pemeliharaan akan ter-manage dengan baik
dan teratur sehingga memudahkan pemeliharaan data bimbingan dan konseling.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Teknologi informasi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah
gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu (brainware).
 Penggunaan teknologi informasi khususnya komputer kini sudah menjadi
mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, mulai sekolah dasar hingga ke
sekolah lanjutan atas dan sekolah kejuruan.
 Aplikasi yang dibutuhkan pada pemeliharaan data bimbingan dan konseling
tentunya yang sesuai dengan kapasitas data dan stabilitas komputer beserta
jaringan yang digunakan.
 Aplikasi yang dibutuhkan pada pemeliharaan data bimbingan dan konseling
tentunya yang sesuai dengan kapasitas data dan stabilitas komputer beserta
jaringan yang digunakan.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa saya tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu saya mengharapkan pembaca
melengkapi dan memberikan saran yang bersifat membangun.

15
DAFTAR PUSAKA

Wibowo, Ikhsan, Muzaffar. (2011). Jenis-jenis Pemeliharaan


(http://fikrienergizer.blogspot.com/2013/04/aplikasi-teknologi-informasi-
dalam.html) .

Hurairah, U. (2009). Sistem Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling


(http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/02/24/makalah-sistem-ti-dalam-bk).

http://melaafriyanti.blogspot.co.id/2013/12/aplikasi-teknologi-informasi-
dalam.html

16
MAKALAH
TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BK
APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMELIHARAAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen Pengampu : Risna Rogamelia, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Rista Nuranita 15110093


2. Shella Dwi A 15110100
3. Ulva Madyastuti 15110104
4. Nurmala Intan 15110070
5. Winie Clarisza 15110108

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2018

17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-Nya


maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dalam menjelaskan
Pengertian Aplikasi Teknologi Informasi Dalam Pemeliharaan Bimbingan Dan
Konseling
Penulis makalah merupakan salah satu tugas dan persyarat untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran Sosial Antropologi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan
kemampuan yang dimiliki.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah,Amiin Yaa Robbal ‘Alamin.

Bandarlampung, Maret 2018

Penulis

18
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. Pengertian Bimbingan dan Konseling .............................................................. 3
B. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling ........................................................ 3
C. Media (Teknologi Informasi Komunikasi) ....................................................... 5
D. Jenis-Jenis Media ............................................................................................. 5
E. Manfaat Penggunaan Media Dalam Konseling ................................................ 7
F. Kerugian Penggunaan Media dalam Konseling ................................................ 10
G. Aplikasi Teknologi Informasi Dalam Pemeliharaan Bimbingan dan
Konseling .......................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
19
20

Anda mungkin juga menyukai