Anda di halaman 1dari 10

Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

WAHABI
Oleh : Abdul
Oleh : LilikKhaliq binMuluk
Kholikul Akmil bin
Lailatul
Akmilbin KH. Thohir
Badriyah bin KH.
bin KH. Nawawi
Nawawi bin KH.
bin KH. Siradj
Thohir
(https://www.facebook.com/350724971787595)
Pemerhati Ghozul Fikri

Pendahuluan
Bissmillaahirrahmaanirrahiim,
Segala puji bagi Allah Subhaanahuta’ala, semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Sallallaahu’alaihi wassalamma, keluarganya, dan
para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga
akhir zaman.
Amma ba’d,

Siapa yang tahu wahabi itu ?! ... pada pandangan masyarakat luas, kalau di rangkum,
wahabi adalah sesat, wahabi adalah pembunuh ahlusunnah, pembunuh ulama-ulama
sunah, wahabi adalah bukan golongan ahlusunnah waljamaah, ciri-ciinya mereka
jenggotan, celana cingkrang, teroris, tidak suka dzikir, suka ke masjid, istinya memakai
jilbab lebar bahkan memakai cadar, mengharamkan Tahlilan, mengharamkan ziarah,
anti sholawat dan seterusnya, tetapi kalau ditanya siapa itu wahabi ? kebanyakan
tidak tahu menahu siapa Wahabi, dan akhirnya mengatakan “pokoknya mereka
bukan Ahlusunnah waljamaah, anti tradisi ! titik ! “.
Oleh karena itu, apa salahnya kita mempertajam lagi pengetahuan siapa itu wahabi,
secara Ilmiah, bukan berdasarkan katanya dan katanya, karena Ahlusunnah
waljamaah adalah tidak ghuluw (berlebihan) dan tidak asal dalam bersandar
beribadah (ada dalil = data), agar kita lebih jelas pada siapa itu wahabi, dalam pepatah
mengatakan tidak kenal maka tidak sayang, kalau dengan masalah wahabi ini, tak
kenal maka tak akan tesesat.
Sampai hari ini, di banyak tempat dari dunia muslim, Wahabi dipandang sebagai
aliran/sempalan yang sesat yang hendak mengubah agama Islam, dan lebih
membahayakan dibanding faham Syiah Rafidhoh.
Sebenarnya untuk menjelaskan apa itu Ahlusunah waljamaah saja sudah bisa
mewakili untuk menjelaskan pergerakan siapa itu Wahabi.

Panduan membaca artikel Ilmiah ini :


o Buka mata (wawasan), buka hati, dan cermati
o Simpan dahulu prasangka dan terbuka mau belajar secara ilmiah

1|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

Asal Mula Wahabi


Kami akan berusaha menampilkan sejarah asli yang historis dan akurat mengurai
benang merah dari inti sejarah yang dimanipulasi .
Dalam tarikh (sejarah), Wahabi ada dua jenis
o Wahabi warisan Historis yaitu firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul
pada abad ke 2 (dua) Hijriyah, yaitu sebutan Wahabi ini dinisbatkan kepada Tokoh
Sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H.
Wahabi ini merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada Ahlus Sunnah, dan
sangat jauh dari Islam.
o Wahabi warisan Kolonialisme, yang dituduhkan pada Ulama mutjahid Sunnah
yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dari Kabilah Bani Tamim.

Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (wahabi produk historis)


Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku
maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam,
dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.
Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah
Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-
Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–.
Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan
hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa
saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir
zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.“Pada akhir zaman akan muncul
suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya”.

Muhammad bin Abdul Wahab (wahabi produk penjajahan)


Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan di ‘Uyainah (Nejd) pada tahun
1115 H. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang reformis Islam yang
telah berjasa memurnikan Islam dari unsur–unsur syirik, bid’ah dan khurafat yang
merajalela di wilayah Nejd dan sekitarnya. (Abu Mujahid & Haneef Oliver, Virus
Wahabi, Toobagus Publishing, 2010, hal. 120 – 121)
Pada saat itu di Nejd sebagai tempat kelahiran sang pengibar bendera tauhid Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab sangat menonjol hal tersebut. Disebutkan oleh penulis

2|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

sejarah dan penulis biografi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, bahwa di masa itu
pengaruh keagamaan melemah di dalam tubuh kaum muslimin sehingga tersebarlah
berbagai bentuk maksiat, khurafat, syirik, bid’ah, dan sebagainya. Karena ilmu agama
mulai minim di kalangan kebanyakan kaum muslimin, sehingga praktek-praktek syirik
terjadi di sana sini seperti meminta ke kuburan wali-wali, atau meminta ke batu-batu
dan pepohonan dengan memberikan sesajian, atau mempercayai dukun, tukang
tenung dan peramal. Salah satu daerah di Nejd, namanya kampung Jubailiyah di situ
terdapat kuburan sahabat Zaid bin Khaththab (saudara Umar bin Khaththab) yang
syahid dalam perperangan melawan Musailamah Al Kadzab, manusia berbondong-
bondong ke sana untuk meminta berkah, untuk meminta berbagai hajat, begitu pula
di kampung ‘Uyainah terdapat pula sebuah pohon yang diagungkan, para manusia
juga mencari berkah ke situ, termasuk para kaum wanita yang belum juga
mendapatkan pasangan hidup meminta ke sana.
Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah) sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan
keberadaan dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para ulama dan penuntut ilmu.
Di sini tersebar kebiasaan suka bersumpah dengan selain Allah, menembok serta
membangun kubah-kubah di atas kuburan serta berdoa di sana untuk mendapatkan
kebaikan atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat pembahasan ini dalam kitab
Raudhatul Afkar karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan negeri-negeri
sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi
kurangnya ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari apa yang terjadi di
Jazirah Arab.
Karenanya dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
mengatakan : “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi
kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu hanya pada waktu senang saja,
akan tetapi mereka ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan kesyirikan pada
zaman kita senantiasa pada setiap waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat
bahaya.” Dalilnya firman Allah:

“Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan
mengikhlaskan agama padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai
ke daratan, seketika mereka kembali berbuat syirik.” (QS. al-Ankabut: 65)
Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum
munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi)
dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk MENGHANTAM

3|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang
mengajak untuk memurnikan Islam(Penegak Sunnah).
Pada masa hidupnya, aspek politik Jazirah Arab, pada saat itu, berada di bawah
kekuasaan yang terpecah-pecah, terlebih khusus daerah Nejd, perebutan kekuasaan
selalu terjadi di sepanjang waktu, sehingga hal tersebut sangat berdampak negatif
untuk kemajuan ekonomi dan pendidikan agama.
Dari segi aspek agama, pada abad (12 H / 17 M) keadaan beragama umat Islam sudah
sangat jauh menyimpang dari kemurnian Islam itu sendiri, terutama dalam aspek
aqidah, banyak sekali di sana sini praktek-praktek syirik atau bid’ah, para ulama yang
ada bukan berarti tidak mengingkari hal tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas
lingkungan mereka saja dan tidak berpengaruh secara luas, atau hilang ditelan oleh
arus gelombang yang begitu kuat dari pihak yang menentang karena jumlah mereka
yang begitu banyak di samping pengaruh kuat dari tokoh-tokoh masyarakat yang
mendukung praktek-praktek syirik dan bid’ah tersebut demi kelanggengan pengaruh
mereka atau karena mencari kepentingan duniawi di belakang itu, sebagaimana
keadaan seperti ini masih kita saksikan di tengah-tengah sebagian umat Islam,
barangkali negara kita masih dalam proses ini, di mana aliran-aliran sesat dijadikan
segi batu loncatan untuk mencapai pengaruh politik.
Syaikh Muhammad bin Manzhur An–Nu’mani dalam “Di’ayaat Mukatsafah Diddu
Asy–Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 105–106 sebagaimana dikutip oleh
Sofyan Chalid bin Idham Ruray, dalam bukunya “Salafi Antara Tuduhan dan
Kenyataan”, menyebutkan bahwa sejarah telah mencatat bahwa istilah wahabi
pertama sekali disematkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan
pengikutnya oleh penjajah Inggris ketika mereka mendapat perlawanan keras dari
para mujahid India. Seorang ulama dari Al Azhar Mesir, Syaikh Muhammad Hamid Al–
Faqi menyatakan bahwa penisbatan nama Wahabi kepada Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab salah dalam bahasa Arab, yang benar penisbatannya adalah
Muhammadiyah (bukan wahabiyah) karena nama beliau adalah Muhammad,
sedangkan Abdul Wahab adalah nama ayahnya (Sofyan Chalid: Salafi Antara Tuduhan
dan Kenyataan, Toobagus Publishing, 2011, hal. 38).
Mengkafirkan Kaum Muslimin?
Berkembang fitnah di dunia Islam bahwa Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab
mengkafirkan kaum muslimin yang tidak sependapat dengannya. Beliau juga dituduh
telah membawa agama baru yang bertentangan dengan Ahlussunnah Waljama’ah.
Isu–isu ini masih sangat hangat di Indonesia, mitos ini sudah mengakar yang
diturunkan oleh seorang guru kepada muridnya dalam bentuk dogma yang tidak
4|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

boleh dibantah. Dalam pandangan penulis, cerita–cerita tersebut adalah fitnah besar
yang sengaja dihembuskan oleh orang–orang yang tidak senang dengan dakwah
tauhid yang beliau bawa.
Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-
angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau
dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri
Islam.
Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi
di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah
tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan
Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri
sebagai kelompok yang beraliran Wahabi.
Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh
murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan
Imperialisme di masing-masing negeri Islam.
Tuduhan stigma buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah tauhid di negera Islam
hanya didasari tiga faktor:
1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran,
yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan
bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit
dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang
mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.
2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar
tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka
hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam
kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga
memberinya sebutan Wahabi.
3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah
tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang
mereka bangun untuk penghidupannya.

5|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

Evaluasi Historis Dua jenis Wahabi


Ada fatwa dari ulama Al-Lakhmi dari Afrika Utara, adalah ditujukan kepada wahabi
(Abdul Wahhab Bin Abdurrahman Bin Rustum) sang tokoh Khawarij bukan kepada
syaikh Muhammad Abdul Wahab.
Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah
Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan
antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini
semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi
adalah Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad
bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]

Al - Lakhmi

Abdul Wahhab bin Muhammad bin


Abdurrahman bin Rustum Abdul Wahhab

(Berdasarkan tahun wafat)


211 Hijriah 478 Hijriyah 1206 Hijriyah

Negeri Afrika Utara Negeri Andalusia dan Negeri Najd


Afrika Utara

Gambar Garis waktu (Time Line) wafat

Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal
bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-
abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka dia
meninggal pada tahun 211 H. , (Lihat gambar Time Line wafat diatas)
Kemudian dari tempat tinggal hidupnya saja, tentunya Al- Lakhmi memfatwakan pada
daerahnya, bukan pada negeri yang jauh (Najd). (Lihat gambar Time Line wafat diatas)
Sekarang ini muncul bantahan dari golongan yang tidak suka pada dakwah Tauhid,
yang berhaluan Syiah, yang dimaksud Al-Lakhmi adalah kalimat wahbiyah bukan
Wahhabiyah, dengan argumen mereka bahwa salah alamat kalau fatwa itu
di alamatkan ke Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum, mereka mencoba
membelokan peruntukan fatwa itu.
6|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

Kenapa Syiah ikut bermain di isu wahabi ini, karena yang paling giat dan lantang
meneriakan sesatnya Syiah adalah yang mengajarkan Tauhid dan sunnah yang murni
pada ummat.
Wahabi adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ?
Untuk menjawab sub judul ini, silahkan cari tahu pada pemikirannya di salah satu
kitab yang pernah ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah “Kitabut
Tauhid”, di dalamnya banyak berisi ayat–ayat Al Quran dan juga hadits Nabi Saw.
Dalam kitab tersebut terdapat dalil–dalil tentang keutamaan tauhid. Dalam kitab
tersebut beliau tidak pernah mengajak untuk menyembah selain Allah, dan malah
beliau adalah orang yang paling tegas dalam menolak segala jenis kesyirikan
(Muhammad bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. Abu Ismail Fuad, Yogyakarta:
Pustaka Al Haura, 2009).
Tentang aqidah yang dianut oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab juga sudah
banyak disyarah oleh para ulama, di antaranya Syarah Aqidah Muhammad bin Abdul
Wahab yang ditulis oleh Syaih Zaid bin Muhammad Al–Madkhaly. Di dalam kitab
tersebut beliau membahas secara jelas dan rinci tentang aqidah Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab (Zaid bin Muhammad Al–Madkhaly, Syarah Aqidah Muhammad bin
Abdul Wahab, terj. Hanan Hoesin Bahanan, Solo, Pustaka Ar–Rayyan, 2007).
Seorang ulama besar Saudi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al–‘Utsaimin juga telah
banyak melakukan pensyarahan terhadap kitab–kitab Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab, di antaranya Syarah Tsalasatul Ushul yang berisi tentang tiga landasan
agama; pengetahuan hamba terhadap Rabbnya, pengetahuan hamba terhadap
agamanya, pengetahuan hamba terhadap Nabinya (Muhammad bin Shalih Al–
‘Utsaimin, Syarah Tiga Landasan Agama, terj. Abu ‘Abdirrahman Muhammad, Tegal:
Ash – Shaf Media, 2009).
Dari sumber–sumber yang penulis sebutkan di atas tidak ditemukan adanya
penyelewengan ataupun kesesatan yang selama ini dituduhkan kepada Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Jika ada yang ingin meneliti lebih dalam bisa merujuk
kepada beberapa sumber tersebut dan juga sumber–sumber lain yang tidak mungkin
semuanya penulis sebutkan di sini. Penulis menyarankan untuk membaca langsung di
kitab aslinya. Namun jika tidak faham bahasa Arab, bisa juga mencari edisi
terjemahan yang sudah banyak beredar di Indonesia.

7|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

KESIMPULAN
Menarik memang menyaksikan fenomena Wahabi. Gelagat pembunuhan karakter
terhadap dakwah atau personal yang dicap sebagai pengikut Wahabi ini bukan hal
baru, melainkan telah lama terjadi. Hal ini bahkan telah diurai dengan lengkap oleh
ulama pejuang dan mantan ketua MUI yang paling karismatik, yaitu Haji Abdul Malik
Karim Amrullah atau yang biasa disapa Buya HAMKA. Siapa tak mengenal Buya
HAMKA? Kegigihan, keteguhan dan independensinya sebagai seorang ulama tidak
perlu diragukan lagi tentunya.
Buya HAMKA dengan gamblang beliau merinci berbagai fitnah terhadap Wahabi di
Indonesia,
“Seketika terjadi Pemilihan Umum , orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru
lalu, untuk alat kampanye, nama “Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi
itu adalah Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah
turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu
dahulu telah datang ke Sumatera. Dan orang-orang Sumatera yang memperjuangkan
Islam di tanah Jawa ini adalah dari keturunan kaum Wahabi.
Kini digunakan lagi baik di tingkat kelurahan sampai tingkat gubernur, untuk
kepentingan politik demi langgengnya kepemimpinan yang ia pegang. Dari situ saja
mereka tidak murni memajukan Islam tapi demi kepentingan sesuap nasi dirinya dan
keluarganya, naudzubillah mindzaalik, tetapi mereka lupa kalau sikap mereka yang
berefek fatal, yaitu membrangus dakwah sunnah dengan membenci atribut-atribut
sunnahnya.
Apa gunanya menghujat orang yang sudah meninggalkan dunia ini (syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab) Jika memang ada pendapat ataupun fatwa mereka
yang mungkin tidak bersesuaian dengan pandangan kita jangan diikuti tanpa perlu
mencela. Ulama–ulama tersebut yang oleh sebagian orang diklaim sebagai “WAHABI”
bukanlah kumpulan malaikat, mereka manusia biasa seperti kita, mereka tidak
“ma’shum”. Mereka juga tidak terlepas dari salah dan silap, namun berjiwa besarlah
terhadap kebenaran yang mereka bawa. Kita tidak bisa menafikan jasa–jasa mereka
terhadap umat ini. Jika ada kesilapan yang telah mereka lakukan jadikanlah sebagai
alasan bagi kita untuk mendoakan mereka, jangan sebaliknya menjadikan kesilapan
dan kesalahan mereka sebagai bibit kebencian dan alasan untuk menghujat para
ulama.
Ingatlah, ulama adalah pewaris para nabi. Dalam syariat Haram menghujat para
ulama.

8|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

Dari Abu ad-Darda’ berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, “Dan sesungghnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan
sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham.
Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia
telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”.[HR Abu Dawud: 3641, 3642, at-
Turmudziy: 2683, Ibnu Majah: 223, Ahmad: V/ 196 dan Ibnu Hibban. Berkata asy-
Syaikh al-Albaniy shahih].
Kemudian Al-Imam Abul Qasim Ali Ibnu Asakir berkata, ”Ketahuilah wahai saudaraku,
sesungguhnya daging para ulama itu beracun. Permusuhan Allah terhadap orang
yang melecehkan kehormatan para ulama juga sudah maklum. Dan, barangsiapa yang
menyibukkan lisannya untuk menjelek-jelekkan para ulama, maka Allah akan
menimpakan musibah kepadanya sebelum kematiannya dengan kematian hati”
(http://www.almeshkat.net/indez.php).

Dari fenomena ini, yang mendapatkan keuntungan adalah para pembela ahlul hawa
(hawa nafsu), orang-orang munfik yang mengambil keuntungan sesaat untuk
hidupnya, golongan yang tidak suka pada dakwah tauhid yaitu Syiah Rafidhoh, zionis
dan ahlul Harb (orang kafir yang memerangi ummat Islam).
Kalau sekiranya tetap akan ada “pemaksaan” penyematan Wahabi dengan ciri-ciri
fisik dan ibadah yang Nyunah (Sunah murni, menjauhi hal-hal yang bid’ah dan
subhat), seperti; Jenggotan, celana ngatung, cinta melakukan Athaghrib wa atarhib
(anjuran dan larangan) sesuai Rasulullaah tanpa pilih-pilih menurut syahwat, tidak
mendahului Allaah dan Rasulnya (tidak mengada-ada dalam beribadah), adalah
kesemuanya prilaku dan ciri-ciri Rasulullaah, maka akan saya katakan saya bangga
menjadi wahabi.
Wa Allâhu a’lam. Semoga bermanfaat dan mendapat pencerahan.

9|WAHABI
Seri Ghozul Fikri : Menyingkap Wahabi

DAFTAR PUSTAKA

Adil bin Ali Al-Furaidan, Sifat & Karakteristik Ekstrimis Khwarij, Maktabah Raudha al-
Muhibbin, September 2009
Abu Mujahid & Haneef Oliver, Virus Wahabi, Toobagus Publishing, 2010
Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, juz 11
Buya Hamka, Vonis Sesat terhadap Wahabi Direkayasa untuk Gurita Kolonialisme

Haneef James Oliver, Menyingkap Mitos Wahabi, Maktabah Raudha al-Muhibbin,


Desember 2009

Muhammad bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. Abu Ismail Fuad, Yogyakarta:
Pustaka Al Haura, 2009
Muhammad bin Shalih Al–‘Utsaimin, Syarah Tiga Landasan Agama, terj. Abu
‘Abdirrahman Muhammad, Tegal: Ash – Shaf Media, 2009
Sofyan Chalid: Salafi Antara Tuduhan dan Kenyataan, Toobagus Publishing, 2011

10 | W A H A B I

Anda mungkin juga menyukai