Anda di halaman 1dari 4

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) lebih sering digunakan sebagai pembangkit cadangan
atau pembangkit yang akan digunakan pada beban puncak saja, karena pemakian bahan bakar yang
tinggi, gas yang dibuang melalui turbin juga masih memiliki suhu yang tinggi yang masih dapat
dipakai.

penggunaan PLTG/PLTGU dapat mengurangi biaya pembangkitan listrik dan

meningkatkan tenaga listrik yang dihasilkan tanpa menambah bahan bakar serta meningkatkan
efisiensi panas .

Untuk memenuhi beberapa syarat-syarat dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi
Sebagai langkah lanjutan dalam mempelajari bidang study umum khususnya ilmu alam
dasar.Menyampaikan beberapa pendapat para ahli mengenai asal usul kehidupan dengan teori-teori
yang sudah ada.Melatih kita untuk membuat laporan untuk beberapa pelajaran yang selanjutnya.

BAB 11

PEMBAHASAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)


Pembangkit Listrik Tenaga Gas merupakan suatu pembangkit yang menggunakan gas sebagai
bahan bakarnya. Pada PLTG terdapat 3 buah siklus, yang pertama adalah siklus turbin gas ( Siklus
tenaga gas Brayton ), lalu siklus turbin gas regeneratif, dan siklus kombinasi yang merupakan
gabungan dari siklus Baryton dan siklus tenaga uap Rankine. Walaupun pembangkit tenaga gas
memiliki 3 buah siklus, tapi PLTG pada dasarnya menggunakan siklus turbin gas. Siklus turbin gas
sendiri memiliki beberapa komponen penting, diantaranya :

Cara kerja dari PLTG sendiri adalah sebagai berikut, udara dikompres di dalam kompresor,
kemudian udara dialirkan kedalam ruang pembakaran, bersamaan dengan bahan bakar yang disulut.
Gas terkembang yang memiliki suhu dan tekanan tinggi, dimasukkan ke dalam turbin gas. Turbin
berputar dan akhirnya menggerakkan generator.

Siklus turbin gas pada dasarnya bekerja berdasarkan prinsip gas Brayton atau Joule. “Siklus
ini memiliki tingkat efisiensi yang rendah, karena selain pemakian bahan bakar yang tinggi, gas yang
dibuang melalui turbin juga masih memiliki suhu yang tinggi yang masih dapat dipakai.” Karena
kelemahan – kelemahan itu, PLTG lebih sering digunakan sebagai pembangkit cadangan atau
pembangkit yang akan digunakan pada beban puncak saja.

Untuk mengatasi kelemahan – kelemahan ini, dapat digunakan siklus kombinasi. Siklus
kombinasi sendiri merupakan penggabungan dari siklus gas Brayton dengan siklus tenaga uap
Rankine atau merupakan gabungan dari PLTG dan PLTU. Siklus kombinasi sendiri bekerja dengan
memanfaatkan panas dari gas buang siklus Brayton untuk digunakan sebagai penghasil uap yang
dipakai sebagai fluida kerja pada siklus uap Rankine. Bagian dari siklus kombinasi yang digunakan
untuk menghasilkan uap tersebut adalah HRSG ( Heat Recovery Steam Generator ).

Pada siklus kombinasi, energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di siklus
Brayton, digunakan untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator), sehingga
menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan digunakan untuk memutar
sudut (baling-baling). Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada siklus Brayton akan menggerakkan
turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik.

Terdapat perbedaan utama antara siklus kombinasi dengan siklus turbin gas dan siklus turbin
gas regenratif.

 Pada siklus turbin gas, udara dikompresi lalu masuk kedalam ruang pembakaran kemudian
diteruskan ke turbin, namun gas buang yang dihasilkan masih memiliki suhu yang tinggi.
 Pada siklus turbin gas regeneratif, gas buang pada siklus turbin gas digunakan kembali
sebagai pemanas udara, pemanas udara ini dipasang sebelum ruang pembakaran. Jadi, setelah udara
dikompresi, udara akan masuk ke dalam pemanas udara, lalu menuju ke ruang pembakaran sehingga
udara yang semestinya memiliki suhu yang standar menjadi lebih panas dan efisiensi termalnya
meningkat.
Siklus Turbin Gas Regeneratif
 Pada siklus kombinasi, proses yang terjadi akan sama seperti siklus Brayton, yaitu udara
dikompresi lalu masuk kedalam ruang pembakaran kemudian diteruskan ke turbin, akan tetapi
perbedaannya gas buang yang masih memiliki suhu yang tinggi akan digunakan kembali untuk
memanaskan HRSG, yang kemudian akan menggerakkan turbin dan kemudian akan diubah oleh
generator menjadi energi listrik
Jika dilihat, pada pembangkit tenaga gas yang menggunakan siklus Brayton pada umumnya
memiliki efisiensi yang tidak begitu tinggi, yaitu dibawah 30 persen. Lalu apabila dilihat pada
pembangkit tenaga uap yang menggunakan siklus Rankine, efisiensi yang dihasilkan hanya sekitar 35
persen, tidak jauh berbeda dengan siklus Brayton. Akan tetapi apabila kedua siklus itu digabungkan,
maka sebuah pembangkit dapat mencapai efisiensi lebih dari 50 persen atau hampir mencapai 60
persen. Lebih baik lagi bilamana dapat diperoleh pemasukan gas bumi dengan harga rendah.
Selanjutnya juga dapat disebut bahwa gas bumi sering disebut sebagai bahan bakar yang "bersih"
sehingga dengan menggunakan siklus kombinasi pencemaran dapat diminimalisir. Indonesia, dalam
hal ini PT PLN (Persero), kini telah banyak mengoperasikan pembangkit dengan siklus kombinasi.

Dapat dikemukakan bahwa pada saat ini perusahaan Amerika GE (General Electric) berusaha
untuk meningkatkan efisiensi siklus kombinasi yang dapat melampaui 60 persen dengan
mempergunakan siklus kombinasi Kalina, yang mempergunakan sebagai fluida kerja suatu campuran
dari air dan amonia

Selain itu dengan menggunakan daur kombinasi gas dapat diperoleh dua keuntungan utama
yaitu: dapat menambah daya listrik dan dapat menghemat biaya bahan bakar. Penambahan daya
listrik tanpa menambah bahan bakar juga berarti akan menaikkan efisiensi termal sistem dan dapat
dinaikkan dari sekitar 24 % menjadi sekitar 42 %. Besarnya peningkatan efisiensi ini tergantung dari
temperatur air pendingin yang digunakan pada PLTU dan besarnya temperatur gas buang PLTG.
Makin dingin temperatur air pendingin dan semakin tinggi temperatur gas buangnya maka
peningkatan efisiensinya juga semakin besar. Berikut ini adalah grafik efisiensi termal antara PLTG
dan PLTGU.

Alasan lain pemilihan PLTGU adalah waktu konstruksi yang cepat sehingga bila ada lonjakan
permintaan tenaga listrik yang harus dipenuhi dalam waktu singkat dapat dibangun PLTGU secara
bertahap. Tahap pertama dibangun PLTG untuk memenuhi lonjakan permintaan, sedangkan HRSG
beserta PLTU dibangun dan dioperasikan kemudian bila permintaan tenaga listrik sudah meningkat.

PLTGU dapat dioperasikan sebagai pembangkit untuk beban puncak maupun untuk beban
dasar. Sebagai pembangkit untuk beban dasar yang perlu diperhatikan adalah kontinuitas air
pendingin, sedangkan sebagai pembangkit untuk beban pencak perlu dipertimbangkan waktu start-
up dari PLTGU. PLTG mempunyai waktu start-up yang cepat sedangkan untuk PLTU mempunyai waktu
start-up yang lambat bila dalam kondisi cold start-up. Sehingga untuk melayani beban puncak perlu
beroperasi secara warm start-up

BAB 111
PENUTUP

penggunaan PLTGU dapat mengurangi biaya pembangkitan listrik bila dibandingkan dengan
menggunakan PLTG saja. Hal ini dapat dipahami karena dengan menambahkan HRSG dan PLTU dapat
meningkatkan tenaga listrik yang dihasilkan tanpa menambah bahan bakar serta meningkatkan
efisiensi panas dari sekitar 24 % untuk PLTG menjadi sekitar 42 % untuk PLTGU.Berdasarkan harga gas
bumi sekarang ini, PLTGU masih dapat bersaing biaya pembangkitannya bila dibandingkan
dengan pembangkit listrik termal lainnya.

Di samping itu waktu pembangunan PLTGU yang cepat merupakan hal yang mendorong
dipilihnya PLTGU, khususnya untuk memenuhi lonjakan permintaan tenaga listrik.Dengan
kemungkinan pengembangan PLTGU yang cukup besar dan teknologi PLTGU di Indonesia masih
belum pernah digunakan maka perlu dipersiapkan tenaga trampil. Pembangunan PLTGU
dalam waktu dekat ini diharapkan akan memberi pengalaman dalam pengoperasian dan perawatan
PLTGU.

Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam membuat strategi perencanaan


pengembangan kelistrikan adalah terbatasnya cadangan sumber daya energi, biaya pembangkitan
untuk setiap jenis bahan bakar, dan dampak lingkungan.

Daftar pustaka

Indonesia: Optimal Result, Mei 1988.

Indonesia: The Indonesian Electricity Sector, Januari 1988.

1 April 1989.

Anda mungkin juga menyukai