PT. Krakatau Medika didirikan berdasarkan akte Notaris Ny. Tuti Setiahati K.
Soetoro SH ( Notaris di Jakarta ) No.6 tanggal 26 Februari 1996 dan berlokasi di Jalan
Semang Raya Cilegon, Banten. Rumah Sakit ini berdiri di atas tanah seluas 134.450 m2,
dengan luas bangunan 28.446m2. Akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman RI dalam Surat Keputusan No: C2-5417.HT.01.01 Tahun 1998 Tanggal 27 Mei
1996, serta di umumkan dalam Berita Acara Negara No.65 Tambahan No.4716 Tanggal 14
Agustus 1998. Mengenai sejarah terbentuknya PT. Krakatau Medika akan penulis uraikan
pada bagian ini. PT. Krakatau Medika merupakan hasil pengembangan dari Poliklinik PT
Krakatau Steel yang pada awal pendiriannya yaitu tahun 1972 hanya dikhususkan melayani
karyawan PT. Krakatau Steel. Dengan banyaknya jumlah karyawan PT. Krakatau Steel, maka
secara tidak langsung mendorong adanya tuntutan karyawan tersebut atas pelayanan dari
poliklinik PT. Krakatau Steel. Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan, maka pada
tahun 1997 pelayanannya diperluas yaitu mencakup pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA). Hal ini dikarenakan karyawan PT. Krakatau Steel menuntut agar poliklinik tidak
hanya melayani kebutuhan kesehatan karyawan, akan tetapi juga melayani kerluarga
karyawan.
Agar Rumah Sakit Krakatau Steel dapat mengelola rumah tangganya sendiri secara
leluasa, maka mulai tanggal 01 Maret 1994 berdasarkan SK Direksi Nomor 25/C/DU-
KS/Kpts/1994 tanggal 28 Februari 1994 Rumah Sakit Krakatau Steel berstatus otonom.
Menindak lanjuti hal tersebut, PT. Krakatau Steel pada tahun 1996 melaksanakan program
restrukturisasi. Dengan demikian Rumah Sakit Krakatau Steel dikeluarkan dari struktur
organisasi PT. Krakatau Steel. Hal ini dilakukan agar rumah sakit dapat berkembang lebih
professional.
Setelah melihat perkembangan selama Rumah Sakit Krakatau Steel berstatus otonom
dan dalam rangka menindak lanjuti program restrukturisasi maka pihak PT. Krakatau Steel
memandang perlu untuk melepas secara penuh Rumah Sakit Krakatau steel, walaupun
keterlibatannya dari sisi kapital besar sekali. Dalam merealisasi program tersebut maka
didirikanlah PT. Krakatau Medika sebagai pengelola Rumah Sakit Krakatau Steel.
“KERIS” adalah budaya perusahaan PT Krakatau Medika yang merupakan singkatan dari
Komitmen, Empati, Ramah, Ikhlas, Sigap. Dengan nilai budaya itu, setiap insan yang bekerja
di PT Krakatau Medika senantiasa memberikan yang terbaik kepada pelanggan dan
perusahaan, yang mana kalimat KERIS itu mempunyai makna tersendiri setiap hurufnya
seperti berikut ini :
Komitmen :
Empati.
Perasaan diman kita ikut mersakan dan memahami orang lain.
Ramah.
Senyum : Diikuti dengan tatapan mata yang bersahabat.
Salam : Sesuai dengan kebiasaan sebagian besar masyarakat.
Sapa : Dengan tutur kata yang enak didengar dan menyejukkan hati
Ikhlas.
Berlandaskan ridha Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa pamrih, jujur dalam berupaya
sabar dalam menghadapi sesuatu “Setia pada Perusahaan”
Sigap.
Cepat dengan skala prioritas penyelesaian pekerjaan.
Tepat berdasarkan ketentuan data yang ada.
Fleksibel dengan mempertimbangkan baik buruk hubungan sebab akibatnya
Rumah Sakit Krakatau Medika adalah rumah sakit Kelas B berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.03.05 I/1721/11 tanggal 07 Juli 2011.
Jl. Semang Raya No.1, Kotabumi, Kec. Purwakarta, Kota Cilegon, Banten 42435, No.
Telepon : (0254) 396333 Website : www.krakataumedika.com Email : pemasaran
marketing@krakataumedika.com
Struktur organisasi bagian Pendidikan dan Pelatihan (DikLat) Rumah Sakit Krakatau
Medika sebagai berikut :
Sumber : Bagian DikLat Rumah Sakit Krakatau Medika.
Selain itu tata laksana kegiatan diklat Rumah Sakit Krakatau Medika yaitu mengikuti siklus
yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Training Need Assesment (TNA)
TNA merupakan analisis kebutuhan diklat yang bertujuan menemukan suatu
kesenjangan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku karyawan pada
suatu unit organisasi kerja yang ditingkatkan melalui diklat. Dalam merumuskan TNA ada
beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Dasar, tujuan dan 6upervi pengajuan program diklat harus sesuai dengan program
kerja unit yang sudah disahkan dalam RKAP
b. Standar kompetensi untuk unit khusus yang dipersyaratkan sesuai peraturan yang
berlaku.
c. Kebutuhan pengembangan organisasi.
d. Masukan dari hasil evaluasi dan 6upervise dalam rangka menurunkan gap
kompetensi.
e. Masalah – masalah lainnya yang terkait dengan kompetensi dan kualifikasi.
4. Training Evaluation
Adalah tahapan evaluasi dari hasil pelaksanaan diklat yang terdiri dari :
a. Evaluasi proses
b. Evaluasi peserta (nilai)
c. Evaluasi pengajar.
1. Diklat Orientasi.
Diklat ini ditujukan bagi karyawan baru, outsourcing, peserta praktek kerja lapangan
(PKL), peserta magang, masa kerja 0-3 bulan yang berupa pemahaman mengenai orientasi
kerja, Visi Misi Rumah Sakit.
1.1 Orientasi Umum.
Adalah kegiatan yang berupaya memperkenalkan kepada pegawai baru,
peserta magang dan peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL) tentang struktur organisasi
rumah sakit pelayanan yang tersedia, program – program yang dijalankan di Rumah
Sakit kebijakan – kebijakan yang ada di dalam organisasi, nilai/keyakinan/budaya di
dalam organisasi juga memperkenalkan pejabat dan rekan kerja di dalam organisasi.
1.2 Orientasi Khusus.
Adalah kegiatan yang berupaya memperkenalkan pegawai baru pada
pekerjaan dan ruangan tempat mereka bekerja sesuai dengan penempatan karyawan
baru di unit kerja masing – masing. Masa orientasi 1 bulan di Rumah Sakit.
2. Program Pelatihan
Program pelatihan adalah upaya pengembangan wawasan dan kemampuan sumber
daya manusia guna meningkatkan pengetahuan, sikap, mental, profesionalisme, produktifitas,
serta kualitas secara optimal, yang dilaksanakan ;
2.1 Di Dalam Perusahaan.
Diklat ini ditujukan bagi seluruh karyawan dalam bentuk penyegaran,
contohnya ; Diklat Cuci Tangan (PPIRS), Bantuan Hidup Dasar (BHD), Patient
Safety, Orientasi Karyawan untuk product baru rumah sakit, Disaster Plan dan
Peningkatan Mutu Pelayanan (Service Excellent). Dengan adanya diklat penyegaran
diharapkan karyawan dapat terus mengingat dan mengaplikasikan dalam
pekerjaannya.
2.2 Di Luar Perusahaan.
Diklat ini ditunjukan bagi seluruh karyawan dengan materi pelatihan meliputi ;
Medis, Keperawatan, Manajemen dan Umum dalam bentuk pelatihan berupa ; Kursus,
Workshop, Seminar dan Lokakarya. Perusahaan dapat menyelenggarakan pelatihan
bekerjasama dengan perhimpunan Lembaga atau Institusi Pelatihan yang diakui oleh
Instansi yang berwenang. Pelaksanaan Program Pelatihan diatur dengan persyaratan
khusus bagi karyawan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Persyaratan Peserta Pelatihan
Peserta Pelatihan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ;
1) Karyawan PT Krakatau Medika
2) Tenaga Medis ; Dokter Penuh Waktu dan Dokter Paruh Waktu dengan
persetujuan Direktur Rumah Sakit.
3) Memiliki Masa kerja sekurang – kurangnya 3 (tiga) bulan.
4) Bersedia menandatangani Surat Perjanjian Ikatan Dinas.
b. Kewajiban Peserta Pelatihan.
Setelah menjalani Pelatihan, karyawan peserta pelatihan berkewajiban ;
1) Menyerahkan fotocopy sertifikat dan (soft/hard copy) pelatihan kebagian
pendidikan & pelatihan
2) Mensosialisasikan / Transfer Kwowledge hasil pelatihan kepada teman sejawat
di unit kerja karyawan peserta pelatihan.
c. Ikatan Dinas.
Selain kewajiban tersebutdi pasal 3 (tiga) Peserta Pelatihan berkewajiban
menjalani masa Ikatan Dinas pada Perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut ;
1) Lama pelatihan 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) bulan, masa Ikatan Dinas
adalah 1 (satu) Tahun.
2) Lama Pelatihan lebih 2 (dua) bulan sampai dengan 3 (tiga) bulan, masa Ikatan
Dinas 1,5 (satu setengah) Tahun.
d. Biaya Pelatihan.
1) Perusahaan menanggung biaya pelatihan dan perjalanan dinas Peserta
Pelatihan serta biaya penunjang (modul soft/hard copy) pelatihan.
2) Perusahaan memberikan uang saku bagi Peserta Pelatihan yang mengikuti
seminar atau Pelatihan dan sejenisnya diluar jam kerja untuk daerah Serang –
Cilegon.
3) Ketentuan ayat poin 2 di atas ini tidak berlaku bagi Peserta Pelatihan yang
mengikuti Seminar atau Pelatihan yang dilaksanakan oleh Perusahaan.
e. Biaya Pelatihan Dari pihak Ketiga.
1) Apabila ada pihak Ketiga yang menanggung sebagian atau seluruh biaya
pelatihan karyawan baik didalam atau diluar negeri diatur maka Pihak Ketiga
membuat surat keterangan menanggung sebagian atau seluruh biaya Peserta
Pelatihan yang ditujukan kepada Manager SDM.
2) Apabila jumlah uang disediakan Pihak Ketiga untuk biaya pelatihan dan atau
biaya hidup lebih kecil dari yang seharusnya disediakan Perusahaan maka
Perusahaan menambah sebesar selisihnya.
f. Status Karyawan Yang Mengikuti Pelatihan.
1) Karyawan yang mengikuti pelatihan, tetap berstatus sebagai karyawan PT
Krakatau Medika.
2) Karyawan yang mengikuti Pelatihan secara paruh waktu tetap pada status
jabatannya.
g. Sanksi
Karyawan peserta pelatihan yang menjalani masa Ikatan Dinas akan
dikenakan sanksi ganti rugi oleh perusahaan sebesar biaya yang dikeluarkan
perusahaan selama pelatihan bilamana ternyata karyawan yang bersangkutan
berhenti bekerja di perusahaan atas permintaan sendiri atau diputuskan hubungan
kerjanya tidak hormat oleh perusahaan selama karyawan menjalani Ikatan Dinas.
3. Pendidikan Berkelanjutan.
Diklat ini ditujukan bagi karyawan yang mengajukan Pendidikan Formal penuh /
paruh waktu dengan mempertimbangkan kebutuhan perusahaan, periode waktu pelaksanaan
pendidikan yang diatur dengan persyaratan khusus dan pelaksanaan program pendidikan
formal bagi karyawan PT Krakatau Medika ;
a. Karyawan yang dapat mengikuti pendidikan Formal dengan persyaratan sebagai berikut;
1) Karyawan Tetap atau Perbantuan.
2) Jumlah Karyawan yang mengikuti Pendidikan Formal sekurang – kurangnya
berjumlah 2 (dua) orang pertahun per Departemen.
3) Memiliki masa kerja sekurang – kurangnya 5 (lima) tahun (termasuk masa kerja
sebagai karyawan kontrak), atau setelah yang bersangkutan selesai menjalani Ikatan
Dinas pendidikan formal sebelumnya.
4) Bagi karyawan perbantuan, sekurang – kurangnya telah bekerja di PT Krakatau
Medika selama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal penempatan karyawan
bersangkutan.
5) Berijazah sesuai dengan yang dipersyaratkan.
6) Batas usia karyawan pada sa’at mulai mengikuti pendidikan adalah ;
a) Maksimum 45 tahun bagi pendidikan Strata 1 atau D IV.
b) Maksimum 50 tahun bagi pendidikan Strata 2 bila pendidikan dilaksanakan penuh
/ paruh waktu.
c) Maksimum50 tahun bagi pendidikan Spesialisasi.
d) Persetujuan Suami atau istri.
7) Bersedia menandatangani Surat Perjanjian Ikatan Dinas bagi karyawan yang
mendapat bantuan biaya dari perusahaan atau mendapatkan ijin dari perusahaan
dengan pelaksanaan pendidikan penuh / paruh waktu.
III.2.3. Pelaporan.
Pelaporan dibuat setelah pelaksanaan diklat dalam bentuk laporan :
1. Laporan Bulanan.
2. Laporan Tahunan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai
(U+S+G). Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling besar.
Penentuan prioritas pada masalah-masalah yang ditemukan dengan Metode USG
yaitu sebagai berikut :
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH (Metode USG) :
NO MASALAH U S G NILAI
1 Manajemen waktu tidak efektif dan efisien sewaktu tiap – 4 4 5 13
tiap unit di seluruh instalsi rumah sakit dalam
mengajukan proposal training (seminar) karena tidak
sesuai dengan program kerja anggaran unit di instalasi
tersebut.
2 Staff Diklat hanya seorang diri dan mempunyai tugas 3 4 5 12
rangkap dengan bidang kerja lain sehingga terkadang
menimbulkan konflik, stress kerja meningkat, motivasi
menurun didalam bekerja.
Keterangan :
U = Urgency ; S = Seriousness ; G = Growth
Dari hasil perhitungan tersebut maka masalah utama yang menjadi prioritas adalah :
Manajemen waktu tidak efektif dan efisien sewaktu tiap – tiap unit di seluruh instalsi
rumah sakit dalam mengajukan proposal training (seminar) karena tidak sesuai dengan
program kerja anggaran unit di instalasi tersebut.
Menganalisa hambatan dan masalah yang terjadi di tiap – tiap unit seluruh instalasi
rumah sakit. didalam proses pengajuan proposal training (seminar).
Manager SDM dan Bagian Umum beserta Staf Diklat beserta para manager –
manager (beserta kepala instalasinya) yang membawahi tiap – tiap unit diseluruh
instalasi rumah sakit mengadakan pertemuan untuk membahas hambatan dan masalah
terhadap ketidaksesuaian antara program kerja anggaran tiap – tiap unit di seluruh
instalasi didalam proses pengajuan proposal training (seminar) yang diajukan kepada
bagian diklat.
Memberikan ketetapan (tidak bersifat sewaktu-waktu dan harus sesuai dengan
program kerja anggaran unit di seluruh intalasi rumah sakit) terhadap proses
pengajuan proposal training (seminar).
CHECK
ACTION
BAB V
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran.
Mengadakan pertemuan berkala internal Bagian Diklat dengan seluruh kepala unit
kerja (kepala Instalasi).
Bagian Diklat melakukan evaluasi bersama dengan Kepala Unit kerja (Kepala
Instalasi) lain diseluruh rumah sakit terkait proses pengajuan proposal training
(seminar).
Membuat laporan bulanan terhadap pengajuan training (seminar).
III.6. Masalah yang Ada pada Proses.
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaan residensi
adalah sebagai berikut:
1) Pengamatan (observasi), mengumpulkan data melalui pengamatan langsung selama
berjalannya residensi dengan cara melihat dan ikut serta selama kegiatan yang
berlangsung di Unit Rawat Inap
2) Wawancara dengan Manager Pelayanan Medis dan Departemen keperawatan,
Kepala Instalasi Rawat Inap 1 dan 2 dan Kepala Komite Keperawatan, serta Kepala
ruangan.
3) Data sekunder berupa Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap, Komite
Keperawatan dan Struktur Organisasi Manager Pelayanan Medis dan Departemen
Keperawatan, Alur proses pengajuan kebutuhan tenaga perawat atau bidan, Alur
proses Kredensial Keperawatan, Standar-standar Prosedur Operasional (SPO) di
Unit Keperawatan, data perawat yang tugas ganda di Unit Rawat Inap Intensif dan
Tindakan Khusus.
4) Studi kepustakaan, dalam mengumpulkan data mahasiswa mempelajari data-data
yang dibutuhkan dari buku-buku panduan dan regulasi atau standar, kemudian
dibandingkan dengan keadaan di lapangan.
Adapun kendala yang ditemui baik saat observasi maupun saat wawancara, antara lain
sebagai berikut :
(1) Timbul konflik, stres meningkat, motivasi kerja menurun pada Perawat dengan
tugas ganda karena fungsi pelayanan keperawatan sulit dilaksanakan dalam waktu
bersamaan, tidak menentunya tugas tambahan tersebut karena bersifat tiba-tiba, ini
mengakibatkan antara tanggung jawab dan hasil tidak sesuai harapan.
(2) Manajemen waktu tidak efektif pada Perawat dengan tugas ganda untuk
menyelesaikan beberapa tugas dalam waktu bersamaan.
(3) Fungsi koordinasi pelayanan keperawatan (perencanaan, penggerakan dan
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian) tidak optimal dilaksanakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai
(U+S+G). Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling besar.
Penentuan prioritas pada masalah-masalah yang ditemukan dengan Metode USG
yaitu sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan tersebut maka masalah utama yang menjadi prioritas adalah :
Timbul konflik, Stress kerja meningkat, dan Motivasi kerja menurun pada perawat
dengan tugas ganda, sehingga akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan,
tidak sesuai yang diharapkan oleh rumah sakit.
Ini semua akan menyebabkan tidak efektifnya seorang perawat dalam pembagian
waktu sehingga fungsi - fungsi koordinasi keperawatan (fungsi Perencanaan,
Penggerak dan Pelaksanaan, Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) tidak
optimal dilaksanakan.
IV.2. Analisis Pemecahan Masalah Dengan Analisis Fish Bone dan Siklus PDCA
Dalam upaya pemecahan masalah digunakan metode siklus deming atau sering
disebut siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Siklus PDCA yang selanjutnya telah
dimodifikasi menjadi PDSA (Plan, Do, Study, Action). Siklus tersebut merupakan empat
langkah interaktif dalam pengendalian kualitas.
PLAN
Mengidentifikasi hambatan dan permasalahan pada proses pelayanan keperawatan
sehubungan adanya Perawat dengan tugas ganda.
DO
Menganalisa hambatan dan masalah yang terjadi di unit perawatan.
Mengkaji ulang uraian tugas perawat dengan tugas ganda.
Menganalisa permasalahan yang ada pada personil Perawat dengan tugas ganda.
Menganalisa beban kerja perawat.
Mempertimbangkan kebijakan perawat dengantugas ganda.
Mengadakan pelatihan internal / eksternal untuk perawat sesuai kebutuhan RS.
Memberikan ketetapan (tidak bersifat sewaktu-waktu) terhadap tugas tambahan diluar
tugas asuhan keperawatan yang akan diemban oleh perawat.
Mengaktifkan fungsi koordinasi sesuai uraian tugas masing-masing.
Mengkaji kelengkapan sertifikasi perawat sesuai standar Akreditasi RS.
Memberikan reward untuk setiap tugas yang diganda sebagai salah satu motivasi
kerja.
CHECK
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap proses pelayanan keperawatan.
Melakukan evaluasi terhadap kinerja perawat dengan tugas ganda.
Memberikan solusi bila terjadi permasalahan.
ACTION
Mengadakan pertemuan berkala internal Keperawatan
MengadakanDiklat internal/eksternal terjadwal.
Membuat laporan
JADWAL KEGIATAN
Mengadakan pertemuan
berkala internal
Keperawatan
Mengadakan Diklat
internal/eksternal terjadwal
BAB V
V.1. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan residensi mengenai Perawat dengan tugas ganda di Unit rawat
inap tampak tidak sistematis dalam penyelesaian pekerjaan karena tugas-tugas yang dihadapi
menuntut diselesaikan bersamaan dalam satu rentang jam kerja dalam sehari. Sehingga
timbul konflik, stres meningkat, serta motivasi kerja menurun berdampak kurang optimal
pada pelayanan karenatidak efektif dalam membagi waktu untuk menjalankan perannya
sesuai uraian tugas. Masalah lain yang timbul adalah fungsi-fungsi koordinasi keperawatan
(perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian) tidak
optimal terlaksana. Kondisi ini harus disiasati dengan baik agar mutu pelayanan keperawatan
sesuai standar Rumah Sakit.
Adapun hal-hal yang diharapkan dapat dilaksanakan pihak rumah sakit dalam
mengatasi kendala yang ada pada Perawat dengan tugas ganda,dan untuk menjaga mutu
pelayanan keperawatan agar tetap baik,antara lain :
1 Menghitung kebutuhan tenaga perawat untuk jabatan yang saat ini diganda tugas.
2 Direksi dan manajemen menganalisa dan mempertimbangkan kebijakan tentang
Perawat dengan tugas ganda untuk beberapa jabatan struktural maupun fungsional,
prioritas di Unit Rawat Inap.
3 Melakukan pengkajian proses manajemen keperawatan di Unit Rawat Inap.
4 Mengevaluasi fungsi - fungsi koordinasi keperawatan (perencanaan, penggerakan dan
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian) di seluruh unit keperawatan.
5 Melakukan evaluasi penilaian kinerja seluruh tenaga keperawatan.
V.2. Saran.
Dari pelaksanaan residensi tentang Perawat dengan tugas ganda di UnitIntensif dan
Tindakan Khusus Rumah Sakit Krakatau Medika ada beberapa hal yang disarankan antara
lain :
Pengelolaan tenaga keperawatan secara optimal untuk mencapai pelayanan
keperawatan yang sesuai standar RS.
Menghitung rata-rata waktu penggunaan kegiatan keperawatan (analisa beban kerja)
untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga.
Mengadakan pelatihan secara rutin yang berkaitan dengan kegiatan asuhan
keperawatan.
Mengadakan pertemuan berkala internal keperawatan untuk evaluasi.
Mempertimbangkan kebijakan mengenai Perawat yang meganda beberapa jabatan
struktural maupun fungsional.
Sebagai penutup ada beberapa hal yang dapat kami rekomendasikan sebagai bahan
evaluasi antara lain :