Kelompok 6 - Makalah STL - 1B Pendas
Kelompok 6 - Makalah STL - 1B Pendas
Disusun oleh:
Kelompok 6
Maya Kuswaty (1707283)
Wulan Asri Nia SS (1706858)
Guna Aji Nugraha (1707137)
Amadhila Elina P (1708161)
KELAS 1B
PRODI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
A. LATAR BELAKANG STL
Sains (science) didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan (Abidin, dkk, 2017:132).
Sebagian besar science hanya dipandang sebagai ilmu yang membahas segala tentang alam
(IPA). Sains berasal dari kata natural science atau science, yaitu ilmu-ilmu alam yang
kajiannya meliputi fisika, kimia, dan biologi, serta ilmu-ilmu yang serumpun, seperti geologi
dan astronomi. Sains merupakan suatu kajian keilmuan yang berfokus dan menjelaskan
fenomena alam beserta interaksinya (meliputi interaksi materi dan energi, serta melibatkan
komponen biotik dan abiotik). Science dalam arti sederhana sebagai ilmu pengetahuan yang
menyeluruh pada berbagai aspek. Pembelajaran sains sudah dibelajarkan sejak usia dini hingga
taraf perguruan tinggi dengan konsentrasi yang lebih mendalam. Hakikatnya pembelajaran
sains haruslah diterima oleh peserta didik dengan pemahaman dan dimaknai dalam kehidupan.
Scientific dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ilmiah. Ilmiah dalam kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI) online diartikan secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah)
ilmu pengetahuan. Ilmiah menjadi sifat dari suatu ilmu. Peserta didik melewati proses belajar
baik di lingkungan belajar formal maupun informal dengan mengembangkan kemampuan
berpikir secara ilmiah dan bersikap secara ilmiah sebagai manifestasi dari hasil belajar.
Teknologi umumnya disebut sebagai alat, media elektronik seperti TV, ponsel,
komputer, dan sebagainya. Namun, apakah teknologi hanya sebatas alat-alat canggih yang
digunakan manusia untuk memudahkan kehidupannya?. Kline dalam Bell (2006:43) definisi
teknologi dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai hal, tindakan, proses, metode dan
sistem. Makna teknologi secara nyata sebagai aktivitas atau cara yang dilakukan untuk
memeroleh sesuatu. Media elektronik yang kita kenal merupakan hasil olah ilmu pengetahuan,
kreativitas dan proses berteknologi tingkat tinggi sehingga tercipta hasil karya yang bermanfaat
dan membantu pekerjaan manusia.
Literasi secara tradisional dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis
(Abidin, dkk, 2017:1). Cakupan sederhana dari pandangan lietrasi secara tradisional
menyatakan seseorang dianggap literat jika sudah mampu membaca dan menulis. Padangan
demikian berkembang seiring berjalannya waktu. Kini literasi lebih dari membaca dan
menulis. Membaca dan menulis beralih menjadi wahana untuk berliterasi. Eisner (Abidin, dkk,
2017:4) berpendapat bahwa literasi dapat dipandang sebagai cara untuk menemukan dan
membuat makna dari berbagai bentuk representasi yang ada disekitar kita. Kini perkembangan
makna literasi menyeluruh sebagai bentuk kemampuan dalam memaknai, memecahkan
masalah terkait berbagai aspek kehidupan diantaranya pendidikan, sosial, ekonomi, media,
teknologi, bahasa dan sebagainya. Dimana harus ada keutuhan dalam memahaminya dan
bukan sebagai bilik-bilik pemisah yang fungsinya berbeda namun saling menguatkan satu
sama lain.
Science, scientific, teknologi, dan literasi saling berkaitan. Berbagai aspek kehidupan
tak luput dari peran science dan teknologi. Perkembangan zaman mengantarkan manusia
berkembang mengolah pengetahuan, ide, teknologi sehingga apapun manusia ciptakan dan
tuangkan dalam bentuk benda yang bernilai manfaat. Demikian merupakan faktor dari proses
Pendidikan. Belajar sebagai wahana Pendidikan yang dilakukan manusia dalam memeroleh
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu scince, scientific, teknologi, dan literasi dalam
bidang pendidikan menjadi bentuk integrasi yang harmoni. Peserta didik sebagai subjek
penjelajah dan pelaku masa depan diharuskan memiliki kemampuan literasi ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga akan siap dalam menghadapi dimensi waktu yang berkembang.
Pendidik mempunyai peran untuk mengantar peserta didik siap, hal tersebut dapat dilakukan
guru dengan memilih pendekatan pembelajaran yang mengandung unsur literat ilmu
pengetahuan dan teknologi terbarukan.
Scientific and Technological Literacy (STL) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang dikembangan untuk menjawab kebutuhan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini mulai didengungkan setelah berkembangnya
pendekatan science technology society (STS) oleh Ludwig pada tahun 1930 (Bauchspies,
Croissant, & Restivo, 2006:2). UNESCO sebagai organisasi PBB yang fokus pada
pengembangan Pendidikan bersama beberapa organisasi dunia meluncurkan proyek "2000+:
Scientific and Technological Literacy for All" yang dimulai pada tahun 1993.
Pada sebuah Forum Internasional pada tahun 1993, 400 peserta dari 80 negara bertemu
di Paris untuk membentuk agenda global yang mendukung individu, institusi, organisasi dan
pemerintah yang bekerja untuk reformasi dan revitalisasi pendidikan sains dan teknologi di
semua tingkat. Deklarasi Project 2000+ menemukan kekuatan pendorongnya dalam “Deklarasi
Pendidikan Dunia untuk Semua”, kelanjutan dari Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan
Pembangunan. Ini menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan bergantung pada populasi
ilmiah dan teknologi yang terpelajar dan meminta kepentingan pemerintah, industri, sektor
publik dan sektor swasta untuk meninjau ketentuan pendidikan. Prioritas harus diberikan untuk
menyediakan akses yang setara bagi semua anak laki-laki dan anak perempuan, terhadap sains
dan teknologi. Menyerukan agar penyediaan pendidikan guru terus berlanjut di bidang ini agar
satuan tugas dibentuk untuk mendorong literasi ilmiah dan teknologi untuk semua orang
dengan mengembangkan kegiatan pendidikan yang dirancang untuk menetapkan sains dan
aplikasinya di lingkungan sosial dan budaya yang lebih luas (Whittle dan Goel, 1999:5).
Peluncuran STL sebagai inovasi pendidikan, UNESCO bekerja sama dengan berbagai
pihak dan organisasi pemerintah, swasta, maupun LSM, diantaranya United Nations
Children’s Fund (UNICEF), United Nations Development Programme (UNDP), United
Nations Environmental Programme Commonwealth Secretariat (UNEP), International
Council of Scientific Unions (ICSU), International Council of Associations for Science
Education (ICASE), International Organisation for Science and Technology Education
(IOSTE), Gender and Science and Technology (GASAT), World Council of Associations for
Technology Education The World Bank (WOCATE) mengikuti rekomendasi Konferensi
Dunia tentang Pendidikan untuk Semua pada Konferensi Jomtien (Whittle dan Goel, 1999:2).
Deklarasi 1993 mendesak LSM dan pemerintah untuk bekerja sama untuk memajukan
kemampuan negara-negara dalam merancang, merencanakan dan melaksanakan program
untuk meningkatkan literasi keilmuan dan teknologi untuk semua. Merekomendasikan agar
UNESCO membuat ketentuan selama dekade ini untuk sebuah program kerjasama
internasional di bidang pendidikan sains dan teknologi. Program ini difokuskan pada
penguatan jaringan regional dan sub regional untuk pertukaran gagasan, informasi, sumber
daya manusia dan material.
Tujuan Proyek 2000+ mengakui meningkatnya kebutuhan akan masyarakat yang
terpelajar secara ilmiah dan berteknologi dan berusaha untuk:
1. Mengidentifikasi cara mempromosikan pengembangan literasi ilmiah dan teknologi untuk
semua.
2. Menciptakan program pendidikan (baik formal maupun non formal) sedemikian rupa
memberdayakan semua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dan juga produktif
dalam masyarakat teknologi.
3. Mendorong pembentukan satuan tugas nasional yang melibatkan personil dari pemerintah
dan organisasi non-pemerintah (LSM) untuk memulai program literasi ilmiah dan
teknologi yang lebih besar dan untuk mengidentifikasi dan mendukung proyek yang
mempromosikan aspek yang diinginkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi melek huruf.
4. Mendukung pengembangan berbagai proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan produktivitas di masyarakat, dan itu mengarah pada peningkatan solidaritas
dan kerja sama dalam mencapai literasi ilmiah dan teknologi untuk semua.
5. Memberikan panduan untuk pengembangan profesional berkelanjutan sains dan pendidik
teknologi dan pemimpin.
6. Mendukung evaluasi program yang ada dan yang diproyeksikan untuk memastikan
keilmuan dan tujuan literasi teknologi terpenuhi.
Filosofi pendekatan pembelajaran STL adalah pembelajaran konsep sains yang
merupakan sebuah komponen penting dari Pendidikan sains yang memasukkan pula isu-isu
sosial. Komponen konsep sains dalam pembelajaran berbasis STL merupakan faktor penting
dalam pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah dan membantu siswa dalam hal
penyelesaian masalah. Untuk itu, dalam pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi ini
diperkenalkan peta konsekuensi. Peta konsekuensi ini diawali dengan isu-isu sosial yang
berkaitan dengan materi dan diakhiri dengan pengambilan keputusan guna melakukan tindakan
yang tepat dalam usaha pemecahan masalah dari isu sosial yang ditampilkan sebelumnya. Isu-
isu sosial dapat berasal dari berita, koran, majalah, artikel, dan sebagainya (Permanasari,
Kaniawati, dan Ratnawulan, 2014:17-18).
Secara khusus Tujuan Proyek 2000+ adalah untuk membagikan gagasan dan untuk
merangsang guru di negara atau wilayah baru untuk mengembangkan dan menulis materi STL
lokal mereka sesuai dengan kebutuhan siswa mereka sendiri (Whittle dan Goel, 1999:6).
Penerapan pendekatan STL diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tinggi
yang dimiliki peserta didik berdasarkan situasi sosio-ilmiah serta diselarasaskan dengan literasi
perkembangan teknologi mutakhir.
C. PRINSIP-PRINSIP STL
Ada beberapa prinsip STL yang di kemukakan oleh Holbrook (2000) diantaranya:
1. Menggunakan konsep sains dan teknologi, serta adanya pemahaman nilai-nilai etnik,
memecahkan masalah sehari-hari dan membuat keputusan yang bertanggung jawab
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bekerja dan bersenang-senang.
2. Melakukan tindakan pribadi dan masyarakat sipil yang bertanggung jawab setelah
mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi dari pilihan alternatif.
3. Membela keputusan dan tindakan menggunakan argumen rasional berdasarkan bukti.
4. Terlibat dalam sains dan teknologi untuk kegembiraan dan penjelasan yang mereka
berikan.
5. Menampilkan keingintahuan dan apresiasi dunia alami dan buatan manusia.
6. Menerapkan skeptisisme, metode hati-hati, penalaran logis, dan kreativitas dalam
menyelidiki alam semesta yang dapat diamati.
7. Nilai penelitian ilmiah dan pemecahan masalah teknologi.
8. Menempatkan, mengumpulkan, menganalisa, dan mengevaluasi sumber informasi
ilmiah dan teknologi dan menggunakan sumber-sumber ini dalam pemecahan masalah,
membuat keputusan, dan mengambil tindakan.
9. Membedakan antara bukti ilmiah dan teknologi dan pendapat pribadi dan antara
informasi yang andal dan tidak dapat dipercaya.
10. Tetap terbuka terhadap bukti baru dan tentatif pengetahuan ilmiah / teknologi.
11. Mengakui bahwa sains dan teknologi adalah usaha manusia.
12. Menimbang manfaat dan beban perkembangan ilmiah dan teknologi.
13. Mengakui kekuatan dan keterbatasan sains dan teknologi untuk memajukan
kesejahteraan manusia.
14. Menganalisis interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat.
15. Menghubungkan sains dan teknologi dengan usaha manusia lainnya, misalnya sejarah,
matematika, seni, dan humaniora.
16. Mempertimbangkan aspek politik, ekonomi, moral dan etika ilmu pengetahuan dan
teknologi karena berkaitan dengan masalah pribadi dan global.
17. Menawarkan penjelasan fenomena alam yang bisa diuji validitasnya.
Pendekatan konten yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran STL (UNESCO,
2001: 48-49):
1. Pendekatan Dasar (konsep sains)
Dalam pendekatan fundamental-pertama (pendekatan 1), penekanannya biasanya pada
sebuah studi sistematis pada tingkat lebih kecil. Dalam kursus kimia awal, proton,
neutron, dan elektron yang mengarah ke struktur atom dan ikatan. Berdasarkan hal
tersebut, formula dan persamaan dapat ditulis dan proses seperti elektrolisis dan karat
dapat dijelaskan. Semuanya sangat logis, sangat sistematis, tapi itu berarti ada banyak
belajar untuk sedikit hubungan (setidaknya untuk sebagian besar bagian awal kursus)
dengan dunia di sekitar kita. Ini tidak mengarah pada pengajaran STL.
2. Pendekatan Sosial (isu)
Pendekatan alternatif (pendekatan 2) mengakui teknologi di masyarakat sekitar kita.
Ini mengenali keprihatinan masyarakat, keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani masalah ilmiah di masyarakat, dan kedalaman pemahaman diperlukan
untuk mendapatkan beberapa pemahaman untuk pemecahan masalah. Ini dimulai
dengan teknologi masyarakat dan khususnya masalah yang kita hadapi berkaitan
dengan bidang-bidang seperti sumber daya, kesehatan, makanan, lingkungan, masalah
energi, kebutuhan industri dan bagaimana kita dapat berkomunikasi. Pendekatan
alternatif ini menggunakan lebih banyak judul sosial dan mendekati konsep sains
melalui isu dan keprihatinan di masyarakat. Ini melihat masyarakat sebagai konteks
untuk belajar dan isu-isu dalam masyarakat sebagai dasar pemikiran untuk mempelajari
aspek sains tertentu. Ilmu pengetahuan ini termasuk dalam basis 'perlu di ketahui' yang
berarti bahwa kedalaman pengobatan sains bergantung pada masalah masyarakat yang
dipelajari, dan bukan oleh pandangan para ilmuwan tentang kompartementalisasi
konseptual. Sementara menghubungkan berbagai topik dengan cara ini mungkin tidak
masuk akal secara ilmiah, kurikulum masih dapat secara inheren logis dari sudut
pandang siswa.
3. Penekanan Pendidikan Lingkungan
Pendekatan lain adalah mempertimbangkan area interdisipliner. Ini benar-benar variasi
pendekatan 2, dimana lingkungannya dikenal sebagai interdisipliner dan karenanya
pengajarannya tidak terikat oleh gagasan konseptual dalam disiplin ilmu apapun. Ini
menekankan bahwa pendidikan lingkungan terlalu penting untuk diserahkan kepada
niat baik, namun secara ilmiah kurang mendapat informasi. Sementara produk sains
dan teknologi telah menyebabkan banyak masalah lingkungan yang mengancam jiwa
di planet ini, masalah ini hanya akan dipecahkan oleh pria dan wanita yang memahami
sifat - dan keterbatasan - sains dan teknologi.
4. Penekanan Tematik
Dalam gagasan konstruktivis, pembelajaran bersifat kontekstual. Pengetahuan baru
sangat bergantung pada konteks dan pengetahuannya memiliki arti yang berbeda dalam
konteks yang berbeda. Pengetahuan sains dan teknologi sekolah seringkali tidak
banyak artinya bagi siswa karena disajikan secara abstrak, tidak bergantung pada
konteks yang berarti. Pengalaman konkret seperti yang diperoleh dalam kegiatan
laboratorium dapat memberikan beberapa konteks ini. Kerangka keseluruhan disiplin
yang dipelajari dan tema utamanya adalah aspek konteks lainnya. (Anderson, 1992).
Dalam pendekatan ini, masalahnya bukanlah fokus utama sebagai bidang tematik,
seperti air, udara atau diet seimbang.
Efektivitas pembelajaran STL dalam Whittle dan Goel, (1999:8) ditunjukkan saat guru
menunjukkan:
1. Pemahaman yang baik tentang materi pelajaran yang dipersyaratkan, pengetahuan dan
keterampilan profesional;
2. Kemahiran dalam memilih strategi pembelajaran mengajar yang sesuai dan sumber
daya yang ada;
3. Penekanan pada pengembangan pemahaman siswa dan keterampilan memecahkan
masalah;
4. Antusiasme dalam mempromosikan sikap positif terhadap sains dan teknologi di
masyarakat.
Peserta didik dinyatakan literat secara ilmiah dan teknologis apabila terlibat dengan
penerapan sains atau teknologi yang menarik minat mereka, terkait erat dengan kehidupan
sehari-hari mereka, kepercayaan diri, dan biasanya paling efektif dikembangkan oleh
pengalaman tangan pertama atau pengalaman nyata. Berikut prinsip yang dimiliki peserta
didik dinyatakan literat secara ilmiah dan teknologis (Whittle dan Goel, (1999:7):
1. Mengapresiasi peran yang dimainkan sains dan teknologi dalam perkembangan
sekarang;
2. Mengapresiasi sifat sains dan teknologi;
3. Memahami sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari;
4. Memahami pembangunan berkelanjutan;
5. Memahami bahaya dan risiko dalam kehidupan sehari-hari;
6. Memahami proses pengumpulan informasi yang andal dan valid;
7. Memungkinkan sebagai warga negara masa depan untuk membuat keputusan yang
tepat;
8. Menghargai dan menghargai keanekaragaman hayati dunia.
D. KARAKTERISTIK STL
Literasi ilmiah dan teknologi, dalam arti luas, berarti lebih dari sekedar bisa
membaca, memahami dan menulis tentang sains dan teknologi. STL mencakup
kemampuan untuk menerapkan konsep ilmiah dan teknologi dan keterampilan proses
untuk kehidupan, pekerjaan dan budaya masyarakat sendiri. Oleh karena itu, mencakup
sikap dan nilai yang memungkinkan seseorang membedakan antara penggunaan sains atau
teknologi yang bermanfaat atau tidak tepat. Whittle dan Goel, (1999:7) menggambarkan
Kemampuan literasi ilmiah dan teknologi sebagai berikut:
1. Pengembangan sikap dan pendekatan ilmiah dan teknologi, pendekatan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi lingkungan yang berubah dengan cepat
dan berguna untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam kehidupan
sehari-hari;
2. Apresiasi terhadap sifat sains dan teknologi, dan pengembangan sikap dan nilai positif
yang berkaitan dengan sains dan teknologi dasar ke bidang aktivitas manusia lainnya;
3. Paparan strategi pengajaran yang efektif dan contoh sains dan teknologi yang relevan
(pada pendidikan dasar, menengah, tersier atau dewasa) baik dalam program formal,
atau melalui metode pendidikan non formal atau jarak jauh);
4. Mengenalisasi proses mengakses dan mengkomunikasikan informasi sains dan
teknologi dan kemauan untuk menggunakannya untuk memenuhi persyaratan pribadi,
lokal atau global.
a) Tingkatan STL
Identifikasi Tingkatan STL dalam UNESCO (2001:21) sebagai berikut:
1. Literasi STL nominal (yang tertulis)
Siswa mengidentifikasi istilah dan konsep sebagai sifat ilmiah, namun memiliki
kesalahpahaman dan hanya dapat memberikan penjelasan sederhana tentang
konsep ilmiah.
2. Fungsionalitas STL
Siswa bisa menggambarkan sebuah konsep namun dengan pemahamannya yang
terbatas. Ujian sekolah sudah terkenal untuk menguji tingkat ini.
3. Literasi STL secara struktural
Siswa mengembangkan relevansi pribadi dan tertarik untuk mempelajari konsep
ilmiah dan membangun konsep konsep yang sesuai dari pengalaman.
4. Literasi STL Multi-dimensi
Siswa memahami tempat sains di antara disiplin ilmu lainnya, mengetahui sejarah
dan sifat sains, dan memahami interaksi antara sains dan masyarakat. Tingkat
multi-dimensi literasi berkultivasi dan memperkuat pembelajaran seumur hidup di
mana individu mengembangkan dan mempertahankan kebutuhan untuk
mengetahui, dan telah memperoleh keterampilan untuk mengajukan dan menjawab
pertanyaan yang sesuai.
b) Komponen Utama Tujuan Pendidikan Sains
Komponen utama yang dibutuhkan dalam pengembangan tujuan pendidikan sains sesuai
dengan STL dalam UNESCO (2001: 17-19) adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan nilai sosial
Komponen ini menggambarkan bahwa pendidikan merupakan tuntutan
masyarakat. Pendidikan sains memiliki tugas untuk membantu pengembangan
orang-orang yang mampu mengintegrasikan dan memperoleh keterampilan untuk
berfungsi di masyarakat, mis. pendidikan sains dalam kaitannya dengan
pemahaman budaya, lingkungan, politik dan masyarakat, kesadaran dan nilai.
Dalam pengajaran sains, komponen pengajaran STL yang sangat penting, adalah:
Kemampuan untuk mengenali dan mendiskusikan masalah dan masalah
masyarakat;
Mengajukan pendapat dan pendapat yang menghubungkan konsep sains
dengan pertimbangan ekonomi, lingkungan, politik dan sosial.
Keterampilan sosial juga berhubungan dengan kemampuan untuk mengemukakan
pandangan atau prosedur dan bersedia mencapai kesepakatan sebagai sebuah
kelompok. Supaya mampu mengemukakan pendapat, siswa perlu dibimbing untuk
mengembangkan nilai dan kemampuan untuk mengkomunikasikannya. Pengajaran
STL menekankan perlunya untuk memperkuat sudut pandang dengan bukti yang
sesuai dengan keadaan dan untuk melakukan toleransi dengan orang lain dalam
mengemukakan pandangan - menghargai pandangan moral sangat penting untuk
keharmonisan sosial. Oleh karena itu, tujuan STL harus menghasilkan informasi
warga yang siap menangani masalah sains dan teknologi terkait dengan sikap
tanggung jawab.
2. Metode ilmiah
Komponen kedua mencakup teknik investigasi, keterampilan dan aktivitas
penyelidikan yang dibutuhkan (observasi, pengumpulan data, perumusan hipotesis,
eksperimen, dll.) dan sikap ilmiah (misalnya keterbukaan, pengenalan kesalahan).
Karena komponen ini ada di antara semua sains, telah dianggap fundamental untuk
integrasi di bidang subjek yang berbeda.
Di dalam masyarakat, perhatian kita adalah dengan kemampuan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari dan
juga kemampuan untuk membuat keputusan. Memecahkan masalah memerlukan
latar belakang ilmiah dan pengetahuan tentang metode ilmiah. Dengan demikian
sangat tepat bahwa pengajaran sains harus memainkan dorongan penting di bidang
ini di samping bidang studi lainnya. Memecahkan masalah mulai dari pengenalan
masalah dan biasanya kemampuan untuk mengubah masalah menjadi masalah yang
bisa dijawab secara ilmiah. Hal ini kemudian diikuti dengan menyarankan cara-
cara di mana masalah dapat ditangani, bahan yang dibutuhkan untuk penyelidikan
dan cara penyelidikan dapat dilakukan untuk hasil yang bermakna dan kemudian
interpretasi temuan untuk melihat apakah masalah telah dipecahkan.
Metode ilmiah memerlukan latar belakang dalam menangani keterampilan
proses yang diarahkan pada penyelidikan ilmiah. Keterampilan seperti mengamati,
berhipotesis, bereksperimen, menganalisa dan menarik kesimpulan penting untuk
pendidikan sains seperti menangani peralatan, mengendalikan variabel, mengukur,
menghitung dan merencanakan prosedur.
3. Keterampilan pribadi
Komponen ketiga mengakui bahwa siswa adalah individu dan bahwa
pendidikan sains perlu berperan dalam membantu individu memperoleh pendidikan
umum yang relevan dengan perkembangan mereka dan dalam meningkatkan
kesadaran akan peluang karir mereka.
Kebutuhan untuk mendidik orang tersebut juga penting dalam pendidikan
sains. Siswa harus dapat memanfaatkan sains untuk memperbaiki kehidupan atau
kesehatan mereka sendiri dan mengatasi perubahan yang terjadi di dunia
berteknologi maju kami.
Kemampuan berkomunikasi adalah komponen utama yang penting.
Keterampilan pribadi adalah sikap individu, terutama terhadap sains dan teknologi.
Mengembangkan minat pada sains dan peran yang dapat dimainkannya di
masyarakat banyak kaitannya dalam mempromosikan pembelajaran sains di
sekolah.
Kemampuan untuk memahami konsep ilmiah, mengenali masalah dan
menyarankan metode untuk menyelesaikan masalah tersebut juga berhubungan
dengan keterampilan pribadi dan tentu saja mengikuti dari ketertarikan pada subjek.
Akhirnya, keterampilan pribadi yang diperoleh dari pembelajaran sains seharusnya
memungkinkan siswa untuk lebih sadar akan berbagai kemungkinan karir yang
sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
4. Ilmu pengetahuan
Komponen keempat mencakup fakta, konsep, generalisasi dan skema
konseptual yang dihasilkan oleh para ilmuwan. Mencakup cara-cara abstrak agar
pengetahuan dapat diatur dan aplikasi pengetahuan fungsional. Dalam konteks ini,
pengetahuan mencakup keseluruhan rentang perolehan sains, mulai dari aspek
faktual sederhana, hingga kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kesalahan
konseptual oleh banyak guru adalah mengasumsikan bahwa pengajaran harus
mengikuti urutan dari pengetahuan sederhana, melalui pemahaman sebelum
kemampuan belajar yang lebih tinggi dapat terjadi, jika kemampuan berpikir yang
lebih tinggi dapat dicapai sama sekali. Pembelajaran STL tidak mengenali linearitas
semacam itu. Ini mengakui bahwa tantangan sebenarnya adalah keterampilan
tingkat tinggi dan ini harus diperkenalkan sesegera mungkin. Keterampilan seperti
itu sama banyaknya dengan pengajaran di sekolah dasar karena mereka berada di
tingkat atas sekolah menengah.
Selain keempat komponen di atas, komponen lain yang harus ditekankan adalah
Higher Order Thinking Skills.
5. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Merupakan komponen utama pembelajaran sains. Kemampuan siswa untuk
berpikir, memecahkan masalah, menganalisa situasi, membuat prediksi,
mengevaluasi atau membuat penilaian berdasarkan informasi yang ada menarik
kesimpulan, sangat penting untuk pembelajaran STL. Pembelajaran STL sama
pentingnya dengan memahami dan memanfaatkan konsep dan prinsip ilmiah
karena ini adalah relevansi dengan kehidupan sehari-hari. Sementara pemikiran
tingkat tinggi biasanya terkait dengan manipulasi pengetahuan, mereka juga
menerapkan pemecahan masalah masyarakat dan pengambilan keputusan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pengajaran sains pada masa lalu
cenderung berhubungan dengan abstraksi sains abstrak abad ke-19 dan tidak
banyak berhubungan dengan pemikiran kritis yang diperlukan untuk berhubungan
dengan sains dan teknologi yang terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah
kelalaian serius jika peduli terhadap lingkungan harus digabungkan dengan
perkembangan teknologi karena kita bercita-cita menuju keberlanjutan. Pemikiran
tingkat tinggi sangat penting jika masalah sosial penting ditangani dengan serius.
Alasan mengapa guru tidak terlalu memperhatikan ketrampilan berpikir
tingkat tinggi adalah karena:
keyakinan mereka bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah bagian
dari keterampilan hierarki dan tidak dapat diperoleh sampai keterampilan
tingkat rendah telah dikuasai.
keengganan mereka untuk memungkinkan waktu berfikir yang memadai
bagi siswa
c) Pendukung Terselenggaranya Pendekatan STL
Model adalah sebuah pola yang secara mendasar dapat menunjukan gambaran utuh
dari sesuatu yang akan dikerjakan dan hasil yang akan dicapai dan merupakan pembimbing
seseorang agar mudah mengerjakan sesuatu tugas dan tepat sasaran, tepat waktu, tepat guna
dan tepat tujuan. Mengajar dengan menggunakan model pembelajaran tentu yang dikenal
secara luas menjadi sebuah kewajiban dalam proses belajar mengajar, karena hal ini
menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dikelas.
Dalam proses pembelajaran diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dimana dalam pemilihan model pembelajaran
meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh dengan
terselenggaranya model STL Peserta didik dapat merasa pendekatan STL dalam
pembelajaran ini menyenangkan. Artinya pembelajaran yang dapat membangkitkan minat
peserta didik, adanya keterlibatan penuh, terciptanya makna atas pemahaman konsep yang
dipelajari dan nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik.
Menurut Carin & Sund (Rizema, 2013) karakteristik pembelajaran sains sebagai
berikut: (1) siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran yang menggunakan metode
ilmiah; (2) siswa dilibatkan dalam pencarian jawaban tentang persoalan dalam masyarakat
dan teknologi; (3) siswa dilatih “belajar dengan berbuat” kemudian direfleksikan; (4) siswa
diarahkan pada pemahaman produk atau materi ajar melalui aktifitas membaca, menulis,
dan mengunjungi tempat tertentu (menggunakan panca indera). Pembelajaran membawa
peserta didik dekat dengan kehidupan keseharian dan terpadu dalam lingkungan mereka
sekaligus membekalinya dengan pengetahuan, kecakapan, kepekaan dan daya kritis. Selain
itu juga pembelajaran ini menyebabkan pembelajaran ini tidak monoton sehingga
menumbuhkan minat siswa terhadap sains dan seluruh siswa terlibat aktif dalam setiap
kegiatan yang ada dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan
siswa berupa pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk
dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, pembelajaran literasi sains
dan teknologi memberikan pengaruh yang baik dalam memberikan pengalaman belajar
yang dapat meningkatkan keterampilan sains siswa, dengan Pendekatan sains technology
literacy (STL) dapat juga membawa peserta didik dekat dengan kehidupan keseharian dan
terpadu dalam lingkungan mereka. Dalam kegiatan pembelajaran ini juga dapat
meningkatkan keterampilan literasi sains peserta didik dan pemilihan eksperimen
menggunakan alat-alat sederhana yang diperoleh di lingkungan telah memberikan
cakrawala berpikir bahwa sains itu sangat menarik.
Selain itu, pendekatan STL mendapat tanggapan positif dari guru dan peserta didik
menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan
masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi. Dalam penanaman literasi sains perlu
dilakukan dengan harapan memberikan wadah bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri,
lingkungan sekitar, dan mengaplikasikan pengetahuan untuk memecahkan permasalahan
bertujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui proses penemuan.
Siswa yang memiliki literasi sains dengan baik, diharapkan memiliki kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan dengan berfikir dan
bertindak produktif dan kreatif selain itu, dan pembelajaran merupakan kegiatan belajar
mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa yaitu
kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini, pembelajaran literasi sains dan teknologi memberikan pengaruh
yang baik dalam memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan keterampilan
proses sains siswa. pembelajaran yang diterapkan berbeda dari pembelajaran biasanya
dimana melalui pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi dapat mendorong siswa
mengkonstruksi dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan
B. KOMPETENSI DASAR
1.3 Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan
kesehatan
C. INDIKATOR
1. Menuliskan urutan sistem organ pencernaan manusia.
2. Menentukan 4 letak rasa pada lidah manusia.
3. Mengemukakan fungsi dari 3 jenis gigi manusia.
4. Menerangkan 2 manfaat air liur pada sistema pencernaan manusia.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah menyaksikan video sitem pencernaan manusia, siswa dapat menuliskan urutan
sistem organ pencernaan manusia dengan benar.
2. Setelah melakukan percobaan mengecap pada lidah, siswa dapat menentukan 4 letak rasa
pada lidah manusia dengan benar.
3. Setelah melakukan percobaan mengenai fungsi gigi, siswa dapat mengemukakan fungsi
dari 3 jenis gigi manusia dengan benar.
4. Setelah melakukan percobaan uji kunyah pada makanan, siswa dapat menerangkan 2
manfaat air liur pada sistem pencernaan manusia.
E. Sikap
Aspek sikap yang diukur: tanggung jawab, kerjasama, disiplin, dan ketelitian.
F. Materi Pembelajaran
IPA: sistem organ pencernaan manusia (rongga mulut).
G. Metode dan pendekatan pembelajaran
Pendekatan : Science Technology Literacy (STL)
Metode : Ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, praktikum, dan diskusi.
H. Media/Alat Bantu dan Sumber Belajar
Media : video sistem pencernaan manusia
Sumber belajar:
Winarti, Wiwik., Winarto, Joko., dan Widha, Sunarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5:
Untuk SD/MI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional Halaman 7-9.
I. Langkah-langkah pembelajaran
Alokasi
Sintak Kegiatan guru Kegiatan siswa
waktu
Kegiatan awal 1. Guru memberikan salam, 1. Siswa menjawab 15
menanyakan kabar dan salam, menit
memeriksa kehadiran memberitahukan
siswa. teman yang tidak
hadir.
Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum diharapkan siswa dapat:
Bahan:
1. 2 sendok teh gula pasir
2. 2 sendok teh garam
3. 1 sendok makan Asam Jawa
4. 10 butir Leunca
5. 3 buah Cabe
6. 1 bungkus Kerupuk
7. 1 bungkus Keripik (keripik singkong atau yang lain
Langkah-Langkah Praktikum:
a. Sebelum memulai, yuk baca basmallah dulu 😊
b. persiapkan alat tulis, alat dan bahan untuk praktikum.
c. Lakukan percobaan dengan posisi mata tertutup dan dibantu dengan teman
sekelompok untuk meletakkan benda yang akan dikecap pada indera pengecap.
d. Tuliskan apa yang kamu rasakan setelah mengecap dan mencoba pada setiap
kolom.
e. Lakukan tahapan percobaan berikut secara berurutan:
1. Letakkan gula pada pangkal lidah! setelah itu tuliskan apa yang kamu rasakan
pada kolom di bawah ini!
2. Letakkan garam di samping lidah bagian depan dan bagaimana rasanya?
3. Letakkan asam jawa di samping lidah bagian belakang dan bagaimana rasanya?
5. Letakkan gula pasir di lidah bagian ujunga/ depan dan bagaimana rasanya?
7. Letakkan asam jawa di samping lidah bagian depan dan bagiamana rasanya?
10. Gigitlah kerupuk dan keripik dengan gigi seri/ gigi bagian depan dan tuliskan
apa yang terjadi?
11. Gigitlah kerupuk dan keripik dengan gigi taring dan apa yang terjadi?
12. Gigitlah kerupuk dan keripik dengan gigi geraham dan apa yang terjadi?
13. Telan air liur yang ada di dalam rongga mulut terlebih dahulu, kemudian
kunyahlah kerupuk hingga habis dan bagaimana rasanya?
Kriteria Penilaian:
BT = Belum Terlihat (0)
MT = Mulai Terlihat (1)
MB = Mulai Berkembang (2)
MK = Menjadi Kebiasaan (3)
LEMBAR OBSERVASI IMPLEMENTASI PENDEKATAN STL
Mata Pelajaran :
Satuan Pendidikan :
Kelas/Semester :
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek dengan cara melingkari angka pada kolom skor: 1,2,3,4,5 sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
A PRAPEMBELAJARAN
1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 5
2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
3 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5
4 Mendorong keantusiasan dan rasa ingin tahu dengan 1 2 3 4 5
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
1 Orientasi peserta didik pada masalah dan penentuan
2 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5
3 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki 1 2 3 4 5
belajar serta karakteristik siswa
4 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan 1 2 3 4 5
dengan realitas kehidupan
5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi, tujuan, 1 2 3 4 5
dan karakteristik siswa
6 Melaksanakan pembelajaran secara runut 1 2 3 4 5
7 Menguasai kelas 1 2 3 4 5
8 Melaksanakan pembelajaran kontekstual dan menerapkan 1 2 3 4 5
pendekatan saintifik
9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang 1 2 3 4 5
direncanakan
C PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
1 Memanfaatkan media secara maksimal sesuai dengan kompetensi 1 2 3 4 5
yang akan dicapai
2 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 5
D MEMOTIVASI DAN MELIBATKAN PARTISIPASI SISWA
1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4 5
2 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 1 2 3 4 5
3 Menumbuhkan antusiasme siswa untuk belajar 1 2 3 4 5
E PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1 Memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran 1 2 3 4 5
2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi dan tujuan 1 2 3 4 5
F PENGGUNAAN BAHASA DAN GAYA MENGAJAR
1 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 1 2 3 4 5
2 Nada, volume, dan kecepatan suara tepat dan jelas seturut 1 2 3 4 5
kebutuhan yang sebenar
3 Mimik dan gerak tepat dan jelas 1 2 3 4 5
4 Melakukan kontak mata (pandang) dan perubahan posisi secara 1 2 3 4 5
efektif
G PENUTUP
1 Membuat klarifikasi, ringkasan, dan atau rangkuman, serta 1 2 3 4 5
melakukan refleksi proses dengan melibatkan siswa
2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau 1 2 3 4 5
kegiatan serta tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
Skor Total
Nilai*)
.......................,........... 2017
Observer,
_____________________
Jenis Gigi
4. Jelaskan 2 manfaat air liur bagi sistem pencernaan manusia!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………....
Selamat Mengerjakan 😊
G. LAPORAN HASIL IMPLEMENTASI
Implementasi pembelajaran diterapkan di kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Az- Zahra pada hari
kamis, 16 November 2017. Kegiatan pembelajaran diikuti oleh 14 orang siswa. Berikut
penjelasan hasil implementasi pembelajaran STL:
1. Ketercapain Waktu
Waktu yang ditentukan tidak sesuai dengan harapan. Sebetulnya, waktu yang
ditentukan dalam RPP adalah 3x35 menit. Namun, karena berbagai hambatan sehingga
waktu melebihi hingga 2 jam 30 menit.
2. Ketercapaian Indikator
Indikator yang di tuliskan dalam RPP hampir tersampaikan, dilihat dari hasil tanya
jawab pada kegiatan refleksi siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
Pencapaian indikator 1, menuliskan urutan sistem organ pencernaan manusia.
Seluruh siswa menjawab soal dengan benar, memperoleh skor maksimal 7. Pada
ketercapaian indikator 1, seluruh siswa sudah mampu mengurutkan sistem organ
pencernaan manusia dengan benar
Pencapaian indikator 2, menentukan 4 letak rasa pada lidah manusia. Sebanyak 10
(sepuluh) orang dari total 14 siswa yang hadir menjawab soal dengan benar,
memperoleh skor maksimal 5. 2 (dua) orang siswa tidak menjawab soal, dan 2 (dua)
orang menjawab soal dengan perolehan skor 3. Pada ketercapaian indikator 2,
sebanyak 70% siswa sudah mampu menentukan 4 letak rasa pada lidah manusia.
Pencapaian indikator 3, Mengemukakan fungsi dari 3 jenis gigi manusia. 5 (lima)
orang siswa menjawab soal dengan benar, memperoleh skor maksimal 3. 2 (dua)
orang siswa mendapatkan skor 2 karena terdapat kekeliruan dalam mengemukakan
fungsi dari 3 jenis gigi manusia. 7 (tujuh) orang siswa mendapat skor 1 karena
sudah mampu menyebutkan 3 (tiga) jenis gigi namun tidak menjelaskan fungsinya.
Ketercapaian indikator 3, sebanyak 36% siswa sudah mampu mengemukakan
fungsi dari 3 jenis gigi manusia.
Pencapaian indikator 4, Menerangkan 2 manfaat air liur pada sistem pencernaan
manusia. 4 (empat) orang siswa menjawab soal dengan benar, memperoleh skor
maksimal 3. 6 (enam) orang siswa menjawab soal dengan perolehan skor 2. 2 (dua)
orang siswa menjawab soal dengan perolehan skor 1. 2 (dua) orang siswa tidak
menjawab soal. Ketercapaian indikator 4, sebanya 28% siswa sudah mampu
menerangkan 2 manfaat air liur pada sistem pencernaan manusia.
3. Kesesuain dengan Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah yang sudah diterapkan sesuai dengan kegiatan pembelajaran
dalam RPP. Namun, ada hal yang menghambat dalam kegiatan praktikum diantarnya
guru belum mampu mengkondisikan siswa sehingga terdapat beberapa siswa yang
terdapat yang tidak melakukan langkah-langkah praktikum sesuai dengan petujuk pada
lembar kerja praktikum. Selain itu, guru belum maksimal dalam memahami pendekatan
STL, sehingga alur pembelajaran belum sepenuhnya mencerminkan pendekatan STL.
4. Kesimpulan
Siswa sangat kondusif saat kegiatan pembelajaran terutama pada saat menonton
video dan kegiatan praktikum. Kemudian, karena waktu yang ditentukan melebihi
dengan ketentuan awal di RPP guru yang melakukan observasi harus mampu
menguasai cara agar semua materi tersampaikan dengan baik.
Pembelajaran STL sangat cocok diterapkan di sekolah dasar kelas tinggi karena
mampu mengaktifkan siswa untuk berpikir dan berkolaborasi dengan siswa lainnya,
dan lebih sempurna di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai di sekolah
serta kemampuan guru dalam pengelolaan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, yunus, dkk. (2017). Pembelajaran Literasi: Strategi Menungkatkan Kemampuan Literasi
Matemaika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara
Anne Ottenbreit -Leftwich, Donald A. Stepich, James D. Russell, James D. Lehman, Timothy
J. Newly. (2011). Educational Technology for Teaching and learning 4th Edition. Pearson
Education: Boylston, Boston.MA
Bauchspies, Wenda K., Croissant, Jennifer., & Restivo, Sal. (2006). Science, technology, and
society: a sociological approach. UK: Blackwell Publishing Ltd
Bell, David. (2006). Science Technology and Culture. New York: UK by Bell & Bain Ltd,
Glasgow
Hurd Paul DeHart (1997) Scientific Literacy: New Minds For A Changing World. United State of
America. Stanford University
Holbrook, Jack. (2000). Scientific and Technological Literacy For All. New Delhi: University of
Delhi
https://kbbi.web.id/ilmiah
M. D. Roblyer. (2006). Integrating Educational Technology into Teaching, 4th Edition. Pearson
Prentice Hall: United States of America
Nugroho, E.D dan Abrori, F.M. (2017). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Sains SMP-
SMA Negeri 1 Sesayap Kabupaten Tana Tidung Melalui Science Technology Literacy (Stl)
Dan Pengembangan Potensi Lokal. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. 2 (1): 19-28 hlm.
Rizema, Sitiatava P. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva
Press
Permanasari, Anna, Kaniawati, Ida, & Ratnawulan, Ana. (2014). Revitalisasi Pendidikan IPA
Melalui Pembelajaran Terpadu Berbasis Literasi Sains Dan Teknologi: (Menyongsong
Pemberlakuan Kurikulum 2013: Studi Pengembangan Model, Teaching Materials, dan Alat
Ukur Penilaian dalam Pembelajaran Sains Terpadu). Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Whittle, Patrick dan Goel, Ved. (1999). Science Technology Education Philosophy of project 2000+:
UNESCO Resource Kit. Paris: UNESCO
UNESCO. (2001). The Training of Trainers Manual for Promoting Scientific and Technological
Literacy for All. Bangkok: UNESCO PROAP