Anda di halaman 1dari 25

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar 2

Dosen Pengampu : Ns. Septi Wardani, M.Kep

Disusun oleh :

Amartia Putri Lamsari

17.0601.0050

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Magelang

2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah pemeriksaan tanda-tanda vital.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, saya
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun menjadi referensi bagi
pembaca.

Magelang, 20 April 2018

Amartia Putri Lamsari

i
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii

Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 1

Bab 2 Tinjauan Teori ............................................................................................................................... 2

2.1 Definisi Pemeriksaan Tanda Vital .................................................................................................. 2

2.1.1 Suhu Tubuh ............................................................................................................................ 2

2.1.2 Denyut Nadi ........................................................................................................................... 4

2.1.3 Tekanan darah ....................................................................................................................... 4

2.1.4 Pernafasan ............................................................................................................................. 5

2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda vital ............................................. 6

2.2.2 Nadi ........................................................................................................................................ 8

2.2.3 Tekanan Darah ..................................................................................................................... 10

2.2.4 Pernafasan ........................................................................................................................... 13

2.3 Tempat-Tempat Pengukuran Dari Tanda-Tanda Vital ................................................................ 15

2.3.1 Suhu ..................................................................................................................................... 15

2.3.2 Nadi ...................................................................................................................................... 15

2.3.3 Tekanan Darah ..................................................................................................................... 15

2.4 Pendemonstrasian Pengukuran Tanda-tanda Vital .................................................................... 15

2.4.1 Suhu ..................................................................................................................................... 15

2.4.2 Nadi ...................................................................................................................................... 17

2.4.3 Tekanan Darah ..................................................................................................................... 17

2.4.4 Pernafasan ........................................................................................................................... 18

ii
Bab 3 Penutup ....................................................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 20

3.2 Saran ........................................................................................................................................... 20

Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 21

iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Tanda vital merupakan cara yang tepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons klien terhada intervensi. Teknik dasar
palpasi, inpeksi dan auskultasi digunakan unuk menentukan tanda-tanda vital. Pengkajian
tanda vital memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mengimplementasikan rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan apabila tanda vital
dikembalikan pada nilai yang dapat diterima. Ketika perawat mempelajari variabel yang
mempengaruhi tanda vitaldan mengenali perubahan tanda vital tersebut terhadap temuan lain
dalam pengkajian fisiologis, masalah kesehatan klien dapat ditentukan dengan tepat.

Pemeriksaan tanda-tanda vital dipengaruhi oleh banyak faktor seperti suhu lingkungan,
latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar
batas normal. Perubahan pada tanda vital dapat juga menandakan kebutuhan dilakukannya
intervensi keperawatan dan medis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi pengukuran tanda-tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan,
tekanan darah)
2. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Menyebutkan tempat-tempat pengukuran dari tanda-tanda vital
4. Mendemonstrasikan pengukuran tand

1.3 Tujuan

1. Memahami definisi pengukuran tanda-tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan,
tekanan darah)
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Memahami tempat-tempat pengukuran dari tanda-tanda vital
4. Memahami pendemonstrasian pengukuran tanda-tanda vital

1
Bab 2 Tinjauan Teori
2.1 Definisi Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan
sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan
darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda
vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi
dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi pernafasan dapat
menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem
kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.

Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda
vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan
perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh Pemeriksaan tanda
vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.

2.1.1 Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Suhu tubuh diukur dalam derajat. Pusat
pengaturan suhu tubuh diatur oleh Hipotalamus. Pusat ini menerima pesan dari lokasi reseptor
panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan atau mempertahankan kehilangan panas tubuh.

Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai dengan respon terhadap faktorlingkungan


sehingga tidak tetap untuk pemantauan status kesehatan klien. Kondisi normal dari panas tubuh
berada antara 35,9 sampai 37,4 derajat celsius. Sampai saat ini suhu inti tubuh diukur dengan
menggunakan alat termometer dan tempat pengukuran suhu tubuh yaitu oral, rectal, axilla,
membrane tympany, esophagus, arteri pulmoner.

 Suhu Tubuh Inti Dan Suhu Tubuh Permukaan


a. Suhu inti : (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan
dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu
ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane
timpani, esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal.

2
b. Suhu permukaan : (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada
kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi
sebesar 20°C sampai 40°C.
Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila
oral.

3
2.1.2 Denyut Nadi

Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau
berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi
denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung. Denyut
merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada
beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis
pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis
pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan
bantuan stetoskop. Denyut nadi dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu
penyakit, cedera, dan emosi.

2.1.3 Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri,
Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta
fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan
darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap,
keadaan fisik, dan obat-obatan.

Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah
tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan
memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik,
mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik
tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa). Perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya
diukur dengan tensimeter air raksa.

 Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg

- Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg

- Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg

- Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg

- Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg

4
- Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg

- Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg

- Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg

- Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg

- Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg

- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg

- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

 Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:

* Hipertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg

* Hipertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg

* Hipertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg

2.1.4 Pernafasan

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen


dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernapasan. Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per
menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada
meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika
memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki
kesulitan bernapas.

 Jumlah pernapasan seseorang adalah:

- Bayi : 30 - 40 kali per menit

- Anak : 20 - 50 kali per menit

- Dewasa : 16 - 24 kali per menit

5
2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda vital

1. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda- beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkaitdengan laju
metabolisme.

2. Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi


100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak
coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh
metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf
simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
ephineprin dan norephineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan


kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.

4. Hormone tiroid.

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia


dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

5. Hormon kelamin

Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-


kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C
di atas suhu basal.

6
6. Demam ( peradangan )

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme


sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-


30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi
mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

8. Aktifitas

Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan


gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 °C.

9. Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat


menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu
tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas


tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

7
2.2.2 Nadi

1. Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan


oksigenselama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh
pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan
nadi kurang dapat dipercaya Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia
antara bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
*Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi baru lahir : 140 kali per menit

- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit

- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit

- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit

- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit

- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit

- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit

- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit

- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit

- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit

- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

*Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.

*Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

2. Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih tinggi
dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja
mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja

8
maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164
denyut per menit.

3. Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus :
BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m) Keteranan : IMT = Indek Masa Tubuh BB = Berat
Badan TB = Tinggi Badan.

4. Kehamilan

Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan


mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan
sebesar hamil.

5. Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit
makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat.

6. Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan


mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah)akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output
meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

7. Rokok dan Kafein

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang
merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit
dibanding dengan orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein
secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable
metabolickardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.

8. Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama
kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia

9
akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal.
Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi
selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat.
Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih
kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.

9. Sikap Kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja
duduk.

10. Faktor Fisik

Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu


dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain
yang dapat menurunkan kemampuan dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk
menimbulkan ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat
pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja.

11. Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan


kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan,
dankesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.

2.2.3 Tekanan Darah

1. Jantung

Jantung dapat mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan dengan curah


jantung. Curah jantung dapat berubah – ubah bergantung pada tingkat aktivitas
seseorang, usia, tingkat metabolisme tubuh dan ukuran tubuh.

2. Tahanan Perifer

Pengaruh tahanan perifer pada tekanan darah disebabkan oleh perubahan


diameter pembuluh darah tepi, terutama pada arteriol. Perubahan pada diameter arteriol
akan mengakibatkan perubahan pada tahanan perifer total sehingga terjadi perubahan
tekanan darah. Karena tekanan darah dapat ditentukan oleh perkalian curah jantung

10
dengan tahanan perifer. Adanya perubahan pada salah satu dari kedua faktor tersebut
dapat mengubah nilai tekanan darah (Guyton and Hall, 1997).

3. Volume Darah

Bila kehilangan darah terlalu banyak, maka tekanan darah menurun, seperti
pada kasus perdarahan. Bila perdarahan tidak terlalu banyak maka dengan penambahan
cairan atau darah jumlah darah akan kembali normal. Sebaliknya, bila perdarahan
banyak dan penambahan cairan atau darah tidak dapat mengembalikan volume darah,
maka tekanan darah tidak akan meningkat kembali sehingga organ - organ vital akan
kekurangan darah. (Guyton and Hall, 1997).

4. Viskositas / Kekentalan Darah

Bila viskositas darah meningkat maka diperlukan tenaga yang lebih besar untuk
memompa darah pada jarak tertentu dan alirannya akan lebih lambat. Hal ini
disebabkan karena gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

5. Distensibilitas Dinding pembuluh Darah

Ciri khas sistem vaskular yang penting adalah semua pembuluh darah bersifat
distensibilitas, misalnya arteriol akan berdilatasi dan menurunkan tegangannya ketika
tekanan di dalam arteriol meningkat. Hal ini mengakibatkan bila terjadi peningkatan
aliran darah berarti disebabkan tidak hanya peningkatan tekanan darah tetapi juga
akibat penurunan tahanan.

6. Umur

Umumnya tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya umur


seseorang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya distensibilitas dinding pembuluh
darah atau menjadi kaku (Webber, 2007).

7. Jenis kelamin

Tekanan darah pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah pada
wanita karena pria mempunyai hormon testosteron yang menyebabkan pembuluh darah
tidak seelastis pembuluh darah pada wanita dan memiliki Total Peripheral Resistance
yang tinggi. Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron yang membuat

11
pembuluh darah lebih elastis, tetapi setelah menopause, tekanan darah akan meningkat
karena pembuluh darah menjadi tidak elastis (Guyton and Hall, 1997).

8. Kerja otot

Pada saat melakukan pekerjaan yang mengerahkan kekuatan fisik, jantung akan
memompa lebih banyak darah agar memenuhi kebutuhan kerja otot tersebut sehingga
tekanan darah akan meningkat pula (Guyton and Hall, 1997).

9. Bentuk tubuh

Orang gemuk kebanyakan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi


dibandingkan orang yang bertubuh normal. Kegemukan menginduksi sekresi insulin
yang berlebihan yang berakibat terjadinya penebalan dinding pembuluh darah,
peningkatan curah jantung karena peningkatan adrenalin, peningkatan volume darah
karena reabsorpsi air dan garah dari ginjal yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah (Viviali, 2003).

10. Emosi

Respon kardiovaskular berhubungan dengan kebiasaan serta emosi yang


dimediasi melalui jalur hipotalamus-serebral korteks. Berhubungan dengan respon
simpatis yang akan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah
(Sherwood, 2007).

11. Sikap Badan

Pengukuran tekanan darah akan berbeda pada berbagai sikap badan. Tekanan
setiap pembuluh di bawah jantung akan lebih tinggi dan pembuluh di atas jantung lebih
rendah akibat adanya efek gravitasi. Hal inilah yang mempengaruhi tekanan darah,
umpamanya seseorang berdiri mempunyai tekanan arteri 100 mmHg pada setinggi
jantung maka tekanan arteri di kaki akan menunjukkan 190 mmHg (Guyton and Hall,
1997).

12. Keadaan Setelah Makan

Setelah seseorang makan maka aktivitas motorik, sekretorik, dan absorbsi


semuanya meningkat. Aliran darah juga akan meningkat selama 1 jam berikutnya atau
lebih, kemudian turun kembali ke tingkat istirahat setelah 2 sampai 4 jam kemudian
(Guyton and Hall, 1997).

12
13. Keadaan tidur

Pada saat tidur, kerja saraf simpatis menurun sehingga menurunkan tonus otot,
termasuk tonus otot jantung sehingga tekanan darah menurun. Tetapi tekanan akan
kembali normal jika sudah bangun kembali. Mimpi buruk akan meningkatkan tekanan
darah karena pengeluaran hormon stress.

14. Susunan saraf otonom

Sistem saraf otonom dibagi dua yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Jantung secara langsung dirangsang oleh sistem saraf autonom, yang selanjutnya akan
memperkuat pemompaan jantung. Pada sistem ini yang banyak berperan adalah sistem
saraf simpatis. Sistem saraf simpatis juga menyebabkan pelepasan hormon norepinefrin
dari ujung saraf simpatis sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran saraf
terhadap natrium dan kalsium, yang pada akhirnya akan meningkatkan frekuensi
denyut jantung. Sistem saraf simpatis juga memberi pengaruh langsung untuk
meningkatkan kekuatan kontraktilitas otot jantung (Guyton and Hall, 1997).

2.2.4 Pernafasan

1. Usia

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan
nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia
juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

2. Suhu

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,


sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi
pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

13
3. Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat


menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman
oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Jenis kelamin
7. Ketinggian

Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat
dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

8. Polusi udara

Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas


menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen
yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas.

14
2.3 Tempat-Tempat Pengukuran Dari Tanda-Tanda Vital

2.3.1 Suhu

1. Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani,
esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal.
2. Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral.

2.3.2 Nadi

1. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan
kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan
sulit untuk meraba.
2. Leher (pembuluh nadi kepala)
3. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
4. Kunci paha
5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
6. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
7. Di belakang lutut (popliteal arteri)
8. Diatas Perut (Abdominal aorta)
9. Dada (aorta).

2.3.3 Tekanan Darah

1. Arteri Radialis (pada pergelangan tangan lateral)


2. Arteri Brachialis (pada lengan atas medial)
3. Arteri Karotis (pada leher)
4. Arteri Temporalis (pada tulang pelipis)
5. Arteri Femoralis (pada lipatan paha)
6. Arteri Poplitea (pada lipatan lutut)
7. Arteri Dorsalis Pedis (pada punggung kaki)
8. Ictus Cordis (pada dinding iga, 5-7)

2.4 Pendemonstrasian Pengukuran Tanda-tanda Vital

2.4.1 Suhu

 Persiapan alat
- Thermometer

15
- Jam
- Alat tulis
- Larutan chlorin 0,5%
- Larutan sabun
- Air bersih
 Pelaksanaan
1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
5. Menggunakan sarung tangan
6. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
7. Membuka lengan baju pasien
8. Mengeringkan ketiak pasien bila basah oleh keringat dengan menggunakan baju
pasien atau kassa
9. Mengecek kembali thermometer dalam posisi angka dibawah 350C
10. Memasang ujung thermometer ditengah- tengah ketiak dan menganjurkan pasien
menjepit dengan lengannya dengan melipatkan lengan pasien ke dada
11. Pemeriksaan thermometer dilakukan setelah kira- kira 10 – 15 menit
12. Membaca dengan teliti angka pada skala thermometer kemudian mencatatnya
13. Mendisinfersi thermometer dengan larutan chlorine 0,5 % selama 10 menit
14. Mencuci larutan chlorine dengan larutan sabun
15. Membilas ternoneter dengan air bersih
16. Mengeringkan thermometer dengan kassa
17. Menurunkan air raksa dan menempatkan thermometer ke tempat semula
18. Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
19. Merapikan pasien
20. Melepas sarung tangan, sebelumnya cuci tangan dalam larutan chlorine 0,5%
selama 10 menit.
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
22. Dokumentasi

16
2.4.2 Nadi

 Persiapan alat
- Alat tulis
- jam
 Pelaksanaan
1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
handuk bersih
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur)
6. Meraba arteri Radialis dengan menggunakan jari telinjuk dan jari tengah
7. Menghitung denyut nadi selam 1 menit penuh
8. Mencatat hasil pemeriksaan
9. Menjelaskan hasil pemeriksaan
10. Merapikan pasien
11. Membereskan alat
12. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
handuk bersih
13. Dokumentasi

2.4.3 Tekanan Darah

 Persiaapan alat
- Tensi meter
- Stetoskop
 Pelaksanaan
1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Menyiapkan alat dan bahan
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
handuk bersih
6. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin(duduk/ tidur)

17
7. Membuka lengan baju atau menggulung ke atas
8. Meletakkan lenggan atas sejajar dengan jantung, dengan cara diganjal
bantal atau buku. Telapak tangan menghadap keatas. Pastikan lengan atas
bebas dari pakaian, agar pengukuran lebih akurat
9. Melakukan palpasi arteri Brakhialis menggunakan dua ujung jari (telunjuk
dan jari tenggah) untuk merasakan denyut kuat dibagian depan siku
10. Memasang manset, meletakkan 2,5 cm diatas arteri tersebut dan bagian
tengah bladed dipasang arteri tersebut, pasang manset melingkari lengan
atas tersebut dan kaitkan ujungnya
11. Meletakkan tensimeter sejajar dengan mata pemeriksa agar pemeriksaan
lebih akurat
12. Menggunakan stetoskop
13. Memasang stetoskop dengan meletakka diafragma dari stetoskop diatas
arteri Radialis, untuk mendapatkan suara yang maksimal. Kemudian
membuka tutup air raksa
14. Menutup katup dengan mengunci sampai rapat. Lalu pompa bola tensimeter
sampai 30 mmHg diatas tekanan systolic
15. Membuka manset dari lengan pasien, memberitahu pasien gasil
pemeriksaan
16. Merapikan pasien
17. Membereskan alat
18. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
19. Dokumentasi

2.4.4 Pernafasan

 Persiapan alat
- Jam
- Alat tulis
 Pelakasanaan
1. Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Menghitung pernapasan bersamaan dengan menghitung denyut nadi

18
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
handuk bersih
6. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur)
7. Menghitung pernapasan dengan memperhatikan gerakan pernapasan pada
dada pasien (menghitung dalam waktu 1 menit penuh)
8. Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
9. Merapikan pasien
10. Membereskan alat
11. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
12. Dokumentasi

19
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan

Kesehatan pada tubuh sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital seperti denyut
nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur
pelaksanaan yang berperan penting kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk
menambah pengetahuan. Seperti pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur
seseorang maka tekanan darah akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami
oleh seseorang itu juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.

Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh,
denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan
dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem
kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.

3.2 Saran

Tenaga kesehatan harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda – tanda vital. Apabila
kita tidak teliti dalam mengkaji tanda – tanda vital maka kita tidak bisa memberikan evaluasi
respon klien terhadap intervensi yang diberikan karena pemeriksaan tanda – tanda vital
merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien, sehingga mutu kesehatan pasien dapat
bertambah baik.

20
Daftar Pustaka
Andrajati, Retnosari dkk. 2008. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok:
Departemen Farmasi FMIPA UI.

Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press

Husen, Saikhu Akhmad dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi. Surabaya: Departemen
Biologi FST UA.

Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku
Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: Jakarta

Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan
praktek.EGC: Jakarta

Potter and Perry. (2004). Fundamental of nursing:Concepts,process & practice. Fourth


Edition.St. Louse, Missouri: Mosby-year Book,Inc.

Robert Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan II, Jakarta, EGC

Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2.
Jakarta : EGC.

Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : the art and science
of nursing care ‘Lippincott.

Tim Departemen Kesehatan RI. 1994. Prosedur Perawatan Dasar. Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, Jakarta.

Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan dasar praktik klinik keperawatan. Yogyakarta. Fitramaya

21

Anda mungkin juga menyukai