Anda di halaman 1dari 10

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN

TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENGUKURAN KANDUNGAN GAS DALAM LAPISAN BATUBARA


DI WILAYAH EKSPLORASI PKP2B DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Eko Budi Cahyono

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

ABSTRAK

Pengukuran kandungan gas dilakukan pada titik bor dalam di wilayah PKP2B, daerah Loa Lepu
Kabupaten Kutai Kartanegera, Kecamatan Tenggarong, Provinsi Kalimantan Timur. Pengukuran
kandungan gas ini dimaksudkan untuk mengetahui akan adanya komposisi dan kuantitas gas yang ada
pada sampel atau seam batubata di wilayah ini pada pengamatan titik bor dalam. Hasil pengukuran
kandungan gas ini selain untuk mengetahui akan kandungan gas sampel batubara, dapat digunakan
sebagai acuan atau referensi pentingnya gas dalam hubungannya keselamatan tambang, sumber daya
gas methane-nya, dampak adanya gas yang keluar terhadap lingkungan sekitar tambang.
Gas yang ada dalam batubara umumnya mengandung komponen methane CH4, Ethane C2,
Propane C3, Iso-Butane i-C4, Normal Butane n-C4, Iso-Pentane i-C5, Normal-Pentane n-C5, Hexane C6,
Heptane Plus C7+, Hydrogen Sulfida H2S, Carbob Dioksida CO2, Nitrogen N2, dan Oksigen O2. Kesemua
komponen di atas secara umum dapat terkandung dalam batubara, tergantung dari properti fisik dari
batubara tersebut (kadar dan kualtias serta akumulasi terbentuknya).
Pengamatan dan pengukuran kandungan gas itu sendiri dapat dibagi tiga bagian yaitu : Total
Gas, yang terdiri atas Lost Gas (Q1), Measured Gas (Q2) dan Resudial Gas (Q3), dan dari hasil
pengamatan daerah Loa Lepu di lapangan kandungan gas Q2 mendapatkan kisaran 12 – 100 cc (dari
dua titik bor) .

PENDAHULUAN sumberdaya, namun sebagian juga dipakai sebagai


bahan untuk perencanaan geoteknik. Sejalan
Latar Belakang dengan pekerjaan tersebut Pusat Sumber Daya
Prospek penambangan batubara dengan metoda Geologi bermaksud akan melakukan pencontohan
tambang terbuka seperti kebanyakan saat batubara dengan Tabung Canister untuk dilakukan
sekarang, untuk masa yang akan datang semakin pengujian/pengukuran kandungan gas dalam
sulit. Hal ini disebabkan oleh letak lapisan lapisan batubara tersebut. Pencontohan batubara
batubara sudah semakin dalam dari permukaan, hanya dilakukan pada perusahaan PKP2B yang
sehingga nilai perbandingan antara batubara dan sedang berjalan eksplorasi pemboran, dimana
batuan pengapit akan semakin tinggi dan akan pihak Pusat Sumber Daya Geologi hanya
mencapai nilai yang tidak ekonomis. Disamping melakukan pencontohan batubara dengan tabung
hal tersebut masalah kestabilan lereng bukaan Canister pada lapisan batubara yang dihasilkan
tambang dan pengaruh rembesan air tanah akan dari coring pemboran.
menjadi kendala yang besar. Sedangkan lapisan Untuk analisa kandungan gas dan komposisi gas
batubara yang ada masih menerus sampai akan dilakukan oleh laboratorium Pusat Sumber
kedalam, untuk menambang batubara pada tahap Daya Geologi maupun laboratorium rujukan
selanjutnya perlu direncanakan tambang bawah lainnya yang berkompetensi untuk memeriksa
tanah. kandungan gas dalam batubara.
Beberapa perusahaan batubara yang tercakup Program tersebut baru dilaksanakan di daerah
dalam PKP2B ada yang telah melakukan kerja perusahaan PKP2B yang sedang eksplorasi
eksplorasi untuk perencanaan tambang bawah pemboran untuk tambang dalam di wilayah
tanah. Data dari pemboran yang dilakukan Provinsi Kalimantan Timur.
umumnya dipakai untuk kebutuhan analisa kimia
batubara dan data sebagai bahan perhitungan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Maksud dan Tujuan Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan


Maksud dari pengukuran kandungan gas dalam Penduduk yang dominan di daerah ini merupakan
lapisan batubara adalah untuk mengetahui potensi penduduk asli dan pendatang Kalimantan, dimana
gas yang ada pada lapisan batubara sebagai meliputi suku Dayak, Banjar, Bugis, Jawa,
sumber daya gas alternatif yang dikemudian hari Madura dan Sunda. Dimana mata pencaharian
dapat di eksplorasi dan dampak lainnya terhadap mereka terutama adalah pertanian, pekebunan,
kerawanan bahaya yang dilakukan sehingga data perkayuan, pertambangan, pedagang, nelayan dan
awal ini akan memberikan informasi yang sangat lainnya. Agama yang dianut umumnya adalah
berguna dalam perencanaan tambang, sehingga Islam sebagian kecil adalah Nasrani, Budha,
meminimalkan resiko kemungkinan terjadi Hindu dan aliran kepercayaan lainya.
peledakan dalam tambang bawah tanah pada tahap Secara umum daerah wilayah kerja berupa hutan
awal. belukar, perkebunan penduduk, persawahan dan
Hasil inventarisasi pada akhirnya akan sebagian hutan bekas tambang. Dengan iklim
menghasilkan laporan kandungan gas dalam tropis dan memiliki suhu antara 22O – 33O. Curah
lapisan batubara yang digunakan sebagai referensi hujan cukup tinggi di bulan November – Maret
rencana tambang dan data akan dimasukan dalam dan musim kemarau antara bulan Juni – Agustus.
sistem Database Pusat Sumber Daya Geologi.
Personil dan Jadwal Penyelidikan
Lokasi Daerah Penyelidikan Terdiri atas Geologist, Surveyor dan Preparator
Daerah yang akan diselidiki dilaksanakan di dengan waktu pelaksanaan direncanakan bulan
wilayah PKP2B di Provinsi Kalimantan Timur, Akhir September – Nopember 2006 sekitar 50
khususnya di daerah Kabupaten Kutai (lima puluh) hari termasuk waktu perjalanan,
Kartanegara dimana pada tahun ini bersamaan pengurusan surat dan administrasi kerja di
dilakukan pemboran dalam batubara. Daerah lapangan, dengan rincian sebagai berikut :
pemboran dalam berada di wilayah Desa Loa ƒ Perjalanan Bandung – Samarinda 2 hari
Lepu dan sekitarnya, Kecamatan Tenggarong, ƒ Perjalanan Samarinda - lapangan 1 hari
Kabupaten Kutai Kartanegara dan berada di ƒ Pengurusan surat/cari data di PEMDA 2 hari
wilayah konsesi PKP2B PT. Tanito Harum dan ƒ Pengambilan data primer dan sekunder
PT. Multi Harapan Utama. 43 hari
Secara geografis wilayah pemboran dalam ƒ Perjalanan Lapangan – Bandung 2 hari
batubara pada pengukuran kandungan gas dibatasi Jumlah 50 hari
dengan koordinat 116O 50’ 00” – 117O 05’ 00”
Bujur Timur dan 0O 20’ 00” – 0O 35’ 00” Lintang Metoda Penyelidikan
Selatan. Kemudian lokasi titik bor terletak + 18 Metoda penyelidikan meliputi pengumpulan data
km di sebelah barat dari Sungai Mahakam dimana sekunder, pengukuran langsung kandungan gas
tepatnya berada pada Desa Loa Ipuh Darat, dan pengambilan sampel di lapagan, selanjutnya
Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai dianalisa sampel gas komposisi baik dari kadar
Kartanegara. dan karakterisitik tiap sampel. Masing-masing
Dua titik bor yang dijadikan sasaran dalam sampel gas batubara dimasukkan ke dalam
pengambilan sampel dalam canister mempunyai canister dan seterusnya penghitungan dan
koordinat sebagai berikut : pengukuran dilakukan menurut standar
B-01: 116O 53’ 01.20” BT dan 0O 25’ 50.40” LS pengukuran kandungan gas.
B-02: 116O 53’ 01.30” BT dan 0O 26’ 48.00” LS Pemilihan sampel/core batubara dipilih secara
sistematis berdasarkan kedalaman dan kelompok
seam dalam satu lubang bor. Seam batubara yang
diambil di dalam canister mempunyai panjang 30
cm.

GEOLOGI REGIONAL

Stratigrafi
Cekungan Kutai, telah terbentuk sebelum Eosen
Atas. Pada Eosen - Oligosen Bawah terjadi
penurunan cekungan sehingga menyebabkan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

berlangsungnya endapan genang laut dari arah sifat batuan pada satuan alluvium ini belum
timur ke barat dan selatan, maka terbentuklah kompak dan masih terurai (unconsolidated).
endapan batuan-batuan sedimen dari Formasi
Mangkupa, Kedango, Maau dan Formasi Lembak, Formasi Golok, formasi ini tersusun oleh batuan
yang diendapkan dalam lingkungan laut transisi napal bersisipan batulempung dan batugamping,
hingga laut dalam, sedangkan ditempat lain napal berwarna cokelat kekuningan, setempat
terbentuk batuan karbonat paparan dari Formasi pasiran lunak, berbutir halus sampai sedang, tebal
Tabalar. formasi ini diperkirakan sekitar 1.325 meter
Pada akhir Oligosen, terjadilah Orogenesa yang
menyebabkan wilayah Paparan Sunda mengalami Formasi Kampung Baru, Formasi ini dijumpai
pengangkatan sehingga menimbulkan Tinggian setara dengan Formasi Golok yang berumur
Kucing dan Swaner, maka terbentuklah suatu Miosen Akhir – Pliosen, dimana Formasi
ketidakselarasan dan endapan batuan sedimen Kampung Baru tersusun oleh batuan lempung
susut laut pada bagian selatan cekungan yang pasiran, batupasir dengan sisipan batubara dan
umumnya diendapkan dalam lingkungan delta tufa, setempat mengandung oksida besi dan
sampai neritik, sedangkan pada bagian utara limonit, formasi ini diendapkan dalam lingkungan
masih terjadi rumpang sedimentasi. Delta sampai Laut dangkal, dengan tebal formasi
Sedimentasi endapan delta pada bagian selatan diperkirakan sekitar 500 sampai 800 meter.
berlangsung secara terus menerus dari Miosen Selanjutnya diendapkan Formasi Balikpapan,
Bawah sampai Plio-Plistosen, dengan Formasi Balikpapan ini setara dengan Formasi
pembentukan endapan delta sampai pada Menumbar dan Formasi Tendehhantu. Umur dari
puncaknya hingga Miosen Atas sampai Pliosen. formasi tersebut adalah Miosen Tengah sampai
Batuan sedimen endapan delta yang tertua adalah Miosen Akhir.
Formasi Pemaluan, kemudian diikuti oleh Formasi
Pulaubalang, Balikpapan dan Formasi Formasi Balikpapan, formasi ini tersusun oleh
Kampungbaru. batupasir lepas, batulempung, lanau, tufa dan
Perkembangan sedimentasi batuan pada Miosen batubara. Pada perselingan batupasir kuarsa,
Tengah sampai Plio-plistosen pada belahan utara batulempung dan lanau menunjukkan struktur
yaitu di daerah Bengalun bagian utara, silangsiur dan perairan, setempat mengandung
Sangkulirang dan Semenanjung Mangkaliat, sisipan batubara dengan ketebal antara 20 – 40
berbeda fasiesnya dan sumbernya dengan Cm. Batulempung berwarna kelabu, getas,
sedimentasi batuan yang terdapat di daerah mengandung sisipan bitumen dan oksida besi,
Bengalun bagian selatan. Batuan sedimen yang tebal formasi ini diperkirakan sekitar 2.000 meter
menempati daerah Bengalun bagian utara terdiri dengan lingkungan pengendapan muka daratan
dari Formasi Maluwi, Tendehhantu, Menumbar delta, dari kandungan fosil yang dijumpai
dan Formasi Golok, sedangkan didaerah menunjukkan bahwa umur formasi ini adalah
penyelidikan yang secara stratigrafi hanya Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.
tersingkap Formasi Pulaubalang, Maluwi,
Balikpapan, Menumbar dan Formasi Formasi Menumbar, tersusun oleh litologi
Kampungbaru. perselingan antara batulumpur gampingan dengan
Susunan batuan yang terdapat pada formasi- batugamping di bagian bawah, dan di bagian atas
formasi batuan disekitar daerah penyelidikan, berupa batupasir masif mengandung glaukonit
dalam cekungan Kutai, secara regional dapat yang memperlihatkan struktur perlapisan
dijelaskan dan uraikan dari formasi batuan yang silangsiur. Pada batulumpur gampingan, kelabu,
termuda sampai yang tertua yaitu adalah sebagai lunak yang mengandung foram menunjukkan
berikut : umur Miosen Tengah bagian atas sampai Miosen
Akhir bagian bawah (Schuyleman dan Buchanan
Endapan Alluvium, endapan alluvium merupakan 1971). Diperkirakan ketebalan dari formasi ini
satuan batuan yang paling muda yang dijumpai di yaitu sekitar 1000 meter dengan lingkungan
daerah penyelidikan, satuan batuan ini berumur pengendapan Neritik Dalam sampai Luar.
kuarter, menempati daerah pantai dan pinggiran
sungai-sungai yang besar, satuan ini tersusun oleh Formasi Tendehhantu, satuan batuan ini tersusun
litologi lempung, lanau, pasir dan kerikil, dimana oleh litologi batugamping terumbu muka,
batugamping koral dan batugamping terumbu
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

belakang, setempat berlapis, kuning muda, pejal


dan berongga, formasi ini berumur Miosen Formasi Maau, formasi ini berumur Oligosen
Tengah bagian atas (Schuyleman dan Buchanan Akhir sampai Miosen Tengah, diendapkan
1971), diperkirakan diendapkan dalam lingkungan dibawah Formasi Pamaluan, tersusun oleh litologi
laut dangkal dengan ketebalan formasi sekitar 300 batulempung, batulanau dan batupasir, kearah atas
meter. Formasi ini saling menjemari dengan selang seling batupasir dan batulanau,
Formasi Menumbar. memperlihatkan struktur sedimen seperti perairan
sejajar atau bergelombang, batupasir berwarna
Formasi Maluwi, formasi ini tersusun oleh kelabu, berbutir halus-sedang, terpilah buruk,
litologi batulempung pasiran, dengan sisipan menyudut tanggung – membundar, pada batupasir
napal, serpih kelabu, serpih pasiran sedikit sering dijumpai struktur turbidit seperti lapisan
karbonan, kearah atas berangsur menjadi bersusun gelembur gelombang. Makin ke arah
batugamping dengan sisipan napal dan atas perselingan antara batupasir dengan
batulempung kelabu kecokelatan, dibanyak batulumpur semakin rapat, tebal lapisan sangat
tempat formasi ini berumur Miosen Tengah bervariasi, berkisar dari beberapa cm sampai
bagian bawah (Hanzawa dan None, 1949), dengan puluhan cm, selain itu juga terdapat lapisan
lingkungan pengendapan ditafsirkan sebagai batupasir dan batulumpur dengan tebal 1 sampai 6
endapan Neritik/Paralik lagun sampai Neritik meter, setempat pada bagian atas dijumpai lensa
dangkal. Selanjutnya terdapat endapan Formasi batubara didalam batupasir karbonan. Selanjutnya
Bebuluh. diendapkan Formasi Lembak.

Formasi Pulaubalang, formasi ini setara dengan Formasi Lembak, berumur Oligosen Akhir –
Formasi Maliwi, formasi ini tersusun oleh litologi Miosen Awal, tersusun oleh litologi perselingan
perselingan batupasir dengan batulempung dan napal dengan batugamping, tebal lapisan
batulanau, setempat bersisipan tipis lignit, batugamping sekitar 25 sampai 125 cm,
batugamping atau batupasir gampingan, berumur sedangkan lapisan napal berkisar antara 1 sampai
Miosen Awal bagian atas sampai Miosen Tengah 12 meter, bagian bawah dari formasi ini lebih
bagian bawah (Koesdarsono dan Tahalele, 1975), banyak mengandung lapisan batugamping dan
diperkirakan sedimentasi terjadi disekitar kearah atas lapisan napal makin menebal, terdapat
prodelta, dengan tebaran terumbu di beberapa retas basalt dan struktur turbidit, lingkungan
tempat. pengendapan formasi ini adalah laut dalam,
dengan ketebalan diperkirakan sekitar 800 meter.
Formasi Bebuluh, formasi ini tersusun oleh Selanjutnya terdapat endapan Formasi Kedango.
litologi batugamping dengan sisipan batulempung,
batulanau, batupasir dan sedikit napal. Formasi Kedango, tersusun oleh batugamping
Batugamping mengandung Koral dan dengan sisipan napal dan batulanau gampingan.
Foraminifera Besar, yang merupakan Batugamping tersusun oleh bongkah koral dan
batugamping terumbu, satuan batuan ini berumur batugamping mikrit, pada bagian bawah
Miosen Awal bagian atas (Koesdarsono, 1978), menunjukkan struktur perlapisan bersusun,
dengan perkiraan ketebalan hanya ratusan meter. formasi ini berumur Oligisen yang diendapkan
Selanjutnya diendapkan Formasi Pemaluan. oleh arus turbidit dalam lingkungan laut dalam..
Tebal formasi ini sekitar 570 meter dan ditindih
Formasi aemaluan, Formasi ini tersusun oleh selaras oleh Formasi Pamaluan.
litologi batulempung dengan sisipan tipis napal,
batupasir dan batubara. Bagian atas terdiri dari Formasi Tabalar, berumur Eosen Akhir sampai
batulempung pasiran yang mengandung sisa Miosen Tengah (Buchan, 1971), tersusun oleh
tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara, litologi batugamping berwarna putih-kuning
secara umum pada bagian bawah lebih gampingan muda, pejal, bagian bawah berlapis, diendapkan
dan lebih banyak mengandung foraminifera dalam lingkungan laut dangkal. Formasi ini
plankton dibandingkan pada bagian atasnya, umur tertindih secara selaras oleh Formasi Tendeh
formasi ini adalah Miosen Awal (Koesdarsono, hantu.
1976), lingkungan pengendapan berkisar dari
Neritik Dalam sampai Neritik Dangkal. Formasi Mangkupa, adalah formasi tertua yang
Selanjutnya diendapkan formasi Maau. mengisi Cekungan Kutai, tersusun oleh litologi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

perselingan antara batupasir, tufa, batulanau, sasaran pengambilan sampel dan pengukuran gas
batulempung setempat sisipan batubara dan ditiik beratkan pada kedua formasi di atas.
konglomerat, pada bagian atas berupa batupasir
bersisipan lanau, tebal sisipan sekitar 2 sampai 2,5 Metode Penyelidikan
meter, bagian tengah berupa tufa bersisipan Mengingat penyelidikan ini dalam taraf Survai
batupasir, batulanau dan batulempung, pada Tinjau (Umum), maka pelaksanaan penyelidikan
bagian bawah berupa batupasir bersisipan lapangan terdiri atas : pengumpulan data sekunder
batulanau dan batubara. Formasi ini berumur dan pengambilan sampel secara umum pada lokasi
Eosen sampai Oligosen. titik bor.

Struktur Geologi Pengumpulan Data Sekunder


Secara umum struktur geologi yang terdapat di a. Studi literatur dari laporan terdahulu
daerah penyelidikan yaitu sangat sederhana, hanya mengenai rencana kegiatan perusahaan-
berupa perlipatan berupa siklin dan antiklin yang perusahaan PKP2B
berbentuk leter S, dengan sumbu lipatan yang b. Melakukan/mencari informasi terhadap
berarah hampir utara-selatan, setempat dijumpai perusahaan PKP2B yang sedang
struktur kubah. Secara global tektonik yang terjadi melakukan eksplorasi pemboran
di daerah tersebut pada Plio Plistosen
mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan dan Pengambilan sampel dan Laboratorium
pengaktipan kembali struktur geologi yang sudah a. Melakukan pengambilan contoh batubara
ada. dengan canister pada lapisan batubara
yang ditargetkan pada waktu pelaksanaan
Indikasi Kandungan Gas Batubara pemboran di lokasi perusahaan PKP2B
Berdasarkan hasil di lapangan, belum pernah b. Jumlah sampel yang diambil dalam
dilakukan penyelidikan dan inventarisasi Tabung Canister tergantung dari kondisi
mengenai pengukuran kandungan gas. Tetapi ada saat di lapangan.
beberapa perusahaan swasta yang telah c. Ploting titik lokasi pengamatan (bor)
melakukan eksplorasi batubara dengan metoda pencontohan batubara
tambang dalam, tetapi sampai tahun sekarang d. Merekam seluruh kegiatan
belum ada yang berproduksi secara signifikan. e. Pengambilan data lapangan berikut
Hal ini dipengaruhi oleh karena daya dukung contoh untuk analisa kandungan gas
teknologi tambang bawah tanah yang kurang berikut analisa lengkap lainnya
memadai. Kegunaan terpenting dalam mengetahui (Laboratorium)
akan kandungan gas dalam seam batuara salah f. Pembuatan laporan setelah keluar data
satunya adalah mengetahui akan adanya hasil analisa kandungan gas dan
kandungan gas dalam batubara, yang dapat komposisi gas
membahayakan bagi keselamatan tambang. Dan
hal ini merupakan point tersendiri yang harus Alat-alat yang digunakan
diketahui agar keselamatan tambang akan 1. Kompas geologi (Brunton)
terjamin, oleh karena ada sebagian unsur 2. Palu geologi (Estwing)
kandungan gas yang sangat sensisitif terhadap 3. GPS (12 satelit)
kecenderungan terjadinya ledakan atau kebakaran 4. Loupe (16 X)
tambang, khususnya pada perencanaan eksplorasi 5. Altimeter
tambang bawah tanah (underground). 6. Stopwatch
7. Roll meter
HASIL PENYELIDIKAN 8. Kamera Digital
9. Tali ukur (25 m)
Kandungan Gas Batubara 10. Pengukur temperatur (probe/sensor)
Dalam uraian Geologi Regional telah disinggung canister
bahwa di dalam Cekungan Kutai, lapisan formasi 11. Pengukur temperatur (probe/sensor)
yang bersifat pembawa batubara adalah Formasi ruangan
Pulubalang dan Formasi Balikpapan, sedangkan 12. Pengukur tekanan atmosfier (barometer)
pada dua formasi lainnya endapan batubara tidak 13. Tabung canister (panjang 30 cm ; jumlah
berkembang dengan baik. Dan oleh sebab itu 10 buah)
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

14. Tabung pengukur gas karena ketebalan seam yang berada di bawah
relatif tipis, sehingga akumulasi gas terbanyak
Pengukuran Kandungan Gas di Lapangan berada pada seam yang lebih tebal, yaitu seam
Pengukuran kandungan gas di lapangan yang berada di kedalaman sekitar 60 – 100 meter.
menggunakan metode standar (USGS) dengan Dimana pada posisi kedalaman ini formasi
mengambil contoh pada seam batubara yang batubara yang ada cukup baik dan berkembang,
mewakili, kemudian diambil sampel dan baik dari ketebalan maupun prospeksi kualitasnya.
dimasukkan ke dalam tabung canister, selanjutnya Pada kedalaman ini seam batubara yang ada
dilakukan pengukuran langsung di lapangan merupakan salah satu seam yang dijadikan acuan
dengan menggunakan gelas ukur. Dengan hasil perusahaan tambang untuk dieksplorasi, oleh
pembacaan pada gelas ukur, akan didapatkan karena ketebalannya yang lebih tebal dibanding
jumlah kandungan gas secara periodik dengan lapisan yang berada di bawahnya.
interval selama 15 menit sampai kandungan gas
tersebut habis dan tidak mengeluarkan gas lagi. Potensi, Prospek, Pemanfaatan dan
Pada dasarnya ada tiga aspek pada pengukuran Pengembangan
kandungan gas, yakni jumlah hilangnya gas (Q1), Berdasarkan hasil pengukuran lapangan di atas,
pengukuran gas (Q2) dan gas sisa (Q3). Untuk Q1 kandungan gas yang berada di seam yang
diperoleh dari hasil interpretasi grafis pengukuran mempunyai ketebalan yang besar dapat dikaji
Q2, sedangkan Q2 merupakan hasil dari ulang kembali, terutama pada daerah prospek,
pengukuran langsung didalam tabung canister, sehingga dapat dianalisa kembali untuk
dan yang terakhir adalah Q3, dimana hasil yang pengembangan atau untuk menentukan zona
satu ini adalah jumlah kandungan gas sisa hasil wilayah potensi kandungan gas yang ada. Bila
dari pengukuran laboratorium setelah tabung untuk pemanfaatan lebih lanjut, sebagai misal
cansiter di masukkan ke dalam analisa dapat dilakukan sampling dengan merapatan titik
laboratorium dan bersamaan dengan pengukuran bor yang lebih dekat jaraknya, sehingga dapat
gas sisa, dilakukan pula analisa gas komposisi dihasilkan akumulasi yang lebih signifikan.
untuk mengetahui prosen komposisi satuan dari Kendala lain adalah perlu adanya penelitian
masing-masing sampel seam batubara yang telah mengenai analisa air tanah pada kedalaman yang
dimasukkan di dalam tabung canister. mengandung batubara, agar proses pengambilan
Untuk selanjutnya hasil dari pengukuran gas tidak terganggu oleh adanya air tanah yang
kandungan gas dapat dilihat secara tabulasi pada cukup banyak.
tabel pada lembar terakhir.
KESIMPULAN
Pembahasan Hasil Penyelidikan
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan pada Kegiatan pengukuran kandungan gas adalah suatu
titik bor BH-01, maka didapatkan hasil bahwa kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui akan
kandungan gas (Q2) tebesar dimiliki pada seam C kandungan dan komposisi gas yang
di kedalaman 96.05-96.45 m sebesar 100 cc, mencerminkan kemungkinan adanya potensi gas
dimana pada seam tersebut berada pada kelompok di dalam batubara. Kandungan gas ini dapat
seam atas. Dapat dimungkinkan bahwa seam yang dijadikan referensi oleh pihak internal atau pihak
berada di atasnya terdapat deam yang lebih tebal eksternal yang selanjutnya dapat digunakan
sehingga akumulasi kandungan gas dapat sebaik-baiknya untuk pencegahan akan bahaya
ditemukan secara maksimal pada posisi dimana keselamatan tambang, sebagai contoh akan
seam yang mempunyai ketebalan yang lebih tebal adanya gas yang mengandung komposisi yang
diantara seam lainnya. berbahaya bagi manusia dan kebakaran tambang,
Selanjutnya pada titik bor Bor BH-02, kandungan ataupun untuk pemenuhan akan pentingnya
gas (Q2) terbesar di dapatkan dari sampel ID B- cadangan sumber daya fosil alternatif yang berupa
02-ID1 pada kedalaman 116.25 – 116.65 meter gas methane yang dapat diproduksi dan
sebesar 73 cc, dan sampel di bawahnya dikonsumsi bagi masyarakat sekitar, dalam
mendapatkan kandungan gas yang relatif menunjang program pemerintah akan adanya
mengalami penurunan kandungan gas. pemanfaatan sumber daya gas yang berwawasan
Dari kenyataan yang ada pada kedalaman kisaran alternatif. Tentunya dalam mengolah produksi dan
100 – 300 meter didapatkan kandungan gas yang pemanfaatan gas ini harus dilakukan beberapa
secara gradasi menurun, hal ini disebabkan oleh tahap yang lebih detil lagi.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Data hasil pengukuran dilapangan didapatkan tersebut masih bersifat dugaan, oleh karena
kisaran pengukuran gas 12 – 100 cc, pada dua membutuhkan data penujang lainnya. Ada dua
buan titik bor dan diambil sampel dari seam seam yang mempunyai ketebalan yang besar yaitu
batubara pada lubang bor secara sistematis dengan 1 dan 2 meter di sekitar kedalaman 60 – 100
hasil perolehan sampel batubara mempunyai meter, ini merupakan seam target pula dari
ketebalan relatif (maksimal 2 meter dengan rata- perusahaan swasta di daerah ini yang telah
rata 0.5 meteran. Ketebalan batubara yang secara dieksplorasi batubaranya. Dan dari kedua seam
umum ini adalah tipis-tipis, walaupun ada inilah kandungan gas juga terakumulasi,
beberapa seam batubara yang diindikasikan dibanding seam-seam yang berada di bawahnya
prospek akan adanya kandungan gas, tetapi hal dengan ketebalan yang lebih tipis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eddy R. Sumaatmadja.; 2002, Inventarisasi 7. Sukardi, N. Sikumbang dkk, 1995, Peta


Batubara Bersistim Daerah Bontang dan Geologi Lembar Sangata, Kalimantan. Pusat
Sekitarnya, Kab. Kutai Timur, Prov. Kalimantan Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya 8. Supriatna, S., 1995, dkk, Peta Geologi Lembar
Mineral, Bandung. Samarinda, Kalimantan, Skala 1 : 250.000,
2. Hutton A.C.; A.J. Kantsler; A.C. Cook; 1980, Puslitbang Geologi, Bandung
Organic Matter in Oil Shale, APEA, Jurnal Vol 9. Teh Fu Yen and George V. Chilingarian.;1976,
20. Introduction to Oil Shale, Developments in
3. Ilyas, S., 2005, Laporan Pemboran dalam Petroleum Science Vol 5, Amsterdam.
Batubara Daerah Sungai santan, Bontang, 10. Untung Triono, Eddy R. Sumaatmadja, 2000,
Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, Penyelidikan Endapan Serpih Bitumen Daerah
Provinsi Kalimantan Timur, DIM, Bandung Sepaso, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung
4. Mark P.; Stratigraphic Lexicon of Indonesia,
Publikasi Keilmuan Seri Geologi, Pusat Jawatan
Geologi, Bandung.
5. PT. Multi Harapan Utama, 1986, Third and
Final Relinguisment Report on East Kalimantan,
Contract Work Area.
6. Robertson Research, 1978, Coal Resources of
Indonesia
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tabel 1. Pengukuran Kandungan Gas


HOLE COR OFF AT DEPTH (m) CANISTER
START SEAM Q1 Q2 Q3
NO NUMBE E BOTTO SURFA FROM TO
CORING NAME FROM TO NUMBER (cc) (cc) (cc)
R RUN M CE (m) (m)
1 B01 32 12:00 12:15 12:30 C-4 96 99 B-01-ID1 96.05 96.45 108.76 100

2 B01 41 12:25 12:45 13:00 D-2 123 126 B-01-ID2 123.3 125.6 56.76 30

3 B01 49 12:25 12:40 12:55 E 147 150 B-01-ID3 147.4 147.8 72.77 63

4 B01 57 10:00 10:15 10:30 Sub-E 171 174 B-01-ID4 173.1 173.47 53.97 79

5 B01 58 7:30 7:45 8:00 Sub-E 174 177 B-01-ID5 175.4 175.82 39.47 22

6 B01 88 18:05 18:20 18:35 Sub-E 264 267 B-01-ID6 265.35 165.83 20.25 12

1 B02 38 12:00 12:15 12:45 Sub-E 114 117 B-02-ID1 116.25 116.65 77.25 73

2 B02 86 13:30 13:45 14:00 Sub-E 256 260 B-02-ID2 259.7 260.1 25.41 28

3 B02 45 14:00 14:15 14:45 Sub-E 135 138 B-02-ID3 137.48 137.88 33.45 46
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 1. Peta Indeks Daerah Penyelidikan Provinsi Kalimantan Timur


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Fm. Balikpapan

Fm. Pulubalang

Fm. Bebuluh

Fm. Pamaluan

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyelidikan


(Lembar Samarinda) Provinsi Kalimantan Timur

Gambar 3. Peta PKP2B Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

Anda mungkin juga menyukai