Anda di halaman 1dari 16

Tugas Fisika Bencana Alam

Tentang

Kesesuaian Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

dengan Materi yang ada di Silabus Fisika Bencana Alam

Di Susun Oleh :
ILHAM DANI
NIM. 16175014

Dosen Pembina Mata Kuliah :

Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Si

PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2017

1
Sumber : http://www.bnpb.go.id/home/sejarah
Download tanggal : 14 Februari 2017, time : 21.00 wib

BAB I
BNPB (Badan Nasional Penanggulan Bencana)
1. Sejarah dan Visi Misi BNPB
Sejarah Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk
tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan
hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20.
Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan
dan paradigma penanggulangan bencana.

Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi


geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia untuk membangun
visi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana.

Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. Wilayah yang


juga terletak di antara benua Asia dan Australia dan Lautan Hindia dan Pasifik ini
memiliki 17.508 pulau. Meskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau
yang luar biasa, bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa wilayah nusantara ini memiliki
129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta terletak berada pada
pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia? Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan
Pasifik.

Ring of fire dan berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negara
kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana alam. Di sisi lain, posisi Indonesia
yang berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu terjadinya bencana alam
lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Tidak hanya bencana alam sebagai ancaman, tetapi juga bencana non alam sering melanda
tanah air seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, maupun kegagalan teknologi.

Menghadapi ancaman bencana tersebut, Pemerintah Indonesia berperan penting


dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air. Pembentukan lembaga
merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu ke waktu.
Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan dideklarasikan pada tahun 1945 dan
perkembangan lembaga penyelenggara penanggulangan bencana dapat terbagi
berdasarkan periode waktu sebagai berikut.

1
1945 - 1966
Pemerintah Indonesia membentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP).
Badan yang didirikan pada 20 Agustus 1945 ini berfokus pada kondisi situasi perang pasca
kemerdekaan Indonesia. Badan ini bertugas untuk menolong para korban perang dan
keluarga korban semasa perang kemerdekaan.

1966 - 1967
Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam Pusat
(BP2BAP) melalui Keputusan Presiden Nomor 256 Tahun 1966. Penanggung jawab untuk
lembaga ini adalah Menteri Sosial. Aktivitas BP2BAP berperan pada penanggulangan
tanggap darurat dan bantuan korban bencana. Melalui keputusan ini, paradigma
penanggulangan bencana berkembang tidak hanya berfokus pada bencana yang
disebabkan manusia tetapi juga bencana alam.

1967 - 1979
Frekuensi kejadian bencana alam terus meningkat. Penanganan bencana secara serius dan
terkoordinasi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pada tahun 1967 Presidium Kabinet
mengeluarkan Keputusan Nomor 14/U/KEP/I/1967 yang bertujuan untuk membentuk Tim
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA).

1979 - 1990
Pada periode ini Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA)
ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam
(Bakornas PBA) yang diketuai oleh Menkokesra dan dibentuk dengan Keputusan Presiden
Nomor 28 tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana mencakup pada tahap pencegahan,
penanganan darurat, dan rehabilitasi. Sebagai penjabaran operasional dari Keputusan
Presiden tersebut, Menteri Dalam Negeri dengan instruksi Nomor 27 tahun 1979
membentuk Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak
PBA) untuk setiap provinsi.

1990 - 2000

Bencana tidak hanya disebabkan karena alam tetapi juga non alam serta sosial. Bencana
non alam seperti kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, dan konflik sosial
mewarnai pemikiran penanggulangan bencana pada periode ini.

2
Hal tersebut yang melatarbelakangi penyempurnaan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Alam menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana (Bakornas PB). Melalui Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1990, lingkup
tugas dari Bakornas PB diperluas dan tidak hanya berfokus pada bencana alam tetapi juga
non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan kembali dengan Keputusan Presiden Nomor 106
Tahun 1999. Penanggulangan bencana memerlukan penanganan lintas sektor, lintas
pelaku, dan lintas disiplin yang terkoordinasi.

2000 - 2005
Indonesia mengalami krisis multidimensi sebelum periode ini. Bencana sosial yang terjadi
di beberapa tempat kemudian memunculkan permasalahan baru. Permasalahan tersebut
membutuhkan penanganan khusus karena terkait dengan pengungsian. Oleh karena itu,
Bakornas PB kemudian dikembangkan menjadi Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP). Kebijakan tersebut
tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui
dengan Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2001.

2005 - 2008
Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004
telah mendorong perhatian serius Pemerintah Indonesia dan dunia internasional dalam
manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi saat iu, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan
Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Badan ini memiliki fungsi
koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai unsur pelaksana penanggulanagn
bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan paradigma pengurangan resiko bencana menjadi
perhatian utama.

2008
Dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah Indonesia sangat
serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah
kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah
penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. BNPB memiliki
fungsi pengkoordinasian pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana secara

3
terencana, terpadu, dan menyeluruh. Metamorfosa terbentuknya Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dari tahun 1945 sampai sekarang.

2. Visi dan Misi BNPB

Visi
Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana.
Misi
a. Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko
b. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal
c. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinir,
dan menyeluruh

4
Sumber : http://bpbd.sumbarprov.go.id/details/pages/8
Download tanggal : 14 Februari 2017, time : 21.30 wib

BAB II
BPBD SUMBAR
1. Visi dan Misi BPBD SUMBAR

VISI :
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat telah merumuskan visinya
untuk periode lima tahun (2010 - 2015) sebagai berikut:
“Mewujudkan Sumatera Barat Siaga, Tanggap, Tangguh dan Tawakal Dalam Menghadapi
Bencana”

MISI :
a. Mengintegrasikan Pengurangan Risiko Bencana dan Penanggulangan Bencana dalam
perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah.
b. Menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah, rencana aksi daerah, peta risiko
bencana, kebijakan, prosedur dan standar operasional yang dibutuhkan pada saat pra
bencana dan pasca bencana.
c. Mengurangi risiko bencana dengan melaksanakan kegiatan pencegahan secara terencana
dan terpadu.
d. Menciptakan sistem kesiapsiafaan dan peringatan dini menghadapi bencana di Sumatera
Barat.
e. Pengkajian dampak bencana secara cepat dan tepat serta penentuan status keadaan darurat
bencana.
f. Menjalankan fungsi komando dan koordinasi serta melakukan kegiatan penyelamatan,
evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terkena bencana dan perlindungan
terhadap kelompok rentan.
g. Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital dalam kerangka pemulihan awal
(early recovery).
h. Analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat (DaLA, HRNA dan PDNA)
i. Melakukan perencanaan, pengawasan dan mengkoordinir kegiatan rehabilitasi dan
rekontruksi untuk memulihkan dampak bencana dalam segala aspek

5
Sumber : Whatshapp Group PPS b @2016 Pendidikan Fisika UNP
Download tanggal : 14 Februari 2017, time: 22.00 Wib

BAB III
SILABUS FISIKA BENCANA ALAM

SILABUS PERKULIAHAN FIS05 FISIKA BENCANA ALAM (2 SKS)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA-UNP

Deskripsi Matakuliah :

Deskripsi matakuliah adalah membahas jenis-jenis bencana alam, definisi, proses,


penyebab dan potensi bencana, karakteristik fisika bencana, risiko dan bahaya bencana serta
prediksi bencana. Tujuan kognitif matakuliah adalah setelah mengikuti matakuliah ini,
mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan jenis-jenis bencana alam, memahami definisi,
proses, penyebab dan potensi bencana, mengetahui karakteristik fisika bencana, membuta
peta risiko dan bahaya bencana serta kalau dapat memprediksi bencana. Tujuan afektif dari
matakuliah ini adalah setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa diharapkan siaga dan
tawakal menghadapi bencana, sedangkan tujuan psikomotor dari matakuliah ini adalah
setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa diharapkan terampil dan tangguh menghadapi
bencana.

Rujukan yang digunakan untuk menyusun matakuliah ini adalah (1) UU No.20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, (2) UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana, (3) UU No.4 tahun 2011 tentang informasi geospasial, (4) Peraturan menteri
pendidikan nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi, (5) Peraturan menteri
pendidikan nasional republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah, (6) Peraturan Gubernur Sumatera Barat No.115 tahun
2008 tentang rencana penanggulangan bencana Provinsi Sumatera Barat periode 2008-2012, (7)
Buku yang berjudul Natural Disaster karangan Prof. Dr. Stephen A. Nelson dari Tulane
University, yang tersedia di internet(: http://www.tulane.edu/~sanelson/geol204/), dan (8)
Sumber-sumber lain yang relevan.

Metode/Aktivitas perkuliahan adalah Kuliah (K), Presentasi (P), Diskusi (D), Tugas
(T). Sedangkan prasyarat matakuliah adalah mahasiswa telah mengambil matakuliah fisika
dasar di Program Sarjana. Silabus matakuliah Fisika Bencana Alam dapat dilihat pada Tabel
3.

6
Tabel 3. Silabus matakuliah fisika bencana alam.

Minggu Topik Subtopik Sasaran belajar Aktivitas

K/P/D/T

I Pendahuluan Pengenalan konsep- Mahasiswa memahami K


konsep dan ketentuan konsep-konsep dan ketentuan
umum tentang umum penanggulangan
penanggulangan bencana menurut UU No.24
bencana menurut UU tahun 2007.
No.24 tahun 2007.

II s.d Gempabumi 1. Definisi dan sejarah Mahasiswa memahami K/T/P


III gempabumi di definisi dan sejarah
Sumatera Barat gempabumi di Suamtera
2. Penyebab dan
Barat, penyebab dan
pengukuran
gempabumi pengukuran gempabumi,
3. Hukum-hukum hukum-hukum fisika yang
fisika yang mendasari proses
mendasari proses gempabumi, karakterisasi
gempabumi fisika dari gempabumi,
4. Karakterisasi fisika
dari gempabumi risiko dan rawan gempabumi,
5. Risiko dan rawan
gempabumi prediksi gempabumi
6. Prediksi
gempabumi
IV s.d Tsunami 1. Difinisi dan Sejarah Mahasiswa memahami K/T/P
V tsunami definisi dan sejarah tsunami,
2. Penyebab tsunami penyebab dan pengukuran
3. Hukum-hukum
tsunami, hukum-hukum fisika
fisika yang
mendasari proses yang mendasari proses
tsunami tsunami
4. Karakteristik fisika
dari Tsunami karakterisasi fisika dari
5. Risiko dan rawan tsunami, risiko dan rawan
tsunami tsunami, dan tanda-tanda
6. Tanda-tanda tsunami
tsunami

VI s.d Gunung 1. Gunung api, magma Mahasiswa memahami K/T/P


VII Meletus dan erupsi gunung gunung api, magma dan
api erupsi gunung api,
2. Pembentukan
pembentukan gunung api dan
gunung api dan
lempeng tektonik

7
3. Hukum-hukum lempeng tektonik,
fisika yang
mendasari proses hukum-hukum fisika yang
gunung meletus mendasari proses gunung
4. Karakteristik fisis meletus, karakterisasi fisika
dari gunung dari gunung meletus,
meletus
5. Risiko dan rawan risiko dan rawan gunung
gunung api meletus,
6. Prediksi erupsi
gunung api prediksi erupsi gunung api

VII s.d Banjir 1. Sistem Sungai dan Mahasiswa memahami K/T/P


IX penyebab banjir definisi penyebab banjir,
2. Luapan sungai
3. Hukum-hukum hukum-hukum fisika yang
fisika yang mendasari proses banjir,
mendasari proses karakterisasi fisika dari
banjir
banjir,
4. Karakteristik fisika
dari banjir risiko dan rawan banjir, dan
5. Risiko dan Rawan
prediksi banjir
banjir
6. Prediksi banjir
X s.d Kekeringan 1. Difinisi dan Mahasiswa memahami K/T/P
XI Penyebab definisi dan penyebab
kekeringan kekeringan, gejala La Nina
2. La Nina dan La
dan El Nino, di Suamtera
Nino
3. Hukum-hukum Barat,
fisika yang
penyebab dan pengukuran
mendasari proses
kekeringan kekeringan, hukum-hukum
4. Karakteristik fisis fisika yang mendasari proses
dari kekeringan kekeringan,
5. Risiko dan rawan
kekeringan karakterisasi fisika dari
6. Prediksi kekeringan kekeringan,

risiko dan rawan kekeringan,

prediksi kekeringan

XII s.d Angin 1. Angin topan, Mahasiswa memahami K/T/P


XIII Topan tornado dan Angin definisi angin topan, tornado
puting beliung dan angin puting beliung,
2. Penyebab angin
topan penyebab angin topan,
3. Hukum-hukum
fisika yang hukum-hukum fisika yang

8
mendasari proses mendasari proses angin topan,
angin topan karakterisasi fisika dari angin
4. Karakteristik fisika topan,
dari angin topan
5. Rawan angin topan risiko dan rawan angin topan,
6. Pridiksi angin topan
dan prediksi angin topan

XIV Tanah 1. Definisi tanah Mahasiswa memahami K/T/P


Longsor longsor dan definisi dan penyebab tanah
penyebab tanah longsor , kestabilan lereng,
longsor
2. Kestabilan lereng hukum-hukum fisika yang
3. Hukum-hukum mendasari proses tanah
fisika yang
longsor karakterisasi fisika
mendasari proses
tanah longsor dari tanah longsor,
4. Karakteristik fisika
risiko dan rawan tanah
dari tanah longsor
5. Risiko dan rawan longsor,
tanah longsor
prediksi tanah longsor
6. Prediksi tanah
longsor

XV Kejatuhan 1. Definisi meteor dan Mahasiswa memahami K/T/P


Meteor meteorit
2. Hukum-hukum definisi meteor dan meteorit,
fisika yang hukum-hukum fisika yang
mendasari proses mendasari proses kejatuhan
jatuhnya meteor meteor
3. Karakteristik fisika
dari kejatuhan prinsip-prinsip kejatuhan
meteor meteor, risiko dan rawan
4. Risiko dan rawan
kejatuhan meteor, prediksi
kejatuhan meteor
5. Prediksi kejatuhan kejatuhan meteor
meteor

XVI UJIAN AKHIR SEMESTER

Lecturer,

Dr. Ahmad Fauzi, M.Si


NIP. 19960522 199303 1 003

9
Sumber : https://undang-undang no.24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
Download tanggal : 15 Februari 2017, time : 16.30 wib

BAB IV
UNDANG-UNDANG NO.24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana Alam

1. Defenisi Singkat
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
a. Poin 1; Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak
psikologi.

b. Poin 2; Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

c. Poin 5; Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang


meliputi penetapan kebijakan pembangungan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

d. Poin 14; Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi
pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

BAB IV Kelembagaan, Bagian Kesatu Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Pasal 10,
a. Poin 1 ; Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 membentuk Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.

b. Poin 2 ; Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) merupakan Lembaga Pemerintah Nondepartemen setingkat menteri.

Bagian kedua Badan Penanggulangan Bencana Daerah pasal 18,


a. Poin 1 ; Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
b. Poin 2 ; Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a). Badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah
gubernur atau setingkat eselon Ib; dan
b). Badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di
bawah bupati/walikota atau setingkat eselon IIa.

10
BAB V Hak dan Kewajiban Masyarakat,
Bagian Kesatu Hak Masyarakat, pasal 26 ;
(1) Setiap orang berhak :
a. Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman khususnya bagi kelompok
masyarakat rentan bencana
b. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
c. Mendapatkan informasi secara tertulis dan atau lisan tentang kebijakan
penanggulangan bencana.
d. Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial.
e. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan
bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan
f. Melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana.

Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat, pasal 27 ;


Setiap orang berkewajiban :
a. Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan,
keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. Melakukan kegiatan penanggulan bencana; dan
c. Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana

11
BAB V
TUGAS 1 FISIKA BENCANA ALAM

Tugas :
Mereview keterkaitan undang-undang no. 24 tahun 2007 tentang penanggulan bencana dengan silabus fisika bencana alam, menurut saudara
apakah ada kesesuaian silabus dengan undang-undang?

Tabel 1. Matriks Perbandingan Undang-undang dengan Silabus

No. Aspek yang dilihat Undang-undang No.24 tahun 2007 Silabus Fisika Bencana Alam Keterangan
tentang Penanggulangan Bencana Sesuai Tidak Sesuai
1. Defenisi Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian Sesuai dengan undang-undang no.24 tahun √
peristiwa yang mengancam dan 2007 tentang Penanggulangan bencana
mengganggu kehidupan dan penghidupan BAB I Ketentuan umum, pasal 1 poin 1.
masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dampak psikologi.
2 Jenis-jenis Bencana Berdasarkan penjelasan atas undang- Berdasarkan silabus matakuliah fisika √
Alam undang no.24 tahun 2007 tentang bencana alam, yang dibahas hanya 1 jenis
penanggulan bencana, page 35 dari 50 bencana yaitu : bencana alam
mengatakan bahwa:
Potensi penyebab bencana diwilayah negara
kesatuan Indonesia dapat
dikelompokan dalam 3 (tiga) jenis bencana,
yaitu bencana alam, bencana
non alam, dan bencana sosial.

12
3 Penyebab Bencana Alam Berdasarkan undang-undang no.24 tahun Berdasarkan silabus fisika bencana alam, √
2007, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 adapun materi yang hendak dipelajari
poin 2, mengatakan bahwa: adalah:
Bencana alam adalah bencana yang 1. Gempa bumi
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian 2. Tsunami
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara 3. Gunung Meletus
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
4. Banjir
meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor. 5. Kekeringan
6. Angin Topan
Kemudian diperjelas lagi pada page 35 7. Tanah longsor
undang-undang no.24 tahun 2007, 8. Kejatuhan meteor
bahwa bencana alam antara lain berupa
gempa bumi karena alam, letusan
gunung berapi, angin topan, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran hutan/ lahan karena
faktor alam, hama penyakit tanaman,
epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan
kejadian antariksa/benda-benda angkasa.
4 Proyeksi Undang- Pada Bab IV Kelembagaan Ada 3 mata kuliah UNP yang berlandaskan √
undang No.20 Tahun pada pasal 10 poin 1 terbentuklah BNPB kepada bencana.
2007 (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) 1. Jurusan Geografi Lingkungan
Fakultas Geografi UNP Padang,
pada pasal 18 poin 1 terbentuklah BPBD Mata Kuliah :
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) GEL0313 Manajemen
Kebencanaan (Praktikum)
2. Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang
Mata Kuliah:
Bangunan Tahan Gempa

13
3. Program Magister S2 pendidikan
fisika Universitas Negeri Padang
Mata Kuliah :
Fisika Bencana Alam
5 Fokus Harapan BAB V Hak dan Kewajiban Masyarakat UUD No.24 tahun 2007 Tentang √
Bagian Kesatu, Hak Masyarakat Penanggulangan Bencana
Pasal 26 undang-undang no.24 tahun 2007
poin 1 sesi 2 menyatakan bahwa :
Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan Diskusi konsep, bencana
keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Penyebab, konsep, penanggulangan,
Pasal 26 undang-undang no.24 tahun 2007
poin 1 sesi 3 menyatakan bahwa :
Mendapatkan informasi secara tertulis dan
atau lisan tentang kebijakan Output bagaimana menanggulangi bencana
penanggulangan bencana. dengan menggunakan konsep fisika

Bagian Kedua, Kewajiban Masyarakat


Pasal 27 undang-undang no.24 tahun 2007 :
a. Menjaga kehidupan sosial masyarakat
yang harmonis, memelihara
keseimbangan, keserasian, keselarasan,
dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
b. Melakukan kegiatan penanggulan
bencana; dan
c. Memberikan informasi yang benar
kepada publik tentang penanggulangan
bencana

14
6 Dari Visi dan Misi Penjabaran Visi Misi BNPB, dan BPBD Tujuan Mata Kuliah Fisika Bencana Alam √
BNPB dan BPBD maka Sumatera Barat berlandaskan kepada pasal yang dibina oleh Bapak Dr.H.Ahmad Fauzi,
lahirlah tujuan yang di 10 dan pasal 18 undang-undang no.24 tahun M.Si:
2007.
inginkan dari mata Terwujudnya mahasiswa yang mampu
1. Visi dan Misi BNPB
kuliah fisika bencana Visi memahami konsep, prinsip/teori, siaga,
alam Ketangguhan bangsa dalam menghadapi tanggap dan tawakal serta metode-metode
bencana. fisika dalam bidang fisika bencana alam
Misi dalam metode ilmiah berlandaskan iman
a. Melindungi bangsa dari ancaman dan taqwa.
bencana melalui pengurangan risiko
b. Membangun sistem penanggulangan
bencana yang handal
c. Menyelenggarakan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinir, dan menyeluruh

2. Visi BPBD Sumatera Barat


VISI :
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Sumatera Barat telah merumuskan
visinya untuk periode lima tahun (2010 -
2015) sebagai berikut:
“Mewujudkan Sumatera Barat Siaga,
Tanggap, Tangguh dan Tawakal Dalam
Menghadapi Bencana”
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil adalah; bahwa undang-undang no.24 tahun 2007, sangat cocok dengan materi
perkuliahan Fisika Bencana Alam, karena hanya pada mata kuliah inilah yang menurunkan materi perkuliahan
berdasarkan kepada undang-undang. Mata kuliah Fisika bencana alam merupakan suatu hal yang harus dipelajari, bukan
hanya dari kalangan mahasiswa saja tapi masyarakat umum tentulah bisa memahami tentang bagaimana gejala-gejala
alam bisa memberikan informasi suatu yang objektif dan berdampak terhadap kehidupan dibumi.

15

Anda mungkin juga menyukai