11.2014.336
Pembimbing:
1
Pendahuluan
Cairan merupakan bagian tubuh yang amat penting bagi manusia. Pada anak dan bayi
persentasenya lebih besar daripada orang dewasa. Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak
dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien
harus puasa lama (misalnya karena pembedahan saluran cerna), perdarahan banyak, syok
hipovolemik, anoreksia berat, dan mual muntah terus- menerus. Dengan terapi cairan, kebutuhan
air dan elektrolit dapat terpenuhi. Salah satu terapi cairan yang dapat diberikan kepada anak/bayi
adalah kristaloid. Kristaloid mayoritas berisi larutan air steril dengan elektrolit dan/atau
dekstrosa yang ditambahkan sesuai dengan kandungan mineral plasma manusia. Kristaloid
tersedia dalam berbagai formulasi, mulai dari hipotonik, isotonik hingga hipertonik. Salah satu
formulasi yang paling umum, normal salin 0.9%, dirancang untuk perkiraan mineral dan
konsentrasi elektrolit plasma manusia. Kristaloid merupakan cairan yang mempunyai komposisi
mirip cairan ekstraseluler. Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan
mudah di setiap pusat kesehatan, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan
sederhana dan dapat disimpan lama.1
Cairan tubuh manusia terdiri atas intraselluler : 2/3 total cairan tubuh (67%),
ekstraselluler : 1/3 cairan tubuh (33%), intravaskuler : ¼ cairan ekstrasel (8%), interstitial :
sisanya (25% total cairan tubuh). Jumlah cairan tubuh tergantung umur, jenis kelamin. Bayi : 75-
80% berat badan (prematur > tinggi), anak-anak : 65%, remaja : 60% berat badan. Gangguan
keseimbangan cairan relatif lebih mudah terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa oleh
karena permukaan tubuh yang lebih luas, distribusi cairan berbeda dengan orang dewasa, dan
fungsi hemostasis belum sempurna. Pemberian cairan pada bayi/anak bertujuan sebagai cairan
resusitasi/pengganti dan cairan rumatan.2
Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang
masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”.
Cairan maintenance adalah jumlah asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss”
(kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari
hembusan napas dalam hidung, dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian
kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit) dalam urin yang osmolaritasnya sama dengan
plasma darah.2
2
A. Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh
PLASMA CAIRAN
DARAH INTERSTISIAL
5% 15%
3
E. Cairan Kristaloid yang Hipoonik
Contoh cairannya : KaEN 3B, Tridex 27B,
D5+1/2NS, D5+1/4NS. Cairan ini bukan cairan
resusitasi. Penggunaannya pada kelainan
keseimbangan elektrolit. Cairan ini didistribusikan
ke ekstra dan intra selluler, digunakan pada
kehilangan cairan tubuh yang disertai kurangnya
cairan intraselluler. Misalnya pada dehidrasi
kronik digunakan untuk kebutuhan rumatan.
Cairan rumatan ini bertujuan untuk mengganti
kehilangan air lewat urine, feses, paru, dan
keringat. Cairan yang hilang dengan cara ini
sedikit sekali mengandung elektrolit. Gambar 1. KA-EN 3B 4
4
G. Cairan Kristaloid yang Hipertonik
Contoh cairannya : NaCl 3% (1000-2500 mOsm/L). Natrium merupakan ion
ektraselluler utama. Pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraselluler
ke dalam ekstraselluler. Cairan ini bermanfaat pada luka bakar karena dapat
mengurangi edema pada luka, edema perifer, dan mengurangi jumlah cairan yang
dibutuhkan. Efektif sebagai volume expander dengan sifat anti edema. Efek
sampingnya adalah hipernatremia, hiperchloremia, asidosis, dan hipokalemia.
5
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit
yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl,
ringer laktat, atau dekstrosa.
Kontraindikasi : hiponatremia, retensi cairan, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.
6
dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi
akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-
paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati
pemberian pada penderita edema perifer pulmoner.
3. Dekstrosa2
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang
(kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan
iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
7
pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi
dehidrasi.
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya
ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian
350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal
terhadap parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA
dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi
setelah anestesi umum/spinal.
Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek
pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta
keseimbangan asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan
epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat
neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami
eklampsia atau pre-eklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemik/hemoragik akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari
penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn
dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya
pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan
terjadinya edema otak. Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa
menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik
(denyut jantung dan tekanan darah sistolik-diastolik).
5. KA-EN 1B3
Indikasi:
- Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal
pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
- < 24 jam pasca operasi
8
- Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
- Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam
Seorang anak dengan penyakit tertentu mungkin memerlukan cairan dan elektrolit
khusus. Seperti pada keadaan dehidrasi, dimana terjadi cairan tubuh yang dikeluarkan
lebih banyak dari cairan yang masuk. Cairan yang keluar ini biasanya disertai dengan
9
elektrolit. Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam yaitu isotonik, hipotonik, hipertonik.4
1. Dehidrasi isotonik, dimana tidak terjadi perubahan elektrolit darah (natrium plasma
tetap normal 130 – 150mEq/L) disebut juga dehidrasi isonatremia dengan kesadaran
sampai koma, penurunan berat badan, turgor kulit yang jelek, selaput lendir dan kulit
kering serta nadi yang lemah dan cepat dengan penurunan tekanan darah.
10
Kesimpulan
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan di dalam tubuh kita
sangat penting, hal ini dapat dipahami karena komposisi terbesar dari struktur penyusun tubuh
kita adalah caira. Komposisi cairan tubuh harus seimbang antara di dalam dan di luar sel. Cairan
tubuh kita didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam
metabolisme sel. Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama
pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Gangguan dalam keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien gastroenteritis, DHF, tifoid,
difteri, dan pasien bedah, Terapi cairan parenteral digunakan untuk mempertahankan atau
mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi cairan harus
diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus itu sendiri. Jenis
cairan yang bisa diberikan untuk terapi cairan adalah cairan kristaloid dan cairan koloid.
11
Daftar Pustaka
1. Pudjidi A, Latief A, dan Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011, h144-51.
2. Trihono P, dkk. Hot Topics in Pediatrics II. Edisi ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
2002, h121-33.
3. Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2010, h 27-31.
4. Diambil dari http://www.edukia.org/web/kbanak/6-2-1-diare-dengan-dehidrasi-berat,
tanggal 6 januari 2016.
12