Anda di halaman 1dari 45

Presentasi kasus

DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT

Disusun oleh :
Ha Sakinah Se, S.Ked
04054821719029

Oponen:
Syahnas Ya Rahma, S.Ked
Fitri Aulia Dina, S.Ked
Zakira Tiffani, S.Ked
Triza Ahmad, S.Ked

Pembimbing:
dr. Isnada, SpA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus yang berjudul


DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT

Oleh :

Ha Sakinah Se

Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSMH Palembang Fakultas Kedokteran Unsri.

Palembang, Maret 2018


Pembimbing,

dr. Isnada, SpA

ii
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul “DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Isnada, SpA sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.

Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Palembang, Maret 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................5
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................6
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................16
BAB IV. ANALISIS KASUS ..................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Diare akut merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Penyakit diare masih
sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare
sebagai kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih selama 1 hari atau lebih.6
Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun
meninggal setiap tahunnya, sekitar 20 % meninggal karena infeksi diare.1,2,3,4 Di
Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia sebesar 6
juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian tersebut
terjadi di negara berkembang.4 Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan
dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi.
Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun.4
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularan nya secara fekal-oral.
Berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorpsi. Diare dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan
sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya
dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.5
Virus merupakan penyebab diare tersering dan umumnya bersifat self-limiting.
Sehingga hal yang penting dalam terapi diare adalah mencegah komplikasi diare
seperti dehidrasi. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang

5
tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian
karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.
Sebagai seorang dokter yang akan terjun di dalam masyarakat, pemahaman
tentang tatalaksana diare sangatlah penting agar dapat melakukan terapi maupun
edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan diare. Diharapkan dengan
penulisan laporan kasus ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai
penyakit diare.

6
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
Nama : An. SF
Umur / Tanggal Lahir : 1 tahun 7 bulan (14 Oktober 2015)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. A ( 31 tahun)
Nama Ibu : Ny.SS ( 23 tahun)
Alamat : Muara Enim
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
Dikirim oleh : Datang sendiri
MRS : 21 Februari 2018 (17:00)

B. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita 21 Februari 2018 pukul 17.00
WIB)
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : muntah

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 1 hari SMRS, ibu pasien mengeluh anak BAB cair sudah sebanyak 9
kali, kurang lebih setengah gelas belimbing setiap BAB, konsistensi cair dengan
sedikit ampas. BAB berwarna coklat kekuningan dan berbau asam. Tidak terdapat
darah maupun lendir. Keluhan disertai muntah setiap kali diberikan minum atau
makan. Muntah tidak menyemprot. Banyaknya kurang lebih setengah gelas
belimbing tiap muntah. Muntah berisikan makanan dan cairan. Ibu penderita juga

7
mengeluhkan anak menjadi lemas dan terus menangis. Anak juga susah untuk
menyusu dan makan. Menurut ibu penderita, anaknya juga mengalami penurunan
berat badan. Nafsu makan berkurang. Os sudah tidak BAK 7 jam SMRS. Batuk,
pilek, demam, sesak dan kejang tidak ada. Penderita lalu dibawa ke IGD
RSUD.HM. Rabain, Muara Enim.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien pernah mengalami batuk dan pilek
 Tidak ada riwayat alergi makanan, obat, dingin dan debu.

 Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari


 Tidak ada riwayat kejang
 Riwayat batuk lama disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga dan Lingkungan sekitar


 Keluhan yang sama pada keluarga dan lingkungan sekitar tidak ada
 Riwayat alergi dalam keluarga tidak ada
 Riwayat asma dalam keluarga tidak ada
 Riwayat TBC dalam keluarga tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai buruh. Ibu pasien merupakan guru honorer. Ayah
pasien menanggung 2 orang anak.
Kesan: riwayat sosial ekonomi menengah kebawah

8
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan
Perawatan Antenatal : Rutin
Penyakit Kehamilan : Tidak ada
Kelahiran (lahir dari ibu G2P1A0)
Tempat kelahiran : RSUD H.M Rabain Muara
Enim
Penolong persalinan : Bidan VK
Cara persalinan : partus pervaginam
Masa gestasi : aterm
Keadaan bayi
 Berat badan lahir : 3300 gram
 Panjang badan lahir : 52 cm
 Lingkar kepala : ibu tidak tahu
 Langsung menangis : ya
 Nilai APGAR : ibu tidak tahu
 Kelainan bawaan : tidak ada
 Inisiasi Menyusu Dini : ada
Kesan : riwayat kehamilan dan kelahiran baik

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan:

Berat badan lahir 3300 gram. Panjang badan lahir ibu tidak tahu.

Berat badan sekarang 9600 gram. Tinggi badan 76 cm.

Perkembangan:

Pertumbuhan gigi pertama : 11 bulan

9
Psikomotor
 Tengkurap dan berbalik sendiri : √
 Duduk : √
 Merangkak : √
 Berdiri : √
 Berjalan : √
 Berbicara : √ 1-2 kata
 Membaca : belum bisa
Motorik halus : sudah dapat membuka lembaran
buku

Sosial adaptif : bermain cilukba / permainan


sederhana

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia

Riwayat Makan
 ASI Eksklusif : dari lahir hingga sekarang
 Susu Formula : dari umur 1 bulan hingga sekarang
 Bubur susu : sejak umur 6 bulan
 Nasi tim : sejak umur 9 bulan
 Nasi biasa : sejak 1 tahun
 Anak sudah dapat makan makanan yang sama dengan anggota
keluarga lainnya. belum
Kesan : Kualitas makanan kurang baik dan kuantitas makanan baik

Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN

10
HB0 

BCG 

DPT 1  DPT 2  DPT 3  -

HEPATITIS  HEPATITI  HEPATITIS  -


B1 SB2 B3
Hib 1  Hib 2  Hib 3  -

POLIO 1  POLIO 2  POLIO 3  -

CAMPAK  POLIO 4  -

Kesan :Imunisasi dasar lengkap, sesuai dengan usia

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 24 September 2016
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : somnolen
Nadi : 128 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 32 x/menit
Suhu : 36,8°c
SpO2 : 99%
Data Antropometri
Berat Badan : 9,6 kg
Tinggi Badan : 76 cm
Lingkar Kepala : 45 cm (0 s/d -2 SD pada kurva nellhaus)
Status Gizi :
BB/U : -2 s/d -3 SD
PB/U : -2 s/d -3 SD
BB/PB : -2 s/d - 3 SD
BB ideal sesuai tinggi = 7.2 kg
Status nutrisi = (6.0/7.2)x100% = 83%

11
Kesan : Gizi baik
Keadaan Spesifik
 Kepala
Bentuk : Simetris, Normocephali
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, UUB cekung
Mata : Pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+,konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), mata cekung, air mata kering
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), edema (-), mukosa mulut kering
Tenggorokan : Faring simetris, uvula di tengah, hiperemis (-), T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
 Thoraks
Paru-paru
- Inspeksi : statis, dinamis simetris, retraksi (-/-)
- Palpaasi : stem fremitus tidak dilakukan
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : HR: 128 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : datar dan simetris
- Auskultasi : bising usus (+) meningkat

12
- Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor buruk (cubitan kulit
perut kembali lambat > 2 detik)
- Perkusi : tidak dilakukan
 Lipat paha : pembesaran KGB (-)
 Genitalia : tidak ada kelainan
 Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Akral pucat -/- -/-
CRT <2 detik <2 detik
Oedem -/- -/-

Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik :
Tungkai Lengan
Pemeriksaan Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Cukup cukup cukup Cukup
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Refleks fisiologis +N +N +N +N
Refleks patologis - - - -

Fungsi sensorik : belum dapat dinilai


Fungsi nervi kraniales : belum dapat dinilai
Gejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig
sign (-)

D. DAFTAR MASALAH
1. BAB cair
2. Muntah

13
3. Nafsu makan berkurang
4. BAK berkurang

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut ec Rotavirus
2. Diare akut ec ETEC (Entero Toxigenic E.Coli)
3. Diare akut ec Salmonella
4. Diare akut ec shigella

F. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut ec. Rotavirus + dehidrasi berat

G. TATALAKSANA
a) PEMERIKSAAN ANJURAN
Cek darah rutin
Cek gula darah
Cek feses
Cek elektrolit

b) TERAPI
Pada diare dengan dehidrasi berat dilakukan rencana terapi C
 Rehidrasi Parenteral
- Beri cairan intravena segera menggunakan Ringer Laktat
o Pemberian I = 30 ml/kgBB = 288 ml dalam 30 menit ~ (gtt 200)
o Selanjutnya = 70 ml/kgBB = 672 ml ~ 500 ml dalam 2,5 jam ~ (gtt
90)
- Nilai kembali tiap 15 – 30 menit. Bila status hidrasi belum membaik,
beri tetesan lebih cepat

14
- Beri oralit (5ml/kgBB/jam) bila anak sudah mau minum. Biasanya
setelah 1-2 jam
- Setelah 6 jam, cek derajat dehidrasi. Untuk melanjutkan pilihan
rencana terapi yang sesuai
 Suplementasi
- Zinc
Usia > 6 bulan = berikan 1 x 20 mg (selama 10 hari berturut-turut)
- Probiotik (L-bio 2x1/hari)
 Dukungan nutrisi
Berikan ASI, makanan (bubur saring), dan minum lebih sering
 Edukasi orang tua
- Memberitahukan orang tua mengenai penyakit anaknya
- Memberitahukan untuk memberi anak makan dan minum lebih sering
- Memberikan ASI
- Penyediaan makanan yang bersih
- Penggunaan air bersih
- Mencuci tangan, terutama setelah membersihkan feses anak

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

I. FOLLOW UP
Tanggal
21 februari S : BAB cair (+), demam (+), muntah (+) A : Diare akut ter-rehidrasi
2018 O : BB = 9,6 kg P :- IVFD KAEN 3B
Sens: CM, N: 151x/m, RR: 32x/m, T: gttX/menit
38,5oC -
L bio 2x1

15
-
Kepala : normocephali, mata cekung (+) Zinc 1x1 tab
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba,
BU(+) meningkat
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik

22 februari S : BAB cair (+), demam (-), muntah (-) A : Diare akut ter-rehidrasi
2018 O : BB = 9,6 kg P : - IVFD KAEN 3B
Sens: CM, N: 126x/m, RR: 30x/m, T: gttX/menit
37,1oC - L bio 2x1
Kepala : normocephali, mata cekung (-) - Zinc 1x1 tab
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba,
BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik

23 februari S : BAB cair (+) berkurang, demam (-), A : Diare akut ter-rehidrasi
2018 muntah (-) P : - IVFD KAEN 3B
O : BB = 9,6 kg gttX/menit
Sens: CM, N: 110x/m, RR: 28x/m, T: - L bio 2x1
37,1oC - Zinc 1x1 tab
Kepala : normocephali, mata cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba,

16
BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik

24 februari S : BAB cair (+). Frekuensi berkurang, A : Diare akut ter-rehidrasi


2018 jumlah berkurang. Sudah ada ampas >>, P : - IVFD KAEN 3B
tidak berbau, nafsu makan (+), muntah (-) gttX/menit
O : BB = 9,6 kg - L bio 2x1
Sens: CM, N: 108x/m, RR: 28x/m, T: - Zinc 1x1 tab
37,1oC
Kepala : normocephali, mata cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba,
BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik
Lampiran (Hasil Laboratorium 22 Februari 2018)
Hb : 9.4 gr/dL
RBC : 4.800.000/uL
WBC : 10.570/uL
Ht : 28%
Diff. Count : 0.1/0.0/24.0/58.9/17.0 %
Na : 132 mmol/
K : 4.1 mmol/L
Cl : 108 mmol/L

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

17
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.10 Menurut WHO
tahun 1998, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.6 Sedangkan menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi
diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus
dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan dan
anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.16
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya.
Di dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare
adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di
seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta
kematian setiap tahunnya.4
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak
1-2 episode per tahun. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2007, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5
tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.
Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun (16,7%)
dan kurang dari 1 tahun (16,5%).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian
pada tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam
dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga
7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian
karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di
negara maju maupun di negara berkembang.

C. Etiologi

18
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah
diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.10,13
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral,
dengan air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian
terbanyak.6,7,8
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara
lain Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus.
Norwalk virus dan Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada
anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak
usia dibawah 5 tahun terutama usia dibawah 2 tahun.7,10
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
 E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus
dengan frekuensi 20-30%. Subtipe E. Coli tersebut adalah :
 Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
 Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
 Entero Invasive E. Coli (EIEC)
 Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
 Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
 Shigella
 Campylobacter yeyuni
 Salmonella sp.
 Yersinia
 Vibrio
C. Parasit
 Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
 Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.

19
 Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-
115. Sering terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
 Karbohidrat
Disakarida :intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
 Lemak
 Protein
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
 Alergi susu
 Alergi makanan
 CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s
disease dan Shor Bowel Syndrome.

D. Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.2,3,7
Penderita diare rotavirus dapat mengekskresi virus dalam jumlah
besar, yang dapat menyebar melalui tangan yang terkontaminasi. Rotavirus
merupakan virus yang tahan terhadap berbagai lingkungan, sehingga dapat
ditularkan melalui berbagai benda yang terkontaminasi, air, maupun makanan.
Pada iklim tropis, rotavirus pada tinja dapat bertahan hidup sampai 2 bulan.10
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pertama
kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh
tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara

20
penyapihan yang tidak baik. Selain hal tersebut beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara
lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung,
menurunnya motilitas usus dan faktor genetik.7,8

E. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbsi atau
sekresi.1,5,7
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan
ganggaun sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
 Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
 Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare


osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
 Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus dan darah maka pada
segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah
lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen usus.
Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang
normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi
lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak
diserap seperti Mg, Glukose, sukrose, laktose, maltose di segmen ileum

21
dan melebihi kemampuan absorpsi kolon sehingga terjadi diare. Bahan-
bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang mengandung
sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang
sama.5,7,13
 Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam
empedu bentuk dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan
mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan
menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan
perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain
terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen
usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada
aktivitas NaK-ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar
cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian
menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi
intestinal. Penyakit malabropsi seperti reseksi ileum, penyakit Crohn dapat
menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan
konsentrasi garam empedu, lemak.5,6,7,12
 Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi
perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik
peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare.
Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh yang
menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan
meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan
stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan
malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery

22
diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable
pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
tirotoksikosis, malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga
terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misal pada
diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.5,7,13
 Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I,
III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE
dan alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit
gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac disease
dan protein loss enteropaties.5,7,13

Mekanisme terjadinya diare oleh infeksi rotavirus telah diketahui


melalui berbagai mekanisme yang berbeda. Mekanisme ini meliputi
malabsorbsi akibat kerusakan sel usus (enterosit), toksin, perangsangan
saraf enterik serta adanya iskemik pada vilus. Rotavirus yang tidak
ternetralkan oleh asam lambung akan masuk ke dalam bagian proksimal
usus. Rotavirus kemudian akan masuk ke sel epitel dengan masa inkubasi
18-36 jam, dimana pada saat ini virus akan menghasilkan enterotoksin
NSP-4. Enterotoksin ini akan menyebabkan kerusakan permukaan epitel
pada vili, menurunkan sekresi enzim pencernaan usus halus, menurunkan
aktivitas Na+ kotransporter serta menstimulasi syaraf enterik yang
menyebabkan diare.7,8 Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang
fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga
timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,
cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella,

23
shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi
prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik. Toksin
shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan
adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.3,5,7

F. Manifestasi Klinis

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan


berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijauan, daerah anus dan sekitarnya timbul
luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang
tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.2,7,8,10

Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang


memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut,
serta kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan
hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi
lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan
kesadaran menurun, karena kurang cairan, diuresis berkurang (oliguria-
anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat
dan dalam (pernafasan kusmaul).6,7,8

Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

24
Panas + ++ ++ - ++ -

Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kramp


kramp kolik kramp

Nyeri kepala - + + - - -

Lamanya sakit 1. >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

Sifat tinja

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 >10 Sering Sering Sering Terus


kali/hari kali/hari menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Darah - Sering Kadang - + -

Bau Langu ± Busuk + Tidak Amis khas

Warna Kuning Merah- Kehijauan Tidak Merah-hijau Seperti air


hijau hijau berwarna cucian
beras

G. Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :3,5,7,10,13
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi
tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :

25
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan
intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernapasan, pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut
pernapasan kuszmaull. Pernapasan ini merupakan homeostasis
respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.
3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini
terjadi karena :

26
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut
berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang
sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat.
Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan
turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani
penderita dapat meninggal.

H. Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa,
berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan
dan minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain
yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis media,campak.

27
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan
yang diberikan serta riwayat imunisasi.7,8,10
2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi. Penilaian
derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:2,6,10
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
 Turgor kurang, akral hangat
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill time
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

3. Laboratorium

28
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :

 Makroskopik

Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya


disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar
saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E.
histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.
histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada
infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang
berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides.

 Mikroskopik

Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri


yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada
pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman
yang memproduksi sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni,

29
C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan
kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides. Leukosit yang
ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada S. typhii
mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat
Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila
terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita
immunocompromised.

I. Penatalaksanaan

Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata


Laksana pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung
6,10
oleh ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO.
Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk
mengobati pasien. Untuk itu, Departemen kesehatan menetapkan lima pilar
penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yangdiderita anak balita baik
yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:7,10

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah
sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi
rasa mual dan muntah. Oralit merupakan campuran garam elektrolit,
seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium
sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti
cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun

30
air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare.6,10
Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. 7,8 Berikan
tatalaksana cairan sesuai dengan derajat dehidrasi

-
Diare tanpa dehidrasi10

31
-
Diare akut dehidrasi ringan-sedang (Rencana terapi B)

32
-
Diare akut dehidrasi berat (Rencana terapi C)

33
1. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc adalah suatu mikronutrien esensial yang merupakan
elemen dari banyak metallo-enzyme dan bekerja sebagai koenzim dari
berbagai sistem enzim. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.7,10
Peranan zinc pada diare merupakan pengaruh langsung pada
sistem gastrointestinal maupun peranannya pada sistem imun.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya.1 Zinc juga membantu pertumbuhan
anak dan meningkatkan nafsu makan.10 Penelitian di Indonesia

34
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare
sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa
Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %. Berdasarkan bukti
ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah
berhenti. Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu
memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh secara keseluruhan.10
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare.

Pemberian Probiotik:
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung
bakteri atau jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran
pencernaan manusia, yang bila diberikan sesuai indikasi dan dalam
jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi
kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus
telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel
usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat
dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated
diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
2. ASI dan makanan tetap diteruskan

35
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan
gizi pada penderita terutama pada anak. agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum
Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula
juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.7,8,10
1. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.7,8,10
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak
yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti
muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:


 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau
Erytromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-

36
1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua
umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

2. Nasihat kepada orang tua


Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu atau pengasuh tentang
cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk
segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:7,10
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari

J. Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah :
Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini.7,10
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu
formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus
disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari

37
kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih). 7,8,10
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang
disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula,
berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.7,8
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa,
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.7,8
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:7,8,10
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

38
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-
Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari
tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan
air tercemar.7
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi
risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.7,8
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).7,10
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.7,8
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

39
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar


Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.7,8
7. Imunisasi
Vaksin Rotavirus, vaksin monovalen diberikan 2 kali, dosis ke-1 usia 6-
14 minggu. Dosis ke-2 dengan interval minimal 4 minggu dan harus selesai
sebelum usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. dosis
ke-1 usia 6-14 minggu, dosis ke-2 dengan interval 4-10 minggu, dosis ke-3
diberikan pada usia kurang dari 32 minggu.

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien an. SF/ 1 tahun 7 bulan/ Perempuan datang ke IGD RSUD H.M Rabain
dengan keluhan utama BAB cair. Didapatkan keluhan tambahan muntah berulang.
Sejak ± 1 hari SMRS, ibu pasien mengeluh anak BAB cair sudah sebanyak 9 kali,
kurang lebih setengah gelas belimbing setiap BAB, konsistensi cair dengan sedikit
ampas. BAB berwarna coklat kekuningan dan berbau asam. Tidak terdapat darah
maupun lendir. Keluhan disertai muntah setiap kali diberikan minum atau makan.

40
Muntah tidak menyemprot. Banyaknya kurang lebih setengah gelas belimbing tiap
muntah. Muntah berisikan makanan dan cairan. Ibu penderita juga mengeluhkan anak
menjadi lemas dan terus menangis. Anak juga susah untuk menyusu dan makan.
Menurut ibu penderita, anaknya juga mengalami penurunan berat badan. Nafsu
makan berkurang. BAK berkurang. Batuk, pilek, demam, sesak dan kejang tidak ada.
Penderita lalu dibawa ke IGD RSUD.HM. Rabain, Muara Enim.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen dengan tanda-tanda
utama dehidrasi, yaitu ubun-ubun cekung, mata cekung, air mata kering, mukosa
mulut kering dan turgor buruk.
Dari alloanamnesis dan pemeriksaan fisik diatas dapat disimpulkan bahwa
telah terjadi diare akut yang disertai dengan komplikasi dehidrasi berat. Dehidrasi ini
terjadi karena hilangnya cairan yang terus berlangsung tanpa pergantian yang
memadai, sehingga gejala dehidrasi mulai tampak. Dari anamnesis dapat ditentukan
penyebab diare dengan cara menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pada kasus ini
didapatkan konsistensi BAB yang cair (Watery stool), maka dapat disingkirkan
penyebab diare karena shigella, salmonella, dan ETEC karena konsistensi feses pada
penyebab ini adalah lembek. Tidak ditemukannya BAB yang disertai darah dan lendir
pada kasus ini, jadi penyebab diare pada kasus ini bukan shigella, salmonella, ataupun
EIEC. Bau anyir pada BAB kasus ini khas pada rotavirus. Sedangkan pada
salmonella, feses berbau seperti telor busuk. Warna kehijauan pada BAB khas pada
diare karena salmonella, berbeda pada kasus ini dimana BAB berwarna kekuningan.
Penyebab kolera juga dapat disingkirkan karena BAB seperti cucian beras merupakan
khas kolera. Berdasarkan anamnesis, didapatkan gejala khas yang mengarah ke diare
dengan penyebab virus. Virus juga merupakan penyebab terbanyak diare pada anak.
Maka dari itu diagnosis pada kasus ini adalah diare akut ec. Rotavirus.
Pada kasus ini didapatkan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diare.
Pasien berusia 1 tahun 7 bulan. Episode diare banyak terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Usia dimana anak mulai diperkenalkan makanan pendamping dapat
memperbesar risiko terpaparnya anak dengan makanan yang terkontaminasi tinja

41
manusia maupun binatang. Sistem pertahanan saluran cerna anak masih belum
matang (sekresi asam lambung belum sempurna, barier mukosa belum berkembang,
jumlah flora normal masih sedikit, kurangnya kekebalan aktif).
Tatalaksana pada diare disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang telah
terjadi. Kehilangan cairan pada diare yang tidak segera diganti akan menimbulkan
tanda dehidrasi. Pada kasus ini terlihat anak lemas, matanya cekung, malas minum,
dan turgor buruk atau cubitan kulit perut kembali sangat lambat. Telah terdapat dua
atau lebih gejala dehidrasi berat. Maka dari itu tatalaksana dilakukan dengan
melaksanakan rencana terapi C.
Penderita segera diberikan cairan secara intravena menggunakan ringer laktat
dengan banyaknya pemberian sebagai berikut:
Pemberian I = 30 ml/kgBB = 288 ml dalam 30 menit ~ (gtt 200)
Selanjutnya = 70 ml/kgBB = 672 ml ~ 700 ml dalam 2,5 jam ~ (gtt 90)
Penderita dinilai kembali status hidrasinya tiap 15–30 menit. Pada kasus ini
pemberian cairan menunjukkan klinis yang membaik. Turgor yang buruk menjadi
baik, begitu pula dengan keadaan umum yang menunjukkan anak sudah tidak lemas
dan sudah mau minum. Beri oralit (5ml/kgBB/jam) bila anak sudah mau minum.
Biasanya setelah 1-2 jam. Derajat dehidrasi dicek kembali setelah 6 jam. Zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut untuk mempercepat penyembuhan. Beritahu
ibu untuk tetap memberikan ASI lebih sering dan tetap memberikan makanan
tambahan agar tercukupi kebutuhan nutrisi anak.
Penderita di follow up setiap hari untuk melihat perbaikan klinis. Anak
diperbolehkan pulang jika nafsu makan sudah baik, tanda dehidrasi sudah tidak
tampak, dan tidak ada tanda bahaya seperti muntah. Pada kasus ini anak
diperbolehkan pulang setelah dirawat selama 4 hari. BAB cair sudah tidak ada dan
keadaan umum anak sudah baik. Hal ini menunjukkan tatalaksana diberikan dengan
baik. Edukasi pada orang tua harus diberikan saat akan memulangkan pasien.
Terutama untuk mencegah terjadinya diare berulang. Orang tua juga diberitahu cara
mengatasi diare saat dirumah.

42
43
DAFTAR PUSTAKA

1. Black, R.E., Morris, S.S., and Bryce, J. Where and why are 10 million children
dying every year? Lancet . 2010, 361: 2226-2234.
2. Kosek, M., Bern, C., and Guerrant, R.L. The global burden of diarrhoeal
disease, as estimated from studies published between 1992 and 2000. Bull
World Health Organ. 2013, 81: 197-204.
3. LEE Jong-wook, Director-General, World Health Organization. Water,
sanitation and hygiene links to health. Facts and figures updated November
2014
4. Parashar, U.D., Hummelman, E.G., Bresee, J.S., Miller, M.A., and Glass, R.I.
(2003) Global illness and deaths caused by rotavirus disease in children. Emerg
Infect Dis 9: 565-572.
5. Gerald T. Keusch, Olivier Fontaine, Alok Bhargava. dkk. Diarrheal Diseases. di
unduh dari Disease Control Priorities Project.
http://www.dcp2.org/pubs/DCP/19/, 15 Desember 2015
6. UNICEF-WHO. Diarhoea: Why children are still dying and what can be done.
2018
7. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI.
Pengendalian Diare di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2018.
8. Agtini, MD. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun
2011-2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
9. Ditjen.PP & PL. Departeman Kesehatan RI. Dit.Sepim Kesma. Buku data 2016
10. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011.
11. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2016.

44
12. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI; 2007.

13. Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
Edisi ke-3. Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan
Sadikin. 2015.

14. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan


RI.Survei Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan Studi mortalitas 2001: Pola
Penyebab Kematian di Indonesia. 2012.
15. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI.Survei Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan SKRT 2001: Studi
Morbiditas dan Disabilitas 2012.
16. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) . 2018.

45

Anda mungkin juga menyukai