Anda di halaman 1dari 4

Akuntansi Keperilakuan: Rangkuman Materi SAP 9

“Aspek Keperilakuan Pada Pengambilan Keputusan Dan Para Pengambil Keputusan


Penganggaran Modal”

Dosen: Luh Gede Krisna Dewi, S.E., M.Si., Ak.

OLEH KELOMPOK 10

Ni Wayan Sarasati Pramudia W. 1506305079


Putu Shandya Maharani 1506305117
Putu Desy Pirdayanti 1506305125
Putu Nadiani Putri Utama 1506305130

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

1
2018
PEMBAHASAN
A. FAKTOR-FAKTOR KEPERILAKUAN

1. Definisi Penyusunan Anggaran Modal


Penyusunan anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses mengalokasikan
dana untuk proyek atau pembelian jangka panjang. Karena melibatkan jumlah dana
yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah dapat mengakibatkan
kebangkrutan, masalah-masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak, kegagalan
untuk mengoptimalkan operasi perusahaan.
2. Jenis dan Pentingnya Faktor-faktor Keperilakuan dari Penyusunan Anggaran
Modal
Identifikasi dan spesifikasi atas proyek potensial memerlukan kreativitas dan
kemampuan untuk mengubah ide yang bagus menjadi suatu proyek yang praktis.
Menurut pemikiran, keputusan yang telah dipilih tersebut akan benar-benar objektif,
tetapi hal tersebut sangatlah tidak mungkin terjadi.
3. Masalah dalam Mengidentifikasi Proyek Potensial
Penting untuk diperhatikan bahwa selalu terdapat minat yang besar dalam
mengevaluasi keberhasilan dari proyek yang dipilih. Akan tetapi, proyek yang
dikorbankan, baik karena tidak adanya identifikasi maupun seleksi, hamper tidak
pernah dipertimbangkan sesudahnya. Hal itu mungkin disebabkan karena biaya
kesempatan dari proyek tersebut lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari
proyek yang dipilih dan diterapkan.
4. Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia
Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun
kelompok aktifitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah
tindakan yang berbahaya. Juga diketahui secara umum bahwa orang-orang belajar
dengan berlalunya waktu ketika mereka mengoperasika suatu prosedur tertentu.
5. Masalah Manajer dan Ukuran Jangka Pendek
Karena jarang terdapat hubungan satu banding satu antara manajer dan proyek,
maka manajer individual akan mengambil alih proyek-proyek dari pendahuluan
mereka dan memulai beberapa proyek mereka sendiri. Sedikit sekali proyek yang
akan dimulai dan diselesaikan oleh manajer yang sama karena tingkat perputaran

2
yang cukup cepat (misalnya promosi, transfer, dan seterusnya) yang terjadi di
kebanyakan organisasi.

6. Masalah yang Disebabkan oleh Identifikasi Diri Sendiri dengan Proyek


Manajemen puncak sebaiknya menyadari bahwa proses mencoba untuk
membuat proyek yang buruk terlihat bagus dapat menyiksa bahkan manajer yang
terbaik sekali pun. Sebaiknya terdapat mekanisme yang elegan untuk
“menyelamatkan” proyek sebelum manajer yang sebenarnya sangat bagus
meninggalkan perusahaan atau bertindak secara disfungsional untuk menghindari
keharusan untuk mengakui bahwa suatu proyek yang mereka usulkan tidak berhasil.
7. Pengembangan Anggota dan Proyek Modal
Dalam proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbangkan
apakah proyek yang diusulkan adalah baik untuk pengembangan dari sipengusul
proyek tersebut pada saat ini. Proyek tersebut mungki saja terlalu besar bagi orang
atau divisi tersebut untuk diserap tanpa membuat mereka manjadi putus asa. Dengan
demikian, suatu perusahaan dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan sedikit
laba atau bahkan tidak sama sekali hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.
8. Penyusunan Anggaran Modal sebagai Ritual
Beberapa ilmuan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan
anggaran modal adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit
proyek yang diajukan oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut
memiliki peluang yang bagus untuk disetujui. Terlalu banyak rasa malu dan “hilang
muka” yang diidentifikasikan dengan proyek yang ditolak.
9. Perilaku Mencari Resiko dan Menghindari Resiko
Individu bereaksi secara berbeda terhadap resiko. Beberapa orang tampaknya
menikmati pengambilan keputusan yang beresiko dan berada dalam situasi yang
beresiko sementara yang lain mencoba untuk menghindari hal-hal tersebut. Kondisi
tertentu dari tingkat penghindara resiko oleh pengambilan keputusan dalam
penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut bereaksi
atas proyek.
10. Membagi Kemiskinan
Fenomena “membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting
dalam proses penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih banyak
proyek anggaran modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan

3
dana yang tersedia untuk mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan
rasionalisasi modal.

B. TAMPILAN RASIO
Dalam meninjau faktor-faktor ini, juga dicatat bahwa terdapat masalah-masalah
yang ditimbulkan oleh kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memilih proyek modal
dan kebutuhan akan kreativitas dan penilaian manusia.
Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran
memiliki tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit
digunakan. Model matematis tersebut memberikan atmosfir kepastian, logika, dan ilmu
pengetahuan. Tetapi, yang mendasari proses pengambilan keputusan adalah faktir-faktor
keperilakuan yang disebutkan dalam bab ini. Sayangnya, para pengambil keputusan
mungkin tidak ingin mengakui bahwa faktor-faktor manusia yang irasional mungkin
menjadi faktor yang terpenting dalam penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek
tertentu.

C. SARAN-SARAN PERBAIKAN
Adapun yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan dari
faktor-faktor keperilakuan manusia terhadap proses penyusunan anggara modal adalah
Pertama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran modal
menyadari faktor-faktor keperilakuan yang melekat pada proses tersebut. dimana
mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengaburkan data
keputusan yang relevandan yang bersifat lebih rasional. Sementara itu tidak mungkin
untuk tidak sama sekali menghilangkan faktor-faktor manusia, suatu pendekatan yang
berhasil akan menekankan pada kesadaran akan faktor-faktor tersebut dan uasaha-usaha
untuk mengendalikan dampaknya yang disfungsional. Lebih lanjut lagi, agar audit pasca
implementasi dilakukan terhadap proyek-proyek anggaran modal.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses
penyusunan anggaran modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak
menyadari akan faktor-faktor keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya
mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan
dari penyusunan anggaran modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal.

Anda mungkin juga menyukai