kenyataan. Pertama, status gizi yang cukup adalah penting bagi kese-
hatan dan kesejahteraan. Kedua, setiap orang hanya akan cukup gizi
yang diperlukan jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi
dan energi. Ketiga, ilmu gizi memberikan fakta yang perlu sehingga
sangat boleh jadi menentukan pilihan pangan dalam hal jumlah, jenis,
ruh terhadap gizi masyarakat bersangkutan. Oleh sebab itu, maudu’ seba-
gai salah satu bentuk budaya perlu mendapatkan kajian khusus kaitannya
1. Pengertian gizi
bentuk pemakaian kata ”gizi” yang rancu (Sandjaja, dkk. 2010: ix).
46
ini zat gizi, dan yang kedua, sebagai sebuah proses. Sebagai materi, gizi
Kata ”gizi” itu sebenarnya berasal dari bahasa Arab, “ghidza”, yang
berarti makanan. Dalam dialek Mesir, ghidza dilafalkan “ghizi”. Inilah yang
Dalam perspektif ini, gizi lebih bermakna materi, yang lebih sering disebut
Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru dikenal sekitar tahun
1994. Dalam perspektif ini gizi lebih dilihat sebagai proses, bukan materi.
gizi sebagai suatu proses, sebab WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu
tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari
jelas bahwa gizi adalah sebuah proses, dan dapat diidentikkan dengan
nutrisi.
Zat gizi (nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap
melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Anonim, 2011a).
Dalam Kamus Gizi, “zat gizi” diartikan sebagai substansi dalam makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup sehat, terdiri atas karbohidrat,
karbohidrat, (2) protein, (3) lemak, (4) vitamin, (5) mineral, dan (6) air.
berasal dari hewan yang dikenal sebagai pangan hewani (Suharjo dan
berbeda-beda dan mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis
semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat,
tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu
mengonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang
cukup mengonsumsi air susu ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI
diartiakan sebagai materi atau zat yakni zat gizi atau nutrient dan sebagai
penelitian ini.
49
utama, dan status gizi yang baik amat ditentukan oleh jumlah asupan
rata konsumsi yang dianjurkan FAO untuk penduduk Indonesia yang kini
negara ASEAN lainnya, yang ditandai antara lain, dengan masih tingginya
angka kematian ibu melahirkan, yaitu 307 per 100 ribu kelahiran hidup
angka kematian bayi dan balita. Selain itu, gizi kurang terutama pada
(RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-
Kkal/orang/hari.
Dalam rencana aksi ini, kebijakan pangan dan gizi disusun melalui
pendekatan lima pilar pembangunan pangan dan gizi yang meliputi (1)
keamanan pangan; (4) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan (5)
51
akses, konsumsi dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat,
(1) Perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil,
berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta
merevitalisasi posyandu.
52
program bidang pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta penelitian
dan pengembangan.
sekarang ini. Penting pula digarisbawahi bahwa strategi yang dipilih untuk
kesehatan yang difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil,
ibu hamil, bayi, dan anak baduta. Meskipun demikian, untuk mengakomo-
itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus
aktivitas dan pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia.
Sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan
susun untuk kelompok umur dan berat badan tertentu menurut jenis
kelamin.
berasal dari kelompok umur yang sama dapat bervariasi. Namun variasi
kebutuhan energi lebih kecil dibanding variasi kebutuhan protein dan zat
gizi lainnya dari kelompok umur yang sama, oleh sebab itu para ahli
atau sedikit lebih tinggi dari rata-rata kebutuhan energi kelompok tersebut.
54
Untuk lebih aman angka rata-rata kebutuhan energi ditambah 1-5 persen
status gizi (Kholishoh, 2003). Oleh sebab itu, dapat dipahami, mengapa
dengan status gizi orang atau kelompok orang tersebut dalam memberi
kuantitatif yaitu dari kandungan zat-zat gizi seperti energi, protein, vitamin
A, besi dan iodium. Oleh sebab itu diperlukan data kuantitas dan kualitas
atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Dalam perpektif gizi, me-
zat gizi yang diperlukan tubuh. Oleh sebab itu, urgensi data konsumsi
makanan adalah data atau informasi “konsumsi gizi” (meski istilah ini tidak
yang riil, apa adanya, sedangkan kecukupan gizi adalah kondisi yang
yang disebut tingkat konsumsi gizi yang didefinisikan sebagai rasio antara
konsumsi dan kecukupan gizi yang dinyatakan dalam persen (%). Jika
obyeknya adalah energi maka disebut tingkat konsumsi energi (TKE). Dan
tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Dengan kata lain keadaan
Sementara kebutuhan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor antara lain:
menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadi-
nya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan
dalam proses pemulihan. Beberapa pendapat para ahli berikut ini patut
menjadi acuan.
gizi diartikan sebagai cermin ukuran terpenuhinya gizi. Status gizi secara
menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupa-
kan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat
Kedua, gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi kurang untuk under
57
weight yang mencakup mild dan moderate, PCM (protein calori malnutrit-
balita (Suharjo dan Riyadi, 1990). Oleh karena itu untuk menilainya
didekati dengan menilai status gizi golongan anak balita tersebut. Caranya
tertentu (misalnya gizi buruk atau jumlah gizi buruk dan gizi kurang)
terhadap jumlah seluruh anak yang diukur. Status gizi ditentukan oleh
ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup
nilai atau kandungan zat gizi dari bahan-bahan makanan yang menyusun-
nya sehingga kebutuhan tubuh akan zat gizi dicukupi atau tidak dicukupi
1988).
tak-ada satupun bahan yang mengandung komposisi zat gizi yang sama
dengan bahan lainnya. Ada bahan yang kaya akan satu jenis zat gizi
58
tertentu, bahkan ada pula yang lebih dari satu jenis zat gizi. Sebaliknya,
zat pengatur. Apabila terjadi, kekurangan atas kelengkapan salah satu zat
gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa
ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mie. Minyak, margarin dan
sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya, seperti keju.
terhadap status gizi. Konsumsi gizi dapat dinilai secara kuantitatif yaitu
dari kandungan zat-zat gizi seperti energi, protein, vitamin A, besi dan
protein sudah cukup untuk menjadi indikator awal ataupun sebagai data
berbagai macam zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Gizi seimbang
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun
Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan disebut zat gizi
untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal. Jadi zat gizi esensial
60
adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari
itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang
(Almatsier, 2009).
tabel jumlah gizi dan makanan, pola dan pedoman makan, pencatatan
makanan dan riwayat makan, recipes, alat ukur, dan makanan itu sendiri.
atau Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan daftar lainnya bila
Metode recall 24 jam; (b) Perkiraan makanan (estimated food record); (c)
records).
amatan: (i) tingkat nasional (masyarakat dalam arti luas), (ii) tingkat rumah
tangga dan (iii) tingkat indidvidu atau perorangan. Tidak dapat diterapkan
sempit (Supariasa, dkk., 2002). Oleh sebab itu, penilaian gizi masyarakat
dalam cakupan wilayah kecil setingkat dusun (sesuai unit analisis studi
rumah tangga dengan beberapa replikasi. Adapun metode yang sesuai itu
negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks massa tubuh (IMT), di
1975 serta Puslitbang Gizi 1978. Selain itu terdapat dua lagi yang relatif
Balita Tahun 1999, pengklasan balita dibagi ke dalam 5 klas yakni: gizi
lebih, gizi baik, gizi normal, gizi kurang dan gizi buruk. Baku rujukan yang
menurut umur (BB/U). Klassifikasi status gizi menurut Direktorat Bina Gizi
64
berat badan (BB/U). Karena itu maka sulit mengungkapkan status gizi
badan terhadap umur (TB/U). Sebaliknya jika hanya dengan tinggi badan
Oleh sebab itu untuk mendapatkan status gizi yang lebih bisa mengung-
tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, juga bukan ibu
hamil atau menyusui IMT adalah rumus matematis yang berkaitan dengan
lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam
kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter): IMT =
kan parameter Berat Badan Normal sejak tahun 1958, dengan formula:
BBN = 0,9 (tinggi badan -100). Batasan normal, nilai minimum 0,8 (TB -
100) dan nilai maksimum 1,1 (TB - 100). Namun demikian, dengan
66
untuk sampai pada tingkat konsumsi dan status gizi, pangan dan gizi
politik, dan proses budaya yang mempengaruhi jenis pangan apa yang
bagaimana) dikonsumsi.
kan, empat hal utama yang perlu diperhatikan terkait pengaruh budaya
antara lain (i) sikap terhadap makanan, (ii) penyebab penyakit, (iii)
Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak
Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi
pendidikan rendah dari orang tua serta faktor kemiskinan. Oleh sebab itu,
2009).
ingin membeli pangan bergizi (misalnya susu yang harganya mahal) untuk
makanan yang sekadar mengenyangkan saja sulit didapat. Selain itu, gizi
2009).
G. Kerangka Konseptual
dari Allah SWT. Ini dilihat dari segi fungsi manifestnya. Namun jika dilihat
atau manfaat yang lebih besar lagi (dari fungsi manifestnya), karena
yang luas dalam masyarakat Cikoang. Pada tataran fungsi laten inilah
“gizi” didudukkan sebagai salah satu hal penting dalam sistem sosial
masyarakat Cikoang dan menjadi obyek penelitian ini. Fungsi laten ini
yakni sekitar delapan ribu jiwa memiliki stratifikasi sosial yang relatif
kompleks. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh di samping jumlahnya yang
relatif besar, juga sistem kehidupan sosial ekonomi yang kian cenderung
nabi, pembawa agama Islam) dan ‘darah biru’ (keturunan bangsawan dari
Gowa). Hal ini melahirkan strata sosial yang jelas. Dalam teori fungsio-
70
(kedudukan).
dari leluhur mereka. Dengan kata lain kebudayaan yang diwariskan oleh
salah satu tradisi keagamaan yang terbilang unik dan mampu bertahan
71
Islam Syekh Jalaluddin Al-Aidid tahun 1641 M. Keunikan tradisi ini telah
‘pemborosan’.
Gambar 3. Skema kerangka konseptual makna maudu’ bagi perbaikan gizi masyarakat Cikoan
73