Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS PUSKESMAS

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

CANDIDIASIS KUTIS INTERTRIGINOSA

Pembimbing:
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun oleh:
Khairunnisa Rahadatul ‘Aisy Sodikin G4A016119

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
CANDIDIASIS KUTIS INTERTRIGINOSA

Oleh:
Khairunnisa Rahadatul ‘Aisy Sodikin
G4A016119

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.

Purwokerto, Maret 2018


Pembimbing:

dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK


NIP. 19790622 201012 2 001

2
I. LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 49 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam

B. Anamnesis
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 14 Maret 2018 di Puskesmas
Baturaden 1 pukul 08.54:
1. Keluhan Utama :
Gatal
2. Keluhan Tambahan :
Terdapat bercak kemerahan disertai bintik-bintik merah di sekitarnya di
lipatan tubuh.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan gatal di lipatan siku tangan kanan dan
kiri, lipatan bawah kedua payudara, serta kedua selangkangan sejak 2 minggu
sebelum ke Puskesmas. Pasien juga mengeluhkan munculnya bercak-bercak
merah disertai bintik bintik kecil merah di sekitarnya. Keluhan dirasakan
terus menerus dan gatal terutama dirasakan memberat saat beraktivitas dan
berkeringat. Pasien belum pernah berobat ke fasilitas kesehatan untuk
mengurangi keluhan.
Pasien tinggal bersama istri dan anak dan sehari-hari bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien sering memakai pakaian yang tebal dan
tidak menyerap keringat seperti jaket.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat keluhan sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal

3
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
g. Riwayat Pengobatan : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan 2 anak, bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Dalam kesehariannya pasien biasa mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien
mengganti pakaian dalam hanya 2x sehari yaitu pagi dan malam. Pasien
mandi 2x, pagi hari setelah melakukan pekerjaan rumah dan sore hari.

C. Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- Tekanan Darah : 110/80
- Nadi : 86 x/menit
- Pernafasan : 19 x/menit
- Suhu : 36.8° C
Antropometri :
- BB : 89 Kg
- TB : 155 cm
- IMT : 37 (Obesitas)
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : ottorhea (-).
Hidung : napas cuping hidung (-) sekret (-)

4
Mulut : sianosis (-)
Leher : dalam batas normal
Thorax : Simteris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal

D. Status Dermatologis
1. Lokasi :
Regio antecubiti dextra et sinistra, regio infra mamaria, regio inguinalis
dextra et sinistra
2. Effloresensi :
Plak eritem batas tegas disertai lesi papul eritem di sekelilingnya (lesi satelit)

Gambar 2.1
UKK berbentuk plak eritem berbatas tegas disertai lesi papul eritem di
sekelilingnya

5
F. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

G. Diagnosis Banding
1. Folikulitis
2. Vitiligo
3. Dermatitis seboroik

G. Diagnosis Kerja
Candidiasis Kutis Intertriginosa

H. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10%

I. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa :
a. Topikal : Krim mikonazol 2% dioleskan 2-3x setiap hari
b. Oral: Ketokonazol 200mg/hari 1-2x sehari (3-4 minggu)
2. Nonmedikamentosa :
Menjaga higiene
3. Edukasi :
a. Menjaga kebersihan kulit
b. Istirahat cukup
c. Asupan nutrisi adekuat
d. Luka atau gatal jangan digaruk
e. Mandi 2x sehari
f. Sering berganti pakaian apabila berkeringat
g. Sering mencuci handuk, pakaian, sprei.

J. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam

6
2. Quo ad functionam : ad bonam
3. Quo ad sanationam : ad bonam
4. Quo ad komestikum : dubia ad bonam

7
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kandidosis kutis adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang disebabkan
oleh jamur genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 3 macam yakni
kandidosis superficialalis kandidosis kronik atau dalam dan sistemik Nama lain
kandidosis kutis adalah superficial kandidosis atau infeksi kulit-jamur; infeksi
kulit-ragi. Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis
terlokalisasi dan generalisata (Wolf, 2007).

Predileksi Candida albicans pada daerah lembab atau adanya faktor


predisposisi yang mendukung, misalnya pada daerah lipatan kulit, orang yang
memiliki daya tahun tubuh yang menurun. Dan organisme ini menyukai daerah
yang hangat dan lembab seperti selangkangan, vagina (Wolf, 2007).

B. Epidemiologi
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut,
traktus gastrointestinal, dan vagina.Merupakan jamur yang berbentuk oval
dengan diameter 2-6 um.Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan
bentuk yeast. Jumlah koloni sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi
dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18 %, vagina 15 %, dan
mungkin dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut dipengaruhi beberapa faktor
seperti rumah sakit dan kemoterapi (Weller, 2008).

Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal


normal pada manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut
sampai anus). Pada vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan
Candida glabrata. Isolasi spesies kandida komensal oral berkisar pada 30 – 60
% ditemukan pada orang dewasa sehat (Weller, 2008).

Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis


pada 46 laki-laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang
spesifik, 63 % dengan kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan

8
ekzema, dan 11 % dengan psoriasis. Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan
73 % dirawat setelah 8 minggu setelah terapi (Weller, 2008).

Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran


mukosa oral didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari
laboratorium sentral Dr. J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai
dengan September 2003. Sampel tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan
lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif, 63 % terkena
pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki. Jepang, dilaporkan bahwa
kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari 72.660 pasien yang keluar
dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi klinis
kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper
kandidiasis tercatat 102 kasus (Weller, 2008).

C. Etiologi
Etiologi tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies
patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii
C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae (Kuswadji, 2007).
Candida albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa
vagina, dan feses orang normal. Secara mikroskopis, sel jamur kandida
berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6µm hingga
2-5,5 x 5-28,5µm, tergantung pada umurnya. Sedangkan secara mikroskopis,
koloni pada medium pada agar Sabouraud sedikit menonjol dari permukaan
medium, permukaan halus licin, atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan
dan berbau ragi. Besar koloni tergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat
dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium.
Pada medium cair, jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Kuswadji, 2007).
D. Patogenesis

Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang
lain memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ
dalam tubuh. Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus
vagina, dan usus. Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval
(Habif, 2004).

9
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab,
pengobatan steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang
berkaitan dengan penurunan imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi
menjadi patogenik dan memproduksi spora yang banyak pseudohifa atau hifa
yang utuh dengan dinding septa (Habif, 2004).
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa
dan kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya
memotong secara horizontal di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam
lagi. Secara klinis ditemukan lesi merah, halus, permukaan mengkilap,
cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang berbatas tegas. Membran
mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul sebagai sisik dan
sel inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material (Habif, 2004).
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor
protease. kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik.
Kemampuan bentuk yeast untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan
paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan
bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal dengan flora endogen akan
menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan lingkungan yang
berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan candida
(Scheinfeld, 2016).
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun
terakhir, mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang
immunocompromised. Secara spesifik, tampak makin bertambahnya umur
semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan kematian. Meskpun
infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi
menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat
menyerang kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat (Scheinfeld,
2016).
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri
yang jelek, dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan
umur. Dan pengobatan dengan agen sitotoksik (methotrexate,
cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan dermatologik atau kemoterapi

10
agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut memberikan resiko yang tinggi
(Scheinfeld, 2016).
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme
ini jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum
korneum dengan PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal
menunjukkan tanda papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang menebal
berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuclear
(Scheinfeld, 2016).

E. Gambaran klinis
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan
umbilikus. Berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul
kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan
pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer (Kuswadji, 2007).
Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah
interdigital tangan maupun kaki.Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna
keputihan di tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya.
Kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan
nyeri. Kandidosis intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki
dapat diikuti dengan paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang
sama (Kuswadji, 2007).

11
Gambar 1. Kandidiasis intertriginosa

F. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama
jika ada faktor resiko yang menyertai.Kerokan kulit dapat menunjukkan bentuk
jamur yang mendukung candida. Bahan-bahan klinis yang dapat digunakan
untuk pemeriksaan adalah kerokan kulit, urin, bersihan sputum dan bronkus,
cairan serebrospinal, cairan pleura dan darah, dan biopsi jaringan dari organ-
organ visceral. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan Langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk
mendiagnosis, tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain.

12
Pemeriksaan dengan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan
memperlihatkan elemen candida berupa sel ragi, balastospora, peudohifa
atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan
identifikasi etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan
dengan biakan.Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida.
Pemeriksaan langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar
89,4% dan 83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan
memberikan hasil yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan
KOH 10% (Sandy, 2000).
2. Pemeriksaan Biakan
Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis
infeksi Candida. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan media
standar yang banyak digunakan untuk pemeriksaan jamur.Media ini
mengandung 10 gr pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr agar, serta ditambahkan
1000 ml air. Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-270 C
dan diamati secara berkala untuk melihat pertumbuhan koloni. Koloni
berwarna putih sampai kecoklatan, basah, atau mukoid dengan permukaan
halus dan dapat berkerut (Kuswadji, 2007).

Gambar 5. Tipe Koloni Candida

13
3. Identifikasi Spesies
Meskipun gambaran klinis sulit dibedakan penentuan etiologi spesisik
Candida sampai ke tingkat spesies berguna untuk menentukan terapi dan
prognosis. Adapun cara mengidentifikasi Candida sp.dapat dilakukan
dengan cara tradisional dan komersil (Kuswadji, 2007).
a) Germ Tube Test
Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan
indentifikasi spesies C. albicans.Pemeriksaan ini menggunakan media
yang mengandung serum dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 2 jam.
Bila terdapat pertumbuhan germ tube atau sprout mycelium,berarti
spesies tersebut adalah C. albicans.Pertumbuhan Germ tube dikenal
sebagai Fenomena Reynols-Braude.
b) Penilaian Klamidospora
Penilaian Klamidospora menggunakan media commeal agar dengan
Tween 890.Morfologi koloni Candida sp. dibedakan berdasarkan
susunan blastospora dan gambaran morfologi pseudohifa.Umumnya
hanya C. albicans yang menghasilkan klamidiospora.
c) Uji Asimilasi dan Fermentasi
Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan
ragi untuk mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk
setiap spesies.Candida albicans dapat mengasimilasi dan
memfermentasi glukosa, galaktosa, maltose, dan sukrosa.
d) CHROM agar candida
CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif
untuk mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C.
glabrata, dan C. krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni
dan warna yang ditimbulkan oleh masing-masing koloni. Media ini
mengandung 10 gr pepton, 20 gr glukosa, 0,5 gr kloramfenikol, 15 gr
agar dan 2 gr chromogenic mix. Chromogenic mix merupakan bahan
yang menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp.

14
4. Serologi
Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk
mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi
yang lebih sensitive seperti counterimmunoelectrophoresis(CIE), enzyme-
linked immunosorbent assay(ELISA), and radioimmunoassay
(RIA).Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan tes CIE telah
menunjukkan diagnosis kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi.
5. Pemeriksaan Histologi
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-
schiff (PAS) menampakkan hifa tak bersepta.Hifa tak bersepta yang
menunjukkan kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.

Gambar 6. PAS candadida


6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga
digunakan untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan

G. Penatalaksanaan
Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol,
itrakonazol, dan flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur
golongan azol terbaru antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole
(Kuswadji, 2007).
Amorolfine biasa digunakan karena efektifitasnya sebagai terapi topikal
pada kandidiasis superficial yang disebabkan oleh jamur dan dermatofitosis dan
afinitasnya yang tinggi terhadap stratum korneum dan kuku (Kuswadji, 2007).

15
Obat anti jamur imidazol, clotrimazol, mikonazol, econazol, oxiconazol,
dan bifonazol digunakan secara luas sebagai pengobatan topikal dermatofitosis.
Beberapa tahun terakhir, imidazol (lanakonazol) dan tiga kelas anti jamur
gabungan benzylamine (butenafine), alylamine (terbinafine), dan morfin
(amorolfine), telah berhasil dikembangkan dan diperkenalkan dalam
penggunaan di klinik. Obat-obat terbaru ini lebih aktif daripada imidazol
sebelumnya untuk melawan dermatofitosis secara in vitro dan in vivo
dermatofitosis pada babi sebagai binatang percobaan.
Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan
faktor predisposisi. Salah satunya dengan cara selalu mempertahankan agar
daerah tubuh yang lembab selalu kering (Kuswadji, 2007).

1. Terapi topikal:
a. Larutan ungu gentian: - 0,5 % untuk selaput lendir
- 1-2% untuk kulit
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
b. Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
c. Golongan azol
1) krim atau bedak mikonazol 2%
2) bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
3) krim tiokonazol 1%
4) krim bufonazol 1%
5) krim isokonazol 1%
6) krim siklopiroksolamin 1%
7) Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.

2. Terapi sistemik:
a. Nistatin tablet
untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini
tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
c. Kotrimazol

16
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per
vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200
mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol
diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang
dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari.

H. Prognosis
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat
ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit
dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi (Kuswadji,
2007).
I. Komplikasi

Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :


i) Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
ii) Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh
dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
iii) Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.

17
III. PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan gatal di lipatan siku tangan kanan dan kiri,
lipatan bawah kedua payudara, serta kedua selangkangan sejak 2 minggu sebelum
ke Puskesmas. Pasien juga mengeluhkan munculnya bercak-bercak merah disertai
bintik bintik kecil merah di sekitarnya. Keluhan dirasakan terus menerus dan gatal
terutama dirasakan memberat saat beraktivitas dan berkeringat. Pasien belum
pernah berobat ke fasilitas kesehatan untuk mengurangi keluhan. Pasien tinggal
bersama istri dan anak dan sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sehari-
hari pasien sering memakai pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat seperti
jaket.
Diagnosa Candidiasis Kutis Intertriginosa dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan status
dermatologis. Pada anamnesa ditemukan keluhan gatal di lipatan, dan keluhan
memberat pada saat berkeringat. Pada pemeriksaan status dermatologis ditemukan
plak eritem berbatas tegas disertai lesi papul eritem di sekelilingnya. Berdasarkan
temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa diagnosis pada pasien ini adalah
Candidiasis Kutis Intertriginosa.

18
IV. KESIMPULAN

1. Kandidiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida, kandidiasis


dengan gejala di kulit dan selaput lendir berupa papul eritema dan disertai gejala
konstitusi.
2. UKK yang ditemukan berupa berbentuk plak eritem berbatas tegas disertai lesi
papul eritem di sekelilingnya.
3. Terapi yang diberikan adalah salep mikonazol 2% dan ketokonazol 200 mg 1-
2x sehari selama 3-4 minggu.
4. Edukasi mengenai penyakit yang diderita; lesi atau gatal jangan digaruk; tidak
menggunakan handuk atau pakaian bersamaan dengan orang lain; kurangi
aktifitas dan cukup istirahat; tidur minimal 8 jam sehari; tingkatkan sistem imun
dengan banyak makan sayur dan buah; menjaga kebersihan dengan mandi
2x/hari; dengan cara mandi biasa dan tidak meggosok – gosok pada lesi atau
gatal; rutin mencuci handuk, pakaian, sprei, dan lain – lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wolff, Klauss. 2007. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in


General Medicine. Ed 7th. New york. McGraw Hill Company. p: 1822.

Weller. R, Hunter. J, Savin. J, Dahl. M. 2008. Fungal Infection. Dalam:


Clinical Dermatology. Fourth edition. UK. Blackwell Publishing.:
252-254.

Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007. Pp:103-6.

Habif, T. P, eds. 2004. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis


and Therapy 4th edition. Pennsylvania. Mosby, inc.. p. 440-450.

Scheinfeld, Noah S. 2016. Cutaneous candidiasis clinical presentation.


Medscape

Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah. 2000.


Mekanisme Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media
Dermato-venereologica Indonesiana, Jakarta, ; 187-92

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal TIU
    Soal TIU
    Dokumen16 halaman
    Soal TIU
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen21 halaman
    Borang
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Referat Mata Keratitis
    Referat Mata Keratitis
    Dokumen30 halaman
    Referat Mata Keratitis
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Miopati
    Miopati
    Dokumen28 halaman
    Miopati
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Referat Mastitis
    Referat Mastitis
    Dokumen22 halaman
    Referat Mastitis
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis B
    Hepatitis B
    Dokumen17 halaman
    Hepatitis B
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Evapro Kasus TB
    Evapro Kasus TB
    Dokumen16 halaman
    Evapro Kasus TB
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • Miopi
    Miopi
    Dokumen5 halaman
    Miopi
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat
  • PAD
    PAD
    Dokumen41 halaman
    PAD
    Naila Syifa
    Belum ada peringkat