Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum

Kimia Analitik II

Nama : M. Wahyu Hidayat

NRP : G44080047

Kelompok : B Siang

Tanggal : 09 Maret 2010

Asisten : Soko Andika P

PJP : Mohamad Rafi, Msi

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU SERTA

PENENTUAN KADAR Cu DALAM TERUSI

Prinsip Percobaan

Teknik analisis gravimetri merupakan salah satu bagian utama dari kimia analitk
dan menjadi alternatif metode analisis yang mempunyai ketertelusuran tinggi. Analisis
gravimetri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada penimbangan.
Analatnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel maupun
pelarutnya. Banyak komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat
sampel yang dianalisis, massa atom relatif, masa molekul relatif dan berat endapan
hasil reaksi. Pengendapan merupakan teknik yang paling luas penggunaanya untuk
memisahkan analat dari pengganggunya (Underwood 2002).

Berdasarkan macam hasil yang ditimbang , gravimetri dibedakan yaitu


gravimetrik dengan cara evolusi dan gravimetri dengan cara pengendapan. Cara
evolusi yaitu bahan yang direaksikan sehingga timbul suatu gas karena bahan tersebut
dipanaskan atau direaksikan dengan suatu pereaksi. Cara pengendapan yaitu analat
direaksikan sehingga menghasilkan endapan dan nantinya endapan tersebut yang akan
ditimbang (Harjadi 1993).

Penentuan kadar air dalam suatu bahan merupakan analisa kuantitatif secara
evolusi dengan cara tidak langsung yaitu bahan yang bersangkutan dipanaskan pada
suhu tertentu untuk jangka waktu tertentu sehingga air menguap dan beratnya
diperoleh sebagai selisih berat bahan sebelum dan sesudah pemanasan (Harjadi
1993).

1
Tujuan Percobaan

Praktikan dapat menentukan besarnya kadar air dan kadar abu suatu bahan
dengan cara gravimetri serta melakukan pengabuan bahan yang akan dianalisis.
Praktikan dapat menentukan kadar Cu dalam larutan terusi dengan cara gravimetri
pengendapan, dan dapat menentukan kemurniaan dari terusi tersebut.

Prosedur Percobaan

Penetapan kadar air, cawan porselin dicuci lalu dikeringkan pada suhu 105˚C
selama 30 menit. Setelah didinginkan dalam ensikator, cawan porselin kemudian
ditimbang. Sebanyak  3 g (catat sampai empat desimal dalam gram) bahan,
dimasukkan dalam cawan porselin, kemudian dikeringkan pada suhu 105˚C selama 2
jam. Setelah didinginkan dalam ensikator kemudian ditimbang. Hitung kadar airnya.

Penentuan kadar abu, Cawan porselin dikeringkan dalam suhu 600˚C selama 30
meni, didinginkan dalam ensikator kemudian ditimbang. Sebanyak  2 gram contoh
dimasukkan ke dalam cawan porselin (timbanglah dengan teliti). Cawan dan isinya
dipanaskan dengan nyala bunsen sampai tidak berasap lagi. Kemudian dimasukkan
ke dalam tanur dengan suhu 600˚C sampai contoh menjadi abu (kira-kira 30 menit),
kemudian didinginkan dalam ensikator dan timbang. Hitung kadar abunya.

Penentuan kadar Cu dalam terusi, ditimbang dengan teliti 1 g terusi dan


dilarutkan oleh 150 ml akuadestilata dalam gelas piala. Larutan dididihkan, kemudian
ditambahkan NaOH berlebih (pH diperiksa dengan bantuan kertas lakmus). Endapkan
yang diperoleh dienaptuangkan (dekantasi) sebanyak 3 kali sambil dicuci hingga filtrat
tidak bereaksi basa atau sulfat (sulfat diperiksa dengan menambahkan BaCl 2 panas
yang diasamkan. Setelah bersih kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselin
yang telah diketahui bobotnya dan ditempatkan di atas pembakar hingga asap hilang
kemudian dipijarkan dalam tanur hingga bobotnya konstan.

Cara dekantasi dan pemijaran endapan, pertama endapan disaring melalui


kertas saring, tetapi diusahakan agar endapan sebanyak mungkin tertinggal dalam
gelas piala. Endapan dicuci dengan akuades, dibiarkan mengenap, cairan dituang ke
kertas saring. Endapan dicuci lagi beberapa kali sampai endapan bersih. Setelah
endapan bersih, endapan dituangkan seluruhnya ke kertas saring, Sisa-sisa endapan
yang masih menempel pada gelas dicuci dengan air dan semuanya dipindahkan secara
kuantitatif ke kertas saring.

2
Hasil dan Perhitungan Data

Tabel1Penentuan Kadar Air


Kadar
bobot cawan Bobot Bobot air
No kosong (g) sebelum setelah Bobot bahan (%)
dikeringkan pemijaran setelah
(g) (g) dikeringkan (g)
1 21.2395 3.0002 23.9529 2.7134 9.56
2 21.0337 3.0097 23.7426 2.7089 9.99
rerata 2.7111 9.77

Contoh perhitungan :

Bobot contoh setelah dikeringkan= Bobot setelah pemijaran – Bobot cawan kosong
= 23.9529 – 21.2395
= 2.7134 g

bobot bahan sebelum dikeringkan−bobot bahan setelah dikeringkan


Kadar air = x 100%
bobot bahan sebelum dikeringkan

( 3.0002 )−(2.7134 )
= X 100%
3.0002

0.2868
= X 100 %
3.0002

= 9.56 %

Tabel2Penentuan Kadar Abu

N Bobot Kadar
o Bobot cawan kosong sampel Bobot bahan Bobot abu Abu(%)
setelah pemijaran
  (g) (g) (g) (g)
1 19.5756 2.0039 19.8140 0.2384 11.89
2 15.1827 2.0000 15.4309 0.2482 12.41
rerata 0.2433 12.15

Contoh perhitungan :

Bobot abu = bobot bahan setelah pemijaran – bobot cawan kosong


3
= 19.8140 -19.5756

= 0.2384 g

bobot abu
Kadar abu = x 100%
bobot contoh

0.2384
= x 100%
2.0039

= 11.89%

Tabel3Penentuan kadar Cu dalam terusi

Bobot cawan bobot bobot cawan bobot Kadar Kemurnian


No. kosong sampel + abu abu Cu(%) Cu (%)
setelah
(g)  (g) 
  pemijaran (g) (g)
1 21.5938 1.0018 21.9303 0.3365 26.82 67.37
2 14.2992 1.0030 14.6123 0.3131 24.93 62.70
Rerata 0.3248 25.87 65.04

Reaksi = CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4

Cu(OH)2 CuO + H2O

Contoh perhitungan :

BM Cu = 63.5 g/mol

BM CuO = 79.5 g/mol

BM CuSO4 = 159,5 g/mol

Bobot CuO = (Bobot Cawan + abu setelah dipijarkan) – Bobot cawan kosong

21.9303 – 21.5938 = 0.3365 g

Cu
Bobot Cu percobaan = BM x bobot CuO
CuO

63.5
= 0.3365 g = 0,2687 g
79.5

Cu
Bobot Cu teoritis = BM x bobot sampel
CuSO 4

4
63.5
= x 1.0018 = 0,3988 g
159.5

Bobot abu BM Cu
Kadar Cu = 100 %
Bobot sampel BM CuO

0.3365 63.5
= × ×100%
1.0018 79.5

= 26.82%

Cu
Kadar Cu teoritis = BM x bobot sampel x 100%
CuSO 4

63.5
= x 1.0018 x 100%
159.5

= 39.88%
i

Rerata kadar Cu =
∑ x kadar abu
n=1
2

= 51.75 %

Bobot Cu percobaan
Kemurnian Cu = 100 %
Bobot Cu teoritis

0,2687
= 100 %
0,3988

= 67.37 %

Akurasi =1– |rerata kadar Cukadar


percobaan−kadar Cu teoritis
Cu teori tis | 100 %

51.57−39.88
=1- | | 100 %
39.88

= 70.68 %

Pembahasan

Metode gravimetri praktikum kali ini digunakan dalam penetapan kadar air, abu,
dan kadar Cu dalam terusi. Sebelum dilakukan analisis cawan porselin terlebih dahulu
dikeringkan untung menghilangkan kemungkinan terdapatnya kandungan air dalam
cawan tersebut, karena apabila masih terdapat air pada cawan tersebut akan
5
berpengaruh terhadap hasil akhir kadar air bahan yang akan dianalisis. Pada
penetapan kadar abu maupun kadar Cu dalam terusi juga diberi kelakuan yang sama
yaitu cawan porselin dikeringkan yaitu pada suhu 600 oC di dalam tanur. Pada
penetapan kadar air sampel yang telah ditimbang dipijarkan pada suhu 105 oC ,bobot
bahan yang telah kering dapat ditimbang kembali dan dapat dihitung kadar air yang
terkandung dasi selisih kedua bobot tersebut. Penentuan kadar air ini dilakukan 2 kali
ulangan dan didapat kadar air rerata sebesar 9.77 %.

Penetapan kadar abu diawali dengan pemanasan cawan porselin di dalam tanur
untuk menghilangkan air yang terdapat pada cawan tersebut. Kemudian cawan
didinginkan di dalam eksikator. Fungsi eksikator yaitu untuk menyerap air dan untuk
mencegah cawan terkontaminasi uap air dari udara karena di dalam eksikator terdapat
silika gell yang sifatnya higroskopis untuk menyerap air di sekitar.Cawan yang berisi
sampel dipijarkan di pemanas bunsen terlebih dahulu untuk menghilangkan karbon
yang ada pada sampel akan berupa asap dan juga membuat senyawa itu lebih stabil.
Karena dikhawatirkan apabila langsung dimasukkan ke dalam tanur tanpa di Bunsen
terlebih dahulu, tanur akan dipenuhi asap gas karbon tersebut. Pemijaran dilakukan
pada suhu tinggi ( 600oC) di dalam tanur yaitu untuk menghilangkan air baik yang
terdapat secara fisik maupun kimia dan zat-zat organi yang terdapat dalam contoh
sehingga yang tersisa hanya abu dari contoh tersebut. Abu merupakan sisa bahan pijar
yang tidak teroksidasi. Berdasarkan hasil perhitungan bobot cawan berisi abu dan
bobot cawan kosong diperoleh data rerata kadar abu 12.15 % dari duplo perlakuan.

Penentuan kadar Cu dalam terusi dapat ditetapkan menggunakan metode


gravimetri pengendapan untuk memperoleh endapan dengan kemurnian yang tinggi.
Penetapan kadar Cu dilakukan dengan menimbang sejumlah terusi dan melarutkanya
serta didihkan .NaOh berlebih yang ditambahkan berfungsi untuk mengendapkan
Cu(OH)2. NaOH yang ditambahkan harus sedikit demi sedikit agar endapan yang
terbentuk menjadi gumpalan yang besar dan mudah untuk disaring gravitasi.
Penambahan NaOH dihentikan ketika sudah tidak terjadi gumpalan karena sudah basa
digunakan kertas lakmus untuk mengujinya. Sebelum disaring endapan terlebih dulu
didekantasi dan penyaringan akan lebih cepat karena pori-pori kertas saring belum
terisi endapan. Kemudian dicuci dengan air panas yang bertujuan untuk memperbesar
larutan pengotor (SO42-) sehingga didapatkan endapan yang bebas ion sulfat. Pengujian
sulfat harus dilakukan karena ion sulfat nisa menambah bobot endapan nantinya dan
menjadi kesalahan positif. Berdasarkan perhitungan data rerata kadar Cu dengan
perlakuan duplo sebesar 25.87 % dengan kemurnian 65.04 %. Dari ulangaan tersebut
didapat bahwa ketelitianya sebesar 70.68 %.

Simpulan

6
Besarnya kadar air dan kadar abu suatu bahan ataupun kadar Cu dalam terusi
bisa ditetapkan dengan cara gravimetri .Penentuan kadar air menggunakan gravimetri
evolusi dengan cara tidak langsung dan diperoleh kadar rerata air sebesar 9.77%
sedangkan penentuan kadar abu menggunakan gravimetri cara langsung dan kadar
rerata abu yang diperoleh sebesar 12.15%. Praktikan dapat menentukan kadar Cu
dalam larutan terusi dengan cara gravimetri pengendapan, dan kemurniaan yang
diperoleh dari terusi tersebut sebesaar 65.04%.

Daftar Pustaka

Day R.A , Underwood A.L.2002.Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta : Erlangga.

Harjadi W.1993.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta:Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai