Anda di halaman 1dari 11

Isu lingkungan bukanlah isu baru dalam hidup bermasyarakat, namun tidak sedkit tanda tanya

yang bermunculan dalam masyarakat untuk merespon isu-isu tersebut. Lingkungan baik
dalam makna alam maupun keadaan sosial dan ekonomi secara disadari maupun tidak
memiliki sesuatu keterikatan yang cukup erat, di mana manusia sebagai masyarakat sosial
akan saling mempengaruhi satu sama lain yang akan berdampak pada perubahan lingkungan
baik itu alam, keadaan sosial, serta ekonomi yang ada disekitarnya.

Salah satu isu yang sangat rentan saat ini adalah isu lingkungan dalam artian alam sebagai
tempat naungan masyarakat. Telah banyak masyarakat yang menyadari permasalahan ini dan
pemilik inisiatif untuk berkontribusi menjawab permasalahan tersebut, baik secara individu
maupun dalam suatu wadah organisasi. Banyaknya pabrik yang dibangun saat ini bukan
hanya memberikan sumber pendapatan bagi masyarakat sekitarnya namun pabrik juga bisa
mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Pabrik didirikan untuk memberikan kesempatan kerja
penduduk malah menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Timbulnya masalah
lingkungan ini berakibat bagi kesehatan penduduk disekitarnya. Keadaan lingkungan yang
kurang baik lama-kelamaan menimbulkan masalah bagi penduduk yang ada disekitar seperti
wabah penyakit dan kerusakan ekosistem. Hal tersebut akan memicu terjadinya konflik antara
penduduk setempat dan pihak investor. Seperti yang terjadi di Kendeng, Rembang, Jawa
Tengah.

Sekilas tentang PT. Semen Gresik

PT Semen Gresik (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri semen
dan merupakan produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 20 Desember2012,
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi berganti nama dari sebelumnya bernama PT Semen
Gresik (Persero) Tbk. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus1957oleh Presiden RI
pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8
Juli1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga
menjadikannya BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada
masyarakat.

Mengutip pemberitaan Supriyanto (dalam industri.bisnis.com, 2013), pabrik semen di


Rembang ini merupakan salah satu dari dua proyek pembangunan pabrik baru yang sedang
dikerjakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk selain di Padang dan Sumatra Barat. PT Semen
Indonesia (Persero)

PT Semen Indonesia melakukan ekspansi, dengan pembangunan pabrik baru di Kabupaten


Pati, Jawa Tengah. Kabupaten Pati dipilih sebagai pembangunan pabrik semen karena
memiliki kekayaan alam yang unik, yaitu bentang alam kars di Pegunungan Kendeng Utara.
Pegunungan ini meliputi wilayah kabupaten Pati, Kudus, Gorongan, Blora, Rembang hingga
Tuban Jawa Timur. Kars adalah bahan baku utama pembuatan semen. Dari data Jaringan
Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) menunjukan bahwa ekosistem kars
kawasan pegunungan kendeng utara memiliki sungai bawah tanah. Ia mampu mensuplai
kebutuhan air rumah tangga dan lahan pertanian seluas 15.873,9 Ha di Kecamatan Sukolilo
dan 9.063,232 Ha di kecamatan Kayen, Kabupaten Pati.

Kekayaan alam lainnya diatas tanah Pati adalah sumber daya hutan. Di lokasi yang akan
dijadikan pabrik semen, terdapat sekitar 2.756 hektar lahan perhutani yang saat ini dikelola
oleh kelompok LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). 5.512 orang menggantungkan
hidup pada sumber daya hutan. Di sisi lain, kekayaan alam berupa bentang alam kars menjadi
incaran perusahaan semen. Pada titik inilah ketegangan mulai muncul. Masyarakat
mengandalkan ketergantungan hidupnya pada sumber daya alam, sementara perusahaan
berkepentingan melakukan eksploitasi untuk kepentingan komersial.

Ketegangan antarawarga Rembang, Jawa Tengah dengan PT Semen Indonesia dimulai sejak
16 Juni 2014 lalu. Saat itu PT Semen Indonesia mulai meletakkan batu pertama
pembangunan pabrik. Pembangunan pabrik tersebut menuai kontroversi panjang. Sebagian
penduduk Pegunungan Kendeng Utara menolak rencana pembangunan tersebut. Masyarakat
lokal pun melakukan penolakan. Penolakan tersebut dengan alasan bahwa pembangunan
pabrik semen yang akan menambang batu gamping di pegunungan kars akan mengancam
ketahanan pangan dan ketersediaan air yang telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Berbagai macam aksi dilakukan, sedikitnya 100 warga terutama ibu-ibu petani asal Desa
Tegaldowo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mendirikan tenda di area pembangunan
pabrik semen sebagai salah satu aksi mereka yang menolak pembangunan Pabrik Semen
Indonesia di Kawasan Kendeng. Lokasi tenda yang mereka beri nama “Tenda Tolak Semen “
berada di tepi jalan masuk ke proyek pembangunan pabrik semen di Kecamatan Bulu,
Kabupaten Rembang. Warga melakukannya sebagai aksi menolak pabrik semen di kawasan
karst Gunung Kendeng, yang melakukan penambangan dan merusak lingkungan tempat
tinggal mereka. Warga menyatakan akan terus bertahan hingga tuntutan mereka agar alat-alat
berat dikeluarkan dari areal tapak pabrik semen dan pertambangan dibatalkan, terpenuhi.

Sementara itu di Jakarta sejumlah petani asal Kendeng menggelar aksi mengecor kaki sebagai
bentuk protes terhadap keberadaan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng. Aksi tersebut
mereka gelar di depan Istana Negara dimotori oleh Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan
Kendeng (JMPPK), yang didalamnya termasuk komunitas Sedulur Sikep. Aksi ini menjadi
pilihan terakhir setelah warga tidak pernah diberi kesempatan untuk menyuarakan berbagai
pelanggaran yang telah dilakukan selama persiapan proyek pembangunan pabrik semen PT
Semen Indonesia di Rembang ini. Warga tidak pernah tahu informasi yang jelas mengenai
rencana pendirian pabrik semen. Tidak pernah ada sosialisasi yang melibatkan warga desa
secara umum, yang ada hanya perangkat desa dan tidak pernah disampaikan kepada warga.
Dokumen AMDAL tidak pernah disampaikan terhadap warga. Tidak pernah ada penjelasan
mengenai dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.

Upaya penambangan di kawasan karst Watuputih dinilai sejumlah kalangan merupakan


sebuah bentuk pelanggaran. Penggunaan kawasan karst Watuputih sebagai tempat
penambangan batu kapur, melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Jawa Tengah nomor 06/2010. Pasal 63 perda tersebut menetapkan areal menjadi kawasan
lindung. (Mongabay.co.id, 2014)

Pemberitaan yang dimuat Mongabay.co.id pada tanggal 16 Juni 2014 menyebutkan bahwa
penebangan kawasan hutan tidak sesuai dengan persetujuan prinsip tukar menukar kawasan
hutan oleh Menteri Kehutanan. Surat Nomor S. 279/Menhut-II/2013 tertanggal 22 April
2013, dalam surat tersebut menyatakan bahwa kawasan yang diijinkan untuk ditebang adalah
kawasan hutan KHP Mantingan. Perlu diketahui dalam Perda no 14 tahun 2011 tentang
RTRW Kab. Rembang Kecamatan Bulu tidak diperuntukkan sebagai kawasan industri besar.
(Mongabay.co.id, 2014)

Mengacu pada pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Bumi, air dan ruang angkasa
serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat” maka sudah sewajarnya warga Rembang
merasa diresahkan dan berujung penolakan atas pembangunan pabrik semen PT Semen
Indonesia. Semestinya sumber daya alam dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemakmuran
rakyat bukan melahirkan ketimpangan kepentingan antara pengusaha pabrik dan petani.
Dilihat dari kasus – kasus sebelumnya, penambangan dan pembangunan pabrik yang
sedemikian rupa dapat mempersempit lahan pertanian lalu menurunkan produktivitas
pertanian pada wilayah tersebut hingga bagian terburuknya adalah menyebabkan lemahnya
ketahanan pangan daerah dan nasional. Tak hanya masalah lahan, pembangunan proyek
tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar, terganggunya
keseimbangan ekosistem, hilangnya daerah resapan air, dan pencemaran limbah yang terjadi
akibat proses produksi semen. Dalam UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan
berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang artinya
masyarakat berhak menolak segala macam tindakan asing yang dapat membahayakan
keberlangsungan lingkungan hidup mereka

Jika dikaitkan dengan UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), telah dijelaskan segala hal
tentang tanah termasuk didalamnya ditegaskan bahwa tanah Indonesia adalah seluruhnya
untuk kemakmuran bangsa bukan untuk kemakmuran asing. Konflik di Rembang
menunjukkan adanya kelalaian serta ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib petani di
daerah tersebut. Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dari
organisasi-organisasi dari perseorangan yang bersifat monopoli swasta (UUPA Pasal 13).

Menyikapi konflik tersebut, Komnas HAM sejak Juni 2015 telah membentuk Tim
Pemantauan dan Penyelidikan Pemenuhan HAM Masyarakat di Sekitar Kawasan Karst. Tim
yang dipimpin oleh Komisioner Muh. Nurkhoiron tersebut hampir menyelesaikan laporannya
untuk disampaikan ke Presiden dan pihak-pihak terkait, tentang pelestarian ekosistem karst
dan perlindungan HAM. Dalam kajian itu, disimpulkan bahwa Pulau Jawa tidak layak lagi
sebagai wilayah untuk penambangan, karena daya dukungnya yang sudah sangat terbatas dan
padat oleh penduduk. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah membuat
Indeks Kebencanaan di masing-masing kabupatan/kota yang memetakan wilayah rawan
bencana di Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang rentan oleh berbagai bencana.
Pembangunan pabrik semen yang disertai dengan penambangan batu gamping dikhawatirkan
akan menambah kerentanan bencana itu.

Selain itu, disampaikan tentang masih lemahnya data tentang dampak pabrik semen bagi
kesehatan dan penghidupan masyarakat. Padahal, banyak pabrik semen yang telah beroperasi
sejak puluhan tahun, akan tetapi kajian atas dampak-dampaknya, masih belum dilakukan
secara komprehensif. Padahal di China, ratusan pabrik semen telah ditutup karena menjadi
sumber polutan yang besar dan sangat serius.

Komunikasi Efektif
Luasnya wilayah Republik Indonesia dengan jenis geografi yang berbeda disetiap
wilayahnya, serta budaya yang beragam menjadi satu masalah tersendiri dalam
pembangunan, sebab kadangkala suatu program yang direncanakan tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat setempat. Untuk itu perlu komunikasi yang baik antara masyarakat
dengan pemerintah.

Menurut Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka. Baik secara lisan maupun tidak langsung secara tulisan melalui media (Onong,
2003;79). Rembang seperti penjelasan di atas adalah memiliki sumberdaya alam yang cukup
besar. Tetapi hal ini menjadi dilema masyarakat karena adanya pendirian pabrik semen. Hal
ini menjadi masalah karena warga menolak pendirian tersebut. Sehingga, mengakibatkan
konflik antara perusahaan, pemerintah dan warga. Adanya konflik menunjukkan perencanaan
komunikasi yang dilakukan kurang tepat. Menurut Hamijoyo (2001), adanya konflik dalam
aktivitas komunikasi adalah bukti bahwa adanya kemacetan komunikasi. Menurut Effendy
(1990), bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan supaya komunikasi
efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Penggunaan media
komunikasi tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang
disampaikan oleh perusahaan.

Dalam tulisannya, Brulle (2010) mengemukakan bahwa komunikasi harus digunakan untuk
meningkatkan keterlibatan publik dalam pembuatan berbagai kebijakan dan opini publik
termasuk dalam proses pembangunan infrastruktur. Model komunikasi yang digunakan
perusahaan semen dikategorikan ”tidak efektif”. Hal ini disebabkan warga Rembang tidak
terlibat atau berpartisipasi dalam proses komunikasi secara langsung berkomunikasi tatap
muka dengan komunikator (pemerintah atau perusahaaan) sehingga menimbulkan konflik.
Untuk pembangunan yang stategis komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Dengan
demikian program pembangunan akan berjalan dengan baik tanpa konflik. Disini sebelum
melakukan pembangunan maka langkah yang baik adalah terciptanya komunikasi antara
warga dengan pemerintah/perusahaan.

Menurut Garret Hardin, istilah konflik lingkungan yang terjadi di Rembang diatas adalah
seperti “The Tragedy of the commons”. Tragedy of the commonsdimaksud adalah
menggambarkan berkurangnya sumber daya alam bersama (commons) karena setiap individu
(yang berkepentingan) bertindak secara bebas dan rasional untuk kepentingan diri sendiri
tanpa menyadari bahwa berkurangnya sumber daya bersama bertentangan dengan
kepentingan kelompok dalam jangka panjang.

Framing dari kemungkinan strategi komunikasi yang dilakukan adalah dengan manajemen
krisis yang bersifat dialog. (dalam Loefstedt) PT. Semen Indonesia melalui PT. Semen Gresik
pada dasarnya memiliki kewajiban untuk terus melakukan produksi, sehingga sebagai BUMN
tidak ikut membebani negara. Capaian sebagai perusahaan multi nasional juga pada dasarnya
merupakan prestasi sehingga tidak hanya mampu mencukupi dalam negeri saja melainkan
juga mampu masuk dalam pasar internasional. Alasan – alasan rasional ekonomi inilah yang
kemudian menjadi alasan kuat kenapa PT. Semen Gresik harus mendirikan tambang baru.
Pada dasarnya UU No. 41/1999 menetapkan peraturan penggunaan hutan untuk kepetingan
non hutan, tetapi hanya boleh diberikan pada hutan produksi. Kawasan pegunungan karst di
Kendeng kemudian melalui peraturan tersebut dapat digunakan sebagai hutan produksi.
Manajemen krisis yang dilakukan secara top down kemudian tidak memberikan kesempatan
adanya dialog antara masyarakat, perusahaan, dan pemerintah. Perusahaan yang telah
menggandeng pemerintah melalui izin yang telah diberikan kemudian berusaha untuk terus
mempertahankan usahanya agar dapat mendirikan pabrik. Masyarakat yang tidak memiliki
kesempatan untuk berdialog tentu akan memberikan perlawanan karena telah berusaha
memasuki zona nyaman yang telah dibentuk bertahun – tahun. Proses pengambilan keputusan
yang top downoleh pemerintah juga perlakuan perusahaan yang juga top down atas izin yang
diperoleh kemudian memberikan kesan bahwa tidak ada lagi usaha untuk dialog bersama.

Dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.

Dampak terhadap kuantitas dan kualitas air

Sumberdaya air dapat terkena dampak dari pembangunan itu sendiri. Perubahan kondisi
lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan dapat berdampak pada sumberdaya air baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Peristiwa banjir yang sering terjadi tidak terlepas dari
dampak perubahan penggunaan lahan. Pencemaran pada air sungai dan air tanah yang sering
terjadi juga merupakan dampak dari pembangunan juga. Dengan memperhatikan daur
hidrologi serta proses hidrologi yang mengalami perubahan dapat dikaji dampak-dampak
negatif yang mungkin timbul yang disebabkan oleh proses pembangunan.

Dampak terhadap udara,

Efek Rumah Kaca (Green House Effect) disebabkan oleh : Perubahan kondisi Udara (iklim)
karena CO2 dan Gas Rumah Kaca yang lain, Pencemaran Atmosfir dan Kerusakan Lapisan
Ozon

Dampak pada kebisingan

Dampak pada kebisingan atau dampak pada tingkat kebisingan yang terjadi didaerah proyek
pembangunan atau daerah disekitar proyek mempunyai pengaruh yang penting terhadap
kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup masyarakat pada binatang ternak, satwa liar atau
pun gangguan pada ekosistem alam. Dampak pada kebisingan biasanya terjadi pada waktu
proyek tersebut sedang dibangun maupun sewaktu sudah berjalan. Di dunia Industri, sumber
kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu

 Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesi

 Vibrasi, kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan,
benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, batang torsi,
piston, fan, bearing, dan lain-lain.

 Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas,
dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet
pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

Dampak terhadap cuaca dan iklim


Penyebab utama perubahan cuaca dan iklim adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti
batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gas-gas lainnya seperti CO,
N2O, NOx, SO2, kegiatan manusia lainnya juga menghasilkan CFC dari AC dan gas Aerosol,
serta aktivitas pengolahan gambut juga menghasilkan CH4, yang semuanya dikenal sebagai
gas rumah kaca ke atmosfir. Ketika atmosfir semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia
semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak energi panas yang dipantulkan bumi.
Pembangunan gedung-gedung yang berdinding kaca juga akan memantulkan radiasi panas
dari matahari, sehingga daerah sekitar gedung ini akan mengalami peningkatan panas. Hal ini
akan mengakibatkan siklus iklim terganggu.

Dampak terhadap tanah

Kerusakan tanah terjadi sebagai akibat eksplorasi lahan yang tidak terkontrol dan kurang
memperhatikan unsur lingkungan guna mendukung jalannya pembangunan. Pembangunan
dalam realitanya sering kali lebih mengutamakan nilai ekonomis dan mengabaikan aspek
lingkungan. Secara lebih lanjut pembangunan berjalan ekspansif, diantaranya menyangkut
segi pemanfaatan ruang / lahan. Dalam pemanfaatannya sering kali aspek tata guna lahan
yang sesuai dan seimbang terabaikan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
terganggunya kestabilan ekosistem alam dan permasalahan lingkungan, diantaranya
kerusakan dan pencemaran tanah.

Konflik dan Kerusakan Lingkungan

(Pembangunan Pabrik Semen di Rembang)


Industrialisasi Ekstraktif dan
Kerusakan Lingkungan (Studi
Kasus Pembangunan Pabrik Semen
di Kendeng)

Sekitar akhir abad ke 20, telah terjadi era baru dalam orientasi pembangunan dan tata kelola
Sumber Daya Alam di dunia. Masifnya pembangunan infrastruktur di perkotaan dan
pendesaaan, menjadikan kebutuhan bahan baku untuk bangunan meningkat tajam.
Pengelolaan SDA tidak lagi fokus pada pemenuhan kebutuhan energi (minyak dan batu bara).
Tetapi mulai meluas untuk pemenuhan kebutuhan proyek pembangunan, seperti semen.

Semen sendiri, merupakan bahan pokok dalam bangunan. Sebagaimana artinya, semen dalam
latin caementum berarti bahan perekat. Secara sederhana, Definisi semen adalah bahan
perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material lain seperti batu bata dan batu
koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum
semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan – bahan
padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo Pangaribuan, Holcim)[1]

Pembuatan semen termasuk dalam jenis Industri Ekstraktif. Dimana bahan bakunya diambil
langsung dari alam untuk diolah menjadi bahan jadi yang dapat digunakan sehari-hari
maupun menjadi bahan setengah jadi yang bisa digunakan oleh industri lain.

Semakin meningkatnya permintaan pasar, menjadikan semen memiliki nilai ekonomis tinggi
dan merupakan jenis industri yang menjanjikan. Hal ini bisa kita lihat dari pembangunan
pabrik semen yang terus bertambah di beberapa daerah di Indonesia. Seperti di Jawa,
Sumatra dan Sulawesi.

Bagi negara berkembang dan kaya sumber daya alam, seperti di Indonesia, Industri ini di
angggap efektif dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan negara.
Namun, disisi lain pembangunan pabrik semen membawa konsekuensi logis bagi masyarakat
sekitar. Hilangnya mata pencarian karena ladang/sawah garapan masuk daerah eksploitasi
(konflik agararia) dan kerusakan lingkungan adalah masalah utama. Ini pula yang terjadi di
Kendeng Rembang Jawa Tengah.
Gunung Kendeng

Gunung Kendeng sendiri merupakan pegunungan karst yang membentang meliputi empat
kabupaten, diantaranya Kabupaten Pati, Grobokan, Rembang, dan Blora. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
kawasan yang memiliki bentang alam karst merupakan kawasan lindung geologi[2].
Sehingga, rencana pemacrophylia)rtambangan pabrik semen yang berada di kawasan karst
termasuk dalam kategori kawasan lindung. Pegunungan Karst Gunung Kendeng juga
memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Terdapat 24 jenis flora yang diantaranya
adalah Mahoni (Swietenia , Jambu Mete (Anacardium occidentale), Randu Kapuk (Ceiba
Pentandra), Randu Alas (Salmalia malabarica), Kepuh (Sterculia foetida). Sedangkan untuk
faunanya, terdapat 45 jenis burung, 11 jenis mamalia, 1 jenis herpetofauna yaitu ular Sanca
Kembang(Pyton reticulatus), dan juga jenis-jenis dari arthropoda dan mollusca. [3]

Selain memiliki keanekargaman yang melimpah, Gunung Kendeng pun menjadi sumber mata
air bagi masyarakat sekitarnya. Terdapat sekitar 200 mata air di dalam Gunung Kendeng yang
menghidupi masyarakat sekitarnya. Baik untuk kebutuhan sehari-hari, maupun untuk
kebutuhan pertanian dan peternakan.

Berdasarkan penelitian Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Tengah pada 1998 tentang air
bawah tanah Gunung Watuputih di Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang, didapatkan
beberapa sumber mata air abadi diantaranya, mata air Sumber Semen, mata air Brubulan,
mata air Brubulan – Pasucen, mata air Sumber Kajar dan mata air Sumberan. Juga ada mata
air musiman yaitu mata air Pancuran dan mata air Sendang Ipik.[4]

Semen dan Kerusakan Lingkungan

Industrialisasi pembangunan semen mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan


lingkungan seperti pencemaran air, tanah, dan udara

1. Pencemaran air

Dalam kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum,
memasak, mencuci dan mandi. Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik
dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis
yang mudah terkena erosi, dan akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.[5]

2. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah yaitu keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah
lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah ini berpengaruh kepadatumbuhan dikarenakan
semen mengandung senyawa trikalium silikat, dikalium silikat, trikalium aluminat,tetra
kalsium, aluminium ferit, kapur bebas, batu tahu yang menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh
dengan subur. [6]
3. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang banyak dapat membahayakan kesehatan hewan manusia, dan
tumbuhan serta mengganggu estetika dan kenyamanan. Limbah yang terbesar dari industri
semen atau pabrik semen adalah debu dan partikel, yang termasuk limbah gas dan limbah B2.

Selain dampak diatas, dampak sosial dan dampak kesehatan juga menjadi faktor negatif dari
pembangunan. Menurut penjelasan pasal 1 ayat 9 dan pasal 16 dalam Undang-undang No. 4
tahun 1982, dampak juga meliputi juga lingkungan non-fisik, termasuk sosial budaya. Selain
itu dampak kepada lingkungan sosial,budaya,kesehatan,ekonomi pun akan mengalami krisis.

Hal inilah yang menjadi sumber masalah dibeberapa daerah. Konflik yang terjadi pada
pembangunan pabrik semen ini yang banyak menuai pro dan kontra.

Konflik Pembangunan Pabrik Semen di Kendeng

Menurut Johnson dan Duinker, konflik merupakan sesuatu yang tak terelakkan, yang dapat
bersifat positif maupun negatif. Aspek positif konflik muncul ketika konflik membantu
mengidentifikasikan sebuah proses pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang tidak
berjalan secara efektif, mempertajam gagasan atau informasi yang tidak jelas dan
menjelaskan kesalahpahaman.

Dampak idustrialisasi pembangunan semen diatas menjadi penyebab utama konflik agraria di
Kendeng. Konflik yang terjadi ini menyebabkan pro dan kontra. Diantara berbagai macam
alasan warga menolak pendirian pabrik, karena warga mayoritas hidup dengan mengandalkan
sektor pertanian dan berternak. Selain itu warga menolak pabrik semen yang mengancam
hilangnya sumber air warga dan mengakibatkan terjadinya krisis air.

Selain itu, ada juga yang pro terhadap pembangun pabrik semen ini. Salah satunya izin
lingkungan yang dikeluarkan gubernur Jawa Tengah. Dalam pembangunan pabrik Semen
juga telah meganggu suasana warga. Pada Pasal 5 Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman serta Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu Menikmati suasana lingkungan yang layak,
teratur, baik, aman dan tenang merupakan hak setiap orang. [7]

Kesadaran terhadap ancaman ini meningkatkan perhatian masyarakat terhadap permasalahan


lingkungan dan karenanya memberikan momentum baru bagi para aktivis lingkungan, pakar
ilmiah, dan para pembuat kebijakan untuk mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga
lingkungan melalui komunikasi efektif, kampanye lingkungan,membentuk ruang publik yang
emansipatoris.

Komunikasi Efektif

Luasnya wilayah Republik Indonesia dengan jenis geografi yang berbeda disetiap
wilayahnya, serta budaya yang beragam menjadi satu masalah tersendiri dalam
pembangunan, sebab kadangkala suatu program yang direncanakan tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat setempat. Untuk itu perlu komunikasi yang baik antara masyarakat
dengan pemerintah.

Menurut Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka. Baik secara lisan maupun tidak langsung secara tulisan melalui media (Onong,
2003;79).

Kendeng seperti penjelasan di atas adalah memiliki sumberdaya alam yang cukup besar.
Tetapi hal ini menjadi dilema masyarakat karena adanya pendirian pabrik semen. Hal ini
menjadi masalah karena warga menolak pendirian tersebut. Sehingga, mengakibatkan konflik
antara perusahaan,pemerintah dan warga. Adanya konflik menunjukkan perencanaan
komunikasi yang dilakukan kurang tepat. Menurut Hamijoyo (2001), adanya konflik dalam
aktivitas komunikasi adalah bukti bahwa adanya kemacetan komunikasi.

Menurut Effendy (1990), bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan
supaya komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan.
Penggunaan media komunikasi tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi
pesan yang disampaikan oleh perusahaan.

Dalam tulisannya, Brulle (2010) mengemukakan bahwa komunikasi harus digunakan untuk
meningkatkan keterlibatan publik dalam pembuatan berbagai kebijakan dan opini publik
termasuk dalam proses pembangunan infrastruktur. Model komunikasi yang digunakan
perusahaan semen dikategorikan ”tidak efektif”. Hal ini disebabkan warga Kendeng tidak
terlibat atau berpartisipasi dalam proses komunikasi secara langsung berkomunikasi tatap
muka dengan komunikator (pemerintah atau perusahaaan) sehingga menimbulkan konflik.

Untuk pembangunan yang stategis komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Dengan
demikian program pembangunan akan berjalan dengan baik tanpa konflik. Disini sebelum
melakukan pembangunan maka langkah yang baik adalah terciptanya komunikasi antara
warga dengan pemerintah/perusahaan.

Kampanye Lingkungan

Di masa kini, manusia hidup dalam dunia teknologi yang banjir informasi. Teknologi menjadi
peranan penting dalam kehidupan kita sehingga tak mampu lagi menghindarkan diri dari
terpaan bermacam pesan yang disampaikan baik melalui media sosial seperti fb, twitter,
instagram, blog, koran maupun televisi. Banyak pihak yang berusaha merebut perhatian
masyarakat demi kepentingan masing-masing. Usaha untuk menyampaikan suatu pesan bagi
masyarakat luas menjadi semakin sulit karena tingginya kompetisi. Di sini, para pemerhati
lingkungan menjadi sebagian kecil dari pihak yang memiliki kepentingan. Bukan dengan
tujuan komersial sebagaimana umumnya iklan, melainkan untuk membangun kesadaran.

Begitu juga dengan permasalahan yang terjadi pada pembangunan Kendeng. Dimana banyak
media yang mengangkat permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Kendeng. Dimana,
pesen-pesen yang disampaikan merujuk pada perilaku individu yang akan mempengaruhi
sikap dan mengubah perilaku pada dirinya. Hal ini karena tujuan utama dari pesan tidak
hanya pada tataran sikap melainkan perilaku nyata yang mungkin tidak akan muncul dengan
segera. (Bator & Cialdini, 2000).

Kampanye pada dasarnya terbagi dalam tahapan yang berkelanjutan dan secara terus
menerus. Selain itu, sebuah kampanye dilakukan bukan tanpa alasan namun terdapat sebuah
ide, pesan atau gagasan yang ingin disampaikan.. Masyarakat Kecamatan Kayen dan
Tambakromo, pemerintah daerah, LSM/Gerakan Sosial (JM-PPK), dan juga PT. Indocement
adalah aktor-aktor yang terlibat dalam konflik kepentingan yang terjadi terhadap Gunung
Kendeng yaitu mempertahankan kepentingannya terhadap Gunung Kendeng.

Kampanye #savekendeng

Anda mungkin juga menyukai